Ji Eun merasa tubuhnya terkunci, dan ketika membuka mata, ia melihat wajah suami tampannya di depan matanya. Ji Eun tersenyum tipis dan berusaha melepaskan lingkaran lengan Hwan. Namun Ketika melangkah turun dari kasur.
“Akh…”
Ia berjalan tertatih – tatih karena tubuhnya terasa ngilu, entah berapa jam yg mereka habiskan tadi malam, tapi sekujur tubuhnya terasa ngilu. Ji Eun membasuh tubuhnya dan memilih baju di walkin closetnya. Ia akan ke kantor hari ini, karena kemarin sudah tidak masuk.
Senyumnya terkembang mengingat yang terjadi tadi malam.
Memangnya apa yang terjadi malam ?.
Flashback…
“Cucu ?, sebentar. Jelaskan padaku apa yang terjadi,” Ujar Hwan. Ia beranjak dari tempatnya duduk dan menyuruh Ji Eun bangkit.
“Eomma, aku baru saja dikabari eomma masuk RS dan kondisinya gawat. Eomma menderita komplikasi kanker hati dan ginjal, hanya tersisa 4 bulan atau kurang bagi eomma
Kondisi vital Ny.Choi menurun secara drastis saat operasi berlangsung. Bahkan kalau operasi dihentikan, ia tetap tidak akan terselamatkan. Dokter dan timnya sudah berusaha semampu mereka.Jong Suk masih memegang kertas USG yg Ji Eun jatuhkan saat adiknya jatuh pingsan.Ji Eun baru saja melakukan pemeriksaan di dokter obgyn dan ingin menyampaikan berita bahagia ini.Namun ketika dikabari sang ibu baru saja menghembuskan napas terakhir, ia ambruk.“Apa benar itu milik Ji Eun ?,” Tanya Joon Woo.“Kau tidak lihat nama diatasnya ?, Choi Ji Eun,” Jawab Jong Suk sewot.“Ah, dia benar- benar keponakan kita,” Gumam Joon Woo pelan. Masih dengan muka kucel dan sembap karena berada di RS berhari – hari, Jong Suk dan Joon Woo sudah memakai setelan jas hitam. Tiba – tiba seorang pria memasuki ruangan Ji Eun.“Hyung…”“Eoh, kau disini, Ji Eun pingsan ketika kami memberit
Hari berganti minggu dan berganti bulan, selama beberapa bulan belakangan ini, Hwan jarang sekali pulang ke rumah. Entah apa yan dilakukannya, Ji Eun hanya memastikannya sehat dan baik – baik saja.Tidak lupa ia juga memeriksakan kandungannya, meski sendiri.Sore ini, ia berkunjung ke rumah ayah Hwan, sudah lama dia tak kesana. Sekalian membawakan ginseng merah premium, titipan ayah Ji Eun.“Abeonim ( Bapak ).”“Omo, ada apa sore – sore begini menantuku kemari, aigoo, jalanmu terlihat susah, apa dia berat sekali ?,” Tanya Tn.Lee.Ji Eun tertawa pelan, “ Tentu saja, dia sehat sekali didalam sini. Aku sudah lama tak kemari, bagaimana kabarmu, abeonim ?.”“Tentu saja sehat, ayo masuk.”Ji Eun duduk di sofa empuk itu dan menselonjorkan kakinya yg agak bengkak, tubunya sudah semakin berat rasanya.“Gomawo, Tn.Choi tahu sekali giseng favoritku ini,” Ujar Tn.Lee
Ji Eun menggosok rambutnya yg basah. Sekujur tubuhnya memucat dan bergetar, ia benar – benar kedinginan, wanita 24 tahun itu menyalakan penghangat ruangannya dan berusaha menghangatkan tubuh ringkihnya di dalam selimut.Ahjumma yg melihat Jin Goo turun dari lantai atas segera menghampirinya.“Pintunya sudah dibuka ?,” Tanya Ahjumma.“Ne, sudah.”Diam – diam ahjumma berkomunikasi dengan Jae Kyung, dokter kandungan Ji Eun sekaligus temannya. Ahjumma beberapa kali memeriksa kondisinya dan memastikan Ji Eun baik – baik saja setiap Hwan meenghukumnya.Hari ini ia memastikan suhu tubuh Ji Eun tidk meningkat, lalu ahjumma membawakan bubur hangat dan sup rumput laut untuk mengisi perut Ji Eun sebelum ia kembali tidur.“Ji Eun-ah, bangunlah sebentar,” Ujar Ahjumma seraya mengguncang pelan tubuh Ji Eun.“Eoh, ahjumma.”“Bangun sebentar, ayo makan dulu baru tidur lagi
Hwan memberinya nama Lee Ji Hwan. Ia harus menghargai Ji Eun yg bertaruh nyawa untuk bayi itu. Bagaimanapun, ia mengakui kalau bayi mungil itu adalah anaknya.Ia terpesona dengan betapa mungil dan menggemaskannya putranya itu.Sementara Ji Eun harus melalui hari yg Panjang di RS, ia harus menjalani treatment yg cukup lama untuk menyembuhkan pneumonia, yg entah bagaimana bisa ia derita. Dan selama itu ia hanya bisa melihat Ji Hwan dari jendela ruangannya. Ji Hwan juga tidak bisa menyusu. Bayi yg malang.Selama di rumah sakit, yg menemaninya adalah So Dam dan kadang ahjumma datang. Hwan belum pernah menjenguknya sama sekali.“Bagaimana kata dokter ?,” Tanya Ji Eun.“Kondisi paru – parumu jauh lebih baik karena obat yg dikirimkan kakakmu, Eonnie. Mungkin sebulan lagi treatment akan berakhir,” Ujar So Dam.“Ah, sebulan lagi ?, ibu macam apa aku ini meninggalkan anaknya tiga bulan,” Ujar Ji Eun.&l
Awalnya Ji Eun mengira Hwan tidak akan mengusiknya dan berubah lebih baik Ketika menjemputnya dari RS, tapi nyatanya tidak.Ji Eun sendiri tidak mau mengusik Hwan dan Yuri karena ia punya dunianya sendiri dengan Ji Hwan. Rasa cemburu masih ia miliki, tentu saja. Tapi kini dunianya teralihkan kepada bayi kecilnya.Pagi ini Ji Eun bersiap keluar, ia harus membantu persiapan pernikahan Jong Suk. Tentunya Bersama Ji Hwan, ia tidak bisa sedetikpun terpisah dengan anaknya yg menggemaskan itu.“Ah, cantik sekali,” Ujar Ji Eun menghibur diri sendiri.“Ji Hwan-ah, ayo ikut eomma. Hari ini kita akan bertemu samcheon dan imo (bibi),” Ujarnya seraya menggendong Ji Hwan dan berjalan keluar kamar.“Ya !.”Ji Eun menoleh mendengar suara itu.“Ne oppa ?,” Tanya Ji Eun sambil berjalan mendekati suaminya.“Mau kemana kau ?.”“Aku harus membantu menyiapkan pernikahan oppa ku
Usai mandi, Hwan keluar dari kamar dan menghampiri Ji Eun di meja makan. Istri cantiknya itu sedang menunggunya di meja makan sambil tersenyum.“Eoh, omong – omong kenapa kau pakai gaun malam – malam begini ?, kau baru saja menyambut laki – laki lain ?,” Tanya Hwan seraya duduk.“Anio, laki – laki lain siapa ?. Aku hanya punya kau,” Jawab Ji Eun.Hwan tiba – tiba mencengkram rahang Ji Eun dg kuat.“Aku bukan milikmu, jaga bicaramu,” Ujarnya.“Ne, Oppa..”“Omong – omong, siapa yg menyuruhmu duduk disini ?,” Tanya Hwan.Ji Eun mendongak dan menatap Hwan, air mukanya tiba – tiba berubah dalam sekejap.“Ah, aku belum makan malam, bo…” Ji Eun belum sempat menyelesaikan kata – katanya.“GA ! (pergi !),” Bentak Hwan.Ji Eun langsung berdiri dan beranjak pergi. Ia harus segera menuruti
Tuhan sepertinya sudah kasihan melihat Ji Eun yg makin hari makin menyedihkan, siang ini Yuri sampai di Bandara Incheon. Sementara Ji Eun harus menghadiri pernikahan Jong Suk. Ia sudah bilang kalau ia tidak bisa menjemput Yuri, dan Hwan mengiyakan.Ji Eun terpaksa memakai gaun yg agak berbeda dengan keluarganya, gaun yg ia pakai harus panjang untuk menutupi kakinya. Ia juga belum lama mendapatkan jahitan di perutnya,. Syukurlah jahitan itu tidak mengenai jahitan bekas caesarnya. Begitu banyak luka yang terukir di tubuhnya.“Ah, andai masih ada eomma,” Ujar Joon Woo.“Eoh, tentu saja ia akan menemaniku dan Bahagia sekali,” Ujar Ji Eun.“Tapi hey, omong – omong apa penjahitnya mengukur gaunmu dengan benar ?, kau terlihat kurus memakai itu,” Ujar Joon Woo.Ji Eun memasang wajah terkejut dan memukul Pundak kakaknya, “Itu berarti dietku berhasil,” Ujarnya.“Eh, diet apa ?.”
Jae Hee dan ahjumma langsung membawanya ke RS, tentunya RS yg sama tempat Yuri dirawat karena itu RS terdekat. Hwan berbalik Ketika ia melihat Jae Hee keluar dari kamar mandi, ia mengikuti pria muda itu dan melihat wanita yg tak asing di UGD. Ji Eun terbaring di ranjang dan dokter sedang memberikan intubasi, seorang dokter berlari kearah Jae Hee yg tidak menyadari ada Hwan dibelakangnya. “Kondisinya kritis dan kehilangan banyak darah, kami harus mengoperasinya untuk menjahit luka – luka dan pendarahan di kepalanya,” Ujar Dokter. “Ne, biar saya tanda tangani.” “Jae Hee-ya !.” “Eoh, kau disini Daepyonim. Tolong tandatangani surat ini, samunim harus dioperasi,” Ujar Jae Hee seraya menyerahkan kertas yg dipegangnya. Hwan langsung memberikan tanda tangan dan dokter bisa langsung mengoperasinya. “Tunggu !, mau kemana kau ?,” Tanya Hwan. “Aku harus mengurus administrasi dan menunggu samunim,” Jawab Jae Hee enteng. “A..apa yg t
Beberapa jam setelah kematian Ji Eun, semua orang masih bingung dan linglung.Terutama Hwan, bagaimana caranya memberitahu Ji Hwan.Namun pikirannya teralihkan karen aakhirnya Yuri tertangkap. Ia bangkit dengan gagah, menangguhkan semua rasa sedihnya untuk menemui Yuri.Wanita itu tertangkap dan sedang berada di salah satu ruangan kepolisian Gangnam.“Eoh, oppa.”Hwan langsung membanting kursi ketika Yuri memanggilnya.“Kau masih berani memanggilku oppa ?!, manusia macam apa kau ini ?!.”Hwan menghela napas kasar.“Aku sudah menyerahkan semua bukti dan kau akan didakwa dengan banyak pasal. Kau, aku tidak akan membiarkanmu hidup berkeliaran dan mengganggu hidup orang lain. Cukup aku dan Ji Eun yang kau hancurkan. Membusuklah di dalam penjara parasit !.”“Apa ?, parasit ?!.”“APA ?!, bukankah itu kata yang paling cocok untuk orang sepertimu. Aku tidak mau mendeng
Jantung Hwan terasa berhenti berdetak dunianya hancur ketika menemukan Ji Eun dalam kondisi yang menyedihkan.Ia ingin sekali menangis keras memanggil nama Ji Eun dan memeluknya sepanjang hari.Tapi ia langsung bangkit untuk melanjutkan pencarian Yuri setelah memastikan Ji Eun ditangani pihak RS.Tak lama, Hwan menyusul Jae Hee yang sudah menunggunya di mobil, ia langsung kembali ke mobil setelah Ji Eun sampai di UGD.Emosinya meluap - luap, dan ia ingin segera menemukan medusa itu.“Dia.., dia masih hidup kan ?,” Tanya Hwan.“Noona ku orang yang kuat, dia pasti bangun. Dia pasti bertahan, jangan khawatir,” Jawab Jae Hee.“Sudah berapa lama dia sakit ?,” Tanya Hwan.“Belum lama, tapi ketika diperiksa sudah stadium tiga,” Jawab Jae Hee.“Dia pasti kesakitan.”“Ne, Dokter memberikan resep Pereda nyeri melalui injeksi karena harus meninggikan dosisnya,
Jae Hee bergegas menuju ke mobilnya dan menelepon Hwan.“Daepyonim !, kami berhasil melacak keberadaan mobil anak buah Yuri !,” Ujar Jae Hee.“Kirimkan lokasinya !.”“Ne !.”Jae Hee melaju bersama anggota kepolisian dan Hwan menyusul bersama anak buahnya.Hwan tidak diizinkan menyetir karena kondisinya sangat kalut. Di dalam mobil, ia mengetuk – ngetukan jemarinya dengan gelisah dan menggigit jarinya.“Kumohon bertahanlah..,” Gumamnya lirih.Sejam kemudian, mobil Hwan berhasil menyusul mobil tim dari kepolisian dan sampailah mereka di sebuah gedung tua.Gedung terbengkalai bekas apartmen yang tidak jadi dibangun, Hwan semakin gelisah melihat betapa buruknya gedung ini.Ji Eun pasti kesakitan dan kedinginan sekarang.Personil kepolisian langsung mengecek keadaan sekitar, sementara Hwan berlari menyusul Jae Hee memasuki gedung. Mereka menjebol pintu depan dan ber
Hwan sedang duduk di ruangannya dan membuka galeri ponselnya. Ia menatap foto keluarganya sambil tersenyum, betapa tampannya putranya dan istrinya begitu cantik.Ia mengerahkan tenaga dan semua uang untuk menemukan Yuri yang tiba – tiba tidak bisa dilacak. Beberapa penyadap yang sudah terpasang rupanya dilepas oleh anak buahnya.Mereka tahu bahwa Ji Eun diculik melalui penyadap di rumah dan CCTV di rumah Yuri, tapi sejak saat itu, rumah mewah itu seketika tak bertuan. Para pelayan wanita bahkan tidak mengetahui kemana tuannya pergi.Ia berhenti pada sebuah foto.Foto yang dikirimkan Ji Eun ketika rambut blondenya yg dipotong pendek.Tiba – tiba ada pesan masuk dari Yuri.“Video ?, aishh video apa ini ?,” Gumamnya.Hwan langsung memutar video berdurasi 3 menit itu.Tak butuh waktu lama beberapa detik setelah video diputar, matanya mulai berair dan ia meneteskan air mata.Ya, itu video Ji Eun yang d
“KELUARKAN AKU ?!, KAU MAU KEMANA ?!,” Jerit Ji Eun panik.Jeritannya tiba – tiba berhenti karena perutnya kembali nyeri.Ia mencengkeram perut kirinya dan napasnya terengah – engah karena menahan sakit.“Omo, kenapa ?, kau sudah mau mati ?,” Tanya Yuri sambil tersenyum penuh kemenangan.“Yuri-ssi, kumohon keluarkan aku.., kumohon. Aku tidak akan memberitahu orang lain kalau kau yang menculikku,” Pinta Ji Eun.“Lalu ?, terlalu banyak hal yang sudah kau ketahui, mengatakan kalau aku tidak menculikmu tidak akan mengubah apapun, lagipula aku tidak bisa mempercayai musuh Ji Eun-ah, sudahlah. Hwan pasti akan segera menemukanmu, entah hidup atau mati,” Ujar Yuri.“Baiklah, setidaknya tolong kabulkan satu saja permintaanku, kau tidak perlu mengeluarkanku dari sini..,” Ujar Ji Eun.“Benarkah ?, permintaan apa itu ?,” Tanya Yuri.“Tolong rekam aku
Bibirnya pucat karena ia tak minum apapun, matanya terpejam dengan kuat karena sedang menahan rasa sakit. Dan ia meringkuk kedinginan.Wanita malang itu terbaring di lantai yang dingin.Kondisinya sudah seperti mayat hidup.Yuri kembali setelah hampir dua hari membiarkan Ji Eun tersiksa. Pagi ini ia memberi Ji Eun sebotol air dan satu porsi hamburger. Dan wanita itu makan dengan lahapnya, lalu kembali terbaring karena rasa sakit yg menghujam perut kanannya.Ia mengurung Ji Eun di dalam ruangan tertutup, tanpa jendela, tetapi Yuri bisa melihatnya. Seperti ruangan interogasi di kepolisian.“Jadi dia kesakitan karena lapar ?,” Ujar Yuri.“Sepertinya begitu samunim,” Sahut Kato.“Makanannya enak, Ji Eun-ah ?,” Tanya Yuri melalui mic.Ji Eun mendongak dan menatap sekitar karena tidak tahu dimana keberadaan orang yang sedang bicara, “Gomawo Yuri-ssi,” Ujarnya.“Dia berterim
Pria tampan yang sukses dan kaya itu termenung di mejanya. Belum 30 menit sejak ia membuka file yang dikirimkan supir istrinya.Tatapan matanya kosong.Ia sangat terkejut, mencoba memahanmi semua hal yang baru saja ia lihat dan dengar.“Kenapa aku bodoh sekali ?, kenapa aku tidak menyadari kalau sudah dibodohi sejauh ini?.”Hwan mengurut pelipisnya yang ngilu, sedih, kecewa dan marah bercampur aduk. Ia begitu marah sampai gerahamnya bergemeletuk dan air matanya megalir tanpa bisa ia kontrol.Seluruh tubuhnya bergetar bersamaan dengan keluarnya air mata.Ia menatap satu – satunya foto istrinya yang ada di ponselnya.Choi Ji Eun, wanita cantik dan cerdas yang dinikahinya 3 tahun lalu. Wanita itu bahkan tetap bertahan di sisinya meski banyak sekali kesedihan yang telah ia lalui.Hwan menyiksanya.Hwan membencinya.Hwan menjebaknya.Namun ia terus bertahan berada di sisi suaminya yang bejat.
Ji Eun sudah membatalkan keputusannya untuk melakukan kemoterapi tanpa sepengetahuan siapapun ketika ia mendapat semua penjelasan dari ahjumma.“Tugasku sudah selesai, aku akan segera menyelesaikan semua ini dan meninggalkan Hwan serta Ji Hwan dalam keadaan aman,” Ujarnya setelah menelepon Dr. David.Tentu saja kondisinya memburuk, berat badannya turun beberapa kilo dan kulitnya semakin hari semakin pucat.Semalam Ji Eun pingsan karena shock berat.Dengan cepat ia berusaha mengembalikan semangat dan melupakan apa yang terjadi semalam, berusaha menjadi Ji Eun seperti biasanya.Usai mandi, Ji Eun menatap dirinya di Kaca. Ia harusnya langsung memakai baju, tapi badannya terasa sangat berat dan lelah. Ia juga mulai menyadari kalau napasnya juga agak terengah – engah.“Ada apa denganku ?,” Gumamnya.Ji Eun menarik napas dalam – dalam dan mencoba bernapas seperti biasanya.“Aku baik – b
Ji Eun menghela napas kasar dan mengacak – acak rambutnya.Kepalanya terasa begitu pening setelah mendengar beberapa hal dari mulut wanita di hadapannya.Ia meraih segelas air dan meminumnya untuk mensetabilkan emosinya.“Kenapa tidak berusaha menutupinya ?, kenapa langsung mengaku ketika aku bertanya ?,” Tanya Ji Eun.“Aku tidak mau lagi berbohong, sudah lama aku tidak menjadi informan mereka karena aku lelah melihatmu yang terus tersakiti,” Jawab wanita paruh baya di hadapannya.“Apa kau juga memberitahu mereka tentang penyakitku ?,” Tanya Ji Eun.Wanita itu menggeleng.Dibanding Ji Eun, Jae Hee yang berada di sebelahnya sudah tak sanggup berkata – kata. Ia merasa sangat kecewa.“Ahjumma,” Akhirnya Jae Hee angkat bicara.“Lanjutkan, kau baru saja mengakui kalau yang membunuh Yoona bukan Tuan Lee. Lalu apa saja yang terjadi ?, bagaimana Yoona terbunuh ?,&