Tiba – tiba ia berpikir sesuatu, ia Kembali masuk ke kantor pemasaran.
“Maaf, bertanya lagi. Apakah unit 201 sudah ada penghuninya ?,” Tanya Ji Eun.
“Ah, sayangnya sudah ada. Tapi yang kosong unit 199, bentuk bangunannya lebih serong ke unit 200, mungkin untuk saudara anda yg lain ?,” Tanya si pegawai.
“Ne, aku mau lihat unit itu.”
Ji Eun diantar Jae Hee dan ditemani oleh salah satu staff perempuan dari kantor pemasaran. Mereka menuju ke unit 199.
“Rumah ini lebih kecil dari rumah anda samunim, tapi tentunya tetap nyaman. Apa benar anda mau membeli rumah untuk saudara anda ?,” Tanya si staff.
“Ne, karena saudaraku juga ada di unit 200.”
“Ah, tepat sekali !, rumah ini dibuat sepaket, jadi di bagian taman anda bisa lihat pintu yg akan memudahkan mereka berinteraksi. Balkonnya juga berdekatan dan dinding pembatasnya dibuat agak rendah. Pilihan anda tepat sekali, samu
“Chagiya..,” Yuri mencium pipi Hwan dan duduk di pangkuannya.“Kemana saja kau, huh ?.”“Banyak yg harus kulakukan, aku harus membersihkan semua paparazzi menjengkelkan itu dan tentu saja melakukan beberapa pekerjaan,” Ujar Yuri.“Eoh, lihatlah kau terlihat lelah ?, Jin Goo membantumu kan ?,” Tanya Hwan.“Tentu, aku bisa mengandalkannya. Benarkah wajahku keliatan lelah ?, kurasa aku harus ke klinik,” Ujar Yuri.“Eoh, tentu saja. Aku sudah transfer uangnya, jangan lupa ajak istri presdir Han dan Kim,” Ujar Hwan.“Tentu, aku pergi dulu.”“Eoh.”Yuri meraih tasnya dan berjalan keluar kantor.Di luar, Jin Goo sudah menunggunya.“Mau kemana ?,” Tanya Jin Goo.“Klinik Wonjin, aku ada janji dengan Han dan Kim samunim,” Ujar Yuri.“Aigoo, pria itu tidak sadar menghabiskan banyak uangn
So Dam meletakkan vas bunga yg baru ia ganti airnya di sudut ruangan. Ia duduk di samping nyonyanya yg sudah terbaring hampir satu bulan.So Dam lahir dari keluarga yg kurang mampu. Ia sulung dari empat bersaudara, awalnya ia bekerja sebagai pelayan di rumah Hwan dan Ahjumma-lah yg menyeleksinya, dan ia pun bekerja di tempat Hwan.Hanya sebentar, lalu ia pindah ke rumah baru tempat Ji Eun dan Hwan tinggal. Selama bekerja di rumah Hwan, meski sebentar, ia sudah cukup mengenal Yuri yang selalu semena – mena.Ia begitu Bahagia Ketika bisa bertemu orang sebaik Ji Eun yg bahkan juga mau menguliahkannya dan tiga pelayan lain yg masih berusia sama dengannya.Ia merasa berutang budi pada Ji Eun dan berjanji akan melayani Ji Eun sepenuh hati.Melihat Ji Eun terbaring seperti ini membuatnya begitu sedih.“Eonnie, Ji Hwan terus mencarimu. Tapi kau belum juga bangun, cepatlah bangun,” Ujar So Dam.Barang sedetik, jari telu
“Eoh, Ji Eun disini, bawa dokternya kesini saja.”Ia mengambil tisu dan menekan luka Ji Eun di tangan. Tampaknya luka ini bekas infus yang ia cabut.Hwan menatap Ji Eun.Wanita ini tampak begitu pucat dan tirus dengan mata yang cekung.“Bagaimana ini ?, bahkan sampai saat ini tak ada perasaan cinta yang muncul. Aku hanya bisa marah dan sedih saat melihatmu,” Ujar Hwan pelanBayangan tubuh Ji Eun yang berlumur darah dan jatuh diatas mobilnya masih terasa jelas. Napasnya serasa terhenti ketika melihat Ji Eun saat itu, dan tiba – tiba saja wanita ini berada di kantornya.Dalam keadaan yang sangat kacau.Hwan menyibak anak rambut Ji Eun yang menjuntai.“Kenapa kau masih bertahan di sisiku ?, kenapa kau percaya dengan semua ancamanku dan menuruti perintahku ?, kenapa kau diam saja meski kau kesakitan ?,” Tanya Hwan.Hwan meraih selimut tipis yang selalu ada di dekat meja kursinya dan
Kondisi Ji Eun kian membaik, bicaranya sudah jelas dan obat – obatannya berkurang. Tinggal obat – obatan untuk membantu menyembuhkan depresinya.Selama beberapa hari, Hwan disibukkan oleh pekan raya ASEAN, dan ia akhirnya bisa pulang. Ia masuk ke dalam kamar Ji Eun dan wanita itu tak ada disana.Dimana Ji Eun ?.Hwan melangkah menuju balkon, ia disambut rambut kecoklatan Ji Eun yg berkibar, sementara wanita itu duduk di kursi roda, dengan infus menancap di tangannya.Hwan berdehem, tanpa mengucapkan sepatah katapun.Ji Eun pun menoleh.“Eoh, kau sudah datang, aku akan siapkan air hangat. Kau pasti Lelah sekali,” Ujar Ji Eun sambil berusaha memutar kursi rodanya.Hwan menahan kursi roda Ji Eun dan menariknya ke dekat tempat Hwan duduk.“Kau baik – baik saja ?,” Tanya Hwan.Senyum Ji Eun mengembang dengan mata berkaca – kaca, sudah lama sekali ia tak melihat sorot mata
Ji Eun sudah mendapatkan list kegiatan dari Jae Hee semalam, ia lupa kalau ia memang punya kewajiban dobel, sebagai supervisor di kantornya dan juga sebagai istri presdir.Dan kebetulan sekali hari ini, ketujuh istri presdir dari tujuh perusahaan terbesar akan berkumpul. Ji Eun memutuskan untuk berkenalan dengan mereka semua. Ia sengaja tidak muncul pagi ini karena sibuk bersiap.Sementara Yuri dan Hwan keluar dari kamar sambil bergandengan.“Silahkan sarapannya, tuan,” Ujar Ahjumma.“Ji Eun masih tidur ?,” Tanya Hwan.“Anio, dia sedang memandikan Ji Hwan sepertinya,” Ujar Ahjumma.“Hmm, biasanya ia sudah turun,” Gumam Hwan.Ji Eun mencoba menghubungi Lee samunim, ia salah satu istri termuda dan mereka kerabat jauh.Wanita itu bernama Lee Jiah, dan dia mencoba menghubunginya untuk datang bersama, ini kali pertama dan dia masih sangat gugup.Ji Eun berputar – putar ent
“Daepyonim, ada beberapa email terkait ajakan Kerjasama dari beberapa perusahaan,” Ujar pria berkacamata itu.“Ye ?, beberapa perusahaan ?,” Tanya Hwan heran sembari meraih kertas yg disodorkan.Pria berkacamata itu adalah Jeon Jaemin, sekretaris Hwan.Lalu apa jabatan Yuri ?.Yuri hanya sekretaris bayangan agar hubungannya dengan Hwan tertutupi, tapi ia juga melakukan beberapa pekerjaan seperti melakukan negosiasi dengan pihak – pihak yg kontra dengan perusahaan.“Kosmetik ?, cabang kosmetik kita mendapat banyak permintaan Kerjasama ?, omo, sedang ada acara apa belakangan ini ?,” Tanya Hwan.“Yang kutahu ada pertemuan para istri,” Jawab Jaemin.“Eoh, daebak. Baru kali ini Yuri berhasil sehebat ini.”“Tapi Daepyonim, aku tidak melihat Yuri-ssi di siaran pagi ini, Samunim yg datang,” Ujar Jaemin seraya menyerahkan ponselnya.“Sa..samunim ?
Suasana menegangkan itu juga terasa bagi bayi yg akan segera berusia setahun itu Ji Hwan yg sedang asyik bermain tiba – tiba terdiam. Ia memandang sekitar dan berusaha keluar dari tempat bermainnya.Seolah tahu kalau ibunya sedang terancam.“Eomma !.”“Ahjumma, tolong bawa Ji Hwan, kalian kembalilah ke rumah belakang,” Ujar Ji Eun pelan kepada Ahjumma.“Ji Eun-ah..”“Pergilah ahjumma.”“Wae, ada apa Yuri ?, kenapa kau berantakan sekali ?,” Tanya Hwan lagi.“Chagiya,” Yuri berjalan dengan mata berkaca – kaca mendekati Hwan.“Dia mempermalukanku di hadapan para istri presdir, aku tadi datang kesana dan Ji Eun sudah ada disana. Ketika aku datang, mereka menatapku sinis dan bilang aku jalang, chagiyaa..”“Lalu ?.”“Mereka menjelek – jelekkanku dan melempariku dengan barang – barang, mereka bila
Hwan menutup pintu kamarnya dengan kasar lalu menguncinya, napasnya meburu dan ia merasa begitu bimbang. Ia kini begitu kalut dan dikuasai amarah.“Choi Ji Eun, Shin Yuri...,” Gumamnya sambil menggeram.Ia mendekati meja kerjanya dan menjatuhkan semua barang di meja, mengacak – acak semua hal yg ada di hadapannya dan menendang kursi.Lalu terduduk di sudut ruangan.“Lee Hwan sadarlah !, apa yg terjadi !, ada apa dengan kedua wanita itu !?,” Pekiknya.Ia kembali tertunduk sambil mengingat apa saja yg baru saja terjadi.“Dia mempermalukanku di hadapan para istri presdir, aku tadi datang kesana dan Ji Eun sudah ada disana. Ketika aku datang, mereka menatapku sinis dan bilang aku jalang, chagiyaa..”“Lalu ?.”“Mereka menjelek – jelekkanku dan melempariku dengan barang – barang, mereka bilang kau wanita yg sangat buruk. Saat aku bertanya ap
Beberapa jam setelah kematian Ji Eun, semua orang masih bingung dan linglung.Terutama Hwan, bagaimana caranya memberitahu Ji Hwan.Namun pikirannya teralihkan karen aakhirnya Yuri tertangkap. Ia bangkit dengan gagah, menangguhkan semua rasa sedihnya untuk menemui Yuri.Wanita itu tertangkap dan sedang berada di salah satu ruangan kepolisian Gangnam.“Eoh, oppa.”Hwan langsung membanting kursi ketika Yuri memanggilnya.“Kau masih berani memanggilku oppa ?!, manusia macam apa kau ini ?!.”Hwan menghela napas kasar.“Aku sudah menyerahkan semua bukti dan kau akan didakwa dengan banyak pasal. Kau, aku tidak akan membiarkanmu hidup berkeliaran dan mengganggu hidup orang lain. Cukup aku dan Ji Eun yang kau hancurkan. Membusuklah di dalam penjara parasit !.”“Apa ?, parasit ?!.”“APA ?!, bukankah itu kata yang paling cocok untuk orang sepertimu. Aku tidak mau mendeng
Jantung Hwan terasa berhenti berdetak dunianya hancur ketika menemukan Ji Eun dalam kondisi yang menyedihkan.Ia ingin sekali menangis keras memanggil nama Ji Eun dan memeluknya sepanjang hari.Tapi ia langsung bangkit untuk melanjutkan pencarian Yuri setelah memastikan Ji Eun ditangani pihak RS.Tak lama, Hwan menyusul Jae Hee yang sudah menunggunya di mobil, ia langsung kembali ke mobil setelah Ji Eun sampai di UGD.Emosinya meluap - luap, dan ia ingin segera menemukan medusa itu.“Dia.., dia masih hidup kan ?,” Tanya Hwan.“Noona ku orang yang kuat, dia pasti bangun. Dia pasti bertahan, jangan khawatir,” Jawab Jae Hee.“Sudah berapa lama dia sakit ?,” Tanya Hwan.“Belum lama, tapi ketika diperiksa sudah stadium tiga,” Jawab Jae Hee.“Dia pasti kesakitan.”“Ne, Dokter memberikan resep Pereda nyeri melalui injeksi karena harus meninggikan dosisnya,
Jae Hee bergegas menuju ke mobilnya dan menelepon Hwan.“Daepyonim !, kami berhasil melacak keberadaan mobil anak buah Yuri !,” Ujar Jae Hee.“Kirimkan lokasinya !.”“Ne !.”Jae Hee melaju bersama anggota kepolisian dan Hwan menyusul bersama anak buahnya.Hwan tidak diizinkan menyetir karena kondisinya sangat kalut. Di dalam mobil, ia mengetuk – ngetukan jemarinya dengan gelisah dan menggigit jarinya.“Kumohon bertahanlah..,” Gumamnya lirih.Sejam kemudian, mobil Hwan berhasil menyusul mobil tim dari kepolisian dan sampailah mereka di sebuah gedung tua.Gedung terbengkalai bekas apartmen yang tidak jadi dibangun, Hwan semakin gelisah melihat betapa buruknya gedung ini.Ji Eun pasti kesakitan dan kedinginan sekarang.Personil kepolisian langsung mengecek keadaan sekitar, sementara Hwan berlari menyusul Jae Hee memasuki gedung. Mereka menjebol pintu depan dan ber
Hwan sedang duduk di ruangannya dan membuka galeri ponselnya. Ia menatap foto keluarganya sambil tersenyum, betapa tampannya putranya dan istrinya begitu cantik.Ia mengerahkan tenaga dan semua uang untuk menemukan Yuri yang tiba – tiba tidak bisa dilacak. Beberapa penyadap yang sudah terpasang rupanya dilepas oleh anak buahnya.Mereka tahu bahwa Ji Eun diculik melalui penyadap di rumah dan CCTV di rumah Yuri, tapi sejak saat itu, rumah mewah itu seketika tak bertuan. Para pelayan wanita bahkan tidak mengetahui kemana tuannya pergi.Ia berhenti pada sebuah foto.Foto yang dikirimkan Ji Eun ketika rambut blondenya yg dipotong pendek.Tiba – tiba ada pesan masuk dari Yuri.“Video ?, aishh video apa ini ?,” Gumamnya.Hwan langsung memutar video berdurasi 3 menit itu.Tak butuh waktu lama beberapa detik setelah video diputar, matanya mulai berair dan ia meneteskan air mata.Ya, itu video Ji Eun yang d
“KELUARKAN AKU ?!, KAU MAU KEMANA ?!,” Jerit Ji Eun panik.Jeritannya tiba – tiba berhenti karena perutnya kembali nyeri.Ia mencengkeram perut kirinya dan napasnya terengah – engah karena menahan sakit.“Omo, kenapa ?, kau sudah mau mati ?,” Tanya Yuri sambil tersenyum penuh kemenangan.“Yuri-ssi, kumohon keluarkan aku.., kumohon. Aku tidak akan memberitahu orang lain kalau kau yang menculikku,” Pinta Ji Eun.“Lalu ?, terlalu banyak hal yang sudah kau ketahui, mengatakan kalau aku tidak menculikmu tidak akan mengubah apapun, lagipula aku tidak bisa mempercayai musuh Ji Eun-ah, sudahlah. Hwan pasti akan segera menemukanmu, entah hidup atau mati,” Ujar Yuri.“Baiklah, setidaknya tolong kabulkan satu saja permintaanku, kau tidak perlu mengeluarkanku dari sini..,” Ujar Ji Eun.“Benarkah ?, permintaan apa itu ?,” Tanya Yuri.“Tolong rekam aku
Bibirnya pucat karena ia tak minum apapun, matanya terpejam dengan kuat karena sedang menahan rasa sakit. Dan ia meringkuk kedinginan.Wanita malang itu terbaring di lantai yang dingin.Kondisinya sudah seperti mayat hidup.Yuri kembali setelah hampir dua hari membiarkan Ji Eun tersiksa. Pagi ini ia memberi Ji Eun sebotol air dan satu porsi hamburger. Dan wanita itu makan dengan lahapnya, lalu kembali terbaring karena rasa sakit yg menghujam perut kanannya.Ia mengurung Ji Eun di dalam ruangan tertutup, tanpa jendela, tetapi Yuri bisa melihatnya. Seperti ruangan interogasi di kepolisian.“Jadi dia kesakitan karena lapar ?,” Ujar Yuri.“Sepertinya begitu samunim,” Sahut Kato.“Makanannya enak, Ji Eun-ah ?,” Tanya Yuri melalui mic.Ji Eun mendongak dan menatap sekitar karena tidak tahu dimana keberadaan orang yang sedang bicara, “Gomawo Yuri-ssi,” Ujarnya.“Dia berterim
Pria tampan yang sukses dan kaya itu termenung di mejanya. Belum 30 menit sejak ia membuka file yang dikirimkan supir istrinya.Tatapan matanya kosong.Ia sangat terkejut, mencoba memahanmi semua hal yang baru saja ia lihat dan dengar.“Kenapa aku bodoh sekali ?, kenapa aku tidak menyadari kalau sudah dibodohi sejauh ini?.”Hwan mengurut pelipisnya yang ngilu, sedih, kecewa dan marah bercampur aduk. Ia begitu marah sampai gerahamnya bergemeletuk dan air matanya megalir tanpa bisa ia kontrol.Seluruh tubuhnya bergetar bersamaan dengan keluarnya air mata.Ia menatap satu – satunya foto istrinya yang ada di ponselnya.Choi Ji Eun, wanita cantik dan cerdas yang dinikahinya 3 tahun lalu. Wanita itu bahkan tetap bertahan di sisinya meski banyak sekali kesedihan yang telah ia lalui.Hwan menyiksanya.Hwan membencinya.Hwan menjebaknya.Namun ia terus bertahan berada di sisi suaminya yang bejat.
Ji Eun sudah membatalkan keputusannya untuk melakukan kemoterapi tanpa sepengetahuan siapapun ketika ia mendapat semua penjelasan dari ahjumma.“Tugasku sudah selesai, aku akan segera menyelesaikan semua ini dan meninggalkan Hwan serta Ji Hwan dalam keadaan aman,” Ujarnya setelah menelepon Dr. David.Tentu saja kondisinya memburuk, berat badannya turun beberapa kilo dan kulitnya semakin hari semakin pucat.Semalam Ji Eun pingsan karena shock berat.Dengan cepat ia berusaha mengembalikan semangat dan melupakan apa yang terjadi semalam, berusaha menjadi Ji Eun seperti biasanya.Usai mandi, Ji Eun menatap dirinya di Kaca. Ia harusnya langsung memakai baju, tapi badannya terasa sangat berat dan lelah. Ia juga mulai menyadari kalau napasnya juga agak terengah – engah.“Ada apa denganku ?,” Gumamnya.Ji Eun menarik napas dalam – dalam dan mencoba bernapas seperti biasanya.“Aku baik – b
Ji Eun menghela napas kasar dan mengacak – acak rambutnya.Kepalanya terasa begitu pening setelah mendengar beberapa hal dari mulut wanita di hadapannya.Ia meraih segelas air dan meminumnya untuk mensetabilkan emosinya.“Kenapa tidak berusaha menutupinya ?, kenapa langsung mengaku ketika aku bertanya ?,” Tanya Ji Eun.“Aku tidak mau lagi berbohong, sudah lama aku tidak menjadi informan mereka karena aku lelah melihatmu yang terus tersakiti,” Jawab wanita paruh baya di hadapannya.“Apa kau juga memberitahu mereka tentang penyakitku ?,” Tanya Ji Eun.Wanita itu menggeleng.Dibanding Ji Eun, Jae Hee yang berada di sebelahnya sudah tak sanggup berkata – kata. Ia merasa sangat kecewa.“Ahjumma,” Akhirnya Jae Hee angkat bicara.“Lanjutkan, kau baru saja mengakui kalau yang membunuh Yoona bukan Tuan Lee. Lalu apa saja yang terjadi ?, bagaimana Yoona terbunuh ?,&