Share

108. Dua Cahaya Menembus Langit

“Cahaya apa itu?”

Orang-orang Astagina segera menoleh ke langit arah barat daya. Semuanya menganga menyaksikan cahaya biru menggapai awan. Langit menjadi biru, lebih biru dari biasanya. Angin berhembus perlahan seolah tertarik pada cahaya biru itu, sama seperti orang-orang itu. Di tepian wilayah kerajaan, bahkan ada yang bergerak mendekat demi menyaksikan sumber cahaya.

Begitu pun Danapati dan Warasena. Dua pria itu sampai berdiri di menara barat demi mengetahui dari mana cahaya biru itu berasal. Mereka saling pandang. Tak ada seorang pun dari mereka yang pernah mendatangi tempat itu.

“Cahaya apa ini? Apakah ini suatu pertanda?” gumam Danapati.

“Itu arah barat daya, seingatku tak ada apa pun di sana. Hanya hutan dan perbukitan, serta air terjun yang airnya mengalir hingga ke mari,” tambah Warasena.

“Kau benar, tapi cahaya apa? Energi ini begitu besar. Jika pun pusaka, pasti pusaka sakti!” tandas Danapati. “Prajurit!” serunya.

“Sendika, Gusti!”

“Cari Senopati Kalawangsa. Minta dia kiri
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status