Bianca duduk di sofa kamar sambil membaca majalah fashion. Tidak lama kemudian ponselnya berdering. Ia mengambil ponselnya, melihat kelayar nomor tidak dikenal menghubunginya. Awalnya Bianca ragu untuk menjawab. Tapi ponselnya tidak henti berdering. Mau tidak mau Bianca akhirnya menjawab panggilan telepon."Hallo?" sapa Bianca saat panggilannya terhubung."Apa kabar Bianca? lama tidak mendengar suara indah mu." suara bariton membuat Bianca terkejut. Bianca sangat mengenal suara ini. Bianca melihat ke layar ponselnya. Nomor tidak di kenal. "A-Alex?" "Kau rupanya masih mengingat ku sayang. Aku sudah melihat diri mu yang sedang hamil. Kau sungguh cantik. Bahkan dengan keadaan kau mengandung anak suami mu yang sialan itu, kau tetap sangat cantik dan seksi." kata Alex dengan seringai diwajahnya dari balik telepon."Jangan mengganggu ku! atau kau akan tahu akibatnya!" seru Bianca dengan nada penuh ancaman. Alex tertawa dari balik ponsel. "Kau rupanya bisa mengancam sekarang. Bagaimana ji
Sepanjang jalan Bianca sudah melihat beberapa anak buah Alex mengikutinya. Kini Bianca sudah tiba di alamat yang Alex kirimkan padanya. Bianca turun dari mobil, ia tidak ada pilihan lain selain menyelamatkan adiknya. Bianca ingat pesan kedua orang tuanya, ia harus menjaga adiknya. Bianca tahu, dia salah tidak memberitahu Arthur. Tapi ia tidak memiliki pilihan lain. Bianca mengusap dengan lembut perutnya. "Kuatlah nak. Mama akan melindungi mu." batin Bianca. Seorang pria berbadan besar melangkah menghampiri Bianca. "Silahkan ikut kami nona, tuan kami sudah menunggu anda." ucap pria itu. Bianca mengangguk. "Ya." kemudian Bianca melangkah mengikuti pria yang tadi berbicara dengannya. Bianca menatap gudang kosong yang jauh dari perumahaan penduduk. Bianca mengatur nafas dalam. Ia tidak boleh takut pada apapun. Kini yang terpenting menyelamatkan adik dan keponakannya dan anak yang di kandungnya harus tetap sehat. Bianca yakin anaknya pasti sangat kuat. "Silahkan nona, tuan sudah ada di
Sekitar tiga puluh menit perjalanan. Arthur sudah tiba di tempat yang di tunjukan Alvin. Arthur turun dari mobil lalu Steven dan yang lainya mengikuti Arthur. Mereka bersembuyi di balik dinding saat melihat anak buah Alex begitu banyak dengan memegang senjata."Arthur, anak buah mu apa membawa senjata? ini sulit anak buah Alex terlalu banyak. Shit! aku tidak menyangka dia memiliki anak buah sebanyak ini." tukas Steven, ia mengintip dari balik dinding."Anak buah ku selalu membawa senjata. Tidak ada jalan lain, anak buah ku menyerang anak buah Alex dari depan. Kau dan aku ikut ke dalam." balas Arthur.Steven memeriksa amunisi di pistolnya. "Aku harap ini cukup.""Cukup. Jika kau menggunakan seperlunya. Tidak ada waktu lagi. Kau dan aku kita langsung ke dalam." tukas Arthur. dan Steven mengangguk setuju.Arthur dan Steven berjalan masuk. Sesekali Steven melihat ke belakang. Beberapa anak buah Alex sudah berhasil di kalahkan anak buah Arthur. "Arthur, gudang itu apa mungkin Caroline dan
Arthur berdiri di ruang operasi. Kini ia sudah berada di rumah sakit. Arthur sangat panik dan gusar di depan ruang operasi. Pikirannya tidak bisa berpikir jernih. Ia terus memaki dirinya tidak bisa melindungi anak dan istrinya dengan biak. Pikirannya kalut, bahkan ia tidak bisa tenang. Sudah sejak tadi dokter memeriksa namun belum juga keluar. Di depan ruang operasi juga ada Caroline dan Steven. Terutama Caroline dia tidak ingin beranjak pergi. Meskipun Steven meminta Caroline beristirahat, tapi Caroline tetap menolak. Caroline ingin melihat bagaimana keadaan Bianca. Saat ini Caroline hanya tinggal memiliki seorang kakak. Annabeth yang tadi pingsan, sudah dalam perawatan. Sebelumnya Steven dan Caroline sudah menemani Annebeth. Tapi kini Annabeth dijaga oleh Bella pengasuhnya. Caroline merasa tidak tenang. Bagaimanapun Caroline baru saja kehilangan kedua orang tuanya. Itu yang membuat Caroline semakin takut. Robert dan Elena sudah tiba di rumah sakit. Setelah mendapat kabar mengenai
Pintu ruang oprasi terbuka dan dokter Ricky keluar seorang diri, wajah lelah terlihat jelas saat Ricky langsung melepaskan maskernya.Arthur masih dengan tatapan kosong. Dia tidak mampu mendengarkan apa yang di katakan oleh Ricky. Bahkan saat Ricky keluar dari ruang operasi, Arthur tetap tidak mampu berdiri. Ia tidak mampu mendengar apa yang dikatakan oleh Ricky."Dokter, bagaimana dengan menantu ku?" tanya Elena dengan panik.Dokter Ricky menggeleng pelan, lalu berjalan menghampiri Arthur. Dokter Ricky ikut duduk di lantai tepat di hadapan Arthur. "Beginikah seorang Arthur Afford? aku mengenal mu saat SMA kau pria yang tangguh dan kuat.""Pergilah Ricky, jika kau hanya mengatakan sesuatu yang buruk pada ku. Lebih baik kau pergi." ucap Arthur dengan suara parau. Tatapan mata kosong. Ia tidak mampu mendengar apa yang dikatakan oleh Ricky.Dokter Ricky mengulas senyumannya. "Kau tahu, kau adalah sosok pria yang aku kagumi. Kau pria hebat, nyatanya aku melihat seorang Arthur Afford begit
Altov duduk di kursi kerjanya, membaca laporan keuangan perusahan milik Clarissa. Altov tidak memikirkan uang yang akan dia keluarkan untuk perusahaan milik sepupunya itu. Lagi pula Altov memang memiliki kuasa. Terlebih Pauline ibu Clarissa adalah saudara kembar dari ibunya sendiri. Hanya saja yang Altov pikirkan adalah Clarissa meminta Altov melawan Arthur. Bukan tidak bisa, tapi pasti Arthur akan menyerang. Altov sudah melihat laporan tentang Afford Company.Terdengar suara ketukan pintu. Altov langsung memintanya untuk masuk. "Tuan." sapa Christian menundukan kepalanya saat masuk ke ruang kerja Altov. "Kau sudah mencari tahu yang aku minta?" tanya Altov. "Sudah tuan.""Katakan sekarang." "Arthur Afford adalah mantan kekasih Nona Clarissa sebelum Nona Clarissa menjalani mengobatan di Madrid. Sudah hampir sembilan tahun Nona Calrissa menghilang lalu Nona Clarissa kembali. Tapi kenyataannya sudah berubah, Arthur sudah menikah dengan seorang designer. Terkahir saya mencari tahu No
Sudah lima hari Bianca masih belum sadar. Setiap harinya Arthur tidak pernah meninggalkan Bianca. Arthur membawa semua pekerjaan ke rumah sakit. Semua masalah kantor ditangani oleh Alvin. Terkadang jika memang harus Arthur terpaksa meninggalkan Bianca, Elena selalu datang menjaga Bianca. Tidak hanya Elena tapi Viola dan Caroline sering bergantian untuk menjaga Bianca. Sedangkan Robert sering mengunjungi cucunya. Arthur memutuskan nama panggilan putranya adalah Justin. Setelah menjaga Bianca, Elena juga sering melihat cucunya. Elena melihat wajah Justin begitu mirip dengan Arthur saat Arthur bayi. Annabeth sejak dua hari yang lalu bisa pulang. Caroline menitipkan Annabeth pada Steven. Caroline sering menjenguk Bianca. Caroline takut, Annabeth akan merasakan kesepian. Akhirnya Caroline memutuskan untuk menitipkan Annabeth pada Steven. Kini Arthur tengah duduk sambil menatap istrinya yang masih memejamkan matanya. Meskipun Bianca belum sadar, tapi setidaknya Arthur masih mendengar de
Clarissa duduk di ruang kerjanya sambil melihat hasil laporan yang diberikan oleh direktur keuangan. Perusahaannya kini sudah hampir kembali normal. Meskipun masih belum seperti kemarin, tapi setidaknya Clarissa puas. Altov menyuntikan dana sangat besar pada perusahaan Clarissa. Tidak percuma Clarissa memiliki sepupu yang hebat. Altov memang pria yang sangat hebat. Altov selalu membantu Clarissa di masa sulit. Clarissa tidak perlu takut lagi pada ancaman Arthur. Jika Altov beradai disisi Clarissa, tentu Clarissa tidak akan takut apapun. Beruntung Pauline ibu Clarissa memiliki saudara kembar yang menikah dengan pria hebat. Itulah yang membuat Clarissa semakin menyukai Arthur. Clarissa akan memilih pria hebat yang bersanding dengannya. Clarissa tidak pernah mau menikah dengan pria yang tidak sebanding dengannya. Bagi Clarissa, dia harus mendapatkan pria yang berada jauh diatasnya. Dulu saat Clarissa masih menjalin hubungan dengan Arthur, Clarisa memang sangat mencintai Arthur. Tapi u
Satu minggu kemudian...Bianca tengah duduk di sofa sembari menyusui Nathan. Bianca tersenyum melihat bayi mungilnya. Wajahnya sungguh mirip dengan Justin saat Justin masih bayi. Bianca mengusap pelan pipi Nathan. Kini hidupanya benar-benar sempurna. Memiliki suami yang mencintainya dan memiliki dua putra yang sangat tampan. Suara dering ponsel terdengar, Bianca mengambil ponselnya dengan tangan kanannya. Tangan Kiri Bianca tengah menopang kepala Nathan yang masih menyusu padanya. Bianca menatap ke layar ponsel, tertera nama Irina di layar ponselnya. Kening Bianca berkerut dalam ketika melihat nama Irina. Tidak biasanya Irina menghubungi dirinya. Tanpa menunggu lama, Bianca mengusap tombol hijau untuk menerima panggilan. Sebelum kemudian, Bianca meletakan ponselnya di telinganya. "Irina?" sapa Bianca saat panggilan terhubung. "Bianca? Kau masih menyimpan nomorku?" tanya Irina dari seberang line. "Tentu Irina, aku masih menyimpannya. Apa kabar Irina?" "Aku baik, bagaimana denganmu
Beberapa bulan kemudian.. Di ruang operasi, Arthur terus berada di samping Bianca. Bayi dalam kandungan Bianca, tidak dalam posisi yang tepat. Hingga akhirnya dokter menyarankan untuk Bianca kembali operasi caesar. Arthur terus mengecupi kening Bianca saat dokter melakukan proses operasi. Sudut mata Bianca mengeluarkan air mata haru, dia kembali bisa melahirkan buah cintanya dengan Arthur. Oeee...Oee.... Sura tangis bayi pecah di ruang operasi. Air mata Bianca menetes ketika mendengar bayinya menangis. Arthur mengecup kening istrinya. Mata Arthur tidak mampu lagi menahan, air matanya menetes saat mendengar suara bayi. "Terima kasih sayang," bisik Arhur. "Bayi laki-laki," ucap sang dokter. Tidak perduli apa jenis kelaminya, terpenting bagi Bianca dan Arthur anaknya lahir dengan selamat. Kehamilan yang kedua ini, Bianca memang sengaja tidak memeriksa jenis kelamin bayinya. "Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Me
Viola duduk di tepi ranjang, menatap Richo yang masih terus menutup matanya. Dokter memang mengatakan peluru tidak mengenai jantung Richo, tapi hingga detik ini Richo masih juga belum sadar. Beberapa hari ini, Viola menjalani harinya begitu berat. Viola merasa kehilangan sosok Richo yang setiap hari selalu mengganggunya. Viola menyentuh tangan Richo, mengelus pelan."Richo, kapan kau bangun? Aku merindukan mu Richo..." air mata Viola tidak mampu lagi tertahan. Dia sungguh merindukan kekasihnya itu. Rasanya beberapa hari tanpa Richo dia benar-benar merasakan tidak lagi bernyawa. "Selama ini aku selalu menutupi perasaan ku. Aku menyukai cara mu yang tidak pernah menyerah mendapatkan ku. Aku sungguh menyukai setiap cara mu Richo. Kau tidak pernah lelah mengejar ku. Bahkan berkali-kali aku mengusir mu dari kehidupan ku, kau tetap meminta ku menjadi wanita mu. Andai waktu bisa di putar, sudah sejak awal aku menerima mu." "Masa lalu mu memang membuat ku ragu menerima mu. Tapi percayalah,
Beberapa hari kemudian... Altov turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam rumah tempat dimana dia menyembunyikan Clarissa. Altov masih mengurung Clarissa sebelum menjebloskannya ke dalam penjara. Sebenarnya Arthur tidak setuju dengan apa yang di rencanakan Altov, tapi Altov memiliki alasan tersendiri mengurung Clarissa. Tidak hanya Clarissa, tapi Jesslyn yang turut membantu Clarissa juga di kurung oleh Altov. Alasannya karena permintaan dari Viola. Saat itu ketika Viola mendengar Jesslyn sudah berhasil di tangkap oleh Altov, Viola meminta waktu sebentar sebelum menjebloskan Jesslyn ke penjara. "Tuan," sapa Christian saat Altov melangkah masuk ke dalam. "Dimana Clarissa?" tanya Altov dingin. "Masih berada di kamarnya tuan," jawab Christin. Altov mengangguk, kemudian melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar. Tempat dimana Clarissa di kurung. Setiap kali Altov bertemu dengan Clarissa, dia merasa dirinya tidak berguna. Harusnya sejak awal Altov menyeret paksa Clarissa meningg
Arthur dan Drake kini pergi ke tempat persembunyian Clarissa. Alvin sudah memberikan informasi saat ini Clarissa dan Jessly dalam perlindungan Jasson Steele. Itu artinya Arthur sendiri yang harus turun tangan. Tidak hanya Arthur, tapi Drake juga turun tangan. Drake ingin langsung berhadapan dengan Jasson. Jika sampai Jasson mempersulit, maka tidak ada pilihan lain bagi Drake untuk melakukan tindakan kekerasan. Mobil Arthur telah tiba di sebuah rumah yang jauh dari Manhattan. Arthur tahu, Jasson memang sengaja menyembunyikan Clarissa di tempat ini. Arthur dan Drake turun dari mobil. Beberapa pengawal Arthur dan Drake berada di belakang. Arthur tersenyum melihat penjagaan ketat demi menyelamatkan Clarissa. Tapi Arthur tidak perduli sedikit pun. Arthur dan Drake tetap melangkah masuk ke dalam. Langkah Arthu terhenti ketika pengawal Jasson menghadang dirnya. Alrthur tersenyum sinis menatap para pengawal Jasson yang menghalanginya. Rupanya Jasson memang berniat untuk melawan dirinya. Sun
Perlahan Bianca mulai membuka matanya, dia menatap ruangan putih. Bianca menoleh dan melihat ada Arthur dan Paula yang berjaga di sisinya. Mereka sama-sama tersenyum saat Bianca sudah membuka matanya. "Bianca? Kau mendengar ku?" Arthur mengelus dengan lembut pipi Bianca. "Arthur kenapa aku di sini?" Bianca mengerutkan keningnya. Dia berusaha mengingat kenapa dirinya berada di rumah sakit. Namun, ketika Bianca mengingat sesuatu. Ingatan di kepalanya begitu jelas tentang Tasya, Richo dan Ella yang tergeletak dengan berlumuran darah. Wajah Bianca langsung memucat, saat dia mengingat semuanya. "Arthur? Bagaimana keadaan Tasya? Richo dan Ella bagaimana?" Bianca semakin panik, kepalanya semakin sakit dan memberat."Ssst, jangan pikirkan itu Bianca. Aku yakin mereka akan selamat," Arthur membawa tangannya mengusap lembut perut istrinya. "Aku minta pada mu, jangan memikirkan hal berat, Dokter mengatakan kandungan mu lemah. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada anak kita." Sebelumnya dokter
Bianca menatap cermin, kini tubuhnya sudah terbalut dengan gaun berwarna gold dengan model atas kemben. Hari ini adalah ulang tahun putranya, Justin. Bianca masih tidak menyangka usia Justin sudah satu tahun. Perjuangan yang Bianca hadapi dulu saat melahirkan putranya itu, tidak pernah bisa terlupakan. Beruntung Tuhan masih melindungi dirinya dan putra kesayangannya. Arthur yang melangkah masuk ke dalam kamar, dia menatap istrinya sudah terbalut dengan gaun yang membuat istrinya terlihat sangat cantik dan seksi. Arthur mendekat, dia langsung memeluk Bianca dari belakang. Memberikan kecupan di tenguk leher. hingga ke pundak mulus milik istrinya itu. "Kenapa kau selalu cantik hem?" bisik Arthur di sela-sela kecupannya. Bianca tersenyum, lalu membalikan tubuhnya menatap lekat wajah suaminya. Bianca mengelus lembut rahang Arthur. "Dan kau selalu tampan."Arthur mengeratkan pelukannya. "Aku rasanya tidak ingin keluar kamar. Aku ingin terus di sini bersama mu." "Kau ini bagaimana! Putra
Viola menyandarkan punggungnya di sofa. Sejak kejadian dirinya bertengkar dengan ayahnya, Viola lebih menyendiri. Daisy ibunya kini sudah mengetahui semuanya. Viola sengaja mengatakan langsung pada Daisy. Viola tidak ingin Daisy terus tertipu pada Carlos yang memberikan sebuah cinta palsu. Selama ini Carlos selalu menunjukan peran ayah yang terlihat begitu sempurna. Tapi kenyataan yang Viola dapatkan ayahnya sendiri berusaha mengahancurkan kehidupannya. Richo melangkah masuk ke dalam rumah, dia menatap Viola tengah melamun. Richo langsung berjalan mendekat ke arah Viola, dan langsung duduk di samping kekasihnya itu. "Kau sedang memikirkan apa?" tegur Richo yang membuat Viola menghentikan lamunannya. Viola mengalihkan pandangannya dan menatap Richo yang duduk di sampingnya. "Kau sudah pulang? Maaf aku tidak menyadari kau datang." "Ada yang kau pikirkan?" Richo kembali bertanya, dia menatap wajah kekasihnya terlihat begitu muram. "Tidak ada," jawab Viola yang berbohong. Dia tidak i
Hari ini hari dimana Viola meminta Richo menemani dirinya untuk bertemu dengan ayahnya. Viola sengaja meminta Richo untuk menemani dirinya. Viola ingin tahu apa reaksi dari ayahnya setelah dia mengetahui semuanya. "Apa kau yakin ingin bertemu dengan ayah mu?" tanya Richo yang kini berada di depan mobil. Sebelum masuk, dia kembali memastikan pada Viola. Viola mengangguk. "Kita harus menemuinya. Aku ingin langsung melihat tindakan apa yang dia ambil setelah melihat kita berdua." "Allright, dengan senang hari aku bertemu dengan calon mertua ku." Richo masuk ke dalam mobil. Begitu pun dengan Viola. Kemudian Richo mulai melanjukan mobilnya meninggalkan halaman parkir mansionnya. "Apa kau sudah tahu dimana rumah ayah ku yang baru?" Viola membuka suara ketika Richo tengah fokus melajukan mobil. "Lebih tepatnya itu adalah rumah lama ayah mu. Rumah itu tempat tinggal ayah mu dan Aria. Aku rasa Jesslyn juga berada di sana. Karena tadi aku meminta assistant ku dan melihat apartemen Jesslyn