"Bangun!" "Hmmm …."Julia semakin mengeratkan pelukan pada gulingnya yang beraroma tubuh Arjuna. Perempuan itu sama sekali tidak menghiraukan suaminya yang tengah menggoncangkan tubuhnya dengan keras. Terlihat dia malah semakin nyenyak ditidurnya."Anak perempuan. Kalau sudah menikah harus bangun lebih awal dari suaminya. Ayo cepat bangun, Julia!" Arjuna semakin kesal. Ia menarik tubuh Julia dan memaksanya untuk bangun, tetapi Julia sama sekali tidak mau bergerak. "Kamu yang maksa aku nikah. Aku belum mau menikah padahal." Julia melirik suaminya sebentar, lalu kembali menutup mata dan bertanya sambil merengek. "Memangnya pukul berapa ini?""Jam lima. Hari ini kamu masih libur kerja, kan? Libur empat atau lima hari?" Julia mengangguk. "Aku minta lima hari." "Oke, lima hari. Aku akan kasih kamu pekerjaan rumah. Jadi, biar kamu tidak bosan nanti." Arjuna berjalan membuka laci yang terdapat di sebelah kasurnya. Ia mengambil selembar catatan yang sudah tertulis rapi beberapa agenda, lal
Julia povSeperti rutinitas sebelumnya. Aku harus bangun pagi, menyiapkan ini itu, lalu menyelesaikan tugas rumah layaknya ibu rumah tangga. Dan faktanya aku memang akan menjadi calon ibu. Aku tidak menyangka takdir yang membawaku sepelik ini. Dulu sebelum menikah dengan Arjuna, aku kira dia akan memperlakukanku sangat buruk. Ternyata aku salah. Dia lumayan bersikap baik padaku. Untuk saat ini aku hanya membenci sifat menyebalkan suamiku yang suka menyuruh-nyuruh itu. Seperti saat ini, aku dijadikan ART dadakannya untuk menggantikan ART-nya yang sedang izin keluar. Namun aku tidak masalah. Itu memang tugas umum seorang istri. Dan seharusnya aku tidak mengeluh. Hanya saja aku sering lelah, mengerjakan semua ini dari pagi dan lewat siang. Capek! Aku berjalan menuju wastafel. Mencuci piring atau gelas yang sekiranya kotor. Hal paling menyenangkan adalah mencuci piring, lalu mengalirkan air bersih sampai terdengar bunyi decit ketika disentuh dengan jari telujuk. Hal paling sederhana tap
Gerimis pagi hari menjelang fajar yang menerbangkan udara dingin membuat siapa saja tidak rela untuk beranjak dari tidurnya. Seperti Julia saat ini, ia semakin bersembunyi di balik selimutnya dan merapatkan tubuhnya ke suaminya. Dan ia tidak sadar ketika melakukan itu. Lalu suara alarm yang pelan-pelan mulai terdengar mengusik telinga membuat perempuan itu mendesis pelan. Julia menjulurkan tanganya, mencari-cari ponselnya, lalu ia mematikan ponselnya tanpa mau repot menatap jam yang tertera. Selimut yang tadi sempat melorot dari tubuhnya, kembali ditariknya untuk menutupi tubuhnya yang dingin. Gerakan tersebut sukses membuat suaminya terbangun. "Kamu nanti sudah mulai masuk kerja, kan?" Suara serak Arjuna yang terdengar begitu dekat dengannya sukses membuat Julia terjaga. Lelaki itu lantas menyalakan lampu hingga membuat seisi ruangan menjadi terang. Julia mengedipkan mata pelan, matanya berusaha beradaptasi dengan cahaya lampu. Lalu ia cukup terkejut melihat posisi mereka yang begi
"Kamu kenapa? Tidak enak badan?" Julia berjalan cepat menghampiri Arjuna yang tengah terbaring lemas di atas kasur. Julia baru saja selesai membereskan sisa makan malam mereka di dapur dan mencuci semuanya. Termasuk bekal yang tadi pagi mereka bawa. Melihat ada yang sedikit pelik dari suaminya, maka Julia segera menyelesaikan tugasnya lalu menghampiri Arjuna ke kamar. Dan benar saja, Arjuna terlihat lelah dan lesu. "Hm ...." Arjuna hanya bergumam tidak jelas. Julia semakin menghilangkan jarak di antara suaminya. "Ya ampun, badan kamu panas sekali," pekik Julia terkejut setelah menyentuh kening suaminya. "Kamu ada Paracetamol?" tanya Julia. Arjuna menggeleng pelan. "Sudah …. Biarkan saja …. Besok sembuh sendiri," rintih Arjuna membenamkan wajahnya di bantal. Julia menghela nafas. "Ya sudah. Aku akan membelikan kamu obat sekarang," Julia berjalan cepat menuju lemari. Ia mengambil jaket, dompet, dan kunci mobil milik suaminya. Jaket yang ia kenakan berwarna merah, yang
Beberapa hari kemudian. Berolahraga adalah hobi sekaligus rutinitas rutin Arjuna. Ia juga memiliki hobi makan, dan alangkah lebih baik kalau kebiasaan makannya dibarengi dengan hal-hal sehat. Seperti olahraga salah satunya. Manfaat olahraga yang menjadi fokus utamanya adalah untuk mencegah penyakit, mengoptimalkan energi dalam tubuh, meningkatkan kualitas tidur, membuat jantung lebih sehat, dan meningkatkan kinerja kognitif otak. Selebihnya bagi Arjuna adalah bonus. Arjuna sudah mengelilingi kompleks perumahannya selama tujuh kali putaran. Keringat mengucur deras. Rambut dan kaos tanpa lengannya basah oleh keringat. Arjuna mengusap keringat di wajahnya dengan kain yang tersampir di lehernya. Beberapa orang yang melintas, jogging seperti Arjuna menyapanya dengan ramah, walaupun mereka sama sekali tidak saling mengenal. Sebagai bentuk untuk menunjukkan kalau mereka ramah antar tetangga. Arjuna menatap jam tanganya. Lalu ia berbalik arah, dan mulai berlari kecil menuju rumah untuk pulan
Julia pov. Siang itu suasana di dapur cukup riuh. Aku dan Mbak Yasmin tengah sibuk menimbang beberapa tepung dan bahan lainnya untuk menjadikannya kue. Setelah selesai menimbang dan mengumpulkan semua bahan, aku kembali mengecek kue yang masih dalam oven. Beberapa kue yang sudah matang di dalam oven segera kuambil. Tercium aroma lembut yang menguap masuk ke hidungku. Ketika akan mencicipinya aku dikejutkan oleh suara berisik dari ruang tamu. Lebih tepatnya pintu ruang utama. Prank. "Itu suara apa, Mbak?" Aku menatap Mbak Yasmin bingung dengan raut wajah waspada. Aku takut kalau ada pencuri atau apalah yang menerobos masuk ke dalam rumah ini. Membayangkan kejadian-kejadian sadis tentang perampokan seperti di berita beberapa tahun lalu cukup membuatku bergidik ngeri. Mbak Yasmin menghela nafas singkat. Lalu lanjut melakukan kegiatannya dengan santai. Ia tidak terlalu menghiraukan aku yang sedang ketakutan ini. "Haduh, itu kayaknya si bos deh. Mood dia lagi buruk. Coba kamu ce
Arjuna mengerjapkan matanya perlahan. Ketika matanya terbuka dengan sempurna, hal yang pertama ia lihat adalah wajah manis istrinya yang tengah tersenyum padanya. Senyuman yang begitu hangat yang pernah Arjuna lihat. Ketika tatapan mereka saling bertemu. Tidak ada sepatah suara pun yang keluar, mereka masih menikmati memandang wajah masing-masing. Saling meresapi perasaan. Posisi Arjuna masih seperti semula, ia masih berbaring di pangkuan Julia. Dan Julia sesekali mengusap kening Arjuna. "Kamu sudah bangun?" tanya Julia memecah keheningan. Ia mengusap kening Arjuna dengan lembut. Menyingkirkan anak rambut yang terjatuh menghalangi tatapan mata Arjuna. Arjuna tersenyum hangat. Ia meraih tangan lembut istrinya, lalu menciumnya. "Berapa lama aku tertidur?" tanya Arjuna balik. Ia menatap arlojinya. "Satu setengah jam," jawab Julia cepat tanpa mengalihkan tatapannya yang masih terkunci pada mata Arjuna. Arjuna menggeser tubuhnya. "Maaf, pasti kamu pegal." Arjuna segera bangun. Ia dud
"Mana barang yang mau kamu bawa?" tanya Arjuna setelah mengikuti Julia pergi ke dapur. Ia berhenti berjalan ketika Julia berhenti. "Itu." Tunjuk Julia. Arjuna mengikuti arah ke mana jari telunjuk Julia menunjuk. Tatapannya berhenti pada dua bungkus kantong plastik yang tergeletak di atas meja. Dengan isi yang lumayan penuh. Dan beberapa toples yang tak muat di plastik. "Barang bawaan kamu sebanyak itu? Serius kamu?" tanya Arjuna dengan ekspresi tertahan. Ia berpikir mungkin akan susah dibawa kalau Julia mengajaknya naik motor. Lebih mudah naik mobil. Barang-barang sebanyak itu cukup ditaruh di belakang bagasi saja. Julia mengangguk antusias. Itu semua kue buatannya tadi dengan Yasmin. Dia sengaja membuat banyak untuk sebagian diberikannya kepada Ridwan dan Vino. Papa dan Vino pasti sangat menyukainya. "Iya, aku mau bawa ini semua. Memangnya kenapa?" Julia menatap Arjuna dengan muka semringah. Dia tidak memperdulikan raut wajah suaminya yang sepertinya hendak protes itu. "Ka
Bonus. Arjuna dan Julia adalah pasangan suami istri yang bahagia. Delapan bulan setelah pernikahan mereka, mereka dikaruniai seorang putra yang diberi nama Arka. Kehadiran Arka membawa keceriaan baru dalam kehidupan mereka.Arka tumbuh dengan pesat. Di usianya yang ke-8 bulan, dia sudah mulai bisa berjalan dan sesekali memanggil "papa" dan "mama". Arka juga suka sekali menunggu di depan pintu, menanti kepulangan sang papa dari bekerja. Setiap kali Arjuna pulang, Arka akan berlari ke arahnya dan memeluk kakinya dengan erat. Arjuna selalu menyempatkan waktu untuk bermain dengan Arka, menggendongnya, dan membacakannya cerita. Julia pun tak kalah sayang dengan Arka. Dia selalu sabar dan telaten mengurus Arka, memandikannya, memakaikannya baju, dan memberinya makan.Suatu hari, Arjuna harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan selama beberapa hari. Julia merasa sedih karena anaknya harus berpisah sementara dengan papanya. Namun, dia tetap tegar dan berusaha untuk tidak menunjukkan
Arjuna dan Julia menyambut sang buah hati dengan penuh rasa haru dan bahagia. Sejak kepulangan Julia dari rumah sakit, Arjuna dengan penuh semangat mempelajari segala hal tentang mengurus bayi. Dia dengan telaten memandikan, mengganti popok, dan menggendong buah hati mereka dengan penuh kasih sayang.Suatu sore, Julia mengamati Arjuna dari atas kasur saat dia memandikan bayinya. Arjuna dengan penuh kelembutan membersihkan tubuh mungil sang bayi, sesekali mengajaknya berbicara dengan suara yang begitu lembut. Julia tersentuh melihat betapa Arjuna begitu menikmati momen tersebut, dan rasa cinta serta kasih sayangnya terhadap buah hati mereka semakin kuat."Terima kasih, Arjuna," bisik Julia dengan penuh rasa haru.Arjuna menoleh ke arah Julia dan tersenyum. "Apa pun untuk anak kita," jawabnya dengan penuh kasih sayang.Hari-hari Arjuna dan Julia pun diwarnai dengan kebahagiaan sebagai orang tua baru. Mereka saling bahu membahu dalam mengurus buah hati mereka, dan cinta serta kasih sayan
Jantung Arjuna berdegup kencang, rasa cemas dan khawatir mewarnai wajahnya. Ia duduk di kursi tunggu rumah sakit, menunggu kabar dari sang istri yang tengah menjalani operasi caesar di dalam ruangan yang terlihat sangat tertutup itu. Operasi yang sudah ditunggu-tunggu sekaligus penuh kekhawatiran, karena ini adalah anak pertama mereka.Jam demi jam terasa begitu lama. Arjuna terus memanjatkan doa, memohon kelancaran operasi dan keselamatan bagi istri tercinta. Bayangan wajah sang istri selalu terngiang di benaknya, senyumannya yang hangat dan tawa riang yang selalu menghiasi hari-harinya. Kegiatan istrinya yang suka sekali memasak aneka kue membuatnya teringat pilu. Tiba-tiba, pintu ruangan operasi terbuka. Seorang suster dengan wajah teduh melangkah keluar, membawa selimut kecil berwarna putih. Arjuna bangkit dari kursinya, jantungnya berdebar semakin kencang."Pak Arjuna," Suster itu tersenyum hangat, "Ini putra Bapak." Perlahan, suster membuka selimut itu, memperlihatkan wajah mun
Arjuna berjalan cepat mengikuti perawat yang sudah mendorong istrinya di atas brankar rumah sakit untuk segera dilakukan pemeriksaan. Sedari tadi yang ia lihat Julia hanya menggerang kesakitan dengan mata terpejam. Sungguh Arjuna yang melihat itu ikut merasakan kengerian. Sebagai calon bapak-bapak yang menunggu anaknya lahir dengan kepanikan yang luar biasa, mestinya ia tidak tenang. ***Semua tahap pemeriksaan telah dilakukan. Dokter spesialis kandungan menyarankan Julia untuk segera melakukan operasi caesar hari itu juga dikarenakan posisi janin belum sesuai, juga volume ketuban yang malah berkurang. Tentu saja itu bukanlah hal yang bagus untuk calon bayi. Julia sudah mulai tenang tidak kesakitan lagi. Iya berbaring dengan nyaman di atas brankar. Arjuna menarik kursi, dan duduk di dekat istrinya. Ia mengusap kening istrinya, lalu tersenyum manis. "Kamu mau minum?" tawar Arjuna menyodorkan air mineral ke arah Julia. Para perawat sudah pergi. Kamar VVIP yang sangat luas itu teras
Julia Pov. Seperti hari-hari sebelumnya. Hari ini aku berangkat bekerja dihantar oleh suamiku, Arjuna. Di dalam mobil terasa sunyi, aku maupun dia sama-sama saling menutup mulut. Tidak ada basa-basi seperti biasanya. Hanya ada suara desah nafas lelahku yang sepertinya kebanyakan memikirkan masalah akhir-akhir ini. Yah, lagi-lagi masalah sepele. Selalu saja kepikiran. Sebenarnya aku masih memikirkan perihal semalam. Tentang keinginan Arjuna untuk tetap menjadikan aku istri selamanya. Sebenarnya hal itu diluar ekspektasiku. Kadang aku berpikir untuk tidak bersama selamanya. Tiba-tiba menjelang kelahiran anakku, entah kenapa hatiku menjadi plin-plan. Aku merasa seperti keberatan untuk terus menjadi istrinya. Terkadang pikiran terburukku muncul, aku tidak ingin meneruskan pernikahan ini. Bagaimana kalau aku tidak bisa sepenuhnya mencintainya? Atau bagaimana kalau dia selama ini hanya berpura-pura baik di depanku saja? Maksudku di luar sana, seorang pebisnis besar pasti memiliki selingku
Julia mengerang. Ia melepaskan pelukan suaminya. Namun pelukan itu tak mau terlepas. Semakin erat. Ia juga bahkan sudah mencubit-cubit lengan Arjuna supaya mau melepaskannya, namun suaminya tetap tak bergeming. Julia menghela nafas pendek. "Aku mau mandi. Lengket semua badanku," ujar Julia dengan intonasi lirih. Terlalu pagi untuk bicara dengan intonasi agak tinggi. "Sebentar lagi ... tunggu lima menit lagi," Arjuna merengek, menenggelamkan wajahnya ke dalam rambut panjang istrinya. Menghirup aroma wangi yang semerbak. Sambil tetap masih memeluk istrinya. Julia mengambil ponselnya yang berada di nakas dengan susah payah. Lalu menyetel stopwatch dengan hitungan dimulai lima menit. Ia dengan anteng menikmati setiap detik waktu yang mulai berkurang. Sesekali mengusap lembut wajah suaminya. Jemari lentiknya bermain di sana. Sedang Arjuna semakin tidur terlelap
Pukul 10 malam. Julia menarik selimutnya dan bersiap-siap untuk segera tidur. Arjuna yang berada di sampingnya masih sibuk dengan laptopnya. Lelaki itu masih harus meneliti beberapa berkas yang akan dia kerjakan besok di kantor. "Bagaimana keadaan di kafe untuk beberapa hari ini?" tanya Arjuna memecah keheningan. Lelaki itu menatap ke arah Julia yang juga tengah menatap ke arahnya. Julia mengatur posisi berbaringnya sebelum menjawab. "Kafe kita mengalami peningkatan yang cukup drastis. Hampir setiap hari kafe kita ramai dengan pengunjung," jawab Julia antusias. Lalu ia kembali teringat beberapa waktu yang lalu, ia sangat disibukkan ketika kafe sedang ramai-ramainya dengan pengunjung yang ternyata kebanyakan adalah teman kantornya sendiri. "Kebetulan weekend kemarin teman-teman kantor banyak yang datang ikut melariskan kafe kita," ujar Julia menggebu-gebu. Arjuna mengangguk mendengarkan seluruh cerita dari Julia dengan khidmat. Jadi, usahanya ketika melakukan promosi di kantor bebera
Beberapa hari berlalu. Menjelang istirahat di kantor. Arjuna terlihat sibuk dengan ponsel pintarnya. Matanya fokus menatap tajam gambar menu makanan yang tertera di layar ponselnya. Masih dalam mode konsentrasi diiringi perutnya yang mulai berbunyi."Pesan ini saja, atau yang ini?" ujarnya yang lebih tepat untuk diri sendiri. Ia masih sibuk memilih-milih daftar menu makanan di suatu aplikasi yang tertera. Beberapa menu yang ia lihat dalam keadaan lapar membuat semuanya terasa begitu menggiurkan. Di ruangan itu, Arjuna hanya sendiri, tidak ada yang bisa ia mintai pendapat. Beberapa daftar makanan pesanannya sudah masuk ke dalam list pembayaran dan tinggal menunggu pengantar makanan datang membawakan makanan yang sudah ia pesan. ***Seorang perempuan berkaca mata minus tengah memegang ganggang telepon. Jemari lentiknya dengan lihai memencet angka-angka yang tertera di sana. Segera angka-angka tersebut tersambung pada tujuan yang sudah ditetapkan di kantor tersebut. Tak lama setelah itu
Seperti rencana awal yang telah ditetapkannya kemarin. Hari ini Julia berniat untuk pergi ke rumah papanya. Akan tetapi, tadi pagi-pagi sekali perempuan itu menangkap gerak-gerik mencurigakan dari suaminya, yang ternyata Arjuna memutuskan untuk ikut mengantar sekaligus mengawasi Julia. Sampai selamat tentunya. Mungkin lelaki itu baru sadar bahwa dia sudah harus siap siaga mulai dari sekarang. Takut terjadi apa-apa yang tidak diinginkan. "Kita naik motor lagi, ya," ajak Julia yang kelewat antusias, sampai ia mengabaikan mimik muka Arjuna yang tiba-tiba berubah menjadi pelik, dengan satu lirikan heran mengarah pada Julia. "Serius kamu mau naik motor lagi?" tanya Arjuna berusaha untuk bersabar dengan tingkah aneh-aneh istrinya yang menurutnya lumayan ekstrim untuk seseorang yang sedang hamil tua. Sekarang istrinya sedang hamil tua, bagaimanapun ia menginginkan yang terbaik untuk istrinya. "Iya.""Coba jelaskan secara singkat alasan kamu sangat menyukai berpergian naik motor?" "Sebena