Kabar tentang Aranjo yang masuk ke ruang kerja Sang Raja, tersebar luas di kalangan Istana. Orang-orang tidak peduli apa alasan Aranjo dapat masuk ke ruangan itu. Mereka mengatakan Aranjo keterlaluan, karena kasih sayang Sang Raja menjadikan dirinya tidak tahu batasan.
Namun, tidak ada yang mampu menemui Aranjo, karena Aranjo masih tinggal di kamar Sang Raja. Ratu sendiri, sudah sangat murka dan ingin segera melihat seperti apa tampang wanita istimewa itu.
Ratu tidak mengambil langkah apapun, dirinya tidak ingin mendapatkan masalah. Begitu juga harem Istana, sangat kacau dan semua selir merasa Sang Raja tidak adil.
Sudah hampir satu bulan, Aranjo berada di dalam Istana Qiyang.Dirinya dimanjakan penuh oleh Sang Raja. Mereka berdua lebih sering bercinta dibandingkan berbicara, tetapi hal itu membuat mereka berdua seakan tidak terpisahkan. Sampai pada suatu hari, Raja meminta Aranjo dipindahkan ke Paviliun Selatan.
"Kenapa?" tanya Aranjo.
"Karena
Brakkk!!Tubuh Aranjo menabrak meja kayu yang berada tepat dibelakang. Aranjo menyentuh wajahnya, untuk memastikan apakah berdarah atau tidak. Beruntung hanya sedikit lecet karena tancapan kuku tajam Sang Ratu.Yun tidak membantu dirinya dan Aranjo mengerti, siapa yang mau mengambil resiko menolong seorang wanita yang tidak jelas statusnya untuk menentang Ratu.Aranjo berhasil mempertahankan keseimbangannya dan perlahan maju kembali tepat di hadapan Sang Ratu."CEPAT KATAKAN!!!"Teriak Sang Ratu, layaknya orang yang sudah kehilangan kewarasannya. Siapa yang tidak akan seperti wanita itu, jika menduduki posisi penting, tetapi tidak diperlakukan dan dihargai sebagaimana mestinya."Sihir apa yang kamu gunakan?" desis Sang Ratu tepat di depan wajah Aranjo.Aranjo menatap penuh rasa iba kepada wanita yang begitu cantik dengan hiasan emas menghiasi rambut indahnya. Hanfu indah berbahan sutra dengan sulaman benang emas, membalut tubuh wanita itu. N
Dengan tatapan masih terpusat pada tubuh Aranjo, Raja perlahan melepaskan pakaian zirahnya yang begitu berat dan meletakkannya pelan di atas lantai. Lalu, Raja melepaskan seluruh pakaiannya. Telanjang, Raja bersujud di samping ranjang dengan tatapan yang lapar.Tangan Raja diletakkan di sisi ranjang, tidak menyentuh tubuh Aranjo. Mulut Sang Raja mulai mengulum salah satu puncak payudara yang memang sudah mengeras. Awalnya, sentuhan pelan dengan ujung lidah, Raja tidak tega membangunkan kekasihnya itu.Namun, hasrat sudah menguasai seluruh akal dan tubuh Raja. Jilatan pelan berubah menjadi isapan kuat yang bermain di puting Aranjo.Dalam tidurnya, Aranjo bermimpi memiliki seorang bayi dan dirinya dengan senang hati menyusui bayinya itu. Bayi tampan, miliknya dengan Raja. Namun, isapan bayi itu begitu kuat dan membuatnya merasa sakit dan bergairah. Apakah ini benar?"Uughhh...." lenguhan Aranjo dalam tidurnya.Suara lenguhan Aranjo semakin membuat R
Keesokan paginya, Aranjo terbangun dengan berada di dalam pelukan Sang Raja. Dirinya tidak bangkit, tetapi tetap diam di dalam pelukan pria itu.Hal itu membuat Aranjo dapat mengamati wajah pria itu dari dekat. Siapa pria ini? Apakah pria itu adalah salah satu Dewa di Alam Langit yang juga menjalani penebusan? batinnya.Aranjo menggunakan jari jemarinya untuk menyentuh lembut wajah Sang Raja. Hatinya terasa hangat, sama hangatnya dengan tubuhnya yang melekat tepat di tubuh telanjang Sang Raja.Sentuhan kecil di wajahnya, membuat Raja membuka mata dan menoleh menatap penuh cinta kepada Aranjo yang berada di dalam pelukannya. Raja memeluk tubuh Aranjo lebih erat dan mulai melumat bibir mungil itu. Awalnya hanya ciuman lembut dan perlahan, tetapi keberadaan Aranjo kembali membuat Raja lepas kendali.Mereka kembali bercinta dengan penuh hasrat di pagi hari. Akhirnya setelah dua kali bercinta, Raja baru melepas tubuh Aranjo dan membiarkan wanita itu turun dari ranjan
Jenderal Ming Hao menyatukan tubuh mereka dalam satu hentakan kuat. Hasrat, membuat Sang Jenderal lupa akan kelembutan. Rasa hangat Aranjo yang menyelimuti kejantanannya membuat seluruh tubuhnya gemetar hebat. Rasa yang selalu diimpikannya di malam dingin tanpa wanita ini.Tubuh mereka masih menyatu dan hentakan kasar menggoyangkan ranjang hingga berderit keras. Jenderal Ming Hao menyingkap hanfu bagian atas agar memperlihatkan lekuk indah payudara sempurna itu.Tangan dan mulut Sang Jenderal menjajah payudara sempurna itu. Dirinya seakan hendak meledak kapan saja karena kerinduan ini.Aranjo sendiri menggelinjang di bawah tubuh kokoh Sang Jenderal. Hentakan kasar pria itu, semakin membuat Aranjo bergairah. Di sela desahan dan erangan, Aranjo terus menyebutkan nama pria itu. Hal itu, membuat Jenderal Ming Hao semakin kehilangan kendali dan semakin mempercepat gerakan primitifnya.Aranjo memejamkan mata dan membiarkan pria itu menggerayangi seluruh tubuhnya, k
Istana begitu ramai pada saat hari perjamuan. Begitu banyak perwakilan dari Kerajaan dan pejabat tinggi, yang datang untuk mengucapkan selamat dengan membawa begitu banyak bingkisan.Aranjo berada di kamar Raja dan membantu Raja berganti pakaian. Raja sangat tampan saat terbalut jubah merah dengan sulaman benang emas berbentuk naga. Aranjo merapikan dan mengikat jubah itu. Raja sangat tampan dan perkasa, ada rasa bangga dalam hati Aranjo dapat menjadi wanita pria berpengaruh seperti ini."Selamat Raja."Aranjo memberi selamat kepada pria di hadapannya ini. Raja merengkuh tubuh Aranjo dan menciumnya mesra."Beri aku anak, maka posisi di samping diriku akan menjadi milikmu! Menjadi Ratuku!" ujar Raja di sela ciumannya.Aranjo hanya tersenyum, ucapan Sang Raja seakan memadamkan hasratnya. Aranjo bersedia melakukan apapun untuk pria ini, tetapi pria itu meminta hal yang tidak dapat diberikan olehnya. Walaupun mengancamnya dengan pedang tajam, tidak ak
Aranjo tidak sadar, dirinya merasa sedih untuk Sang Raja. Raja terlihat begitu terpukul dan menyentuh putranya yang tidak lagi bernyawa dengan tangan gemetar hebat. Pria yang selalu tampil percaya diri dan perkasa tidak ada lagi. Saat ini, Aranjo melihat pria yang terlihat sakit dan terluka.Aranjo menyentuh dadanya, terasa sangat sakit dan dirinya kesulitan bernapas. Tidak lagi tahan dengan semua itu, Aranjo berlari keluar dan kembali ke Paviliun Selatan.Tidak tahu berapa lama, Aranjo duduk menatap keluar jendela. Menatap ke arah bulan yang begitu bulat dan terang. Dirinya memilah apa yang terjadi padanya? Apakah ini yang disebut dengan cinta? Dirinya akan merasakan sakit yang sama dengan pria yang dicintainya?"Kaisar! Apakah ini kehendakmu? Apakah ini yang memang kamu inginkan?" gumam Aranjo masih menatap ke langit malam yang indah.Di Alam Langit, tepatnya di aula istana.Kaisar yang sedang berbicara dengan Kaisar Langit dan para Jenderal, terdiam.
Namun, takdir yang paling kejam dan buruk akan melekat pada pria yang dimiliki oleh Aranjo.Seperti Raja dan Jenderal Kerajaan Qiyang.Raja, tidak akan pernah mempunyai ahli waris. Sedangkan takdir Jenderal Ming Hao tidak kalah mengenaskan dari Sang Raja.Di saat Sang Jenderal dan Aranjo bermesraan, seluruh kota gempar akan penemuan tiga mayat yang terapung di sungai. Benar, Yu Pei melompat ke dalam sungai bersama kedua anaknya. Wanita itu bahkan meninggalkan sepucuk surat di atas meja makan.Seluruh istana gempar dan tidak dapat menemukan Sang Jenderal. Tentu saja, bukankah pria itu sedang berada di ruang mandi Paviliun Selatan, menyalurkan hasrat gilanya.Setelah puas bermesraan dengan Aranjo, Jenderal Ming Hao menyusup meninggalkan Paviliun Selatan.Namun, kabar duka langsung menyambut kehadirannya. Saat itulah, hatinya terasa hancur apalagi setelah melihat jasad istri dan anak-anaknya. Kali pertama bagi Sang Jenderal menangis meraung, menyesal
Erangan keluar dari bibir Aranjo. Dirinya ingin memohon agar siksaan itu dihentikan, tetapi ada sisi lain tubuhnya yang menikmati permainan kasar itu. Jadi, Aranjo hanya mengerang dan sesekali memekik saat rasa sakit menjadi tidak tertahankan.Jenderal Ming Hao melepaskan kewanitaannya dan itu membuat Aranjo merasa lega sekaligus kehilangan. Tangan Jenderal yang basah di selipkan ke bagian atas gaunnya. Kali ini, payudaranya yang diperlakukan dengan kasar. Tangan yang mencekik lehernya juga semakin kencang membuat Aranjo kesulitan bernapas.Jenderal meremas kuat dan kasar payudara yang begitu disukainya itu. Daging lembut yang memenuhi telapak tangannya di remas dengan kuat. Puting yang diketahui jelas oleh Sang Jenderal berwarna merah muda, juga tidak terhindar dari perlakuan kasarnya. Cubitan dan tarikan kuat membuat Aranjo merintih kesakitan.Wajah Aranjo mulai memerah karena kehabisan napas. Saat itulah Jenderal melepaskan leher Aranjo dan meluma
Archer berlumuran darah dan sama sekali tidak melawan. Ia hanya berharap perasaan Aranjo dapat tergerak, melihatnya seperti ini. Sedangkan Asmodus semakin menggila dan memukul, membabi buta.Aranjo berteriak, histeris. Namun, ia tidak mampu menggerakkan tubuh. Ya, dalam hatinya, ia berteriak melihat bagaimana Archer babak belur. Apalagi, tidak ada yang dapat dilakukan.Sampai pada satu titik, Asmodus mencengkeram leher Archer dan mengangkatnya tinggi. Tawa puas, menggema, melihat betapa banyak darah yang membasahi tubuh Dewa Agung itu."Hmmm, tidak menarik, karena kamu tidak melawan. Namun, itu bagus. Aku dapat memusnahkanmu, lebih cepat."Cengkeraman semakin kuat dan membuat Aranjo, semakin panik.'Aku mohon, jika Surga memang ada, maka dengarkan doaku. Aku mencintai Archer dan Dewa itu juga mencintaiku, aku mohon biarkan aku terlepas dari belenggu ini, agar dapat menolongnya. Aku tidak peduli, walaupun jiwaku menjadi taruh
"Para Dewa Agung, aku butuh kekuatan kalian untuk menyegel gerbang alam bawah ini. Jadi, saat Asmodus musnah, kerusakan cukup terjadi di alam bawah dan tidak menyebabkan kerusakan di luar itu!" ujar Kaisar Langit dengan tegas."Baik, Yang Mulia Kaisar Langit!" seru para Dewa Agung terkuat di Alam Langit.Para Dewa melompat turun dari atas punggung Pegasus yang masih terbang. Membentuk formasi di sekitar gerbang alam bawah dan mulai menyalurkan energi kekuatan sihir mereka."TUNGGU!"Para Dewa Agung dan Kaisar Langit menatap ke sosok yang berani bersuara.Robert Gao melangkah maju, tepat ke hadapan sang Kaisar Langit. Ia keluar bersama dengan semua mahluk dari alam bawah dan tetap berada di dekat gerbang, untuk melihat apa yang terjadi."Bagaimana dengan Archer? Ia masih berada di dalam dan kalian menyegel gerbang ini. Bagaimana ia dapat keluar dan bagaimana jika ia membutuhkan bantuan?" seru Robert Gao, yang mer
Robert berusaha bernapas, tetapi itu begitu sulit. Tidak lagi berusaha melawan, Robert merogoh sesuatu dari saku pakaiannya. Berhasil, walaupun dengan susah payah. Dengan wajah yang sudah memerah karena kehabisan napas, Robert berhasil mengangkat kalung dengan leontin darah suci ke hadapan Griffin.Seketika tangan yang mencengkeram leher, dilepaskan dan membuat tubuh Robert terhempas kuat ke tanah.Berusaha keras mengisi paru-paru dengan oksigen, Robert benar-benar kesulitan. Sedikit lebih lama lagi, maka ia akan musnah.Griffin berdiri mematung dan menatap ke tangan manusia abadi yang menggenggamnya leontin itu. Griffin tahu itu adalah bagian dari dirinya, tetapi bagaimana itu bisa ada di tangan manusia abadi itu?"Dari mana kamu mendapatkan itu?" tanya Griffin dingin."A-Anda menitipkan kepadaku! Dan berpesan, untuk mengembalikannya saat ini," ujar Robert dengan suara yang begitu lemah.Griffin menunduk dan menatap
Tangan Aranjo terulur, mendekati artefak itu. Ujung jari telunjuk, menyentuh benda itu dan seketika cahaya terang menyelimuti Aranjo. Ia menghilang bersama dengan benda itu, kembali kepada sang pemilik.***Keesokan harinya, Griffin keluar dari paviliun dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Menunggu, menunggu Aranjo keluar dari paviliun.Setelah menunggu beberapa saat, Leander datang menghampirinya."Ayo, kita harus segera pergi ke alam bawah. Lentera cahaya sudah ada padaku," ajak Leander.Diam dan tidak menanggapi ucapan Leander."Kamu menunggu Aranjo?" tanya Leander.Griffin mengangguk."Dia sudah kembali ke Alam Iblis," ujar Leander. Ya, ia tidak berbohong, memang benar Aranjo telah kembali ke Alam Iblis, walaupun bukan ke istana. Namun, Leander yakin Griffin tidak akan bertanya lebih jauh, sebab mengira Aranjo kembali ke istana.Ragu sejenak, tetapi pada akhirnya Gri
"Bagus, jika kamu menyukainya," balas Griffin dan merasa lega, tidak harus merubah warna rambutnya ini.Seketika, kesadaran akan cincin ilusi miliknya yang belum dikembalikan, membuat Aranjo langsung duduk. Gerakannya itu membuat rambut Griffin yang berada dalam genggamannya, tertarik.Griffin langsung memalingkan wajah dan menatap ke arah Aranjo, yang sudah dalam posisi duduk."M-Maaf," ujar Aranjo dan segera melepaskan rambut itu."Tapi..., Hei! Kembalikan cincin ilusi, milikku!" ujar Aranjo lantang, saat teringat akan cincin itu."Ini?" tanya Griffin, sambil mengangkat tangannya tepat di hadapan Aranjo, perlahan membuka kepalan tangan dan cincin ilusi itu ada di atas telapaknya.Melihat cincin itu, Aranjo langsung hendak mengambil. Namun, Griffin memindahkan tangannya, sehingga tangan Aranjo hanya menggapai angin."Kembalikan!" seru Aranjo yang mulai kesal. Mabuk, membuat otaknya tidak dapat berp
Perjamuan makan diadakan oleh Kaisar Langit. Kembali mereka diundang ke aula, untuk mengikuti perjamuan itu.Aranjo mengagumi keindahan Alam Langit dan matanya, tidak henti melihat-lihat.Perjamuan yang cukup meriah dan dihadiri oleh begitu banyak Dewa, serta Dewi.Aranjo duduk di balik meja rendah, yang berada tepat di antara meja Leander dan Griffin. Alunan musik dari harpa, mengiringi tarian indah yang dipertontonkan di tengah-tengah aula. Tarian yang isisipkan dengan kekuatan sihir, membuat apa yang dilihat begitu menakjubkan.Aranjo menatap dengan mulut menganga, akan keajaiban tarian yang ada di hadapannya.Leander memalingkan wajah dan menatap ke arah Griffin. Seperti perkiraannya, siku Griffin diletakkan di atas meja, dengan tangan menopang wajahnya. Ya, Griffin menatap ke arah Aranjo. Mahluk agung itu terlihat jelas seperti sedang jatuh cinta.Leander menghela napas, ia khawatir akan apa yang akan
Tiba di aula utama, semua mata para Dewa tertuju pada Griffin dan sosok iblis muda yang ada dalam gandengan mahluk agung itu.Langkah kaki Aranjo berhenti, saat Griffin menghentikan langkahnya. Aranjo melihat ke sekeliling dan mendapati, tatapan yang begitu dingin. Tanpa sadar, ia bergeser dan menempelkan tubuh pada lengan kokoh, sang Griffin.Kaisar Langit, turun dari singgasana dengan raut wajah yang tidak terbaca. Para dewa yang berkumpul di singgasana langsung mundur, dengan kepala menunduk.Leander yang baru tiba di aula, langsung memberi hormat."Hormat, Yang Mulia Kaisar Langit."Setelah memberi salam, Leander langsung melangkah maju dan berdiri di samping Griffin, serta Aranjo."Alasan kedatangan kami, terkait dengan salah satu benda spiritual. Kami ingin memohon izin kepada Kaisar Langit, agar dapat memberikan kepada kami, lentera cahaya. Itu–"Ucapan Leander terhenti, saat sang Kaisar Langit men
Griffin melepaskan cengkeramannya dan segera mahluk itu melayang agak jauh, ketakutan."Buka matamu," ujar Griffin dan menurunkan tangannya dari depan wajah Aranjo.Patuh, Aranjo membuka mata dan menatap ke arah mahluk yang sudah berada cukup jauh, darinya."Tuanku berkata, tiket masuk kalian adalah lentera cahaya! Bawa benda spiritual itu dan kalian, diizinkan masuk!" seru mahluk itu, sebelum melayang kembali ke balik gerbang.KLANG!Gerbang kembali menutup dengan suara yang memekakkan telinga.Griffin memalingkan wajah, menatap Leander. Ia tidak keberatan untuk menghancurkan alam bawah ini, tetapi mereka memiliki tanggung jawab, jadi keputusan tidak dapat diambil oleh satu pihak."Kita kembali setelah mendapatkan lentera cahaya!" ujar Leander, lalu memutar kudanya, meninggalkan alam bawah.Semua berbalik dan meninggalkan tempat mengerikan itu.Aranjo menatap ke pung
Seulas senyum licik, muncul di wajah cantik Aranjo. Ia yakin dapat menghentikan langkah mahluk sombong, yang mengabaikan kehadirannya begitu saja.Namun, saat ia yakin dapat menangkap mahluk itu, kenyataannya angin yang tergapai oleh tangannya.Kedua kaki Aranjo menapak kembali ke tanah dan menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi. Mahluk sombong itu sudah berpindah tepat di belakangnya, begitu cepat. Bahkan, mata Aranjo tidak menangkap gerakan mahluk tersebut.Berputar, dengan tangan kembali menggapai.SIAL!SIAL!!SIAL!!!Aranjo memaki dalam hati, saat serangan yang diluncurkan tidak mampu mengenai mahluk tersebut.Leander baru saja keluar dari paviliun dan disambut dengan perkelahian. Tidak tepat disebut perkelahian, sebab hanya satu pihak yang menyerang dengan pihak lain, terus berhasil menghindar.Ini kali pertama baginya melihat, Griffin tidak melawan. Bias