Aranjo menatap ke arah tangannya sendiri dan tidak menemukan kerutan. Kerutan yang muncul, saat seseorang menjadi tua.
Lalu, mengangkat tangan dan menyentuh wajahnya sendiri. Begitu lembut dan halus, kulit wajahnya. Apakah ia benar-benar sudah mati? Namun, mengapa semua ini terasa begitu nyata.
Barulah, Aranjo menatap sekeliling tempat di mana ia berada. Sebuah ruangan putih tanpa ujung dan di depannya ada barisan panjang orang-orang. Apakah mereka manusia? batin Aranjo mulai risau.
"Aranjo!"
Suara yang memanggil namanya, membuat Aranjo menoleh ke samping.
"D-Dewa Galen?" seru Aranjo terkejut. Ya, ingatannya sebagai Dewi memenuhi benaknya.
"Kaisar memenuhi keinginanmu. Namun, mengapa kamu begitu bodoh? Bukankah tidak memiliki ingatan itu lebih baik?" ujar Dewa Galen. Dewa Galen adalah Dewa yang menuliskan buku takdir manusia.
"Apa? Ah ya, aku memintanya. Namun, di mana Kaisar?" tanya Aranjo, y
"Raja Iblis baru-baru terlihat di alam bawah, setelah ratusan tahun ini, baru kali ini sang Raja Iblis menunjukkan diri. Beberapa prajurit langit membuntuti, tetapi pada akhirnya kehilangan jejak." jelas sang Jenderal Perang."Dan kalian tidak melakukan apa pun?" tanya Archer dingin.Sang Jenderal Perang langsung berlutut dengan satu kaki ditekuk dan berkata, "Kami terlalu sepele dan menganggap kemunculan Raja Iblis bukan merupakan masalah besar. Sebab, saat ini hubungan Alam Langit dan Alam Iblis telah begitu baik, sejak diangkat Raja Iblis yang baru."Archer mengibaskan lengan hanfunya, ini kali pertama sang Dewa menunjukkan kekesalannya. Hal itu, patut membuat semua Dewa yang ada di sana, takut dan cemas."Apalagi yang kalian ketahui?" tanya Archer dingin."Artefak milik Asmodus bergejolak di dalam kurungan abadi, tanda sang Tuan memanggil. Setelah kami telusuri, panggilan itu berasal dari Alam Iblis bagian bawah da
Petir menyambar tanpa henti saat permohonan Kaisar Langit disetujui oleh Yang Utama. Petir menyambar sebanyak tujuh kali tanpa henti, membuat langit terbelah dan sang Dewa Agung melepaskan semuanya, untuk turun ke hutan kabut, terlahir sebagai Griffin berikutnya. Setelah Griffin terdahulu musnah di tangan Asmodus, tidak lagi ada Griffin berikutnya yang lahir dari kekuatan hutan kabut. Seakan hal ini memang sudah diprediksi, bahwa sang Dewa Archer yang akan mengemban tanggung jawab sebagai pemimpin seluruh mahluk spiritual Alam Langit.Begitu juga dengan Leander sang Putra Mahkota Alam Langit. Ia juga meninggalkan semuanya, untuk terlahir sebagai siluman terkuat di seluruh lapisan alam. Leander akan memiliki ingatan dan menjadi tugasnya, untuk mengeluarkan Griffin dari hutan kabut, pada saatnya nanti. Sedangkan Archer yang terlahir sebagai Griffin, akan memiliki kekuatan absolut tanpa ingatan, tentunya.***Di saat yang sama, tetapi tempat yang berbed
Sedangkan di Alam Langit, siluman naga terlahir di danau suci. Hanya mahluk spritual peringkat tinggi yang akan terlahir dari danau itu. Leander terlahir kembali dan wujud aslinya yang berupa naga putih, muncul dari dasar kolam dan terbang, mengelilingi langit Alam tersebut.Berputar beberapa keliling, akhirnya naga itu terbang ke arah aula Alam Langit, di mana para Dewa, Dewi serta Kaisar Langit sudah menunggu.Tiba di depan aula, Leander kembali ke wujud manusia abadi. Saat ini, ia hanyalah siluman bukan lagi Putra Mahkota Alam Langit."Hormat, Kaisar Langit!" seru Leander sambil berlutut di depan singgasana, dengan satu kaki ditekuk."Berdirilah!" perintah Kaisar Langit dan turun dari singgasana menghampiri Leander, yang bukan lagi putranya."Griffin terlahir tanpa ingatan apa pun, jadi sudah menjadi tugasmu untuk mengarahkan mahluk itu keluar dari hutan kabut dan pergi ke alam bawah! Namun sebelum itu, kamu harus m
Alam Iblis, memiliki satu tempat yang amat terkenal di seluruh lapisan alam. Tempat di mana perdagangan dengan sistem kuno masih dilakukan, barter. Satu ruas jalan sempit yang ada di sisi kota, selalu ramai dikunjungi hampir seluruh mahluk yang ingin menemukan harta karun.Sistem barter tidak hanya dengan benda berharga, terkadang mereka akan bertarung untuk mendapatkan apa yang diinginkan.Aranjo yang mengenakan pakaian pria, berjalan di sepanjang jalan itu, dengan begitu antusias. Melihat kiri dan kanan, ia tidak mampu membeli semua itu. Aranjo hanya datang untuk mengagumi benda-benda langka itu dan mencari barang dari dunia fana, yang jauh lebih murah."Nona, Nona!"Aranjo berbalik dan menatap ke sosok yang memanggil namanya. Sosok nenek tanpa kekuatan apa pun, yang memanggilnya. Ya, sebagai keturunan iblis, ia mampu menilai kekuatan setiap mahluk dengan satu tatapan. Namun, Aranjo tidak tahu, ia tidak mampu melihat mereka yang memili
"Kamu baik-baik saja?" tanya Leander.Ya, Leander yang menghampiri Aranjo yang terduduk di tanah dan mengulurkan tangan. Sedangkan, Griffin masih berdiri di tempat yang sama dan menatapnya, dingin.Mulut Aranjo membuka dan menutup, tetapi tidak ada yang dapat terucap. Ia masih cukup terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.Leander berlutut dengan satu kaki ditekuk, tangannya masih terulur ke arah Aranjo, sambil tersenyum lebar.Mahluk yang berada di hadapannya begitu tampan dan mempesona. Kedua mahluk itu begitu tampan, tetapi dengan aura yang begitu bertolak belakang. Mahluk yang ada di hadapannya begitu ramah dengan senyum yang hangat. Sedangkan mahluk dengan rambut putih keperakan itu, begitu dingin.Mengerjapkan mata beberapa kali, akhirnya Aranjo dapat bersuara."A-Apa itu? Dan..., dan kalian, siapa?"Tanya Aranjo dan menerima uluran tangan mahluk tampan di hadapannya.Leander m
Ursa berdiri dan menghadap ke arah Griffin serta Leander. Ia sudah mendapatkan laporan, bahwa kedua mahluk abadi Alam Langit, telah memasuki Alam Iblis. Tidak tahu apa yang akan dilakuan kedua mahluk itu di sini. Namun, akan lebih mudah mengawasi jika mereka berada di dalam istana."Salam hormat Griffin sang pemimpin mahluk Alam Langit dan Leander, putra dari Raja Laut Utara. Aku Ursa, komandan pasukan Alam Iblis, akan mengantar kalian ke istana."Kemudian, Ursa memerintahkan tiga pasukan turun dari kuda, agar kedua tamu dan Aranjo, dapat menunggangi kuda tersebut."Terima kasih."Leander mengucapkan terima kasih dan naik ke atas punggung kuda yang bertampang menyeramkan. Sedangkan, Griffin tidak mengatakan apa pun dan langsung naik ke atas kuda.Aranjo yakin istana akan sibuk dan itu akan menguntungkan dirinya. Dengan senyum lebar, Aranjo melompat naik ke atas punggung kuda.Semua pasukan meninggalkan jalanan itu dan
"Aranjo, putri sulung kami. Apakah kalian saling mengenal?" tanya Ratu, penuh makna.Aranjo semakin menundukkan kepala. Terlihat jelas usaha sang ibu yang ingin menjodohkan dirinya. Semenjak Alam Iblis dipimpin oleh ayahnya, larangan hubungan pernikahan antara mahluk Alam Iblis dan Langit, telah ditiadakan. Walaupun begitu, tidak ada satu pun pernikahan antara dua alam yang terjadi, sebab adat larangan itu sudah mendarah daging."Kami tidak sengaja bertemu," jawab Leander sambil menatap ke arah Aranjo yang menunduk dalam.Senyum lebar menghiasi wajah sang Ratu yang kemudian berkata, "Jadi, apa pendapatmu setelah bertemu dengan putri sulungku ini?""IBU!" protes Aranjo."Cerdas dan cantik," jawab Leander.Kemudian sang Ratu dan Leander mulai membicarakannya, seolah Aranjo tidak berada di sana.Griffin memalingkan wajah dan menatap ke arah iblis muda itu. Entah mengapa, sosok itu terasa begitu familia
Seulas senyum licik, muncul di wajah cantik Aranjo. Ia yakin dapat menghentikan langkah mahluk sombong, yang mengabaikan kehadirannya begitu saja.Namun, saat ia yakin dapat menangkap mahluk itu, kenyataannya angin yang tergapai oleh tangannya.Kedua kaki Aranjo menapak kembali ke tanah dan menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi. Mahluk sombong itu sudah berpindah tepat di belakangnya, begitu cepat. Bahkan, mata Aranjo tidak menangkap gerakan mahluk tersebut.Berputar, dengan tangan kembali menggapai.SIAL!SIAL!!SIAL!!!Aranjo memaki dalam hati, saat serangan yang diluncurkan tidak mampu mengenai mahluk tersebut.Leander baru saja keluar dari paviliun dan disambut dengan perkelahian. Tidak tepat disebut perkelahian, sebab hanya satu pihak yang menyerang dengan pihak lain, terus berhasil menghindar.Ini kali pertama baginya melihat, Griffin tidak melawan. Bias
Archer berlumuran darah dan sama sekali tidak melawan. Ia hanya berharap perasaan Aranjo dapat tergerak, melihatnya seperti ini. Sedangkan Asmodus semakin menggila dan memukul, membabi buta.Aranjo berteriak, histeris. Namun, ia tidak mampu menggerakkan tubuh. Ya, dalam hatinya, ia berteriak melihat bagaimana Archer babak belur. Apalagi, tidak ada yang dapat dilakukan.Sampai pada satu titik, Asmodus mencengkeram leher Archer dan mengangkatnya tinggi. Tawa puas, menggema, melihat betapa banyak darah yang membasahi tubuh Dewa Agung itu."Hmmm, tidak menarik, karena kamu tidak melawan. Namun, itu bagus. Aku dapat memusnahkanmu, lebih cepat."Cengkeraman semakin kuat dan membuat Aranjo, semakin panik.'Aku mohon, jika Surga memang ada, maka dengarkan doaku. Aku mencintai Archer dan Dewa itu juga mencintaiku, aku mohon biarkan aku terlepas dari belenggu ini, agar dapat menolongnya. Aku tidak peduli, walaupun jiwaku menjadi taruh
"Para Dewa Agung, aku butuh kekuatan kalian untuk menyegel gerbang alam bawah ini. Jadi, saat Asmodus musnah, kerusakan cukup terjadi di alam bawah dan tidak menyebabkan kerusakan di luar itu!" ujar Kaisar Langit dengan tegas."Baik, Yang Mulia Kaisar Langit!" seru para Dewa Agung terkuat di Alam Langit.Para Dewa melompat turun dari atas punggung Pegasus yang masih terbang. Membentuk formasi di sekitar gerbang alam bawah dan mulai menyalurkan energi kekuatan sihir mereka."TUNGGU!"Para Dewa Agung dan Kaisar Langit menatap ke sosok yang berani bersuara.Robert Gao melangkah maju, tepat ke hadapan sang Kaisar Langit. Ia keluar bersama dengan semua mahluk dari alam bawah dan tetap berada di dekat gerbang, untuk melihat apa yang terjadi."Bagaimana dengan Archer? Ia masih berada di dalam dan kalian menyegel gerbang ini. Bagaimana ia dapat keluar dan bagaimana jika ia membutuhkan bantuan?" seru Robert Gao, yang mer
Robert berusaha bernapas, tetapi itu begitu sulit. Tidak lagi berusaha melawan, Robert merogoh sesuatu dari saku pakaiannya. Berhasil, walaupun dengan susah payah. Dengan wajah yang sudah memerah karena kehabisan napas, Robert berhasil mengangkat kalung dengan leontin darah suci ke hadapan Griffin.Seketika tangan yang mencengkeram leher, dilepaskan dan membuat tubuh Robert terhempas kuat ke tanah.Berusaha keras mengisi paru-paru dengan oksigen, Robert benar-benar kesulitan. Sedikit lebih lama lagi, maka ia akan musnah.Griffin berdiri mematung dan menatap ke tangan manusia abadi yang menggenggamnya leontin itu. Griffin tahu itu adalah bagian dari dirinya, tetapi bagaimana itu bisa ada di tangan manusia abadi itu?"Dari mana kamu mendapatkan itu?" tanya Griffin dingin."A-Anda menitipkan kepadaku! Dan berpesan, untuk mengembalikannya saat ini," ujar Robert dengan suara yang begitu lemah.Griffin menunduk dan menatap
Tangan Aranjo terulur, mendekati artefak itu. Ujung jari telunjuk, menyentuh benda itu dan seketika cahaya terang menyelimuti Aranjo. Ia menghilang bersama dengan benda itu, kembali kepada sang pemilik.***Keesokan harinya, Griffin keluar dari paviliun dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Menunggu, menunggu Aranjo keluar dari paviliun.Setelah menunggu beberapa saat, Leander datang menghampirinya."Ayo, kita harus segera pergi ke alam bawah. Lentera cahaya sudah ada padaku," ajak Leander.Diam dan tidak menanggapi ucapan Leander."Kamu menunggu Aranjo?" tanya Leander.Griffin mengangguk."Dia sudah kembali ke Alam Iblis," ujar Leander. Ya, ia tidak berbohong, memang benar Aranjo telah kembali ke Alam Iblis, walaupun bukan ke istana. Namun, Leander yakin Griffin tidak akan bertanya lebih jauh, sebab mengira Aranjo kembali ke istana.Ragu sejenak, tetapi pada akhirnya Gri
"Bagus, jika kamu menyukainya," balas Griffin dan merasa lega, tidak harus merubah warna rambutnya ini.Seketika, kesadaran akan cincin ilusi miliknya yang belum dikembalikan, membuat Aranjo langsung duduk. Gerakannya itu membuat rambut Griffin yang berada dalam genggamannya, tertarik.Griffin langsung memalingkan wajah dan menatap ke arah Aranjo, yang sudah dalam posisi duduk."M-Maaf," ujar Aranjo dan segera melepaskan rambut itu."Tapi..., Hei! Kembalikan cincin ilusi, milikku!" ujar Aranjo lantang, saat teringat akan cincin itu."Ini?" tanya Griffin, sambil mengangkat tangannya tepat di hadapan Aranjo, perlahan membuka kepalan tangan dan cincin ilusi itu ada di atas telapaknya.Melihat cincin itu, Aranjo langsung hendak mengambil. Namun, Griffin memindahkan tangannya, sehingga tangan Aranjo hanya menggapai angin."Kembalikan!" seru Aranjo yang mulai kesal. Mabuk, membuat otaknya tidak dapat berp
Perjamuan makan diadakan oleh Kaisar Langit. Kembali mereka diundang ke aula, untuk mengikuti perjamuan itu.Aranjo mengagumi keindahan Alam Langit dan matanya, tidak henti melihat-lihat.Perjamuan yang cukup meriah dan dihadiri oleh begitu banyak Dewa, serta Dewi.Aranjo duduk di balik meja rendah, yang berada tepat di antara meja Leander dan Griffin. Alunan musik dari harpa, mengiringi tarian indah yang dipertontonkan di tengah-tengah aula. Tarian yang isisipkan dengan kekuatan sihir, membuat apa yang dilihat begitu menakjubkan.Aranjo menatap dengan mulut menganga, akan keajaiban tarian yang ada di hadapannya.Leander memalingkan wajah dan menatap ke arah Griffin. Seperti perkiraannya, siku Griffin diletakkan di atas meja, dengan tangan menopang wajahnya. Ya, Griffin menatap ke arah Aranjo. Mahluk agung itu terlihat jelas seperti sedang jatuh cinta.Leander menghela napas, ia khawatir akan apa yang akan
Tiba di aula utama, semua mata para Dewa tertuju pada Griffin dan sosok iblis muda yang ada dalam gandengan mahluk agung itu.Langkah kaki Aranjo berhenti, saat Griffin menghentikan langkahnya. Aranjo melihat ke sekeliling dan mendapati, tatapan yang begitu dingin. Tanpa sadar, ia bergeser dan menempelkan tubuh pada lengan kokoh, sang Griffin.Kaisar Langit, turun dari singgasana dengan raut wajah yang tidak terbaca. Para dewa yang berkumpul di singgasana langsung mundur, dengan kepala menunduk.Leander yang baru tiba di aula, langsung memberi hormat."Hormat, Yang Mulia Kaisar Langit."Setelah memberi salam, Leander langsung melangkah maju dan berdiri di samping Griffin, serta Aranjo."Alasan kedatangan kami, terkait dengan salah satu benda spiritual. Kami ingin memohon izin kepada Kaisar Langit, agar dapat memberikan kepada kami, lentera cahaya. Itu–"Ucapan Leander terhenti, saat sang Kaisar Langit men
Griffin melepaskan cengkeramannya dan segera mahluk itu melayang agak jauh, ketakutan."Buka matamu," ujar Griffin dan menurunkan tangannya dari depan wajah Aranjo.Patuh, Aranjo membuka mata dan menatap ke arah mahluk yang sudah berada cukup jauh, darinya."Tuanku berkata, tiket masuk kalian adalah lentera cahaya! Bawa benda spiritual itu dan kalian, diizinkan masuk!" seru mahluk itu, sebelum melayang kembali ke balik gerbang.KLANG!Gerbang kembali menutup dengan suara yang memekakkan telinga.Griffin memalingkan wajah, menatap Leander. Ia tidak keberatan untuk menghancurkan alam bawah ini, tetapi mereka memiliki tanggung jawab, jadi keputusan tidak dapat diambil oleh satu pihak."Kita kembali setelah mendapatkan lentera cahaya!" ujar Leander, lalu memutar kudanya, meninggalkan alam bawah.Semua berbalik dan meninggalkan tempat mengerikan itu.Aranjo menatap ke pung
Seulas senyum licik, muncul di wajah cantik Aranjo. Ia yakin dapat menghentikan langkah mahluk sombong, yang mengabaikan kehadirannya begitu saja.Namun, saat ia yakin dapat menangkap mahluk itu, kenyataannya angin yang tergapai oleh tangannya.Kedua kaki Aranjo menapak kembali ke tanah dan menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi. Mahluk sombong itu sudah berpindah tepat di belakangnya, begitu cepat. Bahkan, mata Aranjo tidak menangkap gerakan mahluk tersebut.Berputar, dengan tangan kembali menggapai.SIAL!SIAL!!SIAL!!!Aranjo memaki dalam hati, saat serangan yang diluncurkan tidak mampu mengenai mahluk tersebut.Leander baru saja keluar dari paviliun dan disambut dengan perkelahian. Tidak tepat disebut perkelahian, sebab hanya satu pihak yang menyerang dengan pihak lain, terus berhasil menghindar.Ini kali pertama baginya melihat, Griffin tidak melawan. Bias