Tampaknya aku bertemu dengan seorang pejuang baru yang penuh semangat bernama Dika. Yaps, semenjak menghancurkan pagiku saat itu, Dika terus saja hadir lagi dan lagi. Dengan cara halus, dia menyusup lagi dalam kehidupanku. Sebagai contoh, kadang ada sebuket bunga mawar teronggok di depan pagar rumah dinas ayah. Kadang dikasih bonekanya juga. Disertai dengan selembar puisi berisi cinta. Hoek, pengen vomit rasanya. Antara nekat dan tekad sih dia tuh.
Kuakui aku telah mati rasa padanya. Aku tak lagi mencintai Dika, bahkan berpikir untuk mencintainya pun tidak. Di hatiku sudah ada Drupada, Drupada, dan Drupada. Ya walau aku tak tahu apa definisi hubungan kami, tapi ya sudahlah. Aku telah bangkit dari Dika dan jatuh cinta pada Mas Dru. Itu sudah terbukti dan tak perlu diteliti lagi. Yakinlah sumpah! Di suatu sisi, aku dan Mas Dru makin dekat. Tapi, di sisi lain Dika makin mendekat juga. Dia belum berani menampakkaPernah gak sih kamu menemui situasi di mana harapan tak sesuai dengan kenyataan? Sama seperti halnya pengen makan Indomieversi komplet seperti di bungkusnya, tapi malah cuma dapat mie sama micin doang. Ya gitu deh perasaanku sekarang. Pengennya interogasi Mas Dru tentang hubungannya dengan Gita Gentong, eh malah dirusak sama kedatangan manusia bernama Dika.Kedatangan Dika dengan nekat ke depan rumahku membuat seisi rumah kacau balau. Bak baru saja kena badai tropis Ayah, Bunda, Bang Ranu, dan Mas Dru dalam situasi tegang. Kecuali Mas Dru mungkin yang lebih banyak diam tanpa ekspresi. Justru Ayah dan Bunda yang terlihat penuh emosi. Ayah yang biasanya dramatis dan melankolis jadi emosi setingkat dengan bunda. Sebuah pedang panjang yang biasanya dipakai upacara masih tergenggam di tangan beliau.“Beraninya seorang kriminal datang ke rumah saya! Menemui anak
Hari ini kacau. Kenapa kacau, karena tak sesuai dengan harapanku sama sekali. Harapanku apa jadinya apa. Hasil akhirnya malah aku sekarang patah hati berat setelah mencoba mengembangkan cinta. Hingga pukul 12 malam, aku masih terjaga. Dalam air mata patah hati dan kegundahan. Bingung harus berbuat apa selain hanya bisa menangis. Jadi itu alasan ayah dan bunda begitu memagari sifatku di depan Mas Dru. Karena dia telah jadi milik orang lain yang entah siapa namanya.Serasa aku ingin membedah hati Mas Dru dan menilik apa isinya. Aku penasaran dengan tindak tanduk Mas Dru yang begitu baik padaku. Bahkan, bisa dibilang dia sangat mengistimewakanku. Dia sangat lembut, sopan, dan memperlakukanku dengan baik, bahkan berbeda dengan Gita. Alasannya pun bagus, dia bilang terbiasa memperlakukan wanita dengan baik. Namun, tidak dengan caranya pada Gita. Bisa dibilang dia membedakan perlakuan antara a
Seminggu sudah aku tak bisa menghubungi Mas Dru. Itu artinya, sudah seminggu aku termakan dalam galau akut tak berujung. Bak makan duri duren setiap hari selama seminggu. Badanku kurus entah turun berapa kilo. Wajahku bertambah 10 keriput setiap harinya. Itu semua karena aku galau. Cintaku yang bukan jodohku tak bisa dihubungi hingga detik ini.Itu artinya, 100 pertanyaanku bertambah menjadi seribu pertanyaan selama seminggu ini. intinya sama, benarkah Mas Dru sudah punya calon istri? Siapakah calon istrinya? Lalu perasaannya padaku gimana? Ituuuu saja yang jadi seliweran pikiranku selama seminggu ini. Setiap selesai beribadah aku selalu berdoa, supaya Mas Dru tiba-tiba menghubungiku gitu. Hingga seribu pertanyaan itu bisa dijawab satu-satu.“Alana, tolong antarkan makanan ini ke rumah sakit dong!” buyar bunda saat aku asyik menggalau di ruang tamu rumah dinas ayah
Balada patah cinta itu tak seenak balado telor pedas. Keduanya beda rasa dan beda bentuk, ya iyalah Lana! Hahaha, ingin rasanya aku tertawa kosong ke udara kalau ingat gimana kondisiku saat ini. Ngenes akut, jones jomblo ngenes, di antara hati yang hancur berkeping-keping. BakChitatohabis kena geprek buldoser, ya gitu deh kondisi hatiku. Gak bentuk, gak ada rasanya lagi.Semua karena satu nama, Drupada Sadika Djati. Sebenarnya dua, Gita Gentong Cacing Pita juga. Tapi aku malas mengingat itu. Kedua manusia, pasangan manis itu telah berhasil menghancurkan hati seorang Alana. Sebenarnya sudah bisa disangka sejak awal sih. Pikiran orang normal juga udah sadar kalau kedua manusia itu punya ikatan khusus. Sayangnya kemarin-kemarin aku gak normal sih, iyalah gara-gara cinta buta ya gitu.Seharusnya aku sadar kalau Mas Dru hanya memperlakukanku biasa saja. Tak ada spesialnya termasuk pembelaannya di depa
“Diberitahukan kepada pengunjung Malang Town Square, dicari salah satu pengunjung bernama Alana Savannah Wibawa. Usia dua puluh tahun. Sedang memakai kaos warna hitam dan celana jins, dan membawa tas kanvas warna putih. Bagi yang menemukannya harap memberitahu kepada security.”Alamak, apaan tuh tadi! Ini yang barusan kudengar pengumuman mencari aku gitu? Oh Tuhanku, kenapa ini memalukan sekali sih. Ah Om Paupau, kenapa sampai terpikir cara seperti itu untuk menemukanku di mall ini. Aku malu sepuluh turunan sepuluh tanjakan. Harus ya para pengunjung mall ini memperhatikanku seperti maling kutang jemuran. Cukup meneleponku kan bisa.Wait, jangan bilang kalau ponselku kehabisan baterai seperti biasa.Alana dodol bodo edun peak, kenapa kamu selalu ceroboh sih? Niat hati ingin menguntit Mas Dru diam-diam malah ketahuan. Malu sumpah. Kakiku segera
Mataku yang berat seperti ada beton seratus kilo akhirnya bisa terbuka sedikit demi sedikit. Tentu saja karena merasakan ada hal yang beda dengan penciumanku. Aku tak mencium aroma sedap mie instan yang terakhir kumakan. Bahkan, tak ada bau makanan sama sekali. Justru mayoritas bau obat. Dimana ya aku? Apa aku teleportasi ke pabrik obat?“Al?” Sebuah guncangan membuatku tersentak. Mataku langsung terbelalak kaget.Kulihat Bunda memandangku gusar, “Alana, kamu sadar Nak?”“Savannah gimana perasaanmu?” imbuh Ayah tak mau kalah.“Kok bisa nggak ngabarin kami kalau sakit keras,” kutuk Bang Ranu khawatir.Aku nyengir seperti keledai bodoh. Rupanya aku sedang ada di rumah sakit kare
Aku melihat wajah yang sangat teramat menyebalkan di pagi buta yang tidak sejuk ini. Entah darimana datangnya manusia bernama Radika Raditya itu. Kenapa tiba-tiba dia ada di depan jendela kamarku sembari membawa bunga dan gitar. Helo Mas-mas, ngamen gratis di sini. Lagian nggak ada bawaan lain selain bunga gitu, nasi pecel kek. Emang dikira gue lelembut yang makan bunga saban hari. Gue gibeng koit juga lu!Sumpah ya, aku itu malas sekali berhubungan sama cowok manapun saat ini. Masih fokus menyembuhkan hatiku karena pertunangan Mas Dru. Hatiku lagi babak belur abis dibanting lebur sama Drupada dan sekarang dipaksa harus deketan lagi sama mantan resek namanya Dika!Ohalloooo, kenapa sih dunia Alana cuma berkutat seputar Drupada dan Dika. Dobel D itu kayak cuma satu-satunya penghuni planet ini saja. Hai Para Cowok Ganteng dan Normal muncullah kalian di sini. Alana butuh cowok lain selain Drupada dan Dika. Nyadar napa l
"Bawa aku pergi, Dika!"Permintaanku itu langsung direspon oleh Dika saat itu juga. Mantan pacarku ini langsung menarik tanganku untuk segera cabut dari hadapan Mas Dru dan tunangan tercintah. Malas kalau sampai beradu mulut lebih panjang. Lagian apa haknya sih masih ngurusin hidupku? Kenapa pula dia harus sibuk menuduh Dika masukkan sesuatu ke makananku? Dika 'kan sudah berubah."Tunggu Dika jangan cepet-cepet jalannya!" pintaku sambil menahan kepala yang berputar hebat. Kayak naik kora-kora.Dika menatapku sambil tersenyum, "kalau mau jatuh sini ke pelukanku Lana.""Apa ... apaan sih kamu?" tanyaku lemas lantas pandanganku gelap.Aku tak tahu apa yang selanjutnya terjadi.
Aku hanya bisa melongo melihat kondisi kamar pengantin di pinggir pantai ini. Mirip seperti kapal karam yang pecah kena ombak, super berantakan. Perasaan tadi malam waktu datang masih rapi dan cantik dengan hiasan bebungaan. Lha kok sekarang udah mirip TPS gini yak. Memangnya aku dan Mas Dru abis ngapain sih? Perasaan cuma ehem-ehem doang nggak sampai banting-bantingan perabotan.Bunga-bunga cantik yang ada di atas kasur sudah berhambur ke seluruh kamar. Oh iya, karena Mas Dru yang melempar selimut dengan kasar dan menimpaku, uhuuu. Terus sofa itu bantalnya terbang kemana semua? Oh iya, di bawah sofanya gara-gara Mas Dru merebahkanku di atas sana. Kami kan menempel di sofa itu tadi malam, uhuk.Lantas tirai tipis di atas ranjang kayu kok bisa robek ya? Ups, sepertinya aku yang melakukannya. Aduh, dituntut nggak ya sama yang punya? Kenapa jiwa mudaku dan Mas Dru jadi sebar-bar ini? Malu gue, sumpah!
Siapa sih yang pertama kali bikin istilah kambing congek? Aku berterimakasih betul sama orang itu, sebab aku sah banget jadi kambing congek sekarang. Menunggu pernikahan yang kurang beberapa minggu lagi sambil menonton kemesraan mesum ala kemanten baru bukan cita-citaku, sumpah. Demi apaan sih dua manusia yang sama-sama panas itu mengumbar kemesraan mereka di depan hidungku.Pagi-pagi, mereka pamer ciuman bibir lekat kayak ketan di depan pintu kamar. Tepat saat aku baru saja melek dan mau minta makan di lantai bawah. Siang hari aku menyaksikan mereka saling memeluk manja sambil cubit-cubitan di bawah tangga. Ngapain cobak? Malam hari aku harus dengerin suara-suara aneh dari kamar seberang. Lagi bikin bayi atau bikin meja sih mereka tuh! Bikin aku harus tidur pakeheadsetsepanjang malam.Okay baiklah, aku hanya kambin
Drupada Sadika Djati POV“Jadi Dek Drupada dan Saudari Alana, ini Surat Izin Menikah kalian. Dengan ini, kalian sudah resmi sebagai suami dan istri di militer,” ucap Komandan sambil menyerahkan sebuah berkas. Akhirnya, surat berharga ini selesai juga.“Tapi ingat, kalian belum menikah secara resmi di agama. Jadi jangan coba-coba nyicil ya!” potong Komandan usil setengah bercanda. Tahu kok maksudnya.“Izin Komandan, menyicil apa ya?” pertanyaan itu meluncur bebas dari kesayanganku, Alana. Aduh Sayangku ini masa nggak tahu bahasan 20+++.“Errr, nyicil apa Dru?” alih Komandan dengan wajah kacau.“Siap, nyici
Mau tak mau tradisi pingitan harus kami jalani. Dua keluarga besar sudah curiga kalau aku dan Mas Dru makinhot. Mereka tak mau kami melanggar norma walau Mas Dru bukan tipe lelaki seperti itu. Tapi yang namanya setan, pintar memperdaya manusia, kan? Bunda takut kalau kami terjebak hujan di pondok terus melakukan uhuk-uhuk yang berbuah dua garis merah. Nanti pernikahannya bukan karena cinta tapi karena terpaksa, takut perutku membesar duluan. Alamak Bunda, kenapa bayanganya sinetron amat, tapi bener sih.Jadi, sudah seminggu lebih kami cuma bisa ketemu lewat suara. Sebab aku juga dilarang kirim foto dan video. Pertemuan kami di dunia nyata dan maya bener-bener terbatas demi kesucian cinta, halah. Okelah nggak apa-apa, Alana memang bukan orang alim, tapi Alana masih takut dosa. Alana nggak mau jadi perempuan rusak sebelum waktunya, meskipun rusaknya sama calon suami sendiri.Udah deh nyerocosnya, mending
Sampai detik ini, aku masih tak percaya jika akan segera menjadi istri orang. Seorang Alana yang gitu mau nikah? Ini serius apa? Dua ratus rius Alana dodol, tuh lihat setumpuk berkas menanti tanganmu. Mereka butuh diurus ke lembaga sana dan sini. Mulai dua hari yang lalu aku mengurus pengajuan nikah. Membaca map biru yang diberi Mas Dru saja sudah membuatku puyeng duluan.Ini seriusan ada puluhan surat yang harus diurus? Demi menikahi seorang tentara ganteng kecup-able, Drupada, aku harus mengurus puluhan surat dari beberapa lembaga yang berbeda. Haloooo, gimana dengan tugas kuliahku yang makin rumpik. Belum lagi pengajuan judul skripsi dimulai minggu depan. Hwaa, aku ingin pingsan.Jangan pingsan Alana, nanti kamu nggak jadi nikah sama Mas Dru. Kamu harus setrong demi kebahagiaanmu kelak. Ah hatiku tak henti menyemangati hati yang lain. Sesekali mematut diri di kaca. Badanku sering terbalut seragam hijau pu
Bertikai di asrama saat kamu akan mengurus pengajuan nikah bukan cita-citamu kan, Lana? Ya enggaklah, cita-citaku jelas, jadi istrinya Drupada Sadika Djati. Jadi jantung hatinya, yang akan memilikinya siang malam. Bukan untuk disidang seperti pesakitan. Apalagi untuk menodai nama baiknya di tempat ini.Tapi entah kedatangan manusia ajaib ini merusak semuanya. Nama baik Mas Dru dan nama baikku juga. Demi apaan calon istri Drupada ribut dengan mantan tunangan Drupada di asrama dan di saat aku baru saja berkenalan dengan pejabat batalyon. Itu sangat runyam. Jujur, tadi Danyon, Wadanyon, dan beberapa perwira mendatangi kami yang jadi sumber keributan.Kami didudukkan bersama. Diwejangi banyak hal hingga hampir sejam. Telinga dan bokongku sangat panas karena pesan itu lebih berantai daripada omelan bunda selama ini. Semoga ayah dan bunda tidak dihubungi ya? Supaya masalah nggak tambah runyam. Alana bisa nggak kamu berhent
Langit mendung di atas sana tidak berarti suram lagi. Justru nuansa hujan gerimis suram ini menambah mendayu suasana hatiku dan hatinya. Kini kami tak lagi terkungkung dengan perasaan yang abu-abu. Perasaanku dan Mas Dru sudah berwarna-warni. Dominan merah jambu dong ya, ahihi.Ini hari minggu pagi yang suram, tapi hatiku sangat cerah. Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, tapi Mas Dru mengajakku untuk jalan-jalan keliling kota. Padahal macet dimana-mana, tapi katanya malah asyik bisa lama-lama bersamaku. Sembari mendengarkan lagu cinta dari pemutar musiknya, sesekali kami curi-curi pandang. Ahay, gini amat rasanya jatuh cinta setelah patah hati. Gimana ya rasanya setelah nikah nanti? Apa makin indah atau makin panas?“Mau kemana sih Mas pagi-pagi ujan gini? Enakan di rumah makan gorengan sambil minum teh,” ucapku sambil melihat jalanan yang ramai. Ini manusia, ujan-
Aku meringis kesakitan sambil mengelus betisku yang pegal. Semua karena hukuman ayah yang seperti ayah tiri, disuruh berdiri pakai satu kaki selama 45 menit. Pengen nangis tauk rasanya. Gini amat nasib Alana. Nggak dapat cintanya Mas Dru, masih juga dihukum sama ayah bunda gara-gara ngrusak masa depannya orang lain.Masa depanku memang suram karena baru patah hati sama Mas Dru. Namun, seenggaknya aku nggak boleh ngancurin masa depannya dia. Iya-iya aku tahu, aku juga nggak mau kayak gini. Tapi nggak tahu kenapa hatiku yang bodoh ini lho, sukanya maksa pengen ketemu Mas Dru dan Mas Dru.Nggak ada ya manusia lain selain Mas Dru, mirip dikit bolehlah. Mirip semua dari wajah sampai sifatnya. Kalau ada kenalin dong, supaya aku nggak ngancurin hidupnya Drupada lagi. Manusia tipe Drupada Sadika Djati itu memang tipeku sekaleee. Susah nglupainnya woey.Sama seperti saat ini, aku sedang senyum-senyum sendiri mirip
Regita Loka Cakananta POV“Apa maksud kalian membatalkan pernikahan? Kalian ini waras apa nggak?”“Gita, apa Dru selingkuh?”“Siapa selingkuhannya? Anak siapa?”“Apa jangan-jangan kamu yang selingkuh, Git?”“Apa kalian tidak saling mencintai?”Well,you know-lah siapa yang lagi ngamuk seperti singa ini? Papaku tercinta. Tentu saja beliau ngamuk nggak karuan saat tahu aku dan Drupada menghadap dengan tujuan membatalkan pernikahan. Kami memang memutuskan untuk datang ke Bandung setelah malam menyakitkan itu.Bagaikan dilempar