Home / Urban / Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua / Bab 3. Nafsu dalam Dedam

Share

Bab 3. Nafsu dalam Dedam

Author: C_heline
last update Last Updated: 2023-05-27 12:31:47

 “Aku memang perempuan miskin yang tidak punya apa-apa. Namun, aku bukanlah perempuan hina dan cintaku tulus untuk Dired. Aku mencintainya bahkan rela menyerahkan nyawaku padanya,” sahut Amira.

“Jangan membuat skenario yang tidak-tidak di sini. Aku akan membunuhmu jika kau menyebut nama putraku lagi.”

Tepas saat Ramon selesai dalam ucapannya, tubuh Amira jatuh dan terbaring tak sadarkan diri lagi. Tak ada raut panik dalam pahatan wajah Ramon. Dia menatap gadis itu tenang sambil membayangkan betapa menyedihkannya hidup putranya. Dia mencintai perempuan ini dengan tulus, akan tetapi cintanya itu sendirilah yang membawanya dalam kematian yang buruk.

**

Farah datang dengan dua gelas anggur merah di tangannya. Di sudut sana tepatnya disofa depan kaca transparan menggambarkan objek kota, sedang duduk laki-laki berparas tampan dengan rahang tegas.

“Tenangkan dirimu. Jangan terlalu banyak memikirkan hal-hal berat dulu,” ucap Farah sambil menyerahkan satu gelas minuman pada Ramon.

Laki-laki itu hanya menoleh lalu meraih minuman memabukkan itu. Dia kembali menatap tenangnya kota dari jaraknya sambil meneguk minumannya.

“Aku hanya memikirkan, bagaimana keadaan putraku sekarang. Apa dia sudah makan, atau sudah minum?”

Farah menatap Ramon yang tak menatapnya. Bahkan setelah kepergian Dired pun, laki-laki ini tetap bersikap angkuh. Lihat saja gayanya duduk. Mengangkat satu kaki di atas kaki lainnya. Dia juga tak menatap lawan bicaranya. Bahkan dia menggunakan jas lengkap, sementara mereka sedang berada di dalam kamar yang seharusnya dibawa santai.

“Tuhan menyayangi Dired. Dia akan memperlakukan Dired sebagaimana kau memperlakukannya selama ini,” ucap Farah. “Yang harusnya kau lakukan sekarang adalah bertahan. Bertahan untuk putramu dan untuk pelaku itu,” lanjutnya, setelah berhasil membuka jas Ramon.

Laki-laki itu kini menatap penuh pada Farah, perempuan yang dulu sempat di pacari. Dia ingat, bagaimana mereka dulu akan mempersiapkan pernikahan. Ramon juga ingat, bagaimana Dired begitu bersemangat saat tahu kalau ayahnya akan melepas masa duda.

Farah menangkap sorot mata Ramon yang begitu dalam. Farah perlahan mejalarkan tangan didada bidang Ramon, mencoba menarik daya alami laki-laki itu hingga jatuh dalam pelukannya. Tak seperti biasanya memang, Ramon seolah tertarik untuk melakukan hal itu setelah beberapa penggal kejadian mengejutkan menyapanya.

Tangan kekarnya perlahan merenggut rahang Farah, lalu melepaskan jarak hingga bibirnya mendarat pada bibir mungil Farah. Ramon memagut begitu dalam sampai tubuhnya bergerak menindih tubuh Farah. Perempuan di sana merasa menang, sudah berhasil memasukkan Ramon dalam jeratnya. Sekarang sisa satu langkah lagi. Setelah berhasil, dia akan mengusai Ramon seutuhnya.

Hendak memejamkan mata guna menikmati aksinya, tiba-tiba saja potrait Amira yang tersenyum muncul dalam ingatan Ramon. Seketika saja dia menghentikan aksi, seolah tersadar akan perbuatan yang salah.

Farah yang dibuat bingung langsung saja ikut berdiri saat Ramon bangun hendak berlalu. “Ramon, ada apa denganmu?”

Ramon berhenti sambil meremas jas yang dia genggam. “Maaf, aku akan kembali nanti. Aku yang akan membayar tagihan kamarnya,” ucap laki-laki itu, lantas melenggang pergi begitu aja, meninggalkan Farah dan bercak lipstik yang sudah merambat kemana-mana.

Perempuan itu lantas saja berteriak frustasi, sambi menjambak rambutnya sendiri.

“Apa yang salah dariku, Ramon? Kenapa kau selalu saja membuatku jatuh cinta sekaligus merasa hina?”

 Ramon mendatangi rumah sakit tempat di mana Amira dirawat sesuai arahannya pada anak buahnya. Jangan mengira Ramon melakukan ini karena merasa kasihan pada Amira. Dia hanya tidak ingin perempuan itu mati begitu saja tanpa menebus segala perbuatannya pada Dired-masih dalam prduga Ramon Amira itu tersangka.

Laki-laki usia 40 tahun itu berjalan menyusuri lorong yang hening. Saking sunyinya dia bahkan mampu mendengar degup jantungnya sendiri yang masih belum menerima kenyataan tentang kematian sang putra tercinta. Bahkan rahang tegasnya masih dijejaki air mata yang dia sendiri sulit menahannya  untuk tak lepas.

Saat-saat lemahnya Ramon kemarin, Farah tiba-tiba menghubunginya dan mulai memvropokasi. Perempuan pemiliki salah satu bar di kota itu mengatakan kalau dia tahu tentang siapa Amira dan juga ‘tujuan’ Amira mendekati Dired. Gelap hati serta logika, Ramon mengonsumsi berita bohong itu begitu saja tanpa filter. Benaknya juga memastikan bahwa Amiralah yang melakukan hal itu pada anaknya, setelah dia sempat menemukan benda ‘aneh’ dari dalam tas Amira.

Hal itulah yang membuat Farah dan Ramon kembali saling merebut kabar. Ramon meminta pada Farah untuk menahan Amira. Sementara di sisi lain, Amiralah yang bersikukuk untuk bertemu dengan Farah, karena Amira tahu, Farahlah dalang di balik semua ini. Dired tidak kena peluru melesat melainkan ada unsur kesengajaan dan sudah direncanakan. Xayanya memang meyakini itu.

Hendak membuka piintu kamar di mana tempat Amira dirawat, suara derap lagkah yang memburu menginterupsi aksi Ramon. Iris mata nan legam dengan goresan samar keemasan itu melirik tanpa memutar kepala. Mengira yang hendak menghampirinya adalah salah satu anak buahnya, ternyata dia salah praduga.

“Lepaskan Amira! Jangan sakiti dia!”

Related chapters

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 4. Antara Cinta dan Kepercayaan

    “Lepaskan Amira! Jangan sakiti dia!”“Siapa kau?” singkat Ramon, datar.“Kau tidak perlu tau itu. yang harus kau lakukan hanyalahmelepaskan Amira. Dia tidak bersalah!” desak laki-laki di sana.Ramon menyeringai tipis. “Kau kekasihnya?” tebaknya, lebihterdengar sebuah tuduhan.“Bukahkah sudah kukatakan padamu? Kau tidak perlu tau itu...”“Tidak akan kulepaskan dia. Siapa pun kau, bahkan Tuhansekali pun yang memintanya, aku tidak akan melepasakan pembunuh itu. Dia harusmerasakan kepedihan yang lebih pedih dari pada kematian!” potong Ramon, mulaigeram.“Kau orang kaya. Kau punya banyak uang dan kau punyakekuasaan. Tapi kenapa kau menuduh orang sembarangan tanpa mencari tahu dulukebenarannya? Bukankah orang-orang sepertimu lahir karena memiliki nilaikepintaran di atas rata-rata?” singgungnya.“Itulah kenapa Tuhan tidak menciptakan orang-orang sepertimumemiliki banyak uang, karena kau mudah ditipu oleh perempuan tidak bergunaseperti Amira itu. Kau ...”Bug!Belum selesai ucapan

    Last Updated : 2023-05-27
  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 5. Tuhan tidak Memaafkan Manusia yang Sudah Mati

    “Nona, kau mau ke mana?”Amira terlojak, saat tiba-tiba seorang pria menghampirinya. Amira yang sebelumnya hilang kesadaran dibangunkan oleh mimpi buruk yang mampir di tengah lelapnya. Tak bisa tidur lagi, Amira segera bangun, meskimasih dalam kondisi yang memprihatinkan. “A-aku, aku mau keluar sebentar.Aku ingin menghubungi seseorang,” jawabnya, memang hendak melakukan hal tersebut.“Tuan Ramon melarangmu ke mana-mana. Saya akan membawakan teleponnya ke dalamkamar. Silakan kembali ke sana, Nona.”Rupanya salah satu pengawal Ramon sengaja disuruh berjaga di salah satu bangsalVVIP yang di pesan oleh Ramon. Amira baru tahu, kalau Ramonlah yang membawanyadan bukan orang yang ada dalam benaknya sejak tadi. Perempuan itu lantasmendengus, tak percaya kalau Ramon rupanya belum cukup puas dengan menyiksanyakemarin malam.“Baiklah. Aku akan kembali ke kamar. Tapi tolong bawakan aku telepon. Aku inginmenghubungi seseorang,” sahut Amira, menyerah. Tidak ada tenaga jika harusmelawan sek

    Last Updated : 2023-05-27
  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 6. Salah Tanggap

    Satu jam setelah acara kremasi jenazah Dired kemarin, Ramon memerintahkan seluruh anak buahnya untuk membawa orang-orang yang bersama Dired pasca-insiden ke hadapannya. Tak butuh waktu lama. Mengingat Ramon adalah laki-laki yang dikenal bengis sebagai seorang atasan, hanya butuh hitungan menit saja dia dapat bertemu dengan sosok yang melayangkan tembakan ‘melesat’ itu pada Dired. “Katakan, kenapa kau membunuh putraku?” Kalimat itu masih terdengar rendah, namun mengintimidasi. “Ma-maaf, Pak. Sa-saya hanya di suruh. Saya tidak mempunyai alasan apa pun untuk membunuhnya, Pak.” Terbata-bata laki-laki itu menjawab. Ramon mengeraskan rahang, dengan sorot mata yang kian menajam. Dadanya rasanya dibakar, setelah mendengar pengakuan laki-laki ini. “Siapa? Siapa orangnya?” tanya Ramon lagi. “No-Nona A-Amira,” aku pria itu. Sejak detik itulah Ramon mulai menanam dendam pada Amira dan memberikan cap pembunuh padanya. Pengakuan laki-laki ini seolah menjadi alasan baginya untuk menghukum gadi

    Last Updated : 2023-06-16
  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua    Bab 7. Investor Nakal

    “Lepaskan!” desis Amira, masih menahan suaranya. “Kenapa? Kau mau membalasku? Kau mau membunuhku seperti yang kau lakukan pada Tuan Dired?”Tak tahan kepalanya terus saja mendongak, Amira pun membalas dengan melintir tangan sang lawan hingga tersungkur. Perempuan di sana meringis, kesakitan. “Kau tahu aku seorang pembunuh. Jadi jangan main-main denganku, atau kau akan mati seperti tikus di tanganku!” ancam Amira, lantas pergi melenggang begitu saja. Dia berjalan tegas mengangkat kepala, sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Jangan kira Amira adalah perempuan yang menerima segala perlakuan buruk. Dia bukan tokoh protagonis dalam drama, yang siap menerima segala perlakuan tidak etis dengan tabah dan senang hati. Tepat melintasi tikungan lorong lantai dua, potrait Ramon langsung saja tersuguh di depan matanya. “Akhirnya kau mengaku juga? Kukira statementmu tidak akan pernah berubah,” ujar Ramon, tepat saat dia menatap mata Amira. “Tidak ada yang bisa kulakukan selain m

    Last Updated : 2023-06-16
  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 8. Amira di Lecehkan

    Kedua kalinya suara tawa Riko mengudara. Betapa menggelitik baginya kekukuhan pendirian Amira, yang seolah menganggap bahwa Ramon itu adalah orang yang paling baik baginya. “Amira, sadarlah. Ramon itu monster. Tidak ada yang betah berada di dekatnya. Lihat saja sekarang, istrinya, orang-orang terdekatnya bahkan putranya di ambil Tuhan darinya. Karena apa? Karena Tuhan merasa menyesal telah menciptakan orang seperti–”Plak! Sebagian ucapan Riko kembali tertelan, sebab tamparan yang dilayangkan Amira. Jari telunjuk gadis itu mengacung tajam, sambil mengancam, “Jaga ucapanmu! Tidak ada yang berhak mendikte takdir seseorang termasuk kau!” Riko mendengus, mengusap pelan pipi kanannya. Sementara Ramon, bergeming. Tidak ada ekspresi juga reaksi. Laki-laki itu hanya memakukan tatapannya pada kepala bagian belakang Amira. Hanya itu yang bisa dia lihat. “Aku sudah bilang padamu, bukan? Salahku menanggapi perintah. Salahku tidak menelaah baik-baik titah atasanku. Jadi tolong, pergi dari sin

    Last Updated : 2023-06-17
  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 9. Mencuri Ciuman Ramon

    “Berjanjilah akan menjaga Amira. Aku akan melakukan apa yang kau perintahkan jika kau mau berjanji.” Ramon tersentak dari lelapnya yang singkat. Dia membuka mata menatap ke sekeliling. Tegukan ludah itu terasa berat, apalagi saat mengingat alasan terbangun adalah Sagha. Dia dibawa kembali pada saat Sagha terjatuh setelah mengucapkan janji. Laki-laki itu segera bangun dan berlari kecil keluar keluar dari ruangannya. Disela langkah Ramon meminta salah satu anak buahnya untuk mengambilkan ponsel. Pria berpakaian lengkap ala bodyguard itu langsung saja membawakan ponsel baru sesuai perintah. “Beri tahu aku di mana Riko.” Setelah mengetik beberapa nomor juga melakukan panggilan suara, Ramon terdengar memerintah orang yang dia hubungi. “Pak Riko sedang berada di hotel tak jauh dari Bar Farah, Pak.” “Cepat ke sana dan cari si Brengsek itu!” Ramon memutuskan panggilan, sebelum masuk ke dalam mobil. Jaraknya juga tempat Riko cukup memakan waktu. Memerintah anak buah akan memberinya sedik

    Last Updated : 2023-06-18
  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 10. Tentang Amira

    “Pak Ramon. Pak! Pak!” Ramon terkesiap, secepatnya menyadarkan diri. “Ah, iya. Ada apa?” “Ini beberapa berkas yang Bapak minta kemarin. Kami sudah memastikan kevalidan isinya, Pak.” Seorang ajudan berpakaian formal tadi, menyerahkan pada Ramon sebuah map di atas meja. Ramon mengangguk-angguk, tak ada jawaban. Dia masih bingung, kenapa dia bisa lengah tadi. Apa yang membuatnya melamun hingga tidak sadar akan kedatangan anak buahnya. “Kau boleh pergi,” kata Ramon mengakhiri. Setelah tubuh jangkung tadi melengos dari hadapannya, dia segera menyugar rambutnya cukup kasar, seraya mendesah merasa frustrasi. Entah apa yang dipikirkan Ramon sampai lupa tentang dirinya sendiri.Deru napas itu kembali mengudara, mengenyahkan segala beban pikiran. Atensinya beralih pada berkas dalam map kuning di depannya, lalu membuka dengan segera. Tepat saat Dired memperkenalkan Amira secara tersirat waktu itu, saat itu juga Ramon meminta pada ajudannya untuk mencari tahu latar belakang Amira. Setela

    Last Updated : 2023-06-18
  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 11. Permasalahan Sagha dan Dired

    Suhu di luar terasa hangat. Sinarnya memberikan sensasi abstrak kala angin mulai ikut mendominasi. Sesekali sinar matahari menyeruak lewat gorden yang ditiup semilir angin. Membuat tubuh kekar yang terbaring lelap di atas dipan terusik. Hanya hitungan detik sang surya datang mengusik, namun erangan kecil dari dua daun bibir pria itu langsung mengudara. Dia menggeliat, meregangkan otot-otot. Tubuhnya seketika duduk di atas ranjang, lalu menoleh pada jam portabel di atas nakas. Sudah siang. “Amira,” panggil Sagha. Laki-laki itu sedang meneguk air dingin sambil duduk di kursi meja makan.Tak ada sahutan. Tak ada suara apa pun yang mengusik keheningan. Pemuda bernama lengkap Sagha Factur itu, mengerutkan dahinya, bingung. Ke mana adiknya pergi? Ini hari libur, mana mungkin Amira bekerja. Sagha beranjak berjalan ke kamar Amira. Tangannya terangkat, mengetuk pintu. Lagi-lagi, tak ada sahutan. Tak ada pilihan, langsung masuk dan memeriksa adalah jalan satu-satunya.“Amira, kau masih tidur

    Last Updated : 2023-06-19

Latest chapter

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 101. Ending ~ Season 2

    Setelah kepergian Selena yang memberikan luka yang begitu dalam pada Amira, gadis itu pun dipaksa harus kuat menghadapi kenyataan. Pesan yang diberikan oleh Selena bukanlah pesan yang biasa. Pesan yang dikirim lewat surel tepat itu, menyatakan kalau dirinyalah yang harus terus memegang kendali Metta. Baru Amira sadari, bahwa ayah yang saat ini dia panggil sebagai ‘Ayah’ ternyata bukanlah ayah kandungnya. Mark menikahi Selena setelah Selena bercerai mati dengan suaminya dan telah mengandung Amira usia tiga bulan. Hal itulah yang membuat Amira yakin tidak akan merelakan perusahaan yang dibangun sepenuhnya oleh ibunya juga dengan bantuan mantan kekasihnya yang sudah tiada. Sesuai perjanjian kemarin, Mark memerintahkan Amira untuk mengadakan rapat. Pertemuan yang akan mengumumkan lagi pengalihan saham dari Amira pada Kevin. Amira menyetujui untuk melakukan pertemuan, namun tidak ada yang tahu kalau Amira tidak akan pernah memberikan apa yang Mark dan Kevin harapkan. Amira sempat me

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 100. Rama Punya Perasaan Lain

    “Amira tidak akan datang lagi, Pak. Anda hanya akan membuang-buang waktu berharga Anda untuk yang tidak pasti. Berhentilah menyakiti dirimu hanya karena seorang wanita. Terlalu berlebihan rasanya kekecewaan yang kau hadapi ini hanya untuk perempuan asing sepertinya,” kata Rama membujuk Ramon. Berulang kali Rama mencoba membantu Ramon bangun dari duduknya, namun tetap saja bosnya itu tidak berkutik.Ramon tetap enggan untuk memperbaiki posisinya yang duduk selonjoran tak tentu arah. Penampilan yang semula rapi dan menawan, kini berantakan penuh luka. Terlihat jelas bagaimana Ramon memendam rasa sakit yang dalam sebab kenyataan yang menimpanya. “Dia sudah berjanji tetap akan datang padaku. Lantas di mana dia sekarang? Kenapa aku tidak bisa menemuinya untuk meminta janjinya?” ucap Ramon lirih. Matanya mulai sendu menatap harap pada Rama. Sementara itu, Rama hanya bisa menahan sesak dalam dadanya seolah ikut merasakan kekecewaan yang dirasakan Ramon. “Sudahlah, Pak. Ayo bangun. Se

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 99. Kepergian Selena

    Amira gagal mengejar Rama untuk kembali membahas hal yang belum sepenuhnya paham. Panggilan dari pihak Rumah sakit membuatnya memilih untuk menunda kembali hati yang telah kalut. Kakinya menjauh berjalan berlawan arah dengan keberadaan Ramon. Selena dikabarkan mengalami masa kritis. Penyakit yang sudah dia derita sejak dulu ternyata sudah menggerogoti. Tidak ada lagi kesempatan untuk pengobatan sebab waktu yang singkat juga racun yang menempel sudah terlalu banyak.Amira tiba dengan napas yang terengh engah. Matanya membulat ketika medapati wajah sang ayah juga Kevin yang sudah memucat. Belum lagi keadaan kedua lakilaki itu yang berantakan dengan mata sembab. Apa yang Amira pikirkan? Kenapa dia justru ikiut merasakan hal yang sama bahkan sebelum dia tahu apa yang terjadi.“Ayah, bagaimana keadaan Mama? Dia baik baik saja, bukan?” tanya Amira lirih.Mark dan Kevin menatap secara bersamaan. Berbeda dengan Kevin yang masih menatap Amira dengan tatapan sendu seolah ingin melepaskan kesed

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 98. Berakhir

    Amira menggeleng beberapa kali, mencoba meyakinkan kalau semuanya ini tidaklah benar. Hitungan detik setelah kepergian Rama, Amira segera bangun dari duduknya dan menatap lamat pada pahatan wajah Kevin yang kali ini enggan untuk menatapnya. “Kau berbohong padaku, Kevin. Kau curang!” tegasnya, bergetar. “Amira, hentikan! Nada suaramu tidak pantas menyebut Kevin seperti itu. Kau itu calon istrinya. Bersikap sebagaimana layaknya!” tegur Mark justru geram. Tatapan tajam penuh kekecewaan pada dua bola mata Amira berpindah pada sang ayah. Matanya memanas dan tak tahan untuk tak menjatuhkan air mata. Dadanya terus saja bergetar, menahan debar-debar emosi yang hendak meluap. “Sejak kemarin, ah tidak, sejak dulu aku sangat menginginkan seorang ayah ada didekatku. Kupikir akan sangat menyenangkan jika itu terjadi. Tapi hari ini, semua ekspektasiku itu hancur begitu saja. Semua hal yang inginku bagi dengan ayah, tidak sesuai apa yang seharusnya. Ayahku tidaklah menginginkanku. Dia hanya pedul

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 97. Keputusan Yang Sulit

    Mark benar-benar dibuat kacau atas kejadian yang baru-baru ini terjadi. Dari masalah tentang Namina yang kembali hadir, juga tentang Kevin yang tahu bahwa dia hanyalah anak angkat, dan tidak lupa juga masalahnya dengan sang istri yang sempat tidak sependapat, hingga dilarikannya Selena ke Rumah sakit sebab riwayat penyakit yang dirinya tidak pernah ketahui. Semua hal itu sungguh memberikan efek samping yang besar pada kepalanya. Dan pagi ini, kala dirinya akan berangkat menemui sang istri, salah satu CEO Metta datang dan mengatakan apa yang terjadi kemarin. Mendengar kabar kematian Dired sempat membuatnya tercengang, namun lebih terkejut lagi kala dia mendapati ada pihak ketiga yang tahu tentang saham di perusahaannya yang sepenuhnya memang bukan miliknya. Arghhhh! Mark berteriak frustrasi. Dia menghempaskan apa pun yang tampak di depan mata, hanya demi memenangkan segala amarah yang melanda. “Kenapa semuanya terasa memuakkan? Siapa yang sebenarnya ingin menjatuhkanku?” gumamn

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 96. Serangan Rama

    Ramon mendengar tentang keadaan buruk yang menimpa pimpinan Metta sekaligus ibu kandung Amira. Sempat berpikir untuk tidak mengikuti hatinya untuk berkunjung, namun tetap saja kepala dan hati saling bertentangan hingga dia memutuskan untuk datang sekadar memberi rasa empati. Sayangnya, niat hati ingin membangun sebuah hubungan yang baik, justru luka dalam hatinya bertambah. Tidak ada lagi luka yang lebih menyakitkan dari pada melihat sang kekasih hati sedang bercumbu dengan laki-laki lain. Amira tidak menyadari kedatangan Ramon sama sekali. Yang ada dalam benak Amira hanyalah bagaimana cara mengakhiri semua ini dan kembali pada Ramon. Dalam kecupan yang dilayangkan dan sempat dibalas olehnya tersemat penyesalan juga rasa benci untuk diri sendiri. Amira semakin mengutuk dirinya karena sudah berpaling dari Ramon. Amira harap ini adalah yang terakhir dan tidak akan ada yang kedua dan seterusnya. Dan harapannya yang terakhir hanyalah bisa kembali bersama Ramon dalam keadaan yang baik-ba

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 95. Ciuman Kevin dan Amira

    “Menikahlah dengan Kevin. Mama tidak bisa membiarkanmu menikahi orang yang tidak Mama kenali, Namina. Mama yang membesarkan Kevin, dan Mama tahu seberapa pantas dia untukmu. Ini sudah menjadi ketentuan takdir. Mama membesarkan selemah laki-laki yang hebat untukmu untuk membalas kelalaian dulu. Mama bisa menjamin, kalau Kevinlah yang paling baik untukmu bukan orang lain!” Tangan serta kaki Amira bergetar hebat kala mendapatkan pernyataan dari sang ibu. Selena yang masih berbaring di atas brankar Rumah sakit, menjadi alasan untuk Amira tidak langsung menolak atau membantah. Dia takut kalau ibunya itu akan semakin sakit jika mendengar keputusan darinya. “Kenapa Mama justru mengkhawatirkan hal lain alih-alih diri sendiri? Lebih baik fokus saja untuk penyembuhan. Dan apa ini? Kenapa tidak ada yang tahu kalau Mama punya riwayat jantung? Apa yang salah dari sebuah kejujuran, Ma?” balas Amira sambil memegang tangan Selena. “Mama bisa mengatasi semua ini. Lagi pula, percuma juga untuk be

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 94. Kebenaran Amira

    “Kita tidak bisa diam saja, Pak. Kita harus membuat keputusan tadi malam harus pada tempat yang seharusnya. Kevin itu tidak ada hak apa pun terhadap Metta! Mau bagaimana pun juga, yang paling berhak atas Metta saat ini adalah Amira!” Sudah berulang kali Rama mengutarakan kegeramannya terhadap keputusan yang dia dengar malam itu. Rama mendesak Ramon untuk segera ambil tindakan yang memang sepantasnya untuk dilakukan. Dan apa lagi tentang hal yang dikatakan oleh Mark tentang pernikahan itu, semakin membuat darah Rama rasanya mendidih setiap detiknya. Dibalik keresahan sang sekretaris si paling setia, ada Ramon yang masih bingung harus berbuat apa. Di atas kursi meja kerjanya juga tentunya di hadapan Rama, Ramon hanya sibuk menunggu ponsel pintarnya menyala. Dia berharap ada kabar dari Amira, agar dia tahu apa yang harus dia lakukan untuk sang kekasih juga untuk kebenaran yang harus terungkap. “Pak!” panggil Rama kala ucapannya sejak tadi tak bersahut. Ramon mengangkat wajah den

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 93. Permintaan Pernikahan

    “Apa-apaan ini, Mark? Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya tentang ini?” Mata Selena membulat lebar menatap suaminya. “Apa yang harus kukatakan padamu? Kau bahkan sudah tidak peduli lagi tentang Kevin, Selena. Kau hanya fokus pada Amira sekarang sampai kau benar-benar hilang ingatan tentang Kevin!” Suara Mark tidak kalah menggelegar. Selena menahan napas sejenak, merasa tidak habis pikir dengan jawaban suaminya. Suara lantang Mark juga sempat membuat Selena terlonjak kaget, karena kali pertama dia mendengar suaminya itu berteriak. “Jadi apa maumu sekarang? Kau benar-benar memberikan Metta pada Kevin dan bukan Namina? Apa kau gila, Mark?” ucap Selena dengan nada yang sedikit rendah. “Ya. Itu keputusan yang harusnya yang paling tepat, Selena. Kevinlah yang pantas mengambil alih Metta. Dibalik permasalahan apa pun, Kevin memang jauh lebih unggul dari Amira. Dia akan membangun lebih baik Metta kedepannya. Jangan lupa, kau yang membesarkan Kevin dan kau yang paling paham tentangny

DMCA.com Protection Status