" Dari mana saja kamu semalam sayang?" tanya Laura kepada suaminya dengan penampilan kusut setelah menghilang di malam pertama mereka.
"Bukan urusan kamu." Balas Liam ketus sambil membuka bajunya.Laura terdiam tidak ingin membantah kalimat Liam, meskipun dalam benaknya tercipta berbagai pertanyaan, salah satunya kenapa sikap Liam jadi berubah setelah menikah.Sebelum nya Liam begitu manis dan baik kepadanya, hingga Laura yakin dan bersedia menikah dengannya."Apakah kamu ingin makan sesuatu?" tanya Laura sambil membantu Liam membuka pakaiannya." minggirlah aku bisa sendiri tidak perlu kamu bantu. " ucap Liam menghindari bantuan Laura." oke, sekali lagi aku bertanya Apakah kamu ingin makan sesuatu ? kalau ya aku akan mengambilkannya untukmu. ""Tidak perlu , lebih baik keluarlah aku mau istirahat. " ucap Liam sambil merebahkan dirinya di ranjang." ya sudah. " Laura mengalah melihat sikap suaminya, lalu menundukkan badannya dan berniat melepaskan kaos kaki suaminya."Sudah kubilang aku bisa melakukannya sendiri, kamu tidak perlu berlebihan seperti ini Laura. " Ucap Liam setengah membentak dan menyingkirkan tangan istrinya dari kakinya.Laura mendengus sesaat, namun terus melanjutkan niatnya sampai kedua kain yang membungkus kedua kaki suaminya terlepas, kemudian Laura beranjak dari posisinya kemudian berjalan keluar dari kamar suaminya, yang kini juga menjadi kamarnya juga.Laura menengok sebentar sebelum melanjutkan langkah nya menuju pintu kemudian berucap "Aku akan berada di dapur bersama nana yaya. "Liam sama sekali tak membalas ucapan Laura, namun membaringkan tubuhnya di ranjang besarnya."Seandainya kamu bukan putri dari lelaki bajingan itu Laura. " Batin Liam lalu melirik sekilas ke arah Laura tanpa sepengetahuan perempuan yang mengenakan dress terusan berwarna coklat susu itu.Laura menyempatkan diri untuk berhenti sejenak tepat di pintu, kemudian berbalik dan melihat suaminya yang sama sekali tak melihat ke arah dirinya."Ada apa denganmu Liam, mengapa kamu bisa berubah hanya dalam waktu semalam. " Gumam Laura lirih kemudian menggelengkan kepalanya pelan.Laura menutup pintu kamar itu dengan perlahan, Dirinya sama sekali tidak ingin menimbulkan suara yang akan membuat Liam tidak nyaman.Laura berjalan menuju dapur seperti yang telah di sampaikannya kepada Liam tadi."Nyonya, apa anda membutuhkan sesuatu ? " Tanya Nana Yaya begitu melihat istri tuan nya itu sudah berada di dekat dapur."Hemm.. tidak Nana, saya hanya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, bolehkah saya membantu Nana ? "Balas Laura dengan senyum di paksa." Tapi Nyonya, anda adalah nyonya di rumah ini, bagaimana mungkin Nyonya mau membantu saya di dapur. ""Tidak apa, Nana bisa menyuruh saya melakukan apapun. " Ujar Laura."Tidak Nyonya tidak mungkin, pasti Tuan Liam akan memarahi saya habis-habisan kalau membiarkan Nyonya bekerja di dapur bersama saya. " Balas Nana Yaya dengan penuh kekhawatiran."Tidak akan, bahkan semalam Liam sudah menyuruh mu untuk menyiapkan kamar pembantu untukku. " Ucap Laura."Tetapi Tuan sudah membatalkan perintah nya Nyonya, beliau sudah menyuruh anda kembali ke kamarnya seperti sebagaimana mestinya bukan? " Nana Yaya mengingatkan apa yang sudah di lakukan oleh tuannya pagi ini ketika menyuruh dirinya memindahkan kembali semua barang Laura ke kamar nya."Tapi bukan berarti saya tidak bisa membantu Nana kan? " Ucap Laura kemudian melangkah maju dan meraih sebuah pisau yang berada di antara beberapa macam sayuran di meja."Jadi bagaimana aku harus memotong wortel ini Nana? " tanya Laura sambil mengacungkan sebuah wortel berukuran sedang kepada Nana Yaya."Jangan Nyonya, saya mohon. ""Sudah biarkan saja dia melakukan sesuai kemauannya Nana. "Dua perempuan itu langsung menoleh ke arah sumber suara Bariton tersebut, Ternyata di situ telah berdiri Liam yang masih dengan penampilan yang sama seperti sebelum Laura meninggalkan nya tadi."Sayang.. ""Tuan.. "sahut dua perempuan berbeda generasi itu bersama an.Laura dan Nana Yaya tidak menyadari bahwa beberapa detik yang lalu Liam menyaksikan perdebatan kecil mereka berdua."Biar Laura yang memasak untuk hari ini, aku ingin merasakan masakan istriku. " Ucap Liam."Baiklah Tuan, aku akan membantu Nyonya. " balas Nana Yaya."Tidak perlu, Nana lakukan saja hal lain, dan jangan biarkan siapapun membantu Laura di dapur, biar dia melakukan semuanya sendiri. " Ucap Liam datar."Tapi Tuan. " Nana Yaya menyela."Sudah sudah tidak apa Nana, biar saya melakukan semuanya sendiri. " Laura mencegah Nana Yaya berdebat dengan suaminya."Aku ingin melihat apakah Princess Sanders bisa melakukan hal-hal yang biasa di lakukan oleh pelayan di rumah nya. " Ujar Liam dengan nada sinis dan merendahkan.Laura hanya membalas sindiran suaminya itu dengan senyum tipis.********"Nana tolong siapkan semua di meja ya, saya akan memanggil Tuan . " Ucap Laura kepada Nana Yaya yang tengah berdiri di samping Laura membantu dirinya menata makanan di meja makan."Baik Nyonya. " Balas Nana Yaya dengan anggukan pelan."Tidak perlu repot, saya sudah berada di sini. " Sahut Liam yang sedang melangkah mendekat ke arah meja makan."Kupikir kamu masih istirahat sayang. " Ucap Laura kepada suaminya.Liam tak menyahut hanya melirik sekilas kepada istrinya, kemudian berhenti tepat di depan meja makan dan berdiri di atas kursi utama.Liam melihat ke atas meja yang di penuhi berbagai menu tak biasa."Nana.. " Liam memanggil asisten rumah tangga nya."Iya Tuan. " balas Nana Yaya suaminya sigap."Bukankah saya sudah bilang jangan ada yang membantu Laura untuk memasak. " Ujar Liam."Memang tidak ada yang membantu, Nyonya menyiapkan semuanya sendiri. "Meskipun dalam hati tidak langsung percaya begitu saja dengan apa yang di katakan oleh Nana Yaya, namun Liam tidak ingin terus menunjukkan ketidak yakin an nya dan memilih duduk di kursi nya, kemudian membalik piring yang berada tepat di depannya. "Mari ku ambilkan makananmu sayang. " Laura mengulurkan tangannya . Liam menyerahkan piringnya kepada Laura tanpa sepatah kata, matanya terus mengikuti setiap gerakan yang dilakukan Laura menyendok setiap sajian ke atas piring nya. "Ini sayang. " Ucap Laura sambil meletakkan piring berisi makanan tersebut di depan Liam. Liam hanya mengangguk tanpa di sertai sebuah kalimat bahkan senyuman, kemudian mengalihkan perhatian ke arah piring nya. "Damn ini enak sekali. " Batin Liam begitu lidah Liam mengecap makanan di dalam mulutnya. "Bagaimana Tuan? enak kan masakan Nyonya Laura? saya sudah mencicipi nya tadi, ternyata Nyonya Laura sangat pintar memasak. " Nana Yaya yang berdiri di sudut ruang makan menyela begitu melihat ekspresi Liam yang
"Apa yang kamu lakukan di rumah ku Trixie? dan bagaimana kamu bisa tahu dimana tempat tinggal ku?" Tanya Liam kepada Trixie saat sudah berada di dalam mobil. "Aku melihat kartu namamu terjatuh sayang. " Balas Trixie. "Terjatuh atau kamu sengaja mengambil dari dompet ku. " Balas Liam ketus. "Yaaahh apapun itu lah sayang, yang penting kan aku bisa datang ke rumahmu sayang, dan kamu juga senang kan kita bisa bertemu lagi. " Ucap Trixie sambil bergelayut manja kepada Liam. "Sekarang aku mengerti kenapa kamu melarikan diri dari malam pertama kamu semalam. " lanjut Trixie. "Tahu apa kamu? " Liam melihat ke arah Trixie dengan tatapan tajam. "Itu karena penampilan istrimu terlihat sangat membosankan, betul kan tebakanku? " Ucap Trixie. "Jason menepi sebentar. " Liam menyuruh sopir pribadinya menghentikan mobilnya. "Baik tuan. " Balas Jason, kemudian menuruti perintah sang bos berhenti di sebuah batu jalan. "Turun." Ucap Liam sambil melepaskan gelayutan Trixie di tangannya. "Apa? " T
Hampir seharian ini Liam sama sekali tak mampu fokus dalam pekerjaan nya, bahkan beberapa meeting dengan klien yang sudah di jadwalkan harus di cancel olehnya. Pernikahannya dengan Laura, dendam nya kepada ayah mertuanya sudah sangat mengganggu pikirannya. Badannya duduk menghadap jendela ruangan kerjanya, matanya menerawang ke luar gedung-gedung tinggi yang terlihat dari tempat duduk nya. Flashback on. Brak Brak Brak.... "Tuan Liam.. Tuaan... tolong buka pintunya. "Suara seorang perempuan beringan dengan suara pukulan pintu terus terdengar dari dalam kamar Liam. "Tuaaannn... Tuaaaannn... Bukalah pintunya tuan.""Siapa yang berani mengganggu tidur ku tengah malam begini. " Gerutu Liam saat matanya terbuka. "Tuaaaannn... Tuaaaannn... " Suara panggilan itu semakin keras, membuat Liam mau tak mau bangkit dari tempat tidurnya. "Iyaaa sebentar. " Balas Liam dengan sesekali menguap. "Nana? ada apa Nana membangunkan saya selarut ini? " tanya Liam begitu melihat perempuan yang sudah
"Apa kamu mau pergi lagi malam ini sayang? " Laura menghadang suaminya yang bersiap keluar dari kamarnya. "Bukan urusan kamu. "Balas Liam. "Tapi aku istrimu sayang, tidak salah kan kalau aku ingin tahu urusan kamu. " Ucap Laura masih berdiri menghadang Liam. "Heeh iya itu untuk istri orang lain, tidak berlaku untukmu. " Ucap Liam sinis. "Sayang kenapa kamu berubah seperti ini sayang? tolong katakan dan maafkan aku kalau aku punya salah kepadamu. " Pinta Laura memelas. "Kamu memang tidak salah, tapi ayahmu punya kesalahan besar yang tidak pernah termaafkan buatku, dan kamu harus ikut membayarnya. " Batin Liam sambil menatap tajam kepada perempuan yang baru dua hari di nikahi nya. "Kenapa kamu diam Liam? jawab pertanyaan ku. " Laura kembali meminta jawaban. Liam tetap diam tak menjawab pertanyaan Laura, namun menyingkirkan Laura darin hadapan nya "Minggir, jangan menghalangi jalanku. " Ucap Liam kemudian keluar dari kamarnya. Liam berjalan keluar kamar menuju sebuah kamar yang te
Laura berjalan tergesa sambil terus berbicara dengan seseorang di telephon. "Awww..."Hompir saja ponsel nya terlepas dari tangannya saat seseorang menabrak nya."Ada apa denganmu Laura , sampai harus terburu-buru seperti ini" Tanya lelaki yang tak lain adalah Liam suaminya. "Maaf maafkan aku sayang , aku tergesa-gesa ." jawab Laura ."Semua orang juga bisa melihat kalau kamu sedang tergesa-gesa, tapi bukan itu pertanyaanku, apa yang membuat kamu harus tergesa-gesa seperti ini?" sindir Liam sambil mengulangi pertanyaan nya." Aku harus ke rumah sakit sekarang sayang. " jawab Laura dengan mata berkaca-kaca. "Kamu sakit?" tanya Liam ."Tidak sayang bukan aku , tapi papaku mengalami kecelakaan dan sekarang sedang berada di rumah sakit umum. " Jawab Laura. "Ohh.. " Respon Liam kemudian terdiam. "Kalau begitu bolehkah aku pergi sekarang?" ucap Laura."Oke." jawab Liam cepat. "Apa kamu tidak ingin melihat keadaan papa juga sayang? " tanya Laura. "Ehhmm sepertinya tidak, aku lelah. " J
"Bagus, aku akan memberikannya pembayaran atas kerjamu kali ini. " Laura menyentuh pundak sang suami yang sedang berbicara dengan seseorang di telepon. "Siapa yang berbicara denganmu sayang? " "Ohh.. bukan siapa-siapa hanya seorang rekan bisnisku. " balas Liam. Laura menarik nafas panjang lalu membuangnya kasar melalui mulut nya. "Kalau kamu sedang ada urusan, tinggalkan saja aku di sini sendiri. " ucap Laura. "Tidak apa, aku sudah menyuruh orang ku untuk menghandel pekerjaan ku sementara. " Balas Liam. Laura tersenyum, kemudian berjalan menuju kursi tunggu., sementara Liam mengekori nya di belakang kemudian ikut duduk di samping Laura. "Dimana ibumu? apakah sudah pulang? " tanya Liam ketika melihat hanya tinggal Laura saja yang berada di sana. "Iya, aku memintanya untuk pulang, karena kulihat Mama Lucy terlihat sangat lelah. " balas Laura. "Hemm... " Liam tersenyum mendengar balasan Laura. "kenapa? apa ada yang lucu? " tanya Laura. "Aku hanya heran mendengar mu menyebut i
"Papa.. syukurlah papa tidak kenapa kenapa, aku sangat khawatir pa. " Laura memeluk tubuh ayahnya yang masih terbaring lemah di ranjang ruangan VVIP rumah sakit. "Tenanglah sayang, kamu lihat sendiri kan kalau keadaan papa baik-baik saja, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan putriku sayang. " balas Nicholas sambil membelai rambut pirang putri nya. "Aku sangat takut saat mendengar papa mengalami kecelakaan. " ucap Laura setelah menegakkan tubuh nya duduk di kursi di samping ranjang ayahnya. "Heh.. sudah sudah jangan khawatir papa baik-baik saja. " balas Nicholas Sanders. "Apa yang and rasakan sekarang tuan? " Liam ikut menyahut. "Masih sedikit pusing Liam, tapi aku sudah merasa jauh lebih baik. " balas Nicholas. "Syukur lah tuan. ""Ha.. ngomong-ngomong kenapa kamu masih memanggilku seperti itu Liam, aku ini adalah papa mertua mu. " ucap Nicholas sambil tersenyum. "Ehh.. iya Tuan.. ehh maksud saya papa. " ucap Liam terbata. Dalam hati Liam mengutuk karena harus menyebut manusi
"Jadi bagaimana hasil penyelidikan mu ? apa kamu sudah mendapatkan petunjuk tentang siapa yang sudah merusak rem mobil Nicholas Sanders. " tanya Liam kepada David orang kepercayaannya." saya sudah meminta rekaman CCTV dari rumah keluarga Sanders, sayangnya mereka mengatakan bahwa CCTV di halaman rumah tersebut sudah lama rusak. " balas David."Lalu? ""Tapi saya sudah memeriksa rekaman CCTV dari jalanan dan juga beberapa Tetangga yang tinggal di sekitar rumah keluarga Sanders, Tapi anehnya tidak ada satupun rekaman yang menunjukkan aktivitas yang mencurigakan, saya juga memperhatikan Siapa saja yang keluar masuk ke rumah tersebut, tapi saya tidak melihat orang asing yang masuk ke rumah itu." David menjelaskanLiam diam sambil menatap tajam David yang sedang bercerita kepada nya, sambil tangan nya bergerak memainkan pulpen dan mengetuk- ngetukkan di meja nya. "Jadi artinya orang dari dalam rumah itu sendiri yang sudah merusak rem mobil Nicholas Sanders. " Liam berpendapat. "Bisa di
"Bagaimana David, apakah sudah ada kabar mengenai istriku?" Tanya Liam melalui sambungan telepon. "Maafkan saya tuan, tadi saya sempat bertemu dengan nyonya Laura.""Hah apa? dimana kamu bertemu istriku? lalu sekarang dimana dia? aku harus bertemu dan berbicara dengan nya sekarang juga.""Di depan rumah ayahnya tuan, tapi sayangnya nyonya Laura menolak untuk ikut bersama saya dan kemudian seseorang membawanya pergi, dan saya kehilangan jejak nyonya Laura. " Balas David. "Kenapa bisa begitu David? Kamu tahu siapa orang itu?" tanya Liam."Maaf tuan saya belum pernah melihat lelaki itu sebelumnya, sepertinya dia hanya seseorang yang kebetulan lewat di situ dan berusaha membantu nyonya Laura yang terus berteriak dan memberontak dari saya tuan." Ujar David."harusnya kamu tidak membiarkan Laura pergi begitu saja, saya tidak mau tahu kamu harus menemukan keberadaan istri saya segera."Pinta Liam secara tegas."Saya minta maaf tuan, tapi saya sedang mengusahakan yang terbaik untuk mencari n
"Masuklah nona. " Armand berhenti sejenak mempersilakan Laura untuk berjalan mendahului nya, begitu sampai di halaman rumahnya. Laura tersenyum dan mengangguk, kemudian melangkah pelan di depan Armand, lalu keduanya berhenti tepat di depan pintu yang masih terkunci.Armand maju selangkah kemudian mengambil kunci dari kantongnya lalu mengarahkan di lubangnya." Silakan. " Ucap Armand mempersilahkan Laura masuk ke dalam rumah yang tidak terlalu besar. Laura berdiri di dekat pintu menunggu Armand yang menuju saklar untuk menghidupkan lampu. Laura memindai ruang tamu berukuran Sekitar dua puluh lima meter persegi tersebut. "Anda tinggal sendiri disini? " tanya Laura. "Sebenarnya ada seorang asisten rumah tangga, tapi saat ini dia sedang ada keperluan di kampung halamannya, mungkin minggu depan baru kembali kesini. " Armand menjelaskan. "Ohhh... " Armand menangkap rona tidak nyaman di wajah Laura. "Kenapa? kamu takut tinggal di sini? " Tanya Armand. "Ehhee... " Laura tersenyum tip
"Huh.. huh.. huh..."Liam berusaha mengatur nafasnya yang naik turun. "Beruntung mereka tidak sempat melihatku disana. " Batinnya sambil bergegas menghidupkan mesin mobilnya. "Jadi selama ini Lucy benar-benar mengetahui perselingkuhan Livia dan Nicholas. " Liam berbicara sendiri. "Bisa jadi Lucy juga terlibat dengan apa yang menimpa Livia, karena dia juga yang sudah merencanakan kecelakaan Nicholas waktu itu. " Liam mulai menerka-nerka. "Sayang sekali aku tidak bisa melihat siapa lelaki yang membantunya. ""Oh Shit... mereka sedang merencanakan untuk mencelakai Laura, aku harus mencegahnya. " Liam memukul setir di depannya mengingat apa yang akan dilakukan Lucy kepada Laura , aku harus mencari keberadaan Laura saat ini. " ucap nya kemudian meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. "Halo David, tolong kerahkan anak buahmu, bantu aku mencari istriku sekarang juga. "***********Laura masih menangis di dalam taksi nya, hampir tiga jam dirinya berada didalam nya. "Nona sebenarnya
"Selamat malam tuan. " Sambut Nana Yaya kepada Liam yang baru masuk ke dalam rumah. "Selamat malam Yaya. " Balas Liam sambil membuka kancing jas nya. "Bagaimana kabar Laura? apa dia sudah makan malam? " Tanya Liam. "Maksud tuan? " Nana Yaya meragukan pendengaran nya tentang pertanyaan tuannya tersebut. "Apa Nana tidak mendengar pertanyaan ku yang begitu jelas, saya ulangi apakah Laura sudah makan malam? " Liam mengulangi pertanyaan nya. "Iya tuan saya mendengar, tapi kenapa tuan menanyakan Nyonya sudah makan atau belum, apakah tuan lupa kalau Nyonya tidak ada di rumah? " "Tidak ada di rumah? memangnya kemana istriku Nana? " Liam terkejut dengan ucapan Nana Yaya. "Bukannya tuan sudah tahu dan mengijinkan Nyonya Laura untuk pulang ke rumah orang tuanya. " "Tahu? ijinkan? tidak, aku sama sekali tidak tahu apalagi mengijinkan Laura pergi dari rumah, apa-apa an ini, kenapa Nana tidak memberitahu saya kalau Laura pergi dari rumah? " Liam mulai emosi. "Tapi tuan, Nyonya Laura sendir
Cerita Nana Yaya tadi membuat dirinya penasaran untuk mencari tahu lebih banyak tentang adik iparnya yang telah meninggal dunia. Laura berjalan keluar dari kamarnya, kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri berharap tidak ada orang yang melihat dirinya. Dirinya berjalan ke menuju sebuah kamar yang pintunya tertutup. "Pasti ini kamarnya. " Batin Laura. Klik.. Laura berhasil membuka pintu yang tidak terkunci, kemudian melangkah masuk ke dalam kamar bernuansa merah muda. Laura menyapu pandangan ke sekeliling, dilihatnya sebuah photo besar di tengah-tengah dinding kamar nya, seorang gadis cantik berambut panjang sedang berpose tersenyum. "Cantik, mata dan hidungnya sangat mirip dengan Liam. " Gimana Laura selesai mengamati photo close up tersebut. Laura mendekati ranjang yang terbungkus sprei dan bed cover, semuanya tertata begitu rapi dan bersih meskipun tidak berpenghuni. Laura duduk di tepi ranjang, matanya tertuju pada sebuah buku tertelungkup yang terletak di meja samping ranja
Brak.. Laura menutup pintu dengan kasar, kemudian mengunci nya dari dalam. Laura sengaja melakukannya agar Liam tidak bisa menyusulnya. "Hiks.. Hiks... Hiks... " Laura menjatuhkan dirinya ke ranjang, kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Siapapun yang melihat nya pasti langsung paham apa yang sedang di rasakan nya, luka hatinya terlalu , kepergian sang ayah yang begitu tiba-tiba, sikap Liam yang plin-plan ditambah lagi kedatangan seorang perempuan yang mengaku sedang mengandung benih sang suami. Perempuan itu menangis tanpa henti, Laura hanya berharap bahwa kepedihannya bisa luruh, seiring dengan derasnya air mata yang mengalir dari pelupuk matanya. "Papa kenapa papa pergi meninggalkan aku sendiri, tidak ada yang mencintaiku sebesar papa. " Ratap Laura mengingat kini tiada lagi orang yang mencintainya, terlebih ibu tiri yang selama ini di kiranya benar-benar tulus mencintai dirinya dan ayah nya ternyata hanya berpura-pura. Laura terus menangis tak peduli sua
Drrrttt.... Drrrttt.... Liam mengambil ponselnya yang terus bergetar berulang-ulang. Dilihatnya nama David tertera di layar ponselnya yang berkedip. "Halo, ada apa David? " Tanya Liam kepada orang yang sedang menghubungi dirinya melalui telepon."Benar tuan, ada penting yang ingin saya sampaikan kepada tuan, Apakah kita bisa bertemu? " tanya David. "Dua puluh menit lagi aku sampai kantor, temui aku di ruangan ku. " Ucap Liam. "Baik tuan. " Liam menutup telepon nya, kemudian berbalik kembali ke pintu. Tok Tok Tok"Laura aku harus pergi. " Ucap Liam berpamitan kepada sang istri. Liam menunggu beberapa detik namun tetap tidak mendapatkan jawaban dari Laura. Liam memutuskan untuk meninggalkan Laura di kamarnya dan akan berbicara kembali dengan Laura setelah kembali dari kantor. Sebenarnya Liam merasa ada yang aneh pada dirinya, untuk apa dia harus berpamitan kepada Laura, padahal dirinya hanya ingin membalas dendam kepada Laura, tapi entah mengapa sebagian besar hatinya mengharusk
Laura benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada Liam, baru semalam dirinya merasa telah di perlakukan sebagai ratu oleh suaminya, dan hampir saja dia percaya bahwa Liam benar-benar sudah kembali seperti Liam yang di kenalnya dulu. Namun kenyataan sama sekali berbeda dengan yang di harapkan nya, bahkan saat ini di mobil, Liam sama sekali tak mengucapkan sepatah kata pun. "Sayang, kalau memang aku bersalah kumohon maafkan aku. " Ucap Laura, kemudian meraih salah satu tangan Liam yang terletak di samping persneling mobil nya. "Hah? kenapa? " Liam terperanjat dari lamunannya, dan langsung menarik tangannya begitu menyadari Laura sedang menautkan jemarinya di tangan Liam. "Apakah aku melakukan kesalahan? " Tanya Laura lagi. "Ohh.. sudahlah aku sedang tidak ingin membahasnya sekarang. " Jawab Liam tanpa menoleh sama sekali ke arah Laura yang saat ini sedang menatap nya. "Tapi sayang... ""Cukup.. aku sudah bilang tidak ingin membahasnya. " Hampir saja air mata Laura
"Jadi perempuan itu sudah tahu tentang Olivia, tapi kenapa dia tidak menghalangi pernikahan ku dengan Laura saat itu. " Batin Liam sambil menatap tajam Lucy yang berjalan menjauh darinya. "Aneh, kalau memang dia tahu tentang perselingkuhan antara suaminya dengan adikku, harusnya dia menolak aku menjadi menantu di keluarga ini, dan sepertinya tidak ada yang aneh dengan hubungan rumah tangga Nicholas dan Lucy, semuanya tampak baik-baik saja. " Liam terus membatin hal yang menurutnya tidak biasa tersebut. "Hiks.. Hiks... " Perhatian Liam beralih kepada sumber suara tangisan yang berasal dari dalam kamar Laura. Kepala Liam mendongak ke dalam kamar, dilihatnya perempuan cantik itu sedang duduk di tepi ranjang sambil tertunduk menangis. Liam melangkah masuk ke dalam kamar, kemudian menutup pintu kamar istrinya tersebut. Ada rasa iba melihat Laura yang terlihat begitu terpukul, dilihat dengan kasat mata saja jelas terlihat bahwa hati perempuan itu sedang hancur berkeping-keping. Liam