Setelah membayar tiket masuk, Nika dan teman-temannya berjalan menyusuri jalan setapak menuju kawahnya. Saat sampai di kawasan kawah, Rani melihat Aldi menyusuri kawasan kawah sampai ke area bawahnya. Rani berkata pada Nika.
“Nika, hayu kita ke sana nyusul Aldi.”
“Hayu hayu Ran. Kamu penasaran ya?”
“Hahaha iya nih. Kuuuuuy!”
Nika dan Rani pun menyusul Aldi ke bawah kawasan kawah. Aldi yang melihat Nika dan Rani menyusulnya seketika memanggil “Ayoooo siniiii! Hati-hati jalannya.”
Sesampainya di bawah, Aldi berusaha mengajak Nika dan Rani ke tengah-tengah kawah. Namun, Rani enggan karena takut. Akhirnya, Nika sendiri yang menghampiri Aldi.
“Nikaaaaaa siniiiiiii.” Ajak Aldi.
“Ih aku takut jatoh. Gak mau ah!” Ujar Nika.
“Engga kok gak akan. Liat pijakannya. Sini pegangan sama aku.” Aldi berkata dengan nada jahil.
“Gak, gak usah makasih. Aku coba sendiri aja ke sananya.” Nika mulai menyusuri jalan bebatuan menuju ke tengah kawah tempat Aldi berada. Sekilas, ia melihat Aldi tersenyum tipis. Saat Nika sudah sampai di tempat Aldi, ia memberikan kepingan belerang pada Nika.
“Nih kepingan belerang buat kamu.”
“Ini buat apa Al?”
“Buat ilangin jerawat yang ada di jidat kamu hahaha.” Aldi menunjuk dahi Nika yang sedang berjerawat.
“Huh nyebelin dasar! Ini pakenya gimana?”
“Tinggal dihalusin aja, terus tambahin air. Pake air sabun cuci muka juga bisa kok. Cuman jangan yang banyak busa nanti kulit kamu kering banget.”
“Oh oke makasih ya Al.”
“Eh, itu ada mata air. Ke sana yuk cuci muka. Lumayan loh berkhasiat.” Aldi menunjuk ke arah ujung.
“Berkhasiat buat apa emang?”
“Buat awet muda dan enggak jerawatan kayak kamu hahaha.”
“Ngeledek lagi, iya ledek aja terus Al!”
“Hahaha cewek judes jangan marah dong. Jadi gimana nih? Udah gak marah sama aku?”
“Menurutmu?”
“Senyum dong cewek judes hihi biar keliatan cantiknya.”
“Apaan sih lo gombalin gue. Sana gombalin Sri aja tuh hahaha.” Aldi langsung terdiam. Sorot matanya terlihat sedih. Nika yang menyadari ekspresinya langsung mengalihkan pembicaraan.
“Hayu cuci muka hihi siapa tau aku makin cantik hehehe.”
“Iya supaya judesnya ilang ya hahaha.”
“Haaa gimana elo aja deh.”
Setelah selesai mencuci muka di mata air, kami segera ke atas karena Indri sang ummi sudah meneriaki kami.
“Heeeeeeey cepet naik ayoooo ke Ranca Upaaaaaas!”
“Iyaaaaaaa ummiiiiiiii.” Sahut Nika setengah berteriak.
Kami pun bergegas naik dan segera menuju mobil. Kami segera menuju Ranca Upas karena hari sudah semakin sore. Setelah selesai shalat Ashar, kami bergegas menuju penangkaran rusa. Aldi membeli dua bungkus wortel. Tari bertanya pada Aldi.
“Al, mau ngasih makan rusa?”
“Iya Tar. Hayu ikut Tar!”
“Oke tunggu-tunggu. Aku pengen difoto ala Raisa ya hahaha. Eh Nika, temenin aku dong ke bawah sekalian fotoin aku ya?” Pinta Tari pada Nika.
“Iya hayu Tar. Aku juga penasaran pengen ke bawah sih.” Jawab Nika.
Kami bergegas mengikuti Aldi. Setelah selesai sesi foto Tari, Nika berusaha membelai rusa. Namun, yang terjadi tak sesuai ekspektasinya.
“Duh rusa jangan seruduk-seruduk dong huaaa takut nih!” Teriak Nika.
“Hahaha makanya kasih makan dulu baru belai.” Ujar Aldi.
“Ya maaf ya aku kan gak beli wortel.” Jawab Nika.
“Nih pake yang aku aja.” Aldi pun langsung memberikan wortelnya pada Nika.
“Oh oke makasih ya.” Ujar Nika.
Saat sedang memberi makan rusa, Nika tiba-tiba berteriak “Aaaahhhhh tolongin ini aku dikerubungi Rusa!”
“Bagus-bagus gitu Ka, aku mau fotoin dulu ya hahaha.” Aldi langsung mengeluarkan ponselnya dan memotret Nika.
“Plis Aldi plis aku ga mau difoto huaaaaaa aku takut!” Nika berteriak memohon segera ditolong. Aldi yang melihat ekspresi lucunya Nika tertawa terbahak-bahak. Dalam batinnya ‘Si judes ini lucu banget.’ Setelah puas menertawakan Nika, Aldi bergegas menolongnya.
“Nika, awas kepala kamu! Aku mau lempar wortelnya.” Teriak Aldi.
“Oh oke oke.” Nika segera memegang kepalanya takut terkena lemparan wortel. Seketika semua rusa yang megerubungi Nika pun pergi.
“Gimana kamu Nika? Gak apa-apa kan?” Tanya Aldi.
“Engga kok gak kenapa-kenapa. Cuman takut aja tadi.” Jawab Nika dengan suara bergetar.
“Hahaha syukur kalo gitu.” Aldi mengusap ubun-ubun Nika. Sontak Nika hanya bisa diam mematung.
Deg!
‘Ah kenapa aku deg-degan gini ya?’ batinnya. Wajahnya memerah seketika.
***
Duk!“Aduuuuuuh sakit! Woy kalo jalan pelan-pelan dong!”Pria gempal dengan tas biru cerah itu berlari sambil berlalu.“Aduduuuuh sakit banget ini! Santai aja kali lagian masih ada waktu juga.” Nika berkata lirih sambil mengusap pundaknya.Setelah diam sebentar di ujung tangga, ia pun melanjutkan perjalanan ke gedung balai. Di sudut gedung, sudah ada Ana dan Rani.“Nikaaaaaa, Nikaaaaaaaa, siniiiiiiiii!”“Oh itu mereka! Hoooooy!”“Kenapa sih kamu pagi-pagi udah mesem gitu?” tanya Ana padaku.“Sebel banget tau masa tadi pas naik tangga ada cowok yang nabrak aku?! Mana ga minta maaf lagi! Ini bahu aku sakit banget soalnya ketabrak sama dia huhuhu.”“Dia buru-buru kali?”“Iya emang dia keliatan buru-buru. Tapi ga gitu juga sih! Santai aja kan masih ada waktu juga.”“Hahahaha dasar Nika. Ini tuh udah mepet waktu
“Oke, untuk tugas akhirnya kalian harus melakukan simulasi mengajar. Buat 3 kelompok, terus sebelum simulasi ke sekolah wajib konsul ke saya!” kata Pak Rahmat saat memberikan pengumuman di kelas.“Siap Pak, nanti saya buatkan kelompoknya.” sahut Tia, sebagai ketua kelas kami.Usai kuliah, Tia memberikan pengumuman di kelas.“Oke, sekarang kita bagi kelompok secara acak ya!”“Ana, bantu aku buat ngocok nama kelompok ya.”“Oke siap.”Saat pengumuman kelompok 3, keluarlah namaku dan juga namanya. Aku pun bergumam dalam hati ‘Ah, kenapa juga aku harus sekelompok dengannya sih?!’“Hah, aku jadi guru model?! Kenapa bukan orang lain aja?”. Nika berkata dengan lirih. Ana dan Rani pun mendengarnya “Tak apa Nika, siapa tau kan bisa jadi pengalaman juga buat kamu.” Ana dan Rani berusaha menenangkanku yang sejak tadi gemetar.Saat kumpul kelompo
“Oke, agar teman-teman lebih memahami materi yang kelompok kami sampaikan, kami sudah menyiapkan sebuah film.” Ana berkata saat presentasi masih berlangsung.“Asyiiiiik film apa nih?” Tia menanggapi.“Nah ini ya teman-teman, judulnya Free Writer. Film ini menceritakan tentang seorang guru yang berusaha mengubah mindset muridnya mengenai isu SARA dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari muridnya.”Ana pun langsung memutar film tersebut dan kami semua asyik menonton film tersebut. Saat adegan seru diputar, Aldi langsung maju ke depan.“Awas ih ngalangin tau! Lagi asyik-asyik juga nonton film malah ngalangin.”“Salah sendiri pendek, jadi aja ketutupan.”“Oh kamu yang gede badannya jadi kayak gerhana. Nutupin yg lain tau! Pindah ke belakang ih lagian kamu kan tinggi.”“Yaelah makanya aku pindah ke depan tuh ya karena ga keliatan. Kamu liat kan ini aku
Saat menjelang tidur, Nika menerima pesan WA dari Ana.Ana - Nika, sabtu kosong engga?Nika - Iya. Kenapa gitu?Ana - Hayu maiiiiiiin.Nika - Kemana?Ana - Ciwidey. Hayu kita main ke Situ Patenggang.Nika – Hayuuuuuu. Siapa aja yang ikut ke sana?Ana – Rani, Aldi, Indri, Dian, Tari. Kuy ikut yaaaaa.Nika – Okeeeee. Kumpul di mana? Jamber?Ana – Kumpul di depan gerbang tol bubat ya jam 8.Nika – Okeeeee.Nika bergumam dalam hati ‘Huaaah besok gue ketemu dia lagi! Gimana gue harus bersikap? Sedangkan gue masih marah dan kesal sama dia.’ Ia lalu menarik selimutnya dan tidur.Besoknya, Ana mengirim pesan pada Nika jam setengah 8 pagi.Ana – Nika, cepetan siap-siap hayu kita main.Nika – Iyaaaaa An. Emang kalian udah di mana?Ana – Kita otw bentar lagi nyampe depan gerbang tol bubat. Cepetaaaaan!Nika – Iyaaa iya
Setelah membayar tiket masuk, Nika dan teman-temannya berjalan menyusuri jalan setapak menuju kawahnya. Saat sampai di kawasan kawah, Rani melihat Aldi menyusuri kawasan kawah sampai ke area bawahnya. Rani berkata pada Nika.“Nika, hayu kita ke sana nyusul Aldi.”“Hayu hayu Ran. Kamu penasaran ya?”“Hahaha iya nih. Kuuuuuy!”Nika dan Rani pun menyusul Aldi ke bawah kawasan kawah. Aldi yang melihat Nika dan Rani menyusulnya seketika memanggil “Ayoooo siniiii! Hati-hati jalannya.”Sesampainya di bawah, Aldi berusaha mengajak Nika dan Rani ke tengah-tengah kawah. Namun, Rani enggan karena takut. Akhirnya, Nika sendiri yang menghampiri Aldi.“Nikaaaaaa siniiiiiii.” Ajak Aldi.“Ih aku takut jatoh. Gak mau ah!” Ujar Nika.“Engga kok gak akan. Liat pijakannya. Sini pegangan sama aku.” Aldi berkata dengan nada jahil.“Gak, gak usah makasih.
Saat menjelang tidur, Nika menerima pesan WA dari Ana.Ana - Nika, sabtu kosong engga?Nika - Iya. Kenapa gitu?Ana - Hayu maiiiiiiin.Nika - Kemana?Ana - Ciwidey. Hayu kita main ke Situ Patenggang.Nika – Hayuuuuuu. Siapa aja yang ikut ke sana?Ana – Rani, Aldi, Indri, Dian, Tari. Kuy ikut yaaaaa.Nika – Okeeeee. Kumpul di mana? Jamber?Ana – Kumpul di depan gerbang tol bubat ya jam 8.Nika – Okeeeee.Nika bergumam dalam hati ‘Huaaah besok gue ketemu dia lagi! Gimana gue harus bersikap? Sedangkan gue masih marah dan kesal sama dia.’ Ia lalu menarik selimutnya dan tidur.Besoknya, Ana mengirim pesan pada Nika jam setengah 8 pagi.Ana – Nika, cepetan siap-siap hayu kita main.Nika – Iyaaaaa An. Emang kalian udah di mana?Ana – Kita otw bentar lagi nyampe depan gerbang tol bubat. Cepetaaaaan!Nika – Iyaaa iya
“Oke, agar teman-teman lebih memahami materi yang kelompok kami sampaikan, kami sudah menyiapkan sebuah film.” Ana berkata saat presentasi masih berlangsung.“Asyiiiiik film apa nih?” Tia menanggapi.“Nah ini ya teman-teman, judulnya Free Writer. Film ini menceritakan tentang seorang guru yang berusaha mengubah mindset muridnya mengenai isu SARA dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari muridnya.”Ana pun langsung memutar film tersebut dan kami semua asyik menonton film tersebut. Saat adegan seru diputar, Aldi langsung maju ke depan.“Awas ih ngalangin tau! Lagi asyik-asyik juga nonton film malah ngalangin.”“Salah sendiri pendek, jadi aja ketutupan.”“Oh kamu yang gede badannya jadi kayak gerhana. Nutupin yg lain tau! Pindah ke belakang ih lagian kamu kan tinggi.”“Yaelah makanya aku pindah ke depan tuh ya karena ga keliatan. Kamu liat kan ini aku
“Oke, untuk tugas akhirnya kalian harus melakukan simulasi mengajar. Buat 3 kelompok, terus sebelum simulasi ke sekolah wajib konsul ke saya!” kata Pak Rahmat saat memberikan pengumuman di kelas.“Siap Pak, nanti saya buatkan kelompoknya.” sahut Tia, sebagai ketua kelas kami.Usai kuliah, Tia memberikan pengumuman di kelas.“Oke, sekarang kita bagi kelompok secara acak ya!”“Ana, bantu aku buat ngocok nama kelompok ya.”“Oke siap.”Saat pengumuman kelompok 3, keluarlah namaku dan juga namanya. Aku pun bergumam dalam hati ‘Ah, kenapa juga aku harus sekelompok dengannya sih?!’“Hah, aku jadi guru model?! Kenapa bukan orang lain aja?”. Nika berkata dengan lirih. Ana dan Rani pun mendengarnya “Tak apa Nika, siapa tau kan bisa jadi pengalaman juga buat kamu.” Ana dan Rani berusaha menenangkanku yang sejak tadi gemetar.Saat kumpul kelompo
Duk!“Aduuuuuuh sakit! Woy kalo jalan pelan-pelan dong!”Pria gempal dengan tas biru cerah itu berlari sambil berlalu.“Aduduuuuh sakit banget ini! Santai aja kali lagian masih ada waktu juga.” Nika berkata lirih sambil mengusap pundaknya.Setelah diam sebentar di ujung tangga, ia pun melanjutkan perjalanan ke gedung balai. Di sudut gedung, sudah ada Ana dan Rani.“Nikaaaaaa, Nikaaaaaaaa, siniiiiiiiii!”“Oh itu mereka! Hoooooy!”“Kenapa sih kamu pagi-pagi udah mesem gitu?” tanya Ana padaku.“Sebel banget tau masa tadi pas naik tangga ada cowok yang nabrak aku?! Mana ga minta maaf lagi! Ini bahu aku sakit banget soalnya ketabrak sama dia huhuhu.”“Dia buru-buru kali?”“Iya emang dia keliatan buru-buru. Tapi ga gitu juga sih! Santai aja kan masih ada waktu juga.”“Hahahaha dasar Nika. Ini tuh udah mepet waktu