Begitu membahas tentang Selena, senyuman Olga pun lenyap, "Imajinasi Tuan Harvey banyak juga, ya. Kenapa nggak nulis novel saja?"Harvey pun menimpali, "Kudengar semalam kamu menghabiskan dua piring nasi, dua mangkuk sup dan tiga macam lauk.""Nggak mengizinkan para pekerja lembur makan enak, nih?""Sebelum ini, kamu hidup macam mayat setiap hari, bahkan nggak habis makan setengahnya setiap hari. Kemarin kamu juga pergi beli satu rok baru."Olga masih ingin membela diri, namun Harvey menatap lurus ke arahnya, seperti sudah mengetahui segala tentang Olga."Katakan, di mana kamu pernah lihat Seli?"Nada bicaranya itu bukan menyelidik, melainkan yakin.Olga menggebrak meja dengan wajah penuh kemarahan, "Kamu sinting, ya? Kamu ingat begitu jelas apa saja yang aku makan, kenapa nggak kamu catat saja kapan aku menstruasi dan kapan aku sembelit?"Harvey menghela napas. Olga terkejut, pria ini ternyata menghela napas!"Olga, kamu tahu segalanya tentang aku dan Seli, penculikannya bukan suatu h
Harvey yang berjalan di pintu segera berbalik dan melihat ke arah Maisha, "Bibi, kamu bilang apa barusan?"Harvey kebetulan melihat Maisha mengangkat jam tangan berbentuk beruang kecil itu sambil menangis, lalu menjawab, "Ini jam tangan yang aku berikan pada Selena sebelum pertunangannya. Saat dia masih kecil, aku berjanji padanya kalau dia dapat peringkat pertama, aku akan memberikannya jam tangan baru tahun itu. Tapi pada tahun itu aku pergi, jadi jam ini ingin aku berikan sebagai gantinya."Maisha meletakkan jam tangan telepon di dadanya sendiri, "Pasti Selena pernah datang, dia nggak mau jam tangan telepon, juga nggak menginginkan ibunya ini. Ini memang salahku, salahku."Harvey sudah lari keluar.Rumah sakit yang begitu besar ini dipenuhi dengan orang-orang yang datang dan pergi, mana ada seperti Harvey yang menginginkan bertemu seseorang?"Seli!"Harvey meneriakkan nama Selena dengan keras, tetapi tidak ada yang menjawab.Chandra berjalan ke sampingnya dan berucap "Tuan Harvey, s
Isaac yang melihat hal ini pun segera membungkuk untuk mengambil bola merah tersebut. Sebuah tangan dengan persendian yang menonjol lebih dulu mengambil bola di depannya dan memainkannya."Bolanya cukup unik." Suara orang itu lembut.Isaac menoleh mengikuti suara itu, dia mendapati orang yang berbicara memiliki wajah yang sangat halus dan tampan. Meskipun pria ini juga mengenakan setelan jas yang kontras berwarna hitam dan putih, temperamennya benar-benar berbeda dari Harvey.Yang satu tajam seperti pisau, yang satu lembut seperti air.Bahkan sepasang alis dan matanya bagaikan hangatnya sinar matahari musim semi di bulan Maret, membuat orang merasa hangat.Orang ini adalah salah satu teman baik Harvey, yang juga dikenal sebagai ahli kesehatan, Johan Oliver.Dari jarak yang begitu dekat, Isaac bisa mencium aroma dingin yang samar-samar dari tubuhnya, itu adalah campuran aroma bahan obat tradisional.Isaac tersenyum lembut, "Ini kerajinan tangan, berbeda dengan yang mekanis sekarang. Ter
Kapal kargo akan segera berlayar, Harvey akhirnya tiba di tempat tepat pada saat yang genting.Alex membawa sekelompok petugas penegak hukum naik ke kapal kargo, "Ada laporan bahwa ada barang-barang penyelundupan di kapal kargo kalian, bea cukai perlu melakukan pemeriksaan ulang, hari ini kalian tidak bisa pergi."Pedagang yang memimpin sibuk berkata, "Kawan, aku selalu melaporkannya sesuai aturan, aku sudah beroperasi di jalur ini selama lebih dari sepuluh tahun, bagaimana mungkin aku terlibat penyelundupan?""Iya atau nggak, nanti akan tahu setelah digeledah. Minggir."Tidak lama kemudian, sekelompok orang naik ke atas dan memenuhi dek yang luas. Harvey dikelilingi oleh orang-orang di tengah-tengah, seperti menjadi dewa yang memandang rendah pada semut-semut ini.Dia melirik beberapa pengurus, tetapi tidak melihat adanya Isaac.Harvey mengangkat dagunya dan bertanya, "Di mana Isaac Stellar?""Tuan Muda? Bagaimana mungkin tubuhnya yang lemah lembut dan berharga tinggi bisa ikut mengir
Langit perlahan menjadi gelap, hujan pun makin deras. Angin laut yang besar bergulung-gulung dan menghantam kapal.Selena duduk di dalam kabin yang hangat, merasakan sensasi terombang-ambing di atas air laut. Dia tidak terlalu menyukai perasaan ini, karena terasa sangat tidak nyaman.Harus diakui bahwa Isaac sangat teliti. Dia bahkan meminta orang lain untuk mendekorasi ruangannya terlebih dulu, dan hasilnya hampir sama dengan gaya ruangannya sebelumnya.Bonbon tidur nyenyak di dalam kandangnya, kamar dihiasi dengan aroma yang membuatnya merasa nyaman, dan musik lembut diputar.Di atas meja masih ada beberapa camilan kecil dari toko kue, yaitu pastel, kue kering, sagu mangga delima, dan kue bunga plum.Selena tidak memiliki nafsu makan. Dia memegang sebuah buku di tangannya, tetapi belum sampai dua baris sudah mengalihkan pandangannya.Dia merasa gelisah, tidak tahu harus berbuat apa, terus bergerak di dalam kamar.Kapal itu tiba-tiba berhenti, dan membuat dia makin gelisah. Dia meleta
Selena bersandar di tepi pintu dengan wajah pucat, bahkan tubuhnya bergetar dengan gelisah.Kembali terlintas di pikirannya adegan ketika Harvey memeluk Harvest di pulau. Dia masuk dengan sangat mencengangkan, menjadikan nyawa semua orang di pulau itu sebagai taruhannya.Hari itu dirinya memohon dengan sangat rendah hati, dengan imbalan tidak akan meninggalkan pulau itu selamanya baru berhasil menyelamatkan orang-orang di pulau itu.Namun, Selena melanggar janjinya.Dalam benak Selena, tiba-tiba muncul wajah Harvey yang dingin. Sudut mulutnya berkedut-kedut.Aku sudah bilang, kamu tidak akan bisa lari!Isaac melihat seseorang berdiri di pintu dengan wajah pucat dan rambut berantakan karena tertiup angin, lalu segera menghampirinya."Kak Selena, wajahmu kenapa pucat sekali? Apakah perutmu mulai sakit lagi?"Selena baru sadar, setelah ditiup angin laut, tubuhnya menggigil, bibirnya gemetar dan berkata, "Isaac, aku menyesal."Dia terlihat seperti akan menangis, sehingga Isaac juga merasa
Selena tidak tenang, sehingga dia memakai riasan sementara, mengecat kulitnya menjadi hitam, dan menambahkan beberapa bintik-bintik kecil di wajahnya.Meskipun orang yang mengenalnya dengan baik berdiri di depannya, mereka mungkin tidak akan mengenalinya juga.Dia perlahan menurunkan selimut, menunjukkan wajah hitamnya. "Bu Polisi, ada yang bisa aku bantu? Aku sedikit mabuk laut, maaf.""Kami sedang menangkap gembong narkoba. Mohon kerja samanya dengan kami untuk melakukan penyelidikan sederhana."Polisi wanita mengeluarkan buku catatan dan mulai bertanya, "Siapa nama Anda? Pekerjaan? Anda mau pergi ke mana? Ada berapa orang di kapal?"Selena masih cukup tenang dan dengan tenang mengucapkan jawabannya sekali lagi."Baiklah, tidak ada masalah. Maaf sudah mengganggu."Polisi wanita baru saja akan pergi, tiba-tiba teringat sesuat. Dia mengambil sebutir pil dari sakunya. "Kebetulan aku punya obat mabuk laut, efeknya sangat bagus.""Terima kasih," ujar Selena sambil mengulurkan tangannya. P
Selena merasakan tekanan yang begitu mengintimidasi dari Harvey, membuat tubuhnya gemetar tak terkendali.Hanya ada satu hal dipikirannya, yaitu dirinya sudah tamat!Sedangkan Isaac tetap tenang. Dia berdiri di sampingnya sambil membawa payung untuk melindungi Selena dari hujan. Saat ini suaranya yang lembut berkata, "Kak Selena, di luar dingin, sebaiknya tunggu di dalam saja."Lagi pula mereka sudah terjebak, Selena sama sekali tidak bisa mengubah apapun.Selena membeku ketika melihat orang di depan kapal itu semakin mendekat. Saat kedua kapal saling mendekat ...Sebelum kapal berhenti dengan stabil, Harvey sudah berada di perahu mereka.Selena hanya berdiri diam di tempat, tidak bereaksi atau melakukan apapun.Matanya menatap Harvey datang menerobos hujan. Laut di belakangnya pun menderu dahsyat.Dalam jarak yang begitu dekat, Selena merasa seolah-olah jiwanya menghilang.Dia tidak tahu bagaimana menghadapi Harvey, juga tidak tahu apa yang sudah dipersiapkan Harvey untuk menghadapi I