Home / Fantasi / Antara Cinta dan Takdir / Bab 9: Berkata Jujur

Share

Bab 9: Berkata Jujur

Author: Desi Ratna
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Gentara terdiam cukup lama, matanya lurus menatap ke jalanan yang ramai tanpa berkedip. 

"Aku tidak bisa berada di dekatmu setiap saat." 

Memandanginya dengan tatapan bingung, apa maksudnya? 

"Saat matahari sudah terbenam dan langit tergantikan oleh malam. Maka disaat itu juga sayap peri ku akan keluar," tambahnya. 

"Segera aku harus menjauh dari keramaian manusia." 

Aku mengangguk mengerti, jadi Gentara tidak bisa keluar jika malam hari tiba? Sebenarnya aku sedikit kecewa karena tidak bisa bermain dengannya di malam hari.

"Oh ... Begitu, ya?" 

"Lalu, apa makanan para peri? Apa sama dengan makanan manusia?" tanyaku. 

Selama Gentara di bumi, maka aku harus menjaga dan merawatnya dengan baik. Terutama tentang makanan.

"Em ... Para peri makan sesuatu yang sehat. Seperti buah, biji bunga, kacang-kacangan, daun binahong, burung citila, buah azele, dan masih banyak lagi." 

Aku ter

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 10: Tawa atau Luka?

    Entah sial apa yang sedang menghampiri kami saat ini. Di depan sana terdapat dua ekor anjing besar yang sedang menatap ku dan gentara. Lidah panjangnya menjulur mengeluarkan air liur, tatapan mata kedua anjing itu membuatku panas dingin.Sekilas aku melirik Gentara yang nampak ketakutan, tangannya juga sedikit gemetar. "Jangan panik! Kau baik-baik saja?" tanyaku khawatir."Anjing adalah musuh terbesar para peri. "Guk! "Lari. " Gentara langsung menarik tanganku dan kami berlari memutar arah.Aku yang belum siap hanya bisa mengikuti langkahnya yang panjang. Dan kedua anjing itu ternyata mengejar, itu membuatku semakin mempercepat larian. Tapi apalah daya kakiku ini pendek. Sekarang aku seperti seekor domba yang dipaksa berlari. Kami terus berlari tanpa tentu arah, menabrak apapun yang menghalangi jalan. Sesekali aku menoleh ke belakang dan mendapati kedua anjing i

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 11: Perhatian

    Di waktu jam istirahat pertama aku memilih berdiam diri di dalam perpustakaan. Bukan untuk membaca buku, melainkan untuk menjauh dari kerumunan para murid. Tapi beberapa orang yang berada di sini juga tetap berbisik buruk tentang diriku mereka seakan tidak peduli bagaimana perasaanku yang mendengarkannya. Tanganku memegang satu buku, tapi tatapanku justru kosong menatap hamparan buku yang tertata rapi di rak.Kenapa kehidupan sekolahku sangat pahit seperti ini, aku pikir selama ini sudah menjadi murid yang baik. Aku juga tidak berbuat semena-mena pada murid lain. Namun, kenapa semua orang membenciku hanya karena ibuku seorang pelacur. Ya, pekerjaan itu memang tidak baik, tapi apa pantas mereka ikut menghakimi aku yang statusnya anak pelacur. Itu pekerjaan ibuku, bukan aku yang melakukannya. Tapi kenapa aku juga ikut dibenci. Kenapa? Ini menyakitkan. Aku juga manusia biasa yang akan terluka jika dibenci dan dikucilkan s

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 12: Andre, aku kecewa

    Alih-alih membantu kakek Ridin, justru malah aku dan Gentara yang dikejar oleh induk ayam. Kami berlarian ke sana kemari menghindari kejaran ayam yang marah. Sesekali aku tertawa terbahak -bahak karena melihat Gentara sangat ketakutan dan terus membuntuti ku. Katanya, dia tidak ingin bertemu dengan ayam lagi. Dan disinilah aku dan Gentara melepas penat, disebuah kedai ice cream sederhana bernuansa biru laut. Aku mengajak Gentara untuk mencicipi ice cream, dia pasti suka. "Ayo! Coba makan," bujukku pada Gentara yang sejak tadi hanya diam. Matanya menjelajahi setiap sudut ice cream. Seolah-olah makanan itu adalah hal asing baginya. "Wah! Kenapa makanan ini begitu dingin?" Gentara menyendok satu suapan, tapi dia meniupnya terlebih dahulu sebelum memakannya. Sontak aku tersenyum geli melihatnya, kenapa harus ditiup? "Kenapa kau meniupnya? Ice cream itu tidak panas," ujarku sambil tertawa. "Oh, tapi

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 13: Memeluknya

    Aku berjalan tanpa tentu arah masih dengan mengandeng tangan Gentara. Dia hanya diam tanpa berbicara sedikitpun, aku lega karena Gentara tidak bertanya yang aneh-aneh. Jika iya, aku tidak tahu harus bersikap bagaimana, karena perasaan ku sendiri sedang tidak baik. Namun, aku berhenti ketika merasakan adanya pergerakan di tanganku. Gentara seperti memberi kode agar aku berhenti. "Ana, sampai kapan kita akan berputar-putar di tempat yang sama?" Mendengar itu aku langsung menoleh ke belakang, sejenak terdiam mengamati sekitar. Oh, apa dari tadi aku dan Gentara hanya mengelilingi tempat yang sama? Pasalnya netra mataku menangkap bangunan yang berbentuk lingkaran, sedangkan ditengah-tengahnya terdapat banyak tanaman. Tanpa mengatakan apapun, aku langsung berjalan menuju bangku kayu yang tampak kotor. Aku tidak peduli dan langsung mendudukinya. Gentara yang peka juga langsung ikut duduk di samping ku. Aku mengehela nafas bera

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 14: Pengorbanan

    Perlahan aku melangkahkan kaki mendekati Gentara, dia masih menunduk dengan tatapan kosong. Aku yang bingung langsung dikejutkan dengan sesuatu yang kini sedang Gentara cengkram. Apa aku tidak salah lihat? Salah satu sayap Gentara rontok. Entah apa sebabnya, tapi dari raut wajahnya Gentara nampak sedih dan kesakitan. Sekarang aku jadi panik apa ini tanda bahaya? "Gentara, apa yang terjadi padamu? Kenapa sayapnya rontok?" "Sa-sakit .... " lirihnya sambil memegangi bahu. Aku terdiam sejenak mencoba untuk mengikis jarak darinya. Sebenarnya apa yang terjadi, aku jadi tidak tega melihat Gentara kesakitan seperti ini. Pikiranku kembali pada saat pertama kali aku bertemu dengannya, waktu itu Gentara juga sedang kesakitan. Sekarang aku harus bagaimana, andai sa

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 15: Sebuah Perbedaan

    Hangatnya mentari pagi membuat ku menyunggingkan senyum kecil, mungkin alam semesta juga sedang ikut berbahagia karena hari ini aku berangkat ke sekolah menggunakan sepatu yang diberikan ibuku.Dua tahun yang lalu ketika aku sedang duduk di teras kamar, ibuku datang dan membawa sepatu ini dengan riang. Dia sangat antusias karena hari esoknya adalah hari ulang tahunku, katanya dia ingin menjadi orang pertama yang memberikanku hadiah.Saat itu aku sangat bahagia dan bersyukur karena memiliki seorang ibu yang penyayang. Dia rela melakukan apapun untuk kebahagiaan ku, tetapi sekarang semua itu hanyalah kenangan. Ya! seperti yang kita tau kenangan hanya bisa diingat, tapi kita tidak bisa mengulanginya.Setibanya di sekolah tadi aku langsung beranjak menuju taman, daripada harus bertatap muka dengan teman-temanku lebih baik aku membaca buku.Membaca buku bagiku tidak cuk

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 16: Kenapa harus aku

    "Maaf terlambat," ucap Biru saat sudah berdiri tepat disamping ku."Wah! Kau yang akan mewakili kelas XII IPA 1?" tanyanya, dan aku tau pertanyaan itu pasti ditunjukkan padaku.Mulutku langsung tertutup dengan cepat, karena sebelumnya aku masih tidak percaya jika Biru akan mengikuti acara ini."Em ... Iya. Teman-temanku yang memilih agar aku ikut dan menjadi perwakilan kelas." Jawabku sembari menutup botol dengan gugup.Tanpa sadar aku meremat botol dengan kuat, aku sangat senang karena bisa bertemu dengan Biru lagi. Dan mungkin saja kami akan terus berjumpa karena berada di kegiatan yang sama.Untuk kali ini aku beruntung bisa mengikuti kegiatan sekolah. Sudah sangat lama aku mengagumi Biru, dan sekarang aku bisa melihatnya dari jarak dekat. Oh Tuhan, hatiku seperti ingin loncat rasanya."Itu bagus. Aku senang karena kau mengikuti kegia

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 17: Tepta? Siapa dia

    HAku terpaku di tempat mendengar penuturan Biru yang terdengar tidak suka pada kelakuan Gema. Dengan raut wajah yang jengkel Gema melepaskan tangannya dari bahu ku."Kenapa? Sepertinya kau tidak suka," ujar Gema."Bukan begitu, hanya saja dia terlihat tidak nyaman dengan posisi tangan mu." Jawab Biru kembali duduk dengan santai.Gema berdecih pelan, lalu mengiring ku untuk ikut duduk sambil menunggu perwakilan kelas lain yang belum datang.Aku merasa suasana diruangan ini jadi agak canggung, kenapa Biru sepertinya berubah, ya?"Apa kita mulai sekarang saja rapatnya?" tanya seseorang siswa berkacamata. Aku tidak tahu siapa namanya."Boleh, jam istirahat juga sebentar lagi habis."Aku tersenyum kecut padahal saat ini perut ku meronta-ronta karena belum terisi apapun dari pagi. Tahu begini lebih baik aku pergi ke kantin dan makan di sini.

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 41: Masalah baru(2)

    Seberkas cahaya masuk ke netra mataku yang perlahan mulai terbuka, aku meringis kecil kala merasakan sakit dibagian kepala. Ada apa ini? Sepertinya sudah terjadi sesuatu padaku dan juga... Andre, dimana lelaki itu? Lekas aku langsung terjaga dengan degub jantung yang tak beraturan, aku menoleh ke sekitar dan menyadari bahwa kini aku sedang berada di sebuah kamar mewah. Itu terbukti dari barang-barang yang ada di sini, semua ini jelas merek terkenal dan harganya tidak main-main. Sejenak aku kembali memejamkan mata untuk mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, siang tadi aku dan Andre sedang mengantarkan pesanan bunga disebuah perusahaan. Tapi saat hendak pulang, seseorang membekap mulutku hingga aku tidak sadarkan diri. Oh Tuhan ... lalu bagaimana nasib Andre sekarang? Kenapa dia tidak ada di sini. Juga, apa yang harus aku lakukan di tempat ini. Sepertinya seseorang dengan sengaja membawaku kemari dan berniat buruk. Karena aku baru sadar j

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 40: Masalah Baru

    Ketika hari menjelang siang, ada seseorang yang memesan banyak bunga untuk diantarkan sekarang juga. Orang tersebut hanya mencantumkan alamat tanpa pesan tersirat lain. Andre sedang bersiap menata sekitar sepuluh buket bunga dengan aneka warna ke atas ranjang, sedangkan aku masih merapihkan serpihan kelopak bunga yang berceceran di lantai toko. Aku berencana untuk ikut mengantarkan pesanan itu, karena tidak mungkin Andre bisa mengantarkan bunga itu sekaligus jika sendirian. Meskipun awalnya dia sempat menolak bantuanku, pada akhirnya Andre hanya bisa menghela napas karena aku yang keras kepala ini. "Sudah siap?" tanyanya. Tangan lelaki itu sudah membopong ranjang berisi bunga. "Sudah, kita antar sekarang saja." "Let's go .... " Aku menggelengkan kepala melihat dia yang berjalan sambil mengehentakkan kaki, persis seperti anak kecil yang bahagia karena hendak berlibur. Langkah ini mengikutinya keluar menuju pintu, sebelum berangkat aku

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 39: Rahasia terbongkar

    Tetesan air hujan terus membasahi wajahku yang sedang mendongak, menatap Zico dengan raut wajah yang penuh dengan tanda tanya. Kenapa dia bisa ada di sini? Terlebih lagi tangannya masih melekat dikedua pundakku dan perlahan mendekapnya dengan hangat. Dia menarik tubuhku agar berjalan menuju sebuah warung kopi yang terletak dipinggir jalan, aku bahkan tidak sadar jika hujan sudah turun dengan sangat deras. Kilatan putih juga saling menyambar membuat gemuruh yang menggetarkan jiwa. Zico masih diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun, dan aku juga tidak berminat untuk bertanya terlebih dahulu. "Sepertinya kau sedang tidak baik-baik saja," ujarnya yang sama sekali tidak aku tanggapi. Entah ini kebetulan atau memang takdir, tapi kenapa harus Zico yang datang dan memberiku pertolongan. Dengan bibir terbuka aku mulai menggigil karena kedinginan, tapi mataku tetap saja menatap jalanan basah itu dengan tatapan kosong. "Ingin minum sesuatu?" Di

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 38: Tangis di bawah gerimis

    Kerutan didahiku tercetak semakin dalam, mencoba memahami maksud dari perkataan Gentara. Hal bodoh apa lagi ini? Seharusnya aku sudah tidur pulas sedari tadi jika saja dia tidak datang dan mengganggu pikiranku. "Apa maksudmu?" Aku memilih untuk duduk agar bisa mendengarkan dengan seksama. "Sebelum pesta itu dimulai, Laras memintaku agar berpura-pura menjadi kekasihnya. Katanya, dia malu jika masih lajang saat umurnya sudah delapan belas tahun," jelasnya dengan panjang lebar. Gentara juga memberitahukan hal-hal yang harus dilakukan jika sedang bersama Laras, seketika aku merasa geram mengetahui kenyataan ini. Laras! Dia benar-benar bukan manusia, aku yakin semua ini pasti terjadi karena sudah direncanakan olehnya. Laras sengaja mencari kesempatan untuk mendekati Gentara, padahal tujuan utamanya adalah untuk membuatku semakin menderita. Tidak! Aku tidak bisa selalu dalam bayang-bayang ketakutan, aku harus bisa melawan sikap semena-mena yang dila

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 37: Sebuah penjelasan

    Lagi-lagi aku dibuat terdiam olehnya, entah apa maksud Biru berkata demikian. Yang jelas itu bukan untukku, mana mungkin dia mencintaiku 'kan? Demi apapun sekarang aku langsung merasa kesal. Mimpi apa yang sedang ia alami sampai mengigau seperti ini."Biru, bangunlah!" Aku menaikan nada bicara. Benar saja, lelaki itu perlahan membuka matanya diiringi erangan kecil khas orang bangun tidur. Dia terlihat masih belum sadar sepenuhnya, sedangkan aku mulai memasukan barang-barang dan bersiap untuk berdiri. Hatiku sangat dongkol, aku ingin cepat menyelesaikan kegiatan ini. "Apa aku tertidur di pundakmu? Ah maaf." "Tidak masalah. Ayo turun." Ajakku sambil berdiri dari kursi bus. Namun, bukannya memberi jalan untuk aku berlalu Biru malah tetap duduk dengan posisi terus menatapku. Kedua alisku saling bertaut, "Kenapa? Kau tidak mau turun?" tanyaku heran. "Kau yang kenapa? Sepertinya sedang marah." Aku mengalihkan p

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 36: Bolehkah aku menjadi Laras?

    Semua orang terperangah tak percaya, termasuk diriku sendiri. Tapi sedetik kemudian para tamu langsung bertepuk tangan dan berteriak histeris kala Gentara menganggukkan kepalanya. Aku terdiam dengan napas yang mulai tercekat, jantungku berdebar seakan dihujani ribuan anak panah. Sakit, hati ku seperti digores belati tajam yang mengandung racun. Untuk bergerak dari tempat ini saja sungguh terasa sulit, Gentara ... kenapa dia tega membuat luka baru untuk kedua kalinya. Tuhan! Takdir macam apa ini? Kenapa orang yang aku benci malah menjadi kekasih dari orang yang sangat aku percaya. Laras, kenapa dia secepat itu jatuh cinta pada Gentara? Rencana apa yang akan dia lakukan. "Kalian sangat serasi, tampak seperti raja dan ratu di dunia nyata," celetuk dari salah seorang remaja putri bergaun selutut. "Benar, yang satu tampan yang satu cantik." "Hubungan kalian pasti sangat romantis.""Sepertinya kalian memang ditakdirkan untuk bersa

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 35: Pesta ulang tahun

    "Ayo! Makan." Seru Bu Syifa yang datang menghampiri ku dengan satu piring nasi goreng. Aku yang sedang mencatat belanjaan langsung menoleh, lalu tersenyum saat harum masakan itu menyeruak ke hidung. Ah, kebetulan sekali perut ini sudah berbunyi sedari tadi. "Terimakasih, Bunda. Ini pasti enak." Aku mengambil alih piring tersebut dan beralih untuk duduk. Satu suap nasi goreng berhasil aku kunyah dengan sempurna, aku memuji masakannya yang tak pernah gagal. Semua makanan yang ia buat memiliki ciri khas berbeda, dan aku pikir ini hanya bisa ditemukan dibeberapa tempat saja. "Pipimu terlihat memar," ujar Bu Syifa yang ikut duduk di depanku. Seketika aku berhenti mengunyah, tatapanku langsung berhenti pada butiran nasi yang hampir habis. Tadi Andre juga sempat menanyakan pipi memarku, tapi aku berhasil memberi masukan yang masuk akal. Jadi, untuk kedua kalinya aku harus berbohong. Karena kejujuran ku saat ini sedang tidak perlu

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 34: Mengungkapkan rasa

    Suara gelak tawa langsung terdengar kala air kotor itu membasahi seluruh tubuhku. Aku menunduk dengan hati yang terasa sakit, lagi dan lagi mereka melakukan hal yang keterlaluan. Dan bodohnya aku tidak bisa melawan.Clara melemparkan ember itu ke arah kepalaku, dengan rasa sakit aku mencoba untuk berdiri dan meninggalkan tempat ini. Tapi, Laras terlebih dahulu menghempaskan tubuhku kembali ke lantai. Aku meringis kesakitan dan meringkuk di bawah sana, berharap ada seseorang yang bisa memberikan pertolongan. Pasrah, aku hanya bisa diam seperti mayat hidup air mataku turut menetes bercampur dengan debu. Laras menyibak rambutku yang menutupi wajah. "Jauhi Gentara, atau ... kau akan semakin menderita," ujarnya tersenyum simpul. Bibirku bergetar karena menggigil, rasa dingin ini semakin menyeruak hingga ke tulang. Permintaan Laras sungguh tidak masuk akal, aku tidak mungkin menjauhi Gentara. Dia adalah salah satu tanggung jawab yang harus aku j

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 33: Proses Penyelidikan

    Kami mendekat ke salah satu rumah yang berada dipaling ujung, di sana nampak ada cctv yang mengarah kemari. Kemungkinan besar, sang pemilik rumah itu memiliki rekaman video saat Andre dikeroyok.Namun, rumah ini seperti sudah tidak berpenghuni. Bahkan pintu rumahnya sudah dihinggapi banyak tanaman liar."Kau yakin, Ana? Jika di dalam sana ada orang?" Tanya Andre sambil sesekali mengintip lewat jendela luar.Awalnya aku tidak yakin, tapi setelah melihat cahaya di lantai atas pasti ada seseorang di sana. Rumah ini berlantai dua, dari luar terlihat sangat kumuh dan menyeramkan. Persis seperti rumah hantu."Lihat di sana." Aku menunjuk ruangan atas yang bercahaya, "Rumah ini pasti berpenghuni.""Ana, ini terlihat menyeramkan. Sebaiknya kita pulang saja." Aku hanya bisa menghela napas mendengar Gentara mulai merengek."Heh! Orang aneh

DMCA.com Protection Status