Home / Fantasi / Antara Cinta dan Takdir / Bab 25: Tangis yang pecah

Share

Bab 25: Tangis yang pecah

Author: Desi Ratna
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mataku mengerjap beberapa kali, mencoba mengendalikan diri agar sepenuhnya bisa membuka mata. Aku merasa heran karena seluruh ruangan berubah menjadi putih, dan indra penciuman ku menangkap bau obat-obatan. 

Dimana ini? 

Setelah melihat ke sekitar ternyata aku berada di uks sekolah, lalu aku dikejutkan oleh Miki yang datang dengan segelas teh hangat. Dia menarik kursi dan duduk di atasnya. 

"Bangunlah, minum ini dulu." Miki meletakkan gelas itu diatas meja. 

Aku berusaha bangkit walaupun sedikit kesulitan, Miki bergerak hendak membantu, tapi aku langsung menepis tangannya. 

"Tidak perlu, aku bisa sendiri." 

Terdengar dia hanya menghela napas, lalu duduk kembali. Melihatnya, dadaku kembali merasakan sesak, kejadian di kelas tadi benar-benar membuat trauma di masa lalu kembali berputar di otak. 

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 26: Sebuah Keberuntungan

    Sungguh, aku tidak mengerti dengan apa yang ia katakan. Apakah aku terlalu sering terluka saat berada di sekolah? Sampai-sampai Gentara bisa menyimpulkan hal tersebut."Ini hanya kebetulan. Tidak ada yang melukai ku.""Aku tidak percaya. Dulu saat pertama kali aku menolong mu di sekolah, waktu itu ada seseorang yang berniat buruk padamu 'kan."Senyumku perlahan luntur ketika mengingat kembali kejadian itu, saat dimana Zico dan kedua temannya hendak melecehkan ku di gudang.Rasa takut kembali hadir, karena di sekolah aku berusaha untuk tidak bertemu dengannya. Tapi, entah sampai kapan aku bisa melakukan itu."Ya, baiklah. Kehidupan ku di sekolah memang tidak terlalu baik, maka dari itu aku tidak punya teman." Perlahan aku mulai menjelaskan semuanya pada Gentara.Seperti biasa dia hanya mengangguk dan sesekali bertanya ketika

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 27: Pertemuan yang tak terduga

    Setelah mengobati kakiku yang memar, aku memutuskan untuk menyusul ayah ke rumah sakit. Lagipula dari dulu aku tidak pernah absen untuk mengantarkannya cuci darah, maka setidaknya hari ini aku yang menjemputnya pulang.Gentara masih sibuk membereskan alat-alat menggambar, dia tidak mengizinkan ku untuk membantunya. Dia bilang, takut aku kelelahan."Ana, cuci darah itu apa?" Gentara bertanya dengan tangan yang masih sibuk merapihkan alat tulis.Tanganku bergerak untuk memegang dahu seraya berpikir. Aku harus memilih kata yang tepat agar dia mudah memahaminya."Eum ... semacam terapi yang dilakukan untuk kesembuhan orang-orang yang terkena penyakit."Benarkan? Sebenarnya terapi cuci darah juga tidak bisa menyembuhkan secara total, tapi setidaknya ini bisa membuat penyakitnya tidak bertambah parah. Dengan kata lain, kita memperlambat penyakit itu agar tidak s

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 28: Gentara menghilang

    Rasa cemas mulai menghampiri, aku bergegas turun ke bawah untuk mencarinya. Kemana dia? Sudah aku peringatkan supaya kembali sebelum senja menggantikan langit biru.Aku naik lift dan berdecak kesal karena di dalam sudah penuh. Tapi aku tetap nekat masuk meskipun tubuh kecilku harus berhimpitan dengan pengunjung lain.Setelah beberapa saat, aku keluar dari dalam lift dengan menahan napas. Aku tidak tahan dengan aroma parfum dari seorang wanita modis yang berada di dekatku tadi aromanya terlalu kuat hingga membuat isi perutku seperti ingin keluar."Huft, bau sekali. Apa dia menumpahkan satu botol secara langsung? Menyebalkan." Aku masih berusaha mengatur napas sambil berjalan ke arah pintu keluar.Ya, bagaimana sekarang. Ke mana aku harus mencari Gentara di tengah keramaian seperti ini. Aku berharap dia belum berubah ke dalam wujud aslinya, jika dia berubah dan disaksikan banyak

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 29: Kenyataan pahit

    Pagi harinya, aku terbangun dengan peluh yang seakan membasahi tubuh. Kejadian semalam benar-benar membuatku merasa tertekan hingga tak bisa mendapatkan ketenangan untuk sekadar memejamkan mata.Kertas putih yang sudah lusuh itu masih ku genggam dengan erat, berpikir keras siapa pelakunya. Jika sudah ada teror seperti ini pasti akan ada banyak masalah yang akan datang."Aku harap ini bukan awal dari luka baru," ujarku dengan perasaan cemas.Pasalnya, akhir-akhir ini juga banyak bermunculan kejadian aneh. Dimulai dari sosok misterius yang aku jumpai di dalam lift rumah sakit waktu itu, lalu hadiah bangkai tikus yang mengerikan.Laras. Tiba-tiba pikiranku tertuju padanya, apa mungkin dia yang mengirimkan teor semacam ini? Tapi aku tidak bisa menuduh tanpa bukti."Arghhh!" Aku mengeram frustrasi.Masalah Gentara hilang juga belum ad

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 30: Rahasia Terungkap

    Bagaimana ini? Andre tidak boleh tahu tentang teror itu. Aku tidak ingin melibatkannya dalam bahaya, seharusnya kertas itu sudah ditempat sampah. Kenapa aku bisa sampai lupa masih membawanya di dalam ransel."Eum ... itu hanya kertas biasa. Kemari, berikan itu padaku." Aku menghampirinya dan hendak mengambil alih kertas tersebut.Namun, Andre malah menepis tanganku dan meremas kertas itu dengan raut wajah yang menyeramkan. Apa dia sempat membaca isinya? Oh ya ampun."Andre, aku .... " lirihku bingung.Dia menghembuskan napas kasar, membuatku tak berani untuk melanjutkan pembicaraan. Satu hal yang membuatku heran adalah, Andre seperti sedang memikirkan sesuatu."Maafkan aku."Alisku terangkat mendengar penuturannya, kenapa dia malah meminta maaf? Padahal tidak ada kesalahan yang dia lakukan."Maaf? Untuk

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 31: Terluka dua kali

    Tidak mungkin, mataku ini pasti sedang bermasalah. Seseorang tolong beritahu aku bahwa ini hanyalah ilusi saja. Ya, aku tidak boleh terkecoh dengan hal semacam ini. Mataku berkedip beberapa kali, memastikan mereka berdua itu nyata atau tidak. Dan, hatiku serasa dihujani ribuan paku saat salah satu dari mereka menoleh menampakan seluruh wajahnya. "Gentara ..., " lirihku tanpa sadar. Sekarang aku sudah yakin, dia adalah Gentara. Satu hal yang membuatku merasakan sakit adalah, karena dia sedang duduk berdua bersama Laras. Kenyataan macam apa ini? Kenapa Gentara bersama seseorang yang sangat aku benci. Laras adalah biang dari segala masalah dan luka yang aku alami. Namun, sekarang Gentara malah terlihat asik mengobrol dengannya. Rasa sakit ini sungguh membuatku sulit bernapas. Aku seakan tak percaya, kenapa dia setega ini? Aku

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 32: Rencana pesta

    Malam harinya, aku terduduk di depan teras dengan pikiran yang berantakan. Siang tadi Biru mengatakan jika dia akan memberikan kado untuk Laras, berarti mereka sudah saling kenal 'kan?Sejak kapan, ya. Di sekolah aku sama sekali belum pernah melihat keduanya saling menyapa atau berinteraksi.Gentara, dia juga kemarin sedang sibuk membantu Laras. Lalu sejak kapan keduanya berteman? Kenapa aku tidak sadar akan hal itu.Aku mendesah pelan, lalu menatap sebuah undangan online yang Laras berikan di grup kelas, karena besok adalah hari ulang tahunnya maka dia ingin semua orang menghadiri pesta itu. Kecuali aku, ya! Aku tidak akan datang ke sana."Baguslah! Toh aku memang tidak diundang," ujarku kesal melihat list yang Laras buat berisi siapa saja yang diundang.Mataku naik-turun membaca beberapa pesan yang baru saja terkirim, aku memilih untuk mengabaikannya saj

    Last Updated : 2024-10-29
  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 33: Proses Penyelidikan

    Kami mendekat ke salah satu rumah yang berada dipaling ujung, di sana nampak ada cctv yang mengarah kemari. Kemungkinan besar, sang pemilik rumah itu memiliki rekaman video saat Andre dikeroyok.Namun, rumah ini seperti sudah tidak berpenghuni. Bahkan pintu rumahnya sudah dihinggapi banyak tanaman liar."Kau yakin, Ana? Jika di dalam sana ada orang?" Tanya Andre sambil sesekali mengintip lewat jendela luar.Awalnya aku tidak yakin, tapi setelah melihat cahaya di lantai atas pasti ada seseorang di sana. Rumah ini berlantai dua, dari luar terlihat sangat kumuh dan menyeramkan. Persis seperti rumah hantu."Lihat di sana." Aku menunjuk ruangan atas yang bercahaya, "Rumah ini pasti berpenghuni.""Ana, ini terlihat menyeramkan. Sebaiknya kita pulang saja." Aku hanya bisa menghela napas mendengar Gentara mulai merengek."Heh! Orang aneh

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 41: Masalah baru(2)

    Seberkas cahaya masuk ke netra mataku yang perlahan mulai terbuka, aku meringis kecil kala merasakan sakit dibagian kepala. Ada apa ini? Sepertinya sudah terjadi sesuatu padaku dan juga... Andre, dimana lelaki itu? Lekas aku langsung terjaga dengan degub jantung yang tak beraturan, aku menoleh ke sekitar dan menyadari bahwa kini aku sedang berada di sebuah kamar mewah. Itu terbukti dari barang-barang yang ada di sini, semua ini jelas merek terkenal dan harganya tidak main-main. Sejenak aku kembali memejamkan mata untuk mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, siang tadi aku dan Andre sedang mengantarkan pesanan bunga disebuah perusahaan. Tapi saat hendak pulang, seseorang membekap mulutku hingga aku tidak sadarkan diri. Oh Tuhan ... lalu bagaimana nasib Andre sekarang? Kenapa dia tidak ada di sini. Juga, apa yang harus aku lakukan di tempat ini. Sepertinya seseorang dengan sengaja membawaku kemari dan berniat buruk. Karena aku baru sadar j

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 40: Masalah Baru

    Ketika hari menjelang siang, ada seseorang yang memesan banyak bunga untuk diantarkan sekarang juga. Orang tersebut hanya mencantumkan alamat tanpa pesan tersirat lain. Andre sedang bersiap menata sekitar sepuluh buket bunga dengan aneka warna ke atas ranjang, sedangkan aku masih merapihkan serpihan kelopak bunga yang berceceran di lantai toko. Aku berencana untuk ikut mengantarkan pesanan itu, karena tidak mungkin Andre bisa mengantarkan bunga itu sekaligus jika sendirian. Meskipun awalnya dia sempat menolak bantuanku, pada akhirnya Andre hanya bisa menghela napas karena aku yang keras kepala ini. "Sudah siap?" tanyanya. Tangan lelaki itu sudah membopong ranjang berisi bunga. "Sudah, kita antar sekarang saja." "Let's go .... " Aku menggelengkan kepala melihat dia yang berjalan sambil mengehentakkan kaki, persis seperti anak kecil yang bahagia karena hendak berlibur. Langkah ini mengikutinya keluar menuju pintu, sebelum berangkat aku

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 39: Rahasia terbongkar

    Tetesan air hujan terus membasahi wajahku yang sedang mendongak, menatap Zico dengan raut wajah yang penuh dengan tanda tanya. Kenapa dia bisa ada di sini? Terlebih lagi tangannya masih melekat dikedua pundakku dan perlahan mendekapnya dengan hangat. Dia menarik tubuhku agar berjalan menuju sebuah warung kopi yang terletak dipinggir jalan, aku bahkan tidak sadar jika hujan sudah turun dengan sangat deras. Kilatan putih juga saling menyambar membuat gemuruh yang menggetarkan jiwa. Zico masih diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun, dan aku juga tidak berminat untuk bertanya terlebih dahulu. "Sepertinya kau sedang tidak baik-baik saja," ujarnya yang sama sekali tidak aku tanggapi. Entah ini kebetulan atau memang takdir, tapi kenapa harus Zico yang datang dan memberiku pertolongan. Dengan bibir terbuka aku mulai menggigil karena kedinginan, tapi mataku tetap saja menatap jalanan basah itu dengan tatapan kosong. "Ingin minum sesuatu?" Di

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 38: Tangis di bawah gerimis

    Kerutan didahiku tercetak semakin dalam, mencoba memahami maksud dari perkataan Gentara. Hal bodoh apa lagi ini? Seharusnya aku sudah tidur pulas sedari tadi jika saja dia tidak datang dan mengganggu pikiranku. "Apa maksudmu?" Aku memilih untuk duduk agar bisa mendengarkan dengan seksama. "Sebelum pesta itu dimulai, Laras memintaku agar berpura-pura menjadi kekasihnya. Katanya, dia malu jika masih lajang saat umurnya sudah delapan belas tahun," jelasnya dengan panjang lebar. Gentara juga memberitahukan hal-hal yang harus dilakukan jika sedang bersama Laras, seketika aku merasa geram mengetahui kenyataan ini. Laras! Dia benar-benar bukan manusia, aku yakin semua ini pasti terjadi karena sudah direncanakan olehnya. Laras sengaja mencari kesempatan untuk mendekati Gentara, padahal tujuan utamanya adalah untuk membuatku semakin menderita. Tidak! Aku tidak bisa selalu dalam bayang-bayang ketakutan, aku harus bisa melawan sikap semena-mena yang dila

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 37: Sebuah penjelasan

    Lagi-lagi aku dibuat terdiam olehnya, entah apa maksud Biru berkata demikian. Yang jelas itu bukan untukku, mana mungkin dia mencintaiku 'kan? Demi apapun sekarang aku langsung merasa kesal. Mimpi apa yang sedang ia alami sampai mengigau seperti ini."Biru, bangunlah!" Aku menaikan nada bicara. Benar saja, lelaki itu perlahan membuka matanya diiringi erangan kecil khas orang bangun tidur. Dia terlihat masih belum sadar sepenuhnya, sedangkan aku mulai memasukan barang-barang dan bersiap untuk berdiri. Hatiku sangat dongkol, aku ingin cepat menyelesaikan kegiatan ini. "Apa aku tertidur di pundakmu? Ah maaf." "Tidak masalah. Ayo turun." Ajakku sambil berdiri dari kursi bus. Namun, bukannya memberi jalan untuk aku berlalu Biru malah tetap duduk dengan posisi terus menatapku. Kedua alisku saling bertaut, "Kenapa? Kau tidak mau turun?" tanyaku heran. "Kau yang kenapa? Sepertinya sedang marah." Aku mengalihkan p

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 36: Bolehkah aku menjadi Laras?

    Semua orang terperangah tak percaya, termasuk diriku sendiri. Tapi sedetik kemudian para tamu langsung bertepuk tangan dan berteriak histeris kala Gentara menganggukkan kepalanya. Aku terdiam dengan napas yang mulai tercekat, jantungku berdebar seakan dihujani ribuan anak panah. Sakit, hati ku seperti digores belati tajam yang mengandung racun. Untuk bergerak dari tempat ini saja sungguh terasa sulit, Gentara ... kenapa dia tega membuat luka baru untuk kedua kalinya. Tuhan! Takdir macam apa ini? Kenapa orang yang aku benci malah menjadi kekasih dari orang yang sangat aku percaya. Laras, kenapa dia secepat itu jatuh cinta pada Gentara? Rencana apa yang akan dia lakukan. "Kalian sangat serasi, tampak seperti raja dan ratu di dunia nyata," celetuk dari salah seorang remaja putri bergaun selutut. "Benar, yang satu tampan yang satu cantik." "Hubungan kalian pasti sangat romantis.""Sepertinya kalian memang ditakdirkan untuk bersa

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 35: Pesta ulang tahun

    "Ayo! Makan." Seru Bu Syifa yang datang menghampiri ku dengan satu piring nasi goreng. Aku yang sedang mencatat belanjaan langsung menoleh, lalu tersenyum saat harum masakan itu menyeruak ke hidung. Ah, kebetulan sekali perut ini sudah berbunyi sedari tadi. "Terimakasih, Bunda. Ini pasti enak." Aku mengambil alih piring tersebut dan beralih untuk duduk. Satu suap nasi goreng berhasil aku kunyah dengan sempurna, aku memuji masakannya yang tak pernah gagal. Semua makanan yang ia buat memiliki ciri khas berbeda, dan aku pikir ini hanya bisa ditemukan dibeberapa tempat saja. "Pipimu terlihat memar," ujar Bu Syifa yang ikut duduk di depanku. Seketika aku berhenti mengunyah, tatapanku langsung berhenti pada butiran nasi yang hampir habis. Tadi Andre juga sempat menanyakan pipi memarku, tapi aku berhasil memberi masukan yang masuk akal. Jadi, untuk kedua kalinya aku harus berbohong. Karena kejujuran ku saat ini sedang tidak perlu

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 34: Mengungkapkan rasa

    Suara gelak tawa langsung terdengar kala air kotor itu membasahi seluruh tubuhku. Aku menunduk dengan hati yang terasa sakit, lagi dan lagi mereka melakukan hal yang keterlaluan. Dan bodohnya aku tidak bisa melawan.Clara melemparkan ember itu ke arah kepalaku, dengan rasa sakit aku mencoba untuk berdiri dan meninggalkan tempat ini. Tapi, Laras terlebih dahulu menghempaskan tubuhku kembali ke lantai. Aku meringis kesakitan dan meringkuk di bawah sana, berharap ada seseorang yang bisa memberikan pertolongan. Pasrah, aku hanya bisa diam seperti mayat hidup air mataku turut menetes bercampur dengan debu. Laras menyibak rambutku yang menutupi wajah. "Jauhi Gentara, atau ... kau akan semakin menderita," ujarnya tersenyum simpul. Bibirku bergetar karena menggigil, rasa dingin ini semakin menyeruak hingga ke tulang. Permintaan Laras sungguh tidak masuk akal, aku tidak mungkin menjauhi Gentara. Dia adalah salah satu tanggung jawab yang harus aku j

  • Antara Cinta dan Takdir   Bab 33: Proses Penyelidikan

    Kami mendekat ke salah satu rumah yang berada dipaling ujung, di sana nampak ada cctv yang mengarah kemari. Kemungkinan besar, sang pemilik rumah itu memiliki rekaman video saat Andre dikeroyok.Namun, rumah ini seperti sudah tidak berpenghuni. Bahkan pintu rumahnya sudah dihinggapi banyak tanaman liar."Kau yakin, Ana? Jika di dalam sana ada orang?" Tanya Andre sambil sesekali mengintip lewat jendela luar.Awalnya aku tidak yakin, tapi setelah melihat cahaya di lantai atas pasti ada seseorang di sana. Rumah ini berlantai dua, dari luar terlihat sangat kumuh dan menyeramkan. Persis seperti rumah hantu."Lihat di sana." Aku menunjuk ruangan atas yang bercahaya, "Rumah ini pasti berpenghuni.""Ana, ini terlihat menyeramkan. Sebaiknya kita pulang saja." Aku hanya bisa menghela napas mendengar Gentara mulai merengek."Heh! Orang aneh

DMCA.com Protection Status