Entah kenapa Wilson tidak merasa ngantuk sama sekali sejak Rafaela datang ke kamar ini dan tanpa dia tahu sebenarnya Rafaela juga tidak bisa tidur karena merasa takut kalau-kalau Wilson menyadari kalau dia sudah datang dan akan kembali menyentuhnya. Ia takut rasa traumanya akan kembali menyakiti Wilson.Saat sedang membayangkan kejadian beberapa waktu lalu tiba-tiba ada pergerakan di belakangnya dan ternyata Wilson terbangun. Rafaela buru-buru memejamkan mata meski jantungnya berdetak kencang. Ia sudah bersiap kalau Wilson akan melakukan hal apapun yang tidak dia sukai.Pria itu rupanya pergi ke kamar mandi, pendengaran Rafaela terus tertuju pada suara Wilson melakukan ritual kecilnya di kamar mandi bahkan sampai dia kembali. Rafaela pura-pura bernafas dengan teratur agar Wilson tidak curiga kalau dirinya hanya pura-pura tidur. Jantungnya berpacu makin kencang saat tiba-tiba saja Wilson mengalihkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Rafaela.“Ya Tuhan tolong selamatkan aku. Aku
Rafaela merasa semangat hidupnya kembali setelah mendengar kalau keadaan Dorny sudah makin membaik. “Anda jangan putus asa. Aku janji akan membuat Nona bebas.” Aldrick cukup tahu kalau keinginan Rafaela hanyalah memperoleh kebebasannya.Tapi Rafaela tiba-tiba kembali bimbang saat mengingat ia harus menebus kesalahan ibunya. “Apakah aku pantas memperoleh kebebasan?” Rafaela malah bertanya.Aldrick menelaah pertanyaan Rafaela barusan, “Kamu sudah berubah fikiran? Jangan-jangan kamu jatuh cinta dengan …” Aldrick tidak bisa mempercayai ini semua.“Bukan … tidak ada orang yang mau mencintai pria kejam seperti dia terkecuali sahabatku. Hanya saja …” Dia menggantungkan ucapannya dengan raut wajah murung.“Kamu kasihan 'kan kepada masalalunya?” Aldrick bisa menebaknya dengan pasti.Rafaela mengangguk, “Kesalahan ibuku begitu besar. Mungkin aku yang harus menanggung itu.”“Tidak, Nona. Anda tidak pantas menanggung dosa yang tidak pernah dilakukan. Kami semua sedang mencari keberadaan Amanda d
Wilson menjatuhkan dirinya di atas wanita itu. Ketika dia hendak balas mengecupnya, tiba-tiba saja ingatan wajah Rafaela muncul dalam fikirannya. Seketika dia merasakan kebencian yang memuncak.Wanita itu mendadak kaget melihat ekspresi Wilson yang penuh akan kemarahan. Namun segera terpekik girang ketika gaun malam yang dipakainya dirobek begitu kasar. Bukannya takut, perasaan wanita itu justru semakin membara dan penuh semangat. Akan tetapi perlakuan Wilson tidak berlanjut hingga ke puncak. Ketika dia mengecup leher Wilson menghentikannya. Ia turun dari ranjang dengan cepatnya.“Ada apa, Honey?” tanya wanita itu dengan suara manja.Wilson justru mengeluarkan sebuah cek dan menuliskannya dengan cepat. Ia meletakannya di meja, “Ambil tipsmu. Kamu bisa tetap di sini sampai fajar atau segera pergi!” Wilson membenarkan dasinya dengan cepat.Wanita malam itu duduk dengan perasaan terkejut. Ia tidak menyangka imajinasinya akan terhempas dalam keadaan tanggung. Padahal tidak pernah ada yang
“Apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya jatuh cinta? Merayunya? Terlihat murahan menggodanya ... cih ... Aku tidak sudi.” Rafaela bukan wanita dengan tipe seperti itu.“Nona.” Suara khas Aldrick memanggilnya.“Ini ponsel baru anda.” Ia menghampirinya dan meletakan di meja. “Pak Wilson memintanya untuk memberi ini agar beliau bisa menghubungi anda,” jelasnya.Rafaela tersenyum miring, “Untuk apa menghubunginya. Bahkan dia tidak bicara sama sekali.” Rafaela nampak cuek. Ia membiarkan ponsel itu tergeletak tidak berguna. Sekarang memang semuanya sudah tidak ada gunanya lagi. Namun seketika dia teringat dengan Milna, seorang yang sudah menolongnya. Sayangnya dia tidak menyimpan nomornya, jadi percuma saja punya ponsel. Surat yang ia kirimkan waktu itu juga belum ada balasan. Jelas tidak ada karena Milna tidak tahu alamat rumahnya Wilson dan Rafaela juga melarangnya membalas suratnya. Jika saja ia bisa menghubungi Milna dengan ponsel, semua jadi lebih mudah.***Di tempat lain, Wilso
“Aku tidak mau dia menjadi korban balas dendamnya ... hmp ...” Rafaela menutup perutnya dan segera berlari ke toilet.Aldrick mengacak rambutnya frustasi, “Bagaimana ini?” Ia mondar-mandir di depan kamar mandi dimana air di dalam terdengar mengalir.Dokter Ary sudah selesai membereskan semuanya dan meninggalkan obat di atas nakas, “Obat pereda mual dan vitamin. Kamu harus memastikan dia meminumnya.”Aldrick tidak perduli dengan obat itu.Dokter Ary melihat kegelisahan yang sangat, ia menepuk bahu. “Apapun keputusanmu itulah yang paling tepat. Saat ada masalah maka aku akan melindungimu.” Dokter Ary segera pergi. Saat dia keluar dari rumah itu, Wilson menghubunginya dan mencari tahu keadaan Rafaela.“Maag nya kambuh karena stres. Aku sudah memberinya obat,” jelas Dokter Ary berbohong.“Jadi begitu. Ya sudah.” Wilson memutuskan panggilan seenaknya.Rafaela telah keluar dari kamarnya dengan tubuh yang lemas. Ia berjalan sempoyongan kembali ke ranjangnya. Saat ini dia hanya ingin tiduran
Maya meminta foto Rafaela dan Aldrick yang diambil oleh pelayan tadi dan mengirimkannya kepada Wilson.Tidak lama kemudian Wilson langsung menghubungi Maya. “Apa itu hah? Kamu fikir saya mau diberi gambar lelucon seperti itu!” Sudah jelas pasti kalau Wilson sekarang sedang begitu kesal melihat gambar kalau Aldrick sedang mengusap wajah Rafaela dengan tisu.“Maafkan saya, Tuan. Saya hanya melaporkan kondisi di rumah ini. Nona Rafaela sedang sakit beruntungnya ada Tuan Aldrick yang siap siaga. Hanya saja ...” Maya ragu untuk meneruskan ucapannya.“Lanjutkan!” perintah Wilson.“Beberapa pelayan di rumah ini bahkan saya sering melihat kedekatan Nona dengan Pak Aldrick. Apa Tuan tidak curiga dengan mereka?”Wilson tiba-tiba tertawa, “Hahaha ... Lelucon macam apa ini? Tidak masuk akal.”Maya meneguk ludahnya dengan kasar. Memberitahukan hal seperti ini saja membuat setengah nyawanya seperti terlepas dari raga. Salah bicara maka dia yang akan mendapat masalah.“Bukankah selama ini kamu sanga
Wilson mendumal dengan perasaan tidak suka, “Dia tidak suka aku kembali cepat? Takut mengganggunya?” Pria itu melepas sweternya dengan kasar.Saat dia keluar Aldrick masih berdiri di sana. Aldrick kembali mengikutinya dan membahas tentang proyek yang diurusnya di sini. Wilson ke ruang kerjanya, “Lalu?”"Dia fikir dia siapa? Dia bukan siapa-siapa bagi Rafaela. Tapi seolah dia itu begitu dekat. Apa dia berusaha untuk menyaingi ku." Pria itu membersihkan tubuhnya dengan air hangat."Aku datang jauh-jauh meninggalkan pekerjaanku untuk melihat pemandangan seperti ini?" Wilson sepertinya masih saja mengomel."Rafaela, kamu mau merayu manajer ku? Apa tidak ada pria lain?" Wilson bergumam dengan sinis. Rasa bencinya masih saja muncul tapi beberapa saat ia menggan untuk menyentuhnya. Bahkan bicara dengannya pun dia sedang tidak ingin. Ia memakai pakaian paling tebal. Setelah selesai mandi hawa dingin menusuk kulitnya.Saat dia keluar Aldrick masih berdiri di sana. Aldrick kembali mengikutinya d
“Pak ... anda kenapa?” Saat sedang rapat, tiba-tiba saja Wilson ambruk. Semua orang panik dengan keadaan Wilson yang tiba-tiba saja begini. Dokter Ary bergegas mendatangi Wilson di kantornya untuk memeriksa. Meski tidak lama kemudian Wilson sadar, namun dia tidak ingin bangun karena kepalanya sangat sakit dan perutnya juga akan mual saat duduk.“Ada apa denganku?” Wilson segera dibantu duduk dan diambilkan minum oleh Aldrick.Dokter Ary melirik Aldrick sekilas, kemudian berkata, “Anda mungkin berfikir keras beberapa hari ini. Untuk sementara istirahatlah!”“Tidak bisa! Aku harus segera rapat.” Bukannya istirahat, Wilson malah turun dari tempat tidurnya.“Saya akan mewakili anda, Pak.” Aldrick berusaha menghentikannya.“Rapatku dengan Paman Chayton. Ini rapat intern. Kamu hanya pendengar di sana!” Wilson memijat pelipisnya berjalan keluar dengan cepat. “Aldrick!” Ia urung melewati pintu.“Ya, Pak?”“Aku ingin sop ayam buatan orang rumah. Suruh bawakan kemari! Kita akan pulang malam.”
Tanpa menjelaskan apapun tiba-tiba saja Rafaela tersenyum gembira dan segera memeluk wanita bertubuh ringkih itu. “Mama ...” Ia tidak kuasa menahan tangisnya.“Oh ... putriku ...” Keduanya saling berbaur satu sama lain. Meski Rafaela hanya melihat ibunya dari foto dan itupun ketika masih muda, namun ikatan ibu dan anak tidak bisa dibohongi.Dorny sangat lega melihat mereka berdua. “Itu siapa?” tanya Eshal.“Dia adalah nenekmu,” jelas Dorny.Rafaela membawanya duduk untuk mengobrol. “Itu putrimu, sibunga dari surga?” Amanda menatap Eshal penuh kasih.Rafaela mengangguk, “Eshal, kemarilah!” perintah Rafaela. Eshal segera berlari ke arah Rafaela dan Amanda.Mereka mengobrol beberapa hal tentang kehidupan di Paris. Tidak ingin buang waktu Amanda harus segera menceritakan kehidupannya setelah meninggalkan Indonesia.“Pasti kamu menemuiku ingin tahu kenapa aku meninggalkanmu di Panti Asuhan itu. Aku akan menceritakannya ... tapi ...” Ia melirik Eshal cucunya, mengusap rambutnya yang hitam b
“Kenapa tidak ada yang mengangkat panggilan telpon?” Milna meminimalisir nafasnya.“Kami sengaja mematikannya agar ....” Dorny melirik Rafaela.“Ah jadi begitu.” Milna langsung mengerti maksudnya.“Kau tidak akan kembali lagi?” Milna memberikan sebuah kotak kecil untuk Dorny sahabatnya. Untuk kenang-kenangan, ujarnya.Dorny menerima itu kemudian tersenyum tipis, “Memangnya kenapa kalau aku tidak akan kembali ke sini lagi?”Milna menggeleng kecil sembari tersenyum, “Tidak apa-apa. Hanya saja aku akan kehilangan sahabatku.”“Benarkah begitu?” Dorny tidak mempercayainya.“Kamu sungguh tidak keberatan kalau aku pergi selamanya?” tanya Dorny belum puas.“Sebenarnya a-aku ...” Ia memalingkan wajah dengan ragu-ragu.Dorny memegang tangan Milna, “Tunggulah aku! Tugasku hanya mengantar Rafaela dan Eshal dengan selamat. Setelah Rafaela bertemu ibunya aku akan kembali.”“Kau serius ...” Raut wajah gadis itu begitu gembira.“Bagaimana mungkin aku tidak akan kembali kalau hatiku saja hanya untukmu
“Bibi ... apa-apaan ini?” Chayton segera diborgol oleh petugas kepolisian yang datang bersamanya.“Kamu seharusnya mengerti kesalahan apa yang dibuat.”“Lepas!” Chayton tidak terima ini.“Silahkan melakukan keterangan di Kantor Polisi!”Saat Wilson datang ternyata sudah ada Oma Ratri di sana membawa petugas kepolisian untuk segera menangkap Chayton sehingga dia belum bisa bicara dengannya. Namun Wilson segera menarik Chayton. “Kau bajingn kparat!” Wilson mengumpat marah. Mengangkap tubuh Chayton dengan menarik kerahnya, “Meski aku belum mendapatkan semuanya. Setidaknya hidupmu telah hancur. Bahkan putrimu akan membencimu.”Bugh ... ia menghantam rahang Chayton. “Ku anggap kau keluargaku tapi menusukku!”Aldrick menghentikan Wilson, para petugas itu membawa Chayton pergi.“Kita akan menggugatnya ke pengadilan.” Oma Ratri sudah memanggil seorang pengacara untuk membantunya menghukum Chayton sesuai yang dilakukannya.Keluarga Graci juga didatangkan sebagai keluarga dari kasus kematian b
Saat Oma Ratri datang ke toko itu tiba-tiba saja ia menangis. Seorang pekerja bertanya padanya kenapa nenek itu menangis.“Gadis kecilku!” Oma Ratri sampai menangis haru karena melihat sosok berwajah manis yang wajahnya sembilan puluh sembilan persen mirip Wilson.Ia tiba-tiba saja berjalan mendekat tana memperdulikan pekerja yang menanyakannya tadi. Saat itu Rafaela tersadar ada seorang wanita tua yang membawa tongkat mendekat ke arah putrinya. Namun saat dilihat wajahnya ia segera mengenal wanita itu.“Rafaela!” panggil Oma Ratri langsung memeluknya.Eshal nmpak bertanya-tanya siapakah gerangan wanita tua itu. Rafaela pun memperkenalkan putrinya pada Oma Ratri sebagai neneknya. “Rafaela!” panggil Oma Ratri langsung memeluknya.Eshal nmpak bertanya-tanya siapakah gerangan wanita tua itu. Rafaela pun memperkenalkan putrinya pada Oma Ratri sebagai neneknya. Eshal senang sekali mendengar kalau dirinya punya nenek. Oma Ratri juga sangat bahagia bisa bertemu cicitnya.Ia tidak akan memb
Setelah bangun dengan kepala yang pusing, ia mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam di saat Aldrick datang. Ia tidak ingat apa yang dikatakannya serta apa yang didengarnya. Namun tanpa mendengar langsung dari Aldrick ia sudah bisa mengartikan sendiri.Ia segera mencari keberadaan putrinya dari informasi yang didapatnya dari orang kepercayaannya yang sellu ia utus untuk mengikuti Aldrick. Sebuah toko bunga dimana semua orang begitu sibuk dengan pesanan yang menumpuk.Sesaat dia melihat putri kecilnya sedang seekor kucing lucu dan duduk di depaan toko. Saat Wilson berniat mendekat tiba-tiba saja ia urung karena melihat sosok Oma Ratri keluar dari sana sembari membawa sebuket bunga. Ia berbicaraa pada gadis kecil itu kemudian menciumnya sebelum pergi.Wilson pun menunggu kedatangan Oma Ratri di mobilnya terparkir.“Buat apa kamu datang ke sini, Wilson! Kamu tidak berhak datang.” Oma Ratri segera masuk. “Kita bicara di apartemen!” perintah Oma Ratri sebelum pergi.Tanpa Wilson maupu
Ia mendudukan diri dengan kasar. Meski matanya setengah terpejam mulutnya masih saja tertawa dan mendumal sesuka hati.“Huu .... huu ...” Wilson tiba-tiba saja menangis.“Dia memakai uang di Black Card. Harusnya aku tidak penasaran datang ke rumah sakit itu. Tapi aku melihat anak kecil itu ...”Aldrick kaget saat Wilson berkata bahwa Wilson sudah bertemu dengan Eshal.Wilson menatap sayu manajernya. “Kenapa kamu menyembunyikannya hah?” Ia berdiri dengan tubuh tidak tegap, meraih kerah Aldrick yang berdiri dengan tubuh menegang.“Tidak ada yang bisa membodohiku sekarang. Dia putriku, 'kan?” Wilson langsung mengingat kata-kata Oma Ratri beberapa tahun lalu ketika bertemu Rafaela di Wisata Empat Musim. Meski itu sudah lama sekali, namun Oma Ratri sangat berpengalaman dengan umur kandungan seseorang.Cengkraman Wilson mengendur, wajahnya begitu sedih. Ia duduk di sova dengan rasa putus asa.“Saat melihat Rafaela hamil saat Wisata Empat Musim baru buka aku sangat marah. Aku marah pada oran
“Bodoh sekali. Kenapa aku harus datang ke sini. Buang-buang waktu saja. Biarpun ia memakai semua uangnya aku seharusnya tidak perduli,” dumal Wilson dalam hati. Namun saat perjalanan pulang dia justru melihat Rafaela di sana. “Bukankah itu seperti ...” Asisten Vir nampak berfikir ketika melihat gadis kecil yang bersamanya itu.“Huwaa ... Mama ...” Seorang anak kecil memanggil Rafaela dengan sebutan Mama.“Sebentar, Sayang.” Rafaela sedang mengurus administrasi untuk kepulangannya itu nampak kerepotan karena putrinya menangis. Gadis kecil itu ingin digendong oleh Rafaela.“Gadis itu wajahnya sangat mirip dengan anda.”“Tidak mungkin ...” jawab Wilson.Asisten Vir memandangi Wilson dan dirinya tidak salah. “Sangat mirip, Pak. Kalau tidak percaya anda bisa melihat wajah anda sendiri di cermin dan membedakannya. Dia benar-benar seperti foto copynya anda." Asisten Vir hampir tidak percaya. "Ah bukan! Justru seperti duplikat."Wilson terus memandangi mereka dimana Rafaela mengurus administ
“Berapa yang harus kita bayarkan?”Rafaela memberikan sebuah kertas rincian biaya yang harus dia bayarkan untuk operasi.(Sembilan puluh juta tiga ratus sembilan puluh ribu) Dorny menghela nafas panjang.“Berapa tabunganmu sekarang?”Rafaela hanya punya Sepuluh juta di rekeningnya. Sementara Dorny ada uang di tangannya hanya beberapa juta saja. “Maafkan aku ... aku tidak bisa membantu banyak. Tapi ini aku ada sedikit ...” Ibunya Calvin memberikan sebuah amplop. Namun Dorny tidak bisa menerimanya karena Ibu Calvin sendiri sedang kesulitan.“Kami akan mendapatkan biayanya. Bu Calvin tidak perlu ikut sulit.”“Aku akan mencari pinjaman ...” Dorny akan menghubungi Milna namun Rafaela tidak membiarkannya.“Kita sudah dibantu begitu banyak ...” Mata Rafaela berembun. Ia merasa tidak enak hati.“Dengan Aldrick juga sama. Apalagi saat ini mereka sedang melakukan program hamil di luar negeri. Aku tidak mau menyusahkannya untuk ke sekian kali ...” Rafaela masih terus berfikir.“Tapi putri kita
“Bu Rafaela ... putri anda ada di rumah sakit.” Hari ini awal bulan dan sepuluh karyawan di “Toko bunga dari surga” menerima gaji bulanan mereka.Ia menyerahkan uang sisa yang belum ia bagikan kepada orang kepercayaannya. “Sisanya berikan dan uang bonus ini sesuai dengan yang di catatan.”“Baik, Bu.”“Ada apa dengan putriku?” Rafaela berjalan cepat mengikuti sopir pengantar barang. “Kudengar dia jatuh dan baru saja dibawa ambulan.” Ia segera mengantar atasannya untuk ke rumah sakit terdekat.Setelah sampai, Rafaela memberitahu sopir agar mengambil gajinya ke toko.Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun ketika berada di ruang UGD tetangganya sedang berada di sana bersama putranya.“Bu Rafaela ... putrimu. Tadi dia berkelahi dengan putraku dan terjatuh ...”“Maafkan aku ... aku hanya mengejeknya saja. Lalu dia marah dan berusaha memukulku, aku hanya berusaha menghindar,” jelas pria kecil itu dengan sungguh-sungguh.“Lalu Eshal jatuh dimana? Kenapa bisa sampai dibawa ke rumah