Aksa memutuskan untuk berlibur hari ini. Urusannya dengan orang-orang rumit itu sudah selesai semuanya. Sekarang tinggal urusannya dengan Leta yang belum tuntas.
"Kyra gak mau, Kyra ingin ikut papa sama Mama," rengek Kyra menangis.
Saat ini, Leta masih memberi pengertian dengan anak tirinya itu. Sebenarnya dia lebih suka jika Kyra ikut, itu akan membuat dirinya mempunyai teman. Tapi entahlah, Aksa hanya ingin pergi berdua dengannya, dan hal ini membuat Kyra menangis sejak pagi.
Leta hanya bisa mengelus kepala putri kecilnya itu, dia sudah tak mampu berucap. Berbagai rayuan sudah dia keluarkan, tapi nyatanya hasilnya masih sama.
Aksa yang melihat dari pintu ikut frustrasi, dia menghembuskan nafas kasar sebelum mendekati kedua wanita kesayangannya.
"Kyra sayang," panggil Aksa.
"Papa, Kyra ikut, Kyra pengen berlibur juga Papa." Tiba-tiba Kyra terbangun dan langsung memeluk tubuh Aksa.
"Memang siapa yang mau berlibur?" tanya Aksa, dia sed
WARNING, area dewasa!!! Harap bijak memilah sebuah cerita."Apa?" tanya Leta gugup ditatap seperti itu oleh Aksa.Aksa tersenyum dan menggeleng, dia mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya. Bibir mereka menyatu, tapi Aska tak kunjung melumatnya. Dia hanya sedang menggoda istrinya.Leta yang daritadi memejamkan matanya kini membuka matanya perlahan. Jantungnya berdegup kencang ketika melihat wajah tampan suaminya dari dekat."Leta."Entah mengapa Leta sedikit merinding ketika mendengar suara Aksa yang terdengar sangat parau. Mata lelaki itu berkabut, menginginkan hal lebih dari Leta.Aksa beralih ke leher jenjang milik Leta. Lelaki itu menggesek-gesekan hidungnya di sana. Sesekali memberikannya kecupan-kecupan lembut, membuat Leta sedikit frustrasi.Tangan Aksa bergerak mengunci kedua tangan Leta di atas kepalanya. Membuat wanita itu tak bisa berkutik. Aksa tersenyum ketika melihat istrinya memejamkan matanya, wajahnya
Leta terlihat menguap sambil meregangkan otot tubuhnya. Melihat tangan yang melingkar di perutnya membuat dia menoleh ke samping, mendapati suaminya yang masih tertidur sangat pulas. Leta tersenyum dan segera berbalik. Dia kagumi lagi pesona yang dimiliki suaminya, sambil mengelus pelan pipi yang ditumbuhi jambang tipis tersebut.Merasa tidurnya terganggu membuat wajah Aksa menjadi mengerut. Leta yang melihat itu tak tahan untuk tidak menggodanya. Dia semakin menempelkan tangannya pada pipi Aksa, yang malah membuat dirinya menjadi geli.Saat Leta terkekeh, tangannya tiba-tiba dicengkeram oleh Aksa. Lelaki itu membuka matanya perlahan dan menatap sebal pada istrinya."Kau senang?" ucapnya melirik istrinya.Leta hanya meringis, dia malah memepetkan tubuhnya ke Aksa dan menyembunyikan wajahnya di ketiak Aksa."Kau menggodaku Leta?" tanya Aksa yang tiba-tiba langsung menindih tubuh Leta."Tidak, memang siapa yang menggodamu?" tanya Aletha dengan
Aletha terdiam masih, memikirkan apa maksud ucapan dari Ryana. Hal itu membuat dia tak menyadari jika Aksa sedaritadi menatap ke arahnya."Sayang.""Hemm." Leta tersentak dengan panggilan Aksa, dia segera menoleh, menatap suaminya yang juga menatapnya dengan heran."Ada apa? Kenapa daritadi kau melamun? Kau baik-baik saja?" tanya Aksa cemas."Emm... Aku tak apa. Aku hanya memikirkan temanku tadi." kata Leta."Lupakan saja, jangan pikirkan orang lain yang tidak penting." Aksa menghela nafas. "Sebenarnya bukan hanya sekali dua kali aku melihat pak Xiao Qi membawa wanita muda seperti itu." kata Aksa."Jadi, kau sudah lama mengenal pak Xiao Qi?" tanya Leta."Ya, dia sering kali berkunjung ke Indonesia. Di sana juga dia selalu membawa wanita di setiap pertemuan, dan itu selalu bergonta-ganti. Sudahlah, kenapa malah membahas orang lain? Kemarilah, aku ingin memelukmu." kata Aksa.Leta tersenyum, dia langsung mendeka
"Tuan, pak Adit memundurkan makan siang menjadi makan malam. Dia meminta maaf karena ada sesuatu yang tak bisa ditunda," ucap Vino memberi laporan dadakan di kantor.Aksa terlihat berpikir, sejak dia menikah dengan Leta dia selalu menolak ajakan bisnis di atas jam 5 sore. Bukannya apa, tapi dia ingin menghabiskan waktunya bersama istri dan anaknya."Pak Adit juga bilang, nanti akan memikirkan proyek baru kita di kota sebelah. Dia ingin menunjukkan sesuatu pada Anda." kata Vino lagi.Kesempatan itu tak akan datang dua kali. Aksa memang menginginkan proyek kerja samanya dengan perusahaan milik pak Adit agar segera terealisasikan. Setelah merenung beberapa saat akhirnya Aksa sudah memutuskan."Baiklah, aku akan menerimanya."Setelah mendapat jawaban dari Aksa, Vino segera keluar dari ruangan bos-nya dan menyiapkan beberapa pekerjaan yang belum selesai.Sedangkan Aksa langsung mengambil handphonenya untuk mengabarkan hal ini pada istrinya.
Pintu terbuka ketika Leta masih terisak meratapi kesedihannya. Dia menoleh dan mendapati Kyra menatapnya dengan bingung. Melihat hal itu, Leta segera menghapus sisa air matanya dengan gerakan kasar."Mama... Mama kenapa?" tanya Kyra ikut sedih, dia berjalan ragu mendekati Leta.Leta memaksakan senyumannya, tangannya terbuka lebar menyambut kedatangan putri kecilnya. "Tak apa, Mama hanya terjatuh tadi." ucapnya."Lalu kenapa Mama menangis?" tanya Kyra yang sekarang duduk di pangkuan Leta."Karena itu menyakitkan," ucap Leta meringis, tapi air matanya kembali membasahi pipi.Kyra yang melihat itu langsung membantu menghapus air mata ibunya. "Bilang saja sama Kyra, nanti Kyra akan mengobati Mama agar tak sakit lagi," ucap Kyra polos.Leta terharu dengan perkataan Kyra. Meskipun Kyra bukanlah anak kandungnya, tapi Leta benar-benar menyayangi Kyra setulus hatinya. Dia memeluk tubuh mungil Kyra, mencoba menahan isak tangisnya yang belum reda juga.
Ketika Aksa keluar dari kamar mandi, dia tak mendapati istrinya. Aksa masih tenang, karena Leta sudah menyiapkan baju ganti untuknya. Dia lalu segera turun, mungkin saja istrinya itu sedang bermain bersama putrinya.Aksa berjalan mendekati putrinya yang sedang bermain bersama Rossa di taman. Kepalanya menoleh ke sana-sini untuk mencari keberadaan istrinya."Papa," teriak Kyra ketika melihat Aksa.Aksa tersenyum lalu berjongkok di hadapan putrinya untuk menyamai tingginya. "Kyra sayang, di mana mama?" tanyanya."Kyra tidak tahu Papa,"jawab Kyra sambil menggeleng.Aksa tertegun, dia kira tadi istrinya itu bermain dengan putrinya. Karena di dapur hanya ada bibi Prima sendirian. Lalu di mana Leta sekarang?"Kyra main dulu sama kak Rossa ya, Papa mau cari mama. Nanti kita jalan-jalan." ucap Aksa.Kyra mengangguk, dia langsung berbalik dan menghampiri Rossa yang sudah menunggunya bersama beberapa boneka di sana.Sedangkan Aksa
Aksa masih tertegun dengan ucapan Leta. Saat dia tersadar, istrinya itu sudah masuk meninggalkan dirinya. Aksa segera berlari dan mengejar istrinya.Ketika dia masuk ke dalam kamar Kyra, ternyata istrinya itu tak ada di sana. Dia langsung berbalik dan menuju kamarnya di lantai atas.Di sana dia melihat Leta sedang mengambil beberapa baju, dia membereskan baju-baju itu di ranjang. Aksa panik, dia segera mendekati istrinya yang masih menangis."Sayang, kau kenapa? Kenapa kau membereskan baju-bajumu?" tanya Aksa yang sekarang ada di samping Leta."Tolong, biarkan aku sendiri. Aku tidak ingin melihatmu untuk sementara." ucap Leta.Aksa menjadi frustrasi karena diabaikan oleh istrinya. Dia menarik bahu Aletha untuk menghadap ke arahnya."Katakanlah, jika kau tak berbicara aku tak tahu apa salahku, Leta," ucap Aksa memohon."Hiks... Kenapa kau malah bertanya padaku? Kenapa kau tak menyadari sendiri apa kesalahanmu, Aksa." Tangis Leta
Aksa yang melihat istrinya terjatuh menjadi panik. Dia segera mendekat ke arah istrinya, mengarahkan kepala Leta di pangkuannya sambil menepuk-nepuk pelan pipinya."Leta, bangun sayang."Kemarahan Aksa meluap, dia menatap tajam Zeline yang ada di depannya. "Kalian, bawa wanita ini keluar dari rumah. Jangan biarkan dia masuk selangkah pun atau kalian akan ku pecat nanti."Sontak para penjaga langsung berusaha menyeret tubuh Zeline. Wanita itu tak berhenti berontak dan memaki nama Aksa. Dia juga menggigit tangan para penjaga agar dirinya bisa kabur masuk ke dalam. Tapi ternyata usahanya itu sia-sia. Tubuhnya dilemparkan begitu saja dan gerbang langsung dikunci kembali."Hiks... Leta, nak, apa yang terjadi?" tanya Bibi Prima yang tiba-tiba sudah ada di samping tubuh keponakannya."Akan aku jelaskan nanti Bi, sekarang telfon dokter untuk datang ke rumah." Aksa lalu menggendong tubuh Leta masuk ke dalam. Bi Prima menyusulnya kemudian setelah menelfon do
*8 tahun kemudian."Papa pulang..."3 anak yang sedang bermain itu menoleh. Melihat papanya yang merentangkan tangan dari arah pintu, membuat Kyra dan juga Reyna berlari ke arah Aksa. 2 gadis kecil beda usia itu memeluk papa mereka dengan erat. Memang, sudah 2 hari mereka tak bertemu karena papanya itu ada bisnis di luar kota.Aksa mengecup pipi Kyra dan Reyna bergantian. Setelahnya, pandangannya beralih pada Raydin yang masih duduk membaca buku. Aksa mendekat ke arah anak lelaki satu-satunya itu."Raydin." panggil Aksa.Anak lelaki itu langsung menoleh dan menatap ke arah papanya. "Ya, Papa.""Kenapa kau tidak memeluk Papa seperti yang lain, kau tidak merindukan Papa?" tanya Aksa."Rindu," ucap Raydin sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Tapi kita sama-sama lelaki ayah, aku tak mau memelukmu."Aksa yang mendengar ini merasa tercengang. Bagaimana bisa anak yang berumur 8 tahun ini berbicara seperti ini? Entah Aksa harus terke
Leta sedang menyirami taman ketika Aksa mendekat. Suaminya itu mengecup wajahnya berkali-kali sebelum pamit pergi ke kantor. Hari demi hari terlewati begitu saja. Kandungan Leta sudah berusia 9 bulan. Kini dirinya sedang menanti kehadiran sang buah hatinya. Tangan Leta yang terbebas dari selang mengelus perutnya dengan lembut, Leta bahkan terdengar bernyanyi di sela-sela kegiatannya itu. "Mama." Kyra berlari menghampirinya, tak ingin membuat anaknya kotor karena sudah rapi, Leta mematikan kran airnya. Dia tersenyum pada putrinya yang memeluk dirinya. "Kakak Kyra berangkat sekolah dulu ya baby twins. Jangan nakal sama mama, dada.." Hanya sebatas itu, dan Kyra kembali berlari menghampiri Rossa yang sudah menunggunya. Leta hanya menatap Kyra dan menggelengkan kepalanya. Dia sangat senang karena Kyra terlihat menyayangi calon adiknya. Akhirnya Leta kembali dengan aktivitasnya lagi. Entah mengapa hari ini Leta sangat bersemangat. Di
"Papa... Kyra ikut..."Niat hati hanya ingin mengajak sang istri, kini Aksa hanya bisa menghembuskan nafas kasar ketika Kyra merengek ingin ikut.Gadis kecil itu tak sengaja memergoki kedua orang tuanya yang bersiap-siap ingin pergi. Tak ingin ditinggalkan, akhirnya dia mengeluarkan jurus merengeknya agar dirinya bisa ikut."Papa."Kyra kembali berucap ketika dirinya tak direspon, gadis kecil itu mendekati Aksa dan menggoyang-goyangkan lengan Aksa. Tatapan matanya yang terlihat sangat imut tak kuasa menahan Aksa. Akhirnya lelaki itu mengangguk dan tersenyum pada putrinya."Yeay...," sorak Kyra senang."Sekarang segera bersiap-siap... Minta kakak Rossa untuk ikut juga ya." pinta Aksa.Kyra langsung melaksanakan perintah papanya. Dia terlihat senang, bahkan saat turun dia terlihat bernyanyi, menirukan lagu anak-anak.Akhirnya, Farrel juga ikut mengantarkan mereka. Itu karena Aksa tak tega jika Rossa harus menemani Kyra send
"Aksa.""Hem." Aksa langsung menoleh ketika Leta memegang pundaknya, wanita itu menatapnya dengan pandangan rumit membuat Aksa menjadi heran."Aku ingin tahu keadaan Zeline." lirih Leta."Sudah kukatakan Leta, jangan ungkit lagi wanita itu. Kenapa kau begitu keras kepala." gerutu Aksa.Leta tampak menghela nafas, susah sekali meminta hal ini pada suaminya. Dia sudah berkali-kali membahas ini, tapi Aksa langsung menghindarinya. Kini Leta tak membiarkan hal itu terjadi, dia mengunci ruang kerja Aksa dan menyembunyikan kuncinya."Aku mohon, ini yang terakhir. Aku ingin melihat keadaannya." kata Leta."Kau terlalu baik Leta, kau bahkan tetap memaafkan wanita itu meskipun kau selalu dibuat menderita olehnya." Aksa tampak menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Baiklah, tapi janji ini yang terakhir. Dan jangan ungkit masalah wanita itu lagi di depanku."Leta tersenyum manis, dia bahkan langsung memutar kursi Aksa ke arahnya. Dengan cepa
WARNING, area dewasa!!! Harap bijak memilah sebuah cerita.Entah mengapa jantung Aksa menjadi berdebar ketika melihat gunung kembar Leta sedikit terbuka. Dia memang sedang membantu Leta melepaskan gaunnya agar dia bisa bisa tertidur nyaman.Tapi sepertinya sekarang dia malah terjebak. Hasratnya tiba-tiba menjadi naik, dan dia tidak tahan. Aksa menggoda Leta, mencoba mengecupi pipi, bibir, leher dan dada atas Leta.Tak ayal karena itu Leta menjadi terusik dari tidurnya. Dia membuka matanya perlahan dan langsung kaget melihat Aksa ada di atas tubuhnya."Aksa, apa yang kau lakukan?""Aku menginginkanmu Leta."Leta tak sempat berucap lagi ketika Aksa dengan cepat membungkam bibirnya. Lelaki itu melumatnya dengan lembut, memberikan permainan yang cukup lama sampai Leta benar- benar terbuai.Tangan Leta langsung merangkul ke leher Aksa, dia memejamkan matanya dan menikmati ciuman Aksa.Aksa yang mendapat respon ini segera menur
Guan itu melekat pas di tubuh Leta. Perutnya yang membuncit tak menghalangi kecantikannya malam ini. Wanita itu bahkan terlihat sangat anggun. Kalung permata yang digunakannya senada dengan anting dan cincin yang terpasang di jari manisnya. Rambutnya dicurly, sebagian dirapikan ke arah belakang. Leta benar-benar cantik malam ini."Kau siap?" Aksa tiba-tiba ada di belakang Leta dan memeluknya. Dia mengecup singkat pipi istrinya dan menatapnya lewat cermin."Aku sedikit gugup." Memang, baru kali ini Leta menghadiri pesta. Dan pesta kali ini bukan sembarang pesta. Aksa membuat perayaan kehamilan Leta yang menginjak 7 bulan. Dia bahkan mengundang seluruh karyawannya untuk hadir, tentunya dengan para kolega bisnisnya juga."Tak apa, aku akan ada di sisimu," ucap Aksa sambil tersenyum.Aksa lalu menggandeng tangan Leta untuk turun ke bawah. Di sana sudah ada Farrel dan Kyra yang menunggu. Sebagian orang bahkan sudah berangkat duluan ke kantor Aksa.
Kabar bahagia itu disambut baik oleh Prima dan Gandhi, mereka tak menyangka jika selama ini anaknya, Farrel menyukai seseorang yang dekat dengan mereka. Mereka sudah bekerja bersama selama 5 tahun terakhir, cukup tahu dengan bagaimana sikap Rossa selama ini.Leta juga ikut bahagia, bahkan Aksa menjanjikan akan mengurusi semua keperluan pernikahan mereka. Tapi Farrel bilang jika mereka belum terburu-buru untuk hal itu.Aksa sedang di kantor saat ini, kebetulan Leta datang mengantarkan makan siang untuknya. Sejak kehamilannya memasuki trimester kedua, Leta memang selalu ingin dekat dengan suaminya.Hal itu tak membuat Aksa terganggu, dia malah senang acapkali Leta menemani dirinya di kantor. Meskipun kadang wanita itu suka merengek dan meminta hal yang cukup aneh bagi Aksa.Tok.. Tok... Tok...Aksa menoleh ke arah pintu, dia melihat Vino yang berjalan masuk sambil membawa map di tangannya."Tuan, ini berkas yang perlu Anda tanda tangani.
"Kau ingin anak laki-laki atau perempuan sayang?" tanya Aksa mendongak menatap Leta. Saat ini dia sedang tidur di paha Leta, menatap perut Leta dan sesekali menciuminya."Laki-laki atau perempuan sama saja. Yang terpenting mereka sehat dan lahir dengan selamat." jawab Leta.Aksa tersenyum, dia mengusap lagi perut istrinya itu. Meskipun baru menginjak 3 bulan, perut Leta memang sudah terlihat membuncit. Mungkin itu efek dari bayi kembar yang dikandungnya."Bisakah kita tidur, aku lelah." Leta menutup buku yang sedang dibacanya, dia lalu meletakkan buku tersebut di nakas. Tatapan matanya terlihat sayu, Aksa yang melihat hal itu langsung duduk dan membiarkan istrinya berbaring."Tidurlah, aku akan memelukmu sampai pagi."Leta tersenyum, dia mendekatkan lagi tubuhnya pada Aksa. Menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Aksa, tangannya juga memeluk tubuh Aksa seperti sebuah guling.~Kehamilan Leta tak membuat susah dirinya. Bahkan Leta terl
Ketika sampai di rumah sakit, Sam segera berlari menuju ruang UGD. Dia menanyakan pada seorang suster tentang pasien yang mengalami tabrak lari. Ternyata Zeline benar-benar di sana dan sedang ditangani oleh dokter. Hampir 1 jam akhirnya seorang dokter keluar dari sana. Sam yang melihat itu langsung mendekatinya. "Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Sam. "Anda keluarga pasien?" tanya Dokter dengan nametag Ridwan tersebut. "Tidak, saya temannya. Keluarganya ada di luar negeri semua," ucap Sam berbohong. "Kondisi pasien masih belum stabil, suster akan membawanya ke kamar rawat. Biarkan pasien beristirahat sampai kondisinya pulih." kata Dokter Ridwan. "Lalu... lalu bagaimana dengan bayinya?" tanya Sam dengan gugup. Dokter Ridwan tampak menghela nafas, dia menggeleng pelan menampilkan senyuman yang dipaksakan. "Maaf Tuan, kami sudah berusaha. Tapi takdir berkehendak lain, pasien mengalami keguguran." Sam mematung menden