"Kau sudah tidak merasakan sakit lagi, Artemis?""Ini sudah lumayan, Serenada. Lagipula aku bosan duduk terus. Kemana Ericko tadi setelah membawa W115 kemari?""Dia kembali ke laboratoriumnya bersama Asnee. Katanya dia mau mencoba mengembalikan kondisi Alara kembali seperti semula."Namun aku tak berani menemui Ericko meski badan ini sudah bisa dibuat jalan pelan. Semoga dia bisa segera memulihkan kondisi Alara. Aku sebenarnya masih khawatir dengan kondisi Dova. Meski sudah ditangani oleh Dexta saat ini, perasaanku tak karuan. Ketakutan masih menyelimutiku. Pertanyaan tentang penerimaan Dova terhadap mata barunya itu seolah menjadi hantu dikepalaku."Kau masih khawatir dengan kondisi Dova?"Aku yang tengah mondar-mandir menunggu proses operasi itu langsung menengok ke arah Serenada. Dia tersenyum padaku untuk meyakinkanku bahwa Dova akan menerimanya. Hanya helaan napas panjang yang ada saat ini. Baru duduk kembali sambil terus melihat Serenada."Kau berarti belum mengenal seperti apa D
Setidaknya mata siberkinetik Dova sudah bisa digunakan normal. Meski dia masih bingung kenapa terdapat indikator penunjuk baterai dan sensor seperti pengenalan wajah. Baginya itu cukup mengganggu."Ini tidak bisa dihilangkan saja?""Indikator baterai itu penting sekali. Sebab mata siberkinetik itu tetap harus diisi daya batreinya.""Tidak bisa dengan pengisian tenaga surya begitu, Dexta?""Tidak! Sebab ini berbeda dan aah... aku lupa! Bagaimana dengan Ericko? Dia sudah lama berada di laboratoriumnya."Dexta khawatir dengan kondisi anaknya dan bergegas menuju ke laboratorium Ericko. Kami bertiga mengikutinya dari belakang. Saat masuk, Ericko malah menyambut kami. Namun apa yang ada didalam tabung raksasa membuat kami tercengang."Nak, kau tak apa kan? Lalu siapa yang ada di dalam akuarium raksasamu itu? Jangan katakan kau buat percobaan pada manusia.""Tidak, ayah! I-itu Alara temanku.""Itu Alara! Tapi bagaimana bisa wujudnya jadi seperti itu?"Alara terus berenang di dalam sana. Sesek
Masalah Alara akhirnya terselesaikan. Ericko menuruti ayahnya untuk melakukan pembedahan pada tangan Alara. Keanehan terjadi, batu fossil itu langsung menempel. Bahkan dia dan ayahnya tak perlu menjahit lagi bagian yang sudah dibedah. Kulitnya bisa menutup sendiri dengan bagian batunya masih nampak di luar sedikit."Yaah... ada banyak hal yang tak bisa dipecahkan di Nuuswantaara ini. Seperti kasus Alara dengan batu fossil laut yang aneh itu."Aku juga sebenarnya tak percaya, tapi Ericko menunjukkan foto telapak tangan Alara usai pembedahan. Iya, menutup dengan sempurna dan seolah batunya terganjal disana. Setelah proses itu, Alara bisa normal kembali. Namun saat diuji dengan disiram air saja kakinya bisa kembali menjadi sirip ikan."Lalu seluruh tubuhnya berubah seperti yang pernah kita lihat itu, Artemis.""Wah, berarti dia sangat sensitif dengan air ya.""Dia tidak masalah, asalkan selama kondisi kering masih menjadi selayaknya manusia. Eh, jadi ayahku sekarang sibuk membuat sesuatu
"Aku tidak ikut kalian lagi. Mau disini saja sama Ericko.""Hah! Baguslah, akhirnya anak rusa ini tidak lagi ikut.""Apa kau bilang! Siapa juga yang mau ikut bersamamu? Dasar mata satu!""Kau meledekku mata satu, Asnee?""Kau duluan yang meledekku anak rusa!"Aku malas melerai mereka, biarkan saja nanti toh juga berhenti. Mau sampai kapan Dova selalu saja bikin keributan dengan orang lain? Serenada juga ku larang untuk mendekati mereka berdua. Tunggu saja sampai mereka lelah sendiri!"Kenapa lagi dengan Dova?""Dia memang biasa seperti itu, Dexta."Benar kan, mereka berdua berhenti juga. Asnee akhirnya memilih pergi tapi rupanya Ericko malah kemari. Langkahnya sempat terhenti sesaat."Kau mau kemana, Asnee?""Huh! Aku mau keluar sebentar, Ericko. Dasar! Aku ini masih manusia bukan rusa. bla bla bla....""Ada apa dengan Asnee? Dia kesal sekali kelihatannya. Oh, ya ini jas laboratorium untukmu Dova. Kau suka sekali memakainya ya. Aku saja hanya memakainya saat memang dibutuhkan.""Terima
Sampai juga di X-Marank City dengan laju SKYLAR yang sudah kami buat lebih cepat. Ah, sialnya sampai sini hari mulai gelap. Setidaknya butuh tempat parkir untuk SKYLAR agar bisa berhenti dulu. Tapi apa-apaan ini?"Ramah untuk penjelajah? Lihatlah, lahan parkir banyak yang berbayar!"Lama kami mencari lahan parkir untuk pesawat ini yang gratis saja. Bukan apa-apa, disini biaya yang harus kami keluarkan sekitar lima juta untuk parkir beberapa hari. Kulihat banyak hologram iklan di langit yang menawarkan fasilitas bagi para penjelajah. Lagipula, kita tak pernah tahu berapa isi saldo uang elektronik yang diberikan oleh Alamsyah. Aku tak pernah mengeceknya."Ada yang gratis, lihat hologram di depan sana!"Serenada menunjuk melalui layar didepannya. Kamera depan SKYLAR ia buat fokus untuk bisa membaca lebih jelas. Ternyata memang ada lahan parkir gratis untuk kendaraan apapun milik para penjelajah."Termasuk pesawat ini juga? Coba kita kesana dulu!"Seperti apa lahan yang disediakan? Oh, lua
Madeline celingukan mencari tempat duduk. Ada bangku kosong didekat tempat bertuliskan "Taman Kota". Ia menunjuk pada kami untuk duduk disana saja. Dova sebenarnya sudah malas, ia masih kesal dengan Madeline karena diledek "mata satu" tadi."Kau saja, Artemis! Tadi kan namamu yang disebut.""Eeh, temani aku Dova! Siapa tahu kita bisa minta bantuan untuk....""Aku butuh bantuan kalian bertiga."Raut wajah Dova nampak semakin kesal sembari menunjuk kakek tadi dengan semua tangannya. Seolah dari gerakannya dia ingin berkata "Tuh kaan" padaku yang artinya bukan kami dapat bantuan malah membantu. Madeline berkacak pinggang melihat sikap Dova. Daripada mendengar keributan Dova lagi dengan cucu kakek itu, lebih baik segera kutanggapi saja."Anda butuh bantuan apa? Ee... maaf jadi saya panggil anda siapa?""Ehehe... orang biasa memanggilku, Kakek Z.""Nama kakekmu hanya satu huruf saja?""Orang di X-Marank City lebih mengenalnya dengan nama itu. Jadi, jangan protes!""Kalian berdua berhentilah
"Kau tidak tahu ini apa Artemis?"Hanya gelengan kepala yang kutunjukkan pada Kakek Z. Beliau tersenyum singkat. Wajahnya mendekat padaku sambil berbisik."Ini batu yang disebut Gemstone. Namanya Katilayu!"Itu batu yang aku cari! Tanganku langsung meraihnya, sayangnya keburu tangan Kakek Z menutupnya dan menyimpan kembali batunya ke dalam saku. Sedikitnya beliau tersenyum jahil padaku."Eits...! Ingat perjanjian kita, Artemis! Selamatkan istriku dulu, baru nanti kuberikan batu Katilayu ini.""Sebenarnya batu ini apa dan....""Aku akan jawab semua pertanyaan yang ada dikepalamu itu, Artemis."Gemstone memanglah batuan yang khas dari Nuuswantaara ini. Lebih tepatnya tidak ada di tempat lain. Jenisnya beragam, kebanyakan dibuat menjadi perhiasan. Namun ada jenis tertentu yang dipercaya menyimpan kekuatan tersendiri bila digabungkan."Untuk itulah kenapa ada manusia pilihan yang disebut Earthseed Stone. Kau dan para Earthseed Stone lainnya memang ditugaskan untuk menjaga satu batu agar ti
"Semuanya waspada! Jangan sampai ada yang lengah!"Aku memperingatkan semuanya. Tempat ini tak bisa ditolerir lagi. Baru saja berkata begitu sudah ada hewan Chimaera lain yang melompat ke arahku. Senjata laser segera kuarahkan pada makhluk itu. Menembak tubuhnya hingga tembus dan mati."Tapi kira-kira kemana nenekmu itu berjalan, Madeline?"Usai Dova bertanya, Madeline terdiam sejenak sambil memejamkan matanya. Saat ia membuka mata baru menunjukkan kemana arahnya. Namun baru saja beberapa langkah, kami sudah dikejutkan oleh Chimaera yang lain."Madeline awas nanti kau...hah?"Kami bertiga terkejut! Bagaimana tidak, Madeline mampu menahan serangan Chimaera yang nyaris saja memakannya. Aku tak pernah menduga kalau ia juga memiliki kemampuan misterius. Dari kedua tangannya muncul entah bagian tanaman apa yang membelit makhluk besar dihadapannya itu."Jangan kau pikir aku lemah ya dasar monster jelek!""Graaaaooook!"Sepertinya hewan Chimaera itu kehabisan napas lalu terjatuh. Saat itulah