Ruang keluarga menjadi tempat sidang anak – anak pada Wijaya, berita mengenai dirinya yang mengawasi Tania sudah didengar langsung oleh mereka. Keempat anaknya ah... ralat maksudnya ketiga anaknya karena Tina sibuk dengan anak – anaknya, mereka menatap Wijaya penuh selidik dan sepertinya ini salah satu cara agar mereka mendapatkan jawaban dari dirinya.
“Apa yang kamu tanyakan di kantor” menatap Devan lalu mengangguk pelan “semua benar” mereka bertiga melotot “papa sudah menyelidiki dan mengikuti dia semenjak mama di rumah sakit”
“Papa jatuh cinta?” Wijaya menatap Tina yang masih sibuk dengan anaknya sedang menatap dirinya “apa papa gak salah karena usianya tidak jauh dari kita”
Wijaya mengangkat alisnya lalu seketika lesu “jadi seusia papa gak boleh jatuh cinta?”
“Dia tahu kalau papa suka sama dia?” Wijaya menggelengkan kepala “lantas kenapa papa lakuin h
Mengarahkan beberapa orang termasuk Bowo untuk mengawasi Tania disekitar rumahnya termasuk aktivitas Yudi, dari laporan yang Bowo dapat adalah Yudi sering tidak pulang kerumah dan sepertinya hanya pulang sebagai formalitas pada Tania. Wijaya mendengar semua laporan menjadi emosi, kedua putrinya serta menantunya membantu Wijaya dalam mencari informasi mengenai Tania.Wijaya sendiri tidak menyangka mereka mau membantu sampai sejauh ini bahkan mereka mencarikan tempat tinggal yang aman agar Tania dapat bersembunyi, semua berjalan sangat lancar bahkan keamanan keluarganya juga sudah diperhitungkan. Wijaya sangat tahu bahwa apa yang dilakukannya terlalu berlebihan tapi entah kenapa hati kecilnya menginginkan agar Tania bahagia saat bersamanya, menatap berkas yang berisi kerja sama dengan perusahaan Vian dengan seksama bahkan Wijaya meminta pihak pengacaranya meneliti dan bersiap jika terjadi tuntutan atau lebih baik lagi jika sampai ke meja hijau.“Semuanya berjalan d
Menatap dari jauh apa yang dilakukan oleh Bima dengan Galih namun Wijaya tidak melihat kehadiran Tania, menurut informasi dari Bowo adalah Tania berada didalam kamar dimana pastinya sudah melakukan hal gila dengan pria kurang ajar itu. Galih berjalan balik dan tidak lama anak buah Bowo mengikutinya, Bima sendiri memilih langsung kembali ke kantor setelah mengirim pesan pada dirinya.Menunggu waktu dengan tidak sabar membuat Wijaya melangkah kedalam kamar yang biasanya digunakan jika mereka datang, mereka disini adalah Wijaya dengan sahabatnya serta anggota keluarga mereka. Bayangan Tania melakukan bersama Galih membuat dirinya tidak tenang, berada didalam kamar dengan berjalan mondar mandir lalu duduk seketika berdiri. Ketukan di pintu membuat Wijaya membuka pintu dimana Bowo datang yang berarti memberikan informasi penting, dibawanya ke salah satu ruangan dengan memberikan minuman bersoda pada pria tersebut.“Suaminya tahu mengenai hal ini”Wijaya m
Tidak menghiraukan apa yang dikatakan Tania karena saat lift terbuka dimana Tania langsung menunjukkan kamarnya meski sebenarnya itu tidak penting buat Wijaya karena sudah tahu dimana kamarnya, menggenggam tangan Tania saat menuju kamar yang ditempati berdasarkan petunjuk. Wijaya sangat tahu jika Tania sempat terkejut atas apa yang Wijaya perbuat tapi sekali lagi tidak dipedulikan olehnya, masuk kedalam kamar tempat mereka melakukan hal gila membuat Wijaya harus mengepalkan tangannya agar tidak terlalu emosi.Tania mempersilahkan Wijaya masuk dan duduk di salah satu kursi setelah masuk kedalam kamar dan dituruti olenya, tatapan Wijaya tidak lepas dari Tania dimana sedikit lega dan mungkin ini berkaitan dengan vibrator mainan yang berada di vaginanya.“Om kenapa melakukan ini bukankah harus menjaga tante?”Wijaya tersenyum mendengarnya “aku berencana menjadikanmu ratu selama – lamanya dalam sisa hidupku ini.”Tania membe
Menunggu didepan pintu dengan perasaan capur aduk dimana pastinya membayangkan apa yang mereka berdua lakukan didalam, mencoba untuk menahan diri agar tidak menarik pria tersebut dari tubuh wanitanya. Wijaya menatap miliknya yang masih perlu dipuaskan dengan perlahan menggerakkan menggunakan tangan agar bisa tetap berdiri dan langsung memasuki Tania saat berada didalam, menatap jam yang akan mendekati sepuluh menit dari perjanjian secara perlahan membuka pintunya dengan menggunakan kartu yang Galih berikan. Sebenarnya tanpa kartu dari Galih dirinya bisa membuka sendiri menggunakan kartu miliknya karena kartu miliknya memiliki akses untuk masuk kesetiap kamar.Suara desahan terdengar saat Wijaya membuka pintu dengan segera menutupnya agar tidak ada yang mendengar suara wanitanya apalagi ada anak buah Bowo diluar, Wijaya tidak ingin orang lain mendengar suara wanitanya. Membuka seluruh pakaiannya tanpa tersisa dimana saat dirinya melangkah pemandangan pertama kali adalah mereka
Perkataan Tania terngiang dalam otak Wijaya bahkan saat dirinya berada didalam kamar mandi terasa bagaimana penisnya berada didalam rahim Tania, seketika dirinya membayangkan wajah anak – anak mereka. Tania sosok yang bisa membuat Wijaya menjadi gila seperti saat ini, penisnya tegang hanya dengan memikirkan wanita satu ini dimana hal yang tidak pernah dirinya alami selama ini bersama Vita. Sudah berjam – jam dirinya berada dibawah shower untuk menenangkan penisnya yang tidak segera tidur dan sepertinya bisa melakukan berjam – jam jika bersama Tania, dirinya seakan tidak ingin melepaskan penisnya dari dalam. Wijaya segera meminta Vian untuk mencari cara bagaimana Tania bisa diajak kembali, Vian mengatakan jika Galih meminta bayaran lebih untuk kali ini agar bisa bersama Tania. Wijaya menyetujui semua tapi setelah ini akan membuka semua apa yang Galih lakukan termasuk suami Tania tersebut, Wijaya ingin memiliki wanita tersebut secara utuh dimana menjadikan istri yang berarti a
Wijaya seakan baru pertama kali terlahir saat merasakan bagaimana nikmatnya bercinta dengan orang yang dicintainya, dahulu dirinya berpikir hanya ingin mencoba atau penasaran dengan wanita yang dalam pelukannya. Berapa lama mereka melakukannya bukan membuat dirinya lelah tapi semakin bersemangat merasakan penisnya didalam sedang dipijat oleh vagina wanita ini, bahkan melepaskan penyatuan mereka seakan tidak bisa sama sekali. Beranjak dari ranjang mengambil ponselnya menatap nama yang tertera di layar dimana beberapa pesan dan panggilan masuk membuat Wijaya tersenyum simpul, pengajuan cerai antara Tania dengan Yudi akan berjalan tidak lama lagi. Setelah membalas semuanya tatapan Wijaya beralih pada miliknya yang tampak penuh dengan cairan mereka dimana tidak pernah dirinya dapatkan saat menikah dengan Vita selama ini, setidaknya mereka berdua perlu diberikan penghargaan karena bisa bertahan hingga maut memisahkan. Pandangan matanya mengarah pada ranjang dimana tubuh T
Tidak ada waktu untuk menjelaskan lebih detail pada Tania, waktu mereka untuk melihat orang tua Tania lebih penting dibandingkan membahas mengenai perpisahannya dengan Galih. Wijaya mengikuti Tania dengan langkah cepatnya yang langsung ditahan dan memberikan gelengan kepala kecil.“Jangan lari bagaimanapun juga keselamatan kamu sangat penting.” Wijaya menatap Tania lembut yang hanya diangguki pelan “Aku akan menunggu kamu diluar.”Tania menggelengkan kepalanya “Jangan lebih baik kamu pulang.”Wijaya hanya bisa menunggu Tania di pintu luar sambil menghubungi Muklis untuk mengurus masalah perceraian Tania dengan Yudi, Bima dan Vian untuk mengurus Galih sedangkan Devan mengurus perusahaan yang ditinggalkannya selama menemani Tania.“Kenapa sudah keluar?” tanya Wijaya ketika Tania keluar dari ruang rawat ayahnya.“Kamu masih ada disini?” tanya Tania saat melihat Wijaya menyapa dirinya.
Menatap pintu yang ada dihadapannya saat ini dengan ketakutan tersendiri, belum pernah dalam hidupnya melamar wanita. Menikah dengan Vita karena perjodohan dan Helena tidak lain godaan terbesar yang dilakukannya, setelah itu dirinya mencoba untuk tidak tergoda pada wanita dan setia dengan Vita. Saat ini pintu dihadapan seakan menjadi ketakutan terbesarnya, berhadapan dengan orang tua dari wanita yang dicintainya.TOK TOK“Masuk.”Membuka pintu perlahan sebelum akhirnya menampakkan diri membuat kedua pasang suami istri yang usianya tidak jauh berbeda dengannya menatap bingung, maju perlahan mendekati mereka berdua yang disambut sang wanita dengan mendekati Wijaya.“Cari siapa?” tanya wanita itu bingung.“Ini buat ibu dan bapak dari saya Wijaya Hadinata.” Wijaya memberikan bingkisan buah yang diterima sang wanita dengan tatapan bingung.“Wijaya Hadinata? Pemilik H&D Group?” tanya
“Dalam...lebih keras.” Suara erangan Tania membuat Wijaya semakin dalam dan kasar memasukkan adiknya kedalam rumah, tangan Wijaya tidak tinggal diam dengan meremas bukit kembar milik Tania yang membuatnya semakin semangat bermain didalam sana. Kehamilan Tania kedua ini membuatnya semakin menggairahkan dan Wijaya meminta mereka tidak menggunakan pakaian saat berada didalam kamar. “Aku mau keluar.” Tania membuka suaranya membuat Wijaya bergerak semakin cepat dan kasar sampai akhirnya mereka mencapai klimaks secara bersamaan. Wijaya semakin mendorong adiknya kedalam dengan beberapa kali cairannya keluar dalam jumlah yang banyak, membiarkan sesaat didalam sebelum akhirnya melepaskan penyatuan mereka. Tania mengambil posisi berjongkok membersihkan adik kecilnya dari cairan mereka berdua, tangannya hanya meremas rambut Tania perlahan sebelum akhirnya adik kecilnya benar-benar bersih. “Bagaimana kabar dia?” tanya Wijaya membelai perut Tania pelan. “S
Kabar yang mereka dapatkan membuat semua langsung menuju rumah sakit, perasaan tidak tenangnya benar-benar terbukti. Tania hanya bisa memeluk dan menepuk punggung Wijaya agar bisa tenang, tapi tidak berlangsung lama saat mendengar hal yang membuat Wijaya jatuh.“Aku malu sama Regan dan Mira nggak bisa menjaga putrinya dengan baik.” Wijaya menangis dipelukan Tania.Wijaya harus benar-benar kuat, Devan sendiri benar-benar tidak bisa menahan dirinya. Wijaya tahu apa yang Devan rasakan saat ini, hanya saja harus terlihat kuat depan mereka semua. Memasuki ruangan Via yang selalu menangis merasa bersalah dengan apa yang terjadi, Bima sendiri berada disamping Via tidak berhenti menenangkannya.“Mili sudah masuk penjara.” Nanda memberikan informasi yang hanya diangguki Wijaya “Pasalnya percobaan pembunuhan, hanya saja mereka menggunakan gangguan kejiwaan Mili dan kemungkinan akan dibebaskan.”“Bagaimana bisa?” Wijay
“Perasaanku semakin tidak tenang sama sekali.” Wijaya bergerak bolak balik membuat Tania dan Tari memutar bola matanya malas.“Mereka baik-baik saja, Pa.” Tari menenangkan Wijaya entah sudah ke berapa kali.“Mereka jadi balik?” tanya Wijaya kesekian kalinya yang diangguki Tania dan Tari kembali.“Nanda dan yang lain pasti menjaga Via.” Tania menenangkan perasaan Wijaya.“Aku mungkin terlalu berlebihan.”Wijaya menyandarkan dirinya di sofa dengan Tania yang berada disampingnya dan Tari dihadapannya yang masih sibuk dengan laptopnya. Wijaya tahu bahkan sangat tahu jika perasaannya tidak pernah salah, wanita seperti Mili akan bisa melakukan segala macam cara licik untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.Pengawal yang diminta menjaga keluarganya atau mereka yang menyelidiki Mili tidak memberikan informasi apapun dan itu semua membuat Wijaya semakin merasa tidak tenang. Tep
Menghabiskan waktu di Bali semakin membuat perasaan tidak menentu sama sekali, permasalahan Via belum selesai sama sekali membuat pikirannya menjadi tidak tenang. Ditambah kehamilan Tina yang berada jauh disana juga menjadi beban pikiran Wijaya, Tania berkali-kali mengatakan jika semuanya baik-baik saja tetap tidak membuat semua menjadi tenang.“Mereka ada di Singapore jadi tenang saja, Nanda juga mengecek semuanya. Mili nggak mungkin berbuat aneh-aneh sama Tina, dendam Mili hanya pada Via.” Tania mengatakan itu berulang kali.“Keputusanku tidak salah, kan?” Wijaya menatap Tania meminta persetujuan yang diangguki pelan “Aku meminta mereka mengurus Singapore, Vian sendiri sudah harus memperbaiki yang ada disini.”“Kamu mau memikirkan mereka atau menikmati malam indah kita?” Tania membelai wajah Wijaya pelan dengan mencium bibirnya penuh gairah.Sentuhan Tania membuat Wijaya tidak bisa menahan diri dengan mena
“Kenapa?” tanya Tania saat duduk disamping Wijaya setelah meletakkan minuman “Ada yang mengganggu pikiran kamu?”Wijaya tersenyum dengan menggelengkan kepala, menarik Tania agar duduk dipangkuannya tidak lupa membelai perutnya yang mulai membesar. Wijaya tidak pernah melakukan hal kecil seperti ini pada Vita sebelumnya dan tentu saja Helena, hanya Tania yang mendapatkan perlakuan special dari dirinya.“Memang memikirkan apa? Masalah Via?” Tania membelai wajah Wijaya perlahan yang hanya dijawab dengan gelengan kepala “Lalu?”“Kalau aku meninggal terlebih dahulu apa kamu akan menikah?” pertanyaan Wijaya membuat Tania mengerutkan keningnya “Aku cuman nggak mau kamu kesepian jadinya aku tanya hal ini.”Tania mengangkat bahu “Satu hal yang pasti kalau kamu meninggal terlebih dahulu jangan lupa wariskan semua harta kamu ke aku dan anak-anak kita bukan anak-anak kamu sama Vita.”
Melihat Tania marah adalah hal yang membuat Wijaya pusing, Tania bisa mendiamkannya selama berhati-hati, tidak tahu akan melakukan apa karena apapun yang dilakukannya tidak akan berdampak apapun.“Coba papa ingat-ingat melakukan kesalahan apa.” Tari berkata dengan santai.“Kalian tadi liatin papa itu kenapa sih?” tanya Wijaya penasaran membuat Tari mengangkat bahu.“Pa, sebenarnya kenapa papa bisa bertahan sama mama kalau nggak saling cinta?” Tari mencoba bertanya hal lain agar tidak perlu memikirkan masalah Tania saat ini.“Kalian yang buat kita bertahan.” Wijaya menatap Tari lembut “Kami dulu berjanji satu sama lain, meskipun kita menikah karena dijodohkan tapi kami ingin pernikahan yang normal pada umumnya.”“Papa bahagia sama mama?” tanya Tari penuh selidik.Wijaya tersenyum “Mama kamu adalah teman dan partner yang terbaik pernah ada.”“Papa
Bali adalah tempat untuk menenangkan diri yang terbaik, mengajak semua keluarga ke Bali setelah permasalahan yang dialami Bima dan Via. Kehamilan Tania sendiri berkembang dengan cepat membuat Wijaya harus ekstra hati-hati dalam mengambil keputusan, banyak hal yang menjadi pertimbangannya.“Kamu kapan lulus sih?” Wijaya menatap malas pada Tari.“Sidang aja belum bicara lulus.” Tari menjawab santai dengan mata tetap fokus pada laptop “Kita sampai kapan disini?”“Belum tahu, secara masih banyak yang harus diselesaikan.” Wijaya menjawab santai.“Papa juga kenapa kasih ijin Mbak Via nikah sama Mas Bima, Mas Rifat calon yang ok dibandingkan Mas Bima.” Tari mengalihkan pandangan kearah Wijaya yang menghembuskan nafas panjang.“Kamu tahu kan kalau papa sama mama nggak saling cinta, jadi papa nggak mau kakak kamu atau kamu mengalami hal yang sama kaya kita.” Wijaya menjelaskan pelan mem
“Jangan terlalu keras sama Via.” Tania membelai wajah Wijaya setelah melepaskan penyatuan mereka “Via sendiri belum berpengalaman.”“Andaikan dia menikah sama Rifat pasti semuanya nggak akan begini.” Wijaya mengusap wajah dengan kedua tangannya “Kurang apa sih memang Rifat?”“Cinta, Via nggak cinta sama Rifat.” Tania menjawab santai “Kamu mau mereka hidup tanpa cinta? Seperti kamu sama Vita dulu, lalu Via tetap melakukannya sama Bima.”Wijaya membenarkan perkataan Tania mengenai hal itu, tidak mungkin dirinya membuat sang anak hidup tanpa cinta. Wijaya tidak mau anak-anaknya merasakan apa yang dia rasakan, pengalaman dirinya dengan Vita adalah guru paling berharga.“Devan dan Tina saling cinta?” tanya Tania tiba-tiba yang membuat Wijaya bingung “Aku ngerasa mereka kaya saudara bukan pasangan suami istri, tapi pandanganku aja jadi jangan diambil hati.”Pe
“Kalian harus pergi dari rumah ini.” Muklis berkata dengan wajah seriusnya “Mili tidak terima mereka menikah.”Wijaya hanya diam memandang semua yang ada di ruangan, putrinya Via tampak frustasi dengan Tania dan Tina yang berada disampingnya. Mencoba untuk bersikap tenang dengan memandang Bima yang seakan tidak terpengaruh sama sekali dengan kata-kata yang Muklis katakan.“Kamu sudah menebak semua ini terjadi?” tembak Wijaya membuat suasana sunyi menatap kearah Wijaya dan Bima bergantian.Bima menghembuskan nafas kasar “Sedikitnya sudah, maaf tidak memberitahukan semuanya.”“Lalu apa rencana kamu?” Wijaya bertanya dengan menatap dalam pada Bima yang terdiam “Kalau menikah sama Via nggak ada rencana buat mengatasi ini buat apa?”“MAS! Kamu bisa nggak usah pakai emosi? Kasihan Via juga kalau begini dan seharusnya ini semua tugas kita bagaimanapun kita saudara yang harus sal