Share

BAB 4

Author: Selfie Hurtness
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Si Joni kemarin istrinya lahiran loh, Yud!"

Yudha sontak lemas. Benar, kan? Di hari kedua ibunya di sini, pasti itu yang bakalan dia bahas! Sudah Yudha tebak! 

"Ya baguslah, Bu. Nambah personil, nambah rejeki." Begitu, kan, kata orang tua zaman dulu? Semboyan yang membuat satu KK sampai punya belasan anggota keluarga, banyak anak banyak rejeki! 

"Ya makanya itu ... Kamu kapan nikah, Yud?"

Skakmat! 

Kepala Yudha langsung berputar, rasanya ia ingin melesat masuk ke dalam kamar, tapi meninggalkan ibunya seorang diri di depan TV seperti ini? Itu mencari ribut namanya! 

"Nanti lah, kerjaan Yudha lagi padet, Bu." Jawab Yudha berharap ibunya tidak lagi membahas hal itu. Namun agaknya Yudha salah, karena sedetik kemudian, Ningsih langsung membelalak dan nampak tidak kesal dengan jawaban yang keluar dari mulut sang anak. 

"Nanti terus! Dari kamu lulus jadi dokter sampai sekarang sudah spesialis tiap ditanya kapan nikah jawabannya nanti terus, apa nggak ada jawaban lain?

'Ya Salam!'

"Kamu itu udah berumur, mau sampai kapan sih melajang terus begini? Masa iya ribuan wanita diluar sana nolak kamu semua? Jangan terlalu pilih-pilih lah, Yud! Keburu tambah tua!"

'Astaga, sabar!'

"Temen-temenmu coba dilihat, sudah pada punya anak semua dan kamu? Astaga Yud! Ibu sampai pusing mikirin kamu!" Suara Ningsih masih melengking, membuat Yudha rasanya ingin menyumpalkan handsfree ke telinga. Namun ia urungkan, takut disumpahin budek, bisa budek beneran Yudha nanti. 

"Bu, tidak perlu pusing-pusing mikirin Yudha, Yudha baik-baik saja, kok." Yudha terus mencoba bersabar, astaga kenapa sih selalu begini? 

"Gimana Ibu nggak pusing, Yud? Lihat umur kamu sudah berapa? Sebelum Ibu mati, Ibu pengen Yud, lihat kamu nikah, punya anak, gendong cucu dari kamu!"

Yudha sontak menepuk gemas jidatnya, "Jangan ngomong begitu ah, Bu! Ibu sehat, Ibu bakalan panjang umur!"

"Gimana Ibu mau panjang umur kalau Ibu stress mikirin kamu terus?"

Ahh... Yudha hanya bisa mendesah panjang. Memang susah tinggal di benua Asia, khususnya di negara +62 ini. Kalau di benua barat, hal ini termasuk privasi yang tidak boleh sembarangan diganggu gugat, berbeda dengan negara ini. Umur tua belum nikah, eh jadi omongan, nikah muda karena hamil duluan juga jadi omongan. Heran deh, orang-orang di negara ini mungkin kurang pekerjaan hingga menjadikan aktivitas suka ngulik kehidupan pribadi orang lain dijadikan pekerjaan. 

"Nanti deh, Yudha cari calon dulu." Jawab Yudha akhirnya. 

"Nah, gitu dong!" Tukas Ningsih kemudian. "Cari isteri jangan cuma cantik wajah doang, Yud. Attitude-nya harus baik."

Nah ... Yudha salah bicara agaknya! Setelah ini Yudha sudah menebak bahwa sang ibu akan berceloteh panjang lebar tentang kriteria calon istri yang baik seperti apa, yang tepat untuk Yudha seperti apa.

Yudha melirik kotak P3K yang menempel di tembok, rasanya setelah ini Yudha harus menenggak paracetamol agar dia bisa tidur, karena sejak tadi obrolan dimulai, kepalanya sudah begitu sakit. 

***

"Dokter!" 

Yudha yang baru saja turun dari mobil sontak menoleh, nampak gadis dengan celana bahan hitam dan kemeja dusty pink itu berlari-lari kecil ke arahnya, membuat Yudha tersenyum sinis dan mendadak muncul sebuah ide jahat di kepalanya. 

"Ya, kenapa?" Tanya Yudha sambil memasang wajah datar. 

Ngos-ngos. 

Terdengar jelas gadis itu terenggah, membuat Yudha makin bernafsu mengerjai mahasiswi menyebalkan macam Karina Destinna Pertiwi ini. 

"I-ni ... Tu-tugas saya, Dokter!" Tampak gadis itu terenggah-enggah, tangannya menyodorkan makalah bersampul mika biru itu pada Yudha. 

Yudha meraih makalah itu, membuka dan menatapnya sesaat, tidak dia baca memang. Hanya formalitas saja. Ia lantas menutup makalah itu, lalu mengembalikan benda itu pada sang pemilik. 

"Telat. Kemarin, kan, hari terakhir ngumpulinnya."

Mata itu sontak membuat, menatap Yudha dengan tatapan kesal. Rasanya Yudha ingin berteriak. Tidak dosa, kan, mengerjai mahasiswi model Karina begini? Udah badung, tukang ngeyel, ngeselin lagi! Mana kadang lemotnya setengah mati. Heran Yudha, dulu dia bisa lolos masuk kedokteran caranya bagaimana? 

"Loh ... tapi, kan, kemarin saya udah ngumpulin, Dok. Ini revisinya."

Sudah Yudha duga, sosok itu tidak akan gentar protes, membuat Yudha mengacungi jempol untuk keberanian Karina melawannya. 

"Makalah yang dikembalikan itu artinya ditolak, Rin. Dan itu artinya lagi bahwa makalah kamu tidak tercatat dikumpulkan di hari kemarin." Yudha masih sangat menikmati wajah cemberut itu, kenapa diam-diam gadis ini menggemaskan sekali? 

"Nggak bisa begitu dong, Dok! Itu peraturan dari mana?" Suara itu melengking, membuat Yudha rasanya ingin membungkam mulut itu seketika. 

"Peraturan saya lah! Kan kelas saya, jadi saya yang buat peraturan dan setiap mahasiswa yang ikut di jam kuliah saya, harus wajib patuh pada peraturan saya! Mengerti?"

"Loh tapikan--."

"Nggak ada tapi! Itu sudah fix!" Yudha mengacak rambut gadis itu, tersenyum jahil lantas membalikkan badan.

Dia tidak peduli bagaimana wajah itu tampak begitu kesal kepadanya, yang jelas dia sudah puas menunjukkan kuasanya di hadapan gadis itu. 

Apa yang akan gadis itu lakukan? Melapor pada dekan lagi seperti kemarin? Ah sebodoh amat, akan Yudha tunggu perlawanan apa lagi yang hendak dia lakukan. 

Yudha menghentikan langkahnya, membalikkan badan sejenak guna melihat apa yang hendak dilakukan gadis itu. Nampak gadis itu tengah menginjak-injak makalahnya sendiri di tanah. Membuat tawa Yudha sontak pecah. 

"Karin-Karin ... enak, kan, berurusan sama saya?"

***

"Dokter Yudha!!!!!"

Karina menghempaskan makalah yang sudah tidak berbentuk itu ke lantai, napasnya naik turun. Wajahnya memerah dengan bekas air mata yang masih nampak mengambang di mata bulat itu. 

Heni yang duduk di sebelahnya tahu betul kenapa sahabatnya itu selalu berurusan dengan salah satu dosen favorit di kampus mereka.

Ya ... Protes Karin hingga berani menghadap dan melapor ke dekan perihal hukuman dokter Yudha untuk mahasiwa yang telat di jam kuliahnya mengantarkan Karina selalu berurusan dengan sosok itu. 

"Sabar lah, jangan emosi begitu." Heni tersenyum kecut, memang dia bisa bantu apa? Malah-malah nanti Heni lagi yang kena batunya. 

"Gimana mau sabar? Dia udah bener-bener nggak adil sama aku, Hen!" Mata Karin kembali basah, sungguh ia benci sekali dengan laki-laki itu! 

"Pantes sampai umur setua itu masih jomblo, mana ada yang mau sama laki-laki ngeselin macam dia!" Gerutu Karin lagi sambil menitikkan air mata. 

"Hus!" Heni kontan menepuk punggung Karina dengan gemas. "Kamu itu, kalau beliaunya denger bisa gawat, Rin!" Heni melirik sekitar, ia bersyukur sosok itu tidak dijumpai oleh kedua matanya. 

"Biarin sekalian!" Kembali Karina berteriak, sampai Heni refleks membekap mulut Karina. 

"Lihat aja, pokoknya aku doakan dia besok dapat istri yang bawel, ngeyel dan ngeselin kayak aku gini! Biar hipertensi terus kena stroke!"

"Hus!" Kembali Heni menggebuk punggung Karina dengan gemas, "Orang kalau ngomong suka sembarangan!"

"Biarin ... Biarin ... Biarin!" Karina menghentakkan kakinya ke tanah, tampak dia sangat kesal sekali. "Pokoknya aku benci-benci-benci sama dokter Yudha! Benciiiiii!!!"

Comments (9)
goodnovel comment avatar
KokoSan
lumayannanaa
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
ceritanya beda lanjut
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
sumpah serapah Karin lgsung menembus langit..dan d jabah Allah...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Annoying Marriage   BAB 5

    "Mimpi apa sih aku semalam, Hen?" Desah Karina sambil menyusut air mata.Heni menghela nafas panjang, ia menyodorkan tissu pada Karina. "Sudahlah, kamu sepuluh menit lagi sidang dan malah nangis sesegukan kayak gini? Kan file presentasi kamu udah ketemu, Rin."Karina menghentakkan kakinya ke lantai, tampak terlihat dia begitu frustasi."Ketemu sih, cuma aku bayarnya harus pakai masa depan, Hen!" Kembali Karina terisak, sungguh simalakama sekali. Tidak ketemu flashdisk itu sama saja dia harus menunda wisuda S1-nya, dan sekarang ketemu, dia harus menukarnya dengan masa depan cemerlang yang sudah Karina rancang sejak lama, tidak adakah pilihan lain?"Kamu sih!" Heni menggebuk punggung Karina dengan gemas, "Siapa suruh asal njeplak ngomong tadi? Pakai bawa-bawa nama Tuhan lagi, rasain sekarang!"Tangis Karina makin kencang, membuat Heni kembali menggebuk punggung itu dengan kesal."Aku lagi kena sial kenapa kamu malah nyalahin

    Last Updated : 2024-10-29
  • Annoying Marriage   BAB 6

    Karina menatap gelisah pintu ruangan itu. Beberapa mahasiswa menatapnya sambil berbisik-bisik. Tentu tanpa perlu mendengarkan apa yang tengah mereka bisikkan, Karina sudah tahu mereka tengah membicarakan dirinya perihal nasib sial yang harus dia terima akibat sembarangan mengucap sumpah beberapa jam yang lalu.Ia sudah selesai sidang skripsi, dan sesuai yang sudah tadi sosok itu bicarakan, Karina hendak membicarakan hal itu. Membicarakan sumpahnya, ah tidak ... Lebih tepatnya hendak memohon sosok itu agar tidak menganggap semua tadi serius.Karina hendak melangkah masuk ketika suara langkah kaki itu memaksanya menoleh. Sosok itu -dokter Yudha- tampak melangkah dengan penuh percaya diri dan begitu gagah. Membuat Karina tertegun sesaat karena baru menyadari bahwa sosok itu luar biasa mempesona."Cari saya?" Tanya sosok itu sambil tersenyum.'Iya lah cari kamu, memang siapa lagi?' Karina mengumpat dalam hati, hanya berani di dalam

    Last Updated : 2024-10-29
  • Annoying Marriage   BAB 7

    "Bismillah dulu sebelum buka amplopnya."Pandangan Karina yang semula tertuju pada amplop di tangannya sontak beralih pada sosok berjilbab itu. Dokter Rasya tersenyum begitu manis, membuat jantung Karina makin kencang berdegub. Di dalam amplop itu ada secarik kertas yang menentukan hidupnya setelah ini. Ah ... maksudnya menentukan nasib perjalanan pre-kliniknya yang sudah tiga setengah tahun dia lalui."Bismillah, ya Allah," desis Karina lirih lalu membuka amplop itu.Ia mengambil kertas yang terlipat di dalamnya, membukanya perlahan-lahan dengan jantung yang berdisko ria. Harus lulus! Kalau tidak bisa habis Karina nanti. Mana dia harus izin nikah lagi, ah! Kenapa malah mikirin nikah sih? Karina memaki dirinya sendiri, semoga...Karina tertegun, surat itu sudah dia buka dan tak selang lama terdengar suara teriakan riuh teman-teman yang berjuang sidang bersamanya hari ini. Karina LULUS! Dia sudah lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Kedokt

    Last Updated : 2024-10-29
  • Annoying Marriage   BAB 8

    Yudha meletakkan ponselnya, sedetik kemudian senyum Yudha merekah sempurna. Wajah cantik yang nampak manyun tadi kembali terngiang di dalam benak Yudha. Dia harus menekan sosok itu agar membujuk sang ayah merestui lamaran Yudha. Kalau tidak, bisa dipastikan lamaran Yudha bakal ditolak mengingat Karina masih cukup belia dan baru saja lulus S1 kedokteran. Dan jangan lupa, usia Karina dan Yudha terpaut cukup jauh! Tiga belas tahun! Dan kalau lamaran Yudha ditolak, tahu kan apa yang akan terjadi pada Yudha ini? Dia akan dipaksa sang ibu menikahi Tere! Dan Yudha tidak mau itu terjadi. "Mau tidak mau, kita harus menikah, Rin! Dan kamu harus pastikan papamu setuju!" desis Yudha lirih. Dan malam nanti, dia harus bicara banyak hal pada Karina. Sebelum nanti Yudha datang ke rumah gadis itu dan memintanya langsung kepada sang ayah. Perlu dicatat, Yudha tidak mau pulang dengan tangan kosong dari sana. Tidak! Dia harus bawa Karina ikut pulang bersamanya, menjadi istrinya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Annoying Marriage   BAB 9

    "Dokter mau ngajar?" komentar Karina asal ketika sudah masuk ke dalam Pajero Dakar berwarna putih itu. Pasalnya penampilan Yudha begitu rapi malam ini, seperti ketika sedang mengajar di kelas.Celana bahan dan kemeja itu terus terang menampilkan kharisma yang begitu kuat, hanya saja di mata Karina, penampilan Yudha bapak-bapak sekali! Ah! Agaknya Karina lupa bahwa dia dan laki-laki ini beda generasi.Tampak sosok itu mendengus kesal, menoleh ke arahnya dan langsung mengomel."Ngajar katamu! Memang saya nggak boleh istirahat apa?" gerutunya dengan bibir manyun. "Saya mau ajak kamu makan malam, sekalian mau bahas masa depan."Karina tertegun sejenak, bahas masa depan? Bahas masa depan yang seperti apa? Kenapa dosen jutek dan menyebalkan ini jadi begitu bernafsu ingin menikahi dirinya? Jangan-jangan ..."Rin, tolong pakai sabuk pengamanmu!" titah Yudha membuyarkan lamunan Karina.Karina sontak nyengir, menarik seat

    Last Updated : 2024-10-29
  • Annoying Marriage   BAB 10

    "Butuh yang bagaimana, Dok?"Tentu Karina terperanjat mendengar alasan Yudha ketika Karina tanya kenapa dia begitu bernafsu hendak menikahi dirinya."Saya butuh kamu untuk saya nikahi, untuk menyelamatkan masa depan saya, Rin."Kembali Karina terperanjat, dia syok dan terkejut luar biasa dengan kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut laki-laki itu. Ini maksudnya gimana?"Pardon?" alis Karina berkerut, laki-laki ini benar-benar lain!Yudha nampak menghela napas panjang, sementara Karina masih menatap sosok itu dengan saksama. Sebenarnya ada apa sih? Kenapa jadi Karina dihubungkan dengan misi penyelamatan masa depan sosok dokter bedah umum itu? Memang ada apa dengan masa depan laki-laki jutek dan menyebalkan macam Yudha?"Jadi begini," Yudha menatap lurus ke dalam manik mata Karina, "Kamu tahu, kan, umur saya ini berapa?" tanya Yudha serius."Lah mana saya tahu, Dok? Memang umur Dokter berapa?" jawab Karina balik b

    Last Updated : 2024-10-29
  • Annoying Marriage   BAB 11

    Yudha menepikan mobilnya, menghentikan mobil itu di trotoar yang cukup sepi dan agak gelap. Membuat Karina sontak merinding dan sedikit ketakutan."Dok, mau ngapain?" kontan Karina panik, mau apa lagi sih dosen absurb-nya ini? Kenapa juga dia tidak ada panggilan cito mendadak? Jadi Karina tidak bisa kabur melarikan diri."Membicarakan jalan keluar untuk masalah kita." Yudha menoleh, menatap Karina yang memucat itu dengan tatapan serius.Karina menelan ludahnya dengan susah payah, jalan keluar yang seperti apa sih? Memang dokter menyebalkan satu itu punya rencana gila apa lagi selain tiba-tiba mengajaknya menikah?"Ja-jadi jalan keluar yang seperti apa, Dok? Dokter hendak membatalkan rencana kita menikah?" tentu itu harapan Karina, bukan? Namun sepertinya tidak semudah itu.Yudha mengayunkan tangannya, mencubit pipi Karina sampai gadis itu terkejut dan berteriak kesakitan."A-aduh ... aduh! Sakit, Dok!" teriak Ka

    Last Updated : 2024-10-29
  • Annoying Marriage   BAB 12

    Yudha memasukkan mobilnya ke dalam garasi, setelah mematikan mesin mobil dan melepas seat belt, ia bergegas turun dan melangkah masuk ke dalam. Ia baru hendak membuka pintu ketika pintu itu sudah terhempas terbuka."Gimana, Yud?"Yudha menghela nafas panjang, sebegitu inginnya sang ibu melihatnya menikah? Bahkan sampai rela menunggu Yudha pulang selarut ini?"Apanya yang bagaimana, Bu?" tanya Yudha mencoba membelokkan arah pembicaraan.Sontak tangan Ningsih terayun, mengebuk gemas pantat Yudha sampai laki-laki tinggi tegap itu melonjak kaget."Aduh ... sakit, Bu!"Yudha menatap gemas ke arah sang ibu, sungguh memalukan sekali! Untung sejawat dosen dan dokter serta mahasiswanya tidak ada yang melihat, kalau ada yang melihat? Bisa hancur reputasi Yudha dalam sekejap."Makanya, jangan suka bercandain orang tua!"Yudha menghela nafas panjang, "Yudha bercanda yang bagaimana sih, Bu? Baru aja pulang loh

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Annoying Marriage   BONUS

    Yudha tersenyum melihat pemandangan di depannya itu. Kalau saja tidak ada ibu dan mertuanya di sini, mungkin Yudha sudah sesegukan menangis. Bagaimana tidak? Yudha tidak pernah berpikir kalau kemudian dia bisa sampai pada tahap ini, tahap di mana dia akhirnya bisa menyandang dua gelar yang dulu sama sekali tidak pernah terlintas dalam benaknya.Jadi suami dan seorang ayah!Ternyata rasanya sebahagia ini! Begitu bahagia sampai-sampai Yudha tidak bisa mengungkapkan kebahagiaannya dengan kata-kata.Yudha melangkah mendekat, menatap dengan saksama bagaimana manisnya Arjuna yang tengah menyusu pada ibunya."Hai, Jun ... ketahuilah, yang kau nikmati itu dulu jatah ayahmu." bisik Yudha yang langsung dapat sebuah tabokan dari Karina.Yudha terkekeh, dikecupnya puncak kepala Juna dengan penuh kasih sayang. Lalu tidak lupa puncak kepala Karina. Yudha mencintai dan mengasihi keduanya, bukan hanya salah satu saja."Kapan boleh pulang, Mas?" tanya Karina setelah Yudha duduk di kursi yang ada di sam

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 8

    "Ini bagus!" Brian menunjuk setelan piyama lengan panjang merek ternama dengan warna biru dan motif roket yang ada di tangan Heni. Mereka berdua tengah sibuk memilih perintilan perbayian untuk isi parcel hadiah lahiran dari Heni untuk Karina. Operasi berjalan lancar. Bayi laki-laki dengan BBL 3700 gram itu lahir tanpa kurang suatu apapun. Sehat, lengkap, normal dan lahir dengan penuh cinta. Karina sudah mengirimkan foto Arjuna Putra Yudhistira, nama anak Karina yang menurut Heni sedikit rancu dan bisa mengacaukan cerita pewayangan. Bagaimana tidak? Dalam kisah pewayangan, bapak dari Arjuna itu Prabu Pandudewanata! Bukan Yudhistira! Yudhistira itu saudara laki-laki Arjuna, bukan bapaknya! Tapi mau protes pun sia-sia. Sudah Heni lancarkan protes itu dan kau tahu apa jawaban Karina? "Ya itu kan Arjuna di cerita wayang, ini Arjuna versi aku sama Mas Yudha. Jadi ya jangan di samakan!"Begitulah pembelaan dari Dewi Karina, ibu dari Arjuna versinya sendiri dan Prabu Yudha Anggara Yudhist

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 7

    Yudha berlari dengan sedikit tergesa begitu selesai menerima telepon dari Anwar. Kebetulan sekali, jadwal operasinya mundur terdesak cito operasi pasien kecelakaan yang langsung ditangani oleh spesialis bedah saraf. Jadi tanpa membuang banyak waktu Yudha segera meluncur ke VK, tempat di mana istrinya sekarang berada. Keringat sebesar biji jagung sudah membasahi wajah Yudha. Ia begitu panik dan khawatir. Bukan apa-apa, hanya saja pemeriksaan yang terakhir sedikit mengkhawatirkan. Posisi kepala janin memang sudah di bawah, yang jadi masalah tentu adalah kepala janin yang tidak mau turun ke panggul! Padahal, saat mendekati HPL harusnya posisi kepala janin sudah dibawah dan masuk ke panggul. Tapi tidak dengan jagoan Yudha. Hal yang membuat jantung Yudha takikardia karena kalau sampai kontraksi dan lain-lain lantas tidak bisa membuat kepala janin masuk panggul, tentu sudah tahu opsi apa yang harus Karina ambil, bukan? "Gimana, War?" Tanya Yudha begitu sampai di VK. Napasnya terengah-eng

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 6

    "Udah sering konpal, Rin?"Heni melirik Karina yang duduk di kursi, ia trenyuh melihat perut membukit Karina yang terkadang menjadi alasan Karina sedikit kesusahan bergerak. "Dikit, kenapa?" Karina menoleh, nampak tersenyum simpul menatap Heni yang memperhatikan dirinya dari tempat Heni duduk. "Gimana rasanya, Rin? Aku lihat kayaknya kamu bahagia banget gitu." Heni menopang dagu, masih memperhatikan Karina yang sibuk mengelus perut membukitnya.Karina menatap Heni, senyumnya merekah ikut menopang dagu dan membalas tatapan kepo Heni yang tersorot sejak tadi. "Mau tau? Yakin?" Goda Karina sambil menaikkan kedua alis. Heni mencebik, ia mengangkat wajahnya, menegakkan kepala sambil mengerucutkan bibir. Ia tahu kemana arah bicara Karina, tahu apa yang akan dikatakan Karina perihal jawaban dari pertanyaan yang tadi ia lontarkan kepada Karina. "Nggak jadi kepo deh!" Heni melipat dua tangannya di dada. Pandangannya lurus ke depan, menatap pintu IGD yang tertutup dan sama sekali tidak ter

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 5

    "Nah kelihatan sekarang, Yud!" Teriak Anwar yang hampir membuat Yudha melonjak. Yudha menyipitkan mata, menatap layar monitor guna melihat apa yang terpampang di sana. Sedetik kemudian senyum Yudha melebar, nampak matanya berbinar bahagia. "Jangan kau ajari baku hantam, Yud! Cukup bapaknya yang bar-bar, anaknya jangan!" Gumam Anwar sambil melirik Yudha yang masih tersenyum lebar. "Iya tuh, Dok! Takut saya diajarin macam-macam sama bapaknya nanti!" Gumam Karina yang nampak speechless dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya kelihatan juga! Setelah beberapa kali Yudha junior itu enggan menunjukkan bagian paling sensitif miliknya, kini terlihat begitu jelas di layar monitor! Laki-laki! Anak mereka laki-laki! Sesuai dengan harapan Yudha yang ingin anak pertama lelaki. Supaya bisa membantu Yudha menjaga adik perempuan dia nantinya!"Yang jelas nggak bakalan diajarin main cewek, Rin. Aku jamin itu! Bapaknya aja kuper, nggak jago deketin cewek!" Ledek Anwar yang spontan membuat Yudha meliri

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 4

    Minggu ini rumah Yudha begitu sepi. Mbok Dar izin pulang kampung. Jadilah hanya Yudha dan Karina yang ada di rumah. Semoga di hari minggu ini mereka bisa lebih tenang. Tidak ada oncall atau cito atau apapun lah itu! Yudha tengah duduk santai bersandar di sofa lantai bawah ketika Karina muncul dan langsung duduk, melingkarkan kedua tangan ke tubuh Yudha dan memeluknya erat-erat. Yudha tersenyum, sudah tidak kaget lagi dia kalau Karina seperti ini. Bukankah istrinya ini memang manja? Terlebih ketika kemudian positif hamil. "Hari ini mau kemana? Pengen ngapain?" Tanya Yudha sambil mengelus-elus puncak kepala Karina. "Nggak pengen kemana-mana. Pengen kelon aja seharian." Jawabnya singkat dengan kepala bersandar di dada.Yudha terkekeh. Semenjak hamil, bisa Yudha rasakan kalau Karina begitu berbeda. Bahkan untuk urusan 'orang dewasa', Karina lebih on dari biasa. Padahal Yudha harus hati-hati betul agar anak mereka tidak kenapa-kenapa, eh malah ibunya yang terkadang terlalu 'liar' dan b

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 3

    Karina dengan melangkah dengan sedikit susah payah ketika sosok itu tiba-tiba muncul dan berdiri di hadapan Karina. Sejenak Karina tertegun, namun langkah Tasya yang mantab yang jelas mendekatinya membuat Karina segera sadar dari rasa terkejutnya. Menantikan apa yang hendak Tasya katakan atau sampaikan kepadanya. "Selamat pagi, Dok!" Sapa Karina begitu Tasya sudah berdiri tepat di hadapannya. "Jangan sekaku itu sama saya, Rin. Santai saja." Gumam Tasya sambil tersenyum. Kini Karina terkejut, pasti Tasya punya sesuatu hal yang penting sampai-sampai dia menemui Karina seperti ini. Tapi apa? Apakah ada hubungannya dengan suaminya? Atau malah dengan Dinda? "Rin ...." Panggil suara itu ketika Karina hanya membisu. "Iya, Dok?" Alis Karina berkerut, fix! Tasya ada perlu dengan dirinya kalau begini! "Saya tadi ketemu suami kamu, mau minta tolong tapi dia bilang saya harus ketemu dan ngomong langsung ke kamu, Rin." Ujarnya lirih. Mata Karina membelalak, Tasya menemui suaminya? Untuk apa

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 2

    "Yud!"Itu suara Andreas, Yudha menghela napas panjang. Kenapa lagi dokter anestesi itu? Suka banget sih menganggu Yudha? Heran! Yudha memperlambat langkahnya, nampak Andreas terengah-engah melangkah di sisinya. Yudha hanya melirik sekilas, apa lagi yang hendak dia bicarakan? Mengajak ghibah lagi? Atau apa? "Kenapa?" Tanya Yudha yang terus melangkahkan kaki. "Itu mantanmu si blackpink itu, dia mengundurkan diri, Yud!" Gumam Andreas dengan sangat serius. Alis Yudha terangkat. Benarkah? Tasya mengundurkan diri? Jadi dia sudah tidak lagi bekerja di rumah sakit ini? Alhamdulillah, kenapa rasanya hati Yudha begitu lega? Itu artinya dia tidak perlu was-was dan Karina bisa tenang di masa kehamilannya! "Oh ya? Serius? Aku seneng dengernya, And!" Desis Yudha dengan senyum lebar. "Ah kamu!" Andreas mencebik. "Nggak ada yang bening-bening lagi, Yud!" Desis Andreas lemas. Yudha terbahak, bening? Andreas tidak tahu saja bagaimana wujud Tasya dulu. Ketika dia dan Tasya masih sama-sama berjua

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 1

    Sebulan kemudian ... "Rin! Ayolah!" Yudha menarik tangan Karina, berharap sang istri yang masih terbaring di atas ranjang mau bangkit dan turun dari kasur. Karina melepaskan tangan Yudha, menggeleng dengan mantab tanpa berniat bangun dari posisi rebahan asyiknya hari itu. Yudha menghela napas panjang, ia menggeleng perlahan, sangat gemas setengah mati dengan istrinya ini. Perut Karina sudah mulai menyembul. Terlihat menggemaskan sekali di mata Yudha. Membuat Yudha rasanya ingin terus mengelus lembut perut itu kapanpun. Masalahnya cuma satu! Semenjak hamil, Karina jadi malas banget buat mandi! Dia selalu muntah parah tiap mencium aroma sabun. Semua merek dan jenis sabun sudah Yudha beli, hasilnya nihil! Bahkan sabun yang satu itu, sabun yang biasanya digunakan anak-anak untuk membersihkan cadaver juga Yudha belikan saking gemas bagaimana caranya supaya Karina mau mandi. Dan hasilnya, sama sekali tidak membuat Karina lantas mau membersihkan diri. "Sayang, mandi gih! Apa mau ke spa?

DMCA.com Protection Status