Nyonya Trissy agak kesal.
Dewi mengerjap, "oh itu anu Nyonya ... tadinya mau saya kasih, tapi tadi Zehra keburu tidur." Dewi beralasan."Ya sudah, besok-besok kamu tawari sore hari aja biar gak kelewat kayak gini, paham?""Baik, Nyonya."***Pagi-pagi sekali sebelum Dewi berangkat ke pasar, Zehra sudah dibangunkan dan disuruh menyapu halaman oleh Dewi untuk membantu meringankan tugasnya."Nyapu tuh yang bersih, aku mau pergi ke pasar dulu, pokoknya pulang dari pasar halaman udah harus bersih, paham?"Zehra mengangguk sambil memeluk sapu lidi yang dilemparkan Dewi padanya.Tangan kecil itu bahkan belum mampu memegang sapu lidi dengan benar, tapi Zehra tetap melakukannya sebab jika tidak, ia bisa kena marah lagi dari Dewi."Maah, Cela boyeh itut?"Dewi yang sudah berjalan selangkah menuju gerbang kembali berbalik."Jangan harap!" pekiknya dengan mata melotot.Zehra terperanjat, gadis kecil itu akhirnya hanya bisa diam sambil menyaksikan ibunya pergi.Tiiitt!Sebuah klakson mobil berbunyi kencang, membuat gadis kecil itu melongo ke arah sumber suara.Pak Nes yang baru saja menutup gerhang kembali membukanya."Selamat pagi, Tuan." Pak Nes membungkukan badannya sedikit.Dibalas lambaian tangan dari kaca mobil yang terbuka sedikit oleh seorang pria yang ada di dalamnya.Mobil terhenti tak jauh dari tempat Zehra berdiri, seorang pria muda turun dari mobil itu."Hai gadis kecil, kamu siapa? Lagi apa disini?" sapanya pada Zehra."Nyapu, Om.""Nyapu? Sepertinya Om baru lihat kamu.""Aku Cela.""Cela? Ooh Cela ngapain pagi-pagi nyapu? Sudah biarkan saja nanti ada orang yang suka membersihkannya." Pria itu mengambil sapu lidi dari tangan Zehra lalu membawa masuk gadis kecil itu dari sana."Cela duduk dulu disini ya, Om mau bertemu Ibu mertua Om dulu," kata pria muda itu kemudian.Zehra menggeleng, ia tak mau duduk di kursi itu karena takut nanti Dewi marah lagi."Kenapa gak mau?""Tatut Mamah malah ladi," jawabnya polos."Malah? Siapa yang akan malah? Ibu mertua Om baik kok." Pria muda itu tersenyum seraya menaikan Zehra ke atas kursi megah di ruang tamu."Tunggu, ya."Akhirnya Zehra mengangguk, pria itu lalu gegas berlari menaiki anak tangga.3 hari atau lebih dalam seminggu. Setiap pagi pria muda itu memang selalu mampir ke rumah Nyonya Trissy, kedatangannya itu tak lain hanyalah untuk memastikan kondisi Nyonya Trissy yang tak lain adalah mertuanya."Mi, Mamiii.""Fras? Sudah kesini pagi-pagi begini?" Trissy senyum sumringah saat melihat menantunya sudah di depan pintu kamarnya pagi-pagi sekali."Iya, Mami sehat?" Fras mencium punggung tangan Trissy lembut."Sehat, udah kamu tuh gak usah tiap hari kesini, kasian jadi ngerepotin.""Repotin gimana sih, Mi? Masa anak mau nengokin mertuanya gak boleh."Trissy menggelak tawa, mereka lalu lanjut mengobrol di ruang tamu. Zehra yang masih duduk di kursi megah itu bersorak riang saat melihat mereka datang."Oh ya Mi, ini anaknya siapa?" tunjuk dia pada Zehra."Ini anaknya Dewi pegawai baru di rumah ini."Fras mendadak mematung saat mendengar nama itu disebut, perasaan bersalah kadang datang dengan tiba-tiba tiap kali ia mendengar nama Dewi disebut."Lucu ya dia Fras, semoga kalian juga cepet dikasih momongan."Fras mengerjap."Ya Mi, amiin, siapa tadi namanya? Cela ya?" Fras mengelus dagu gadis kecil berwajah cantik dengan mata bulat itu."Namanya Zehra, tapi karena dia masih cadel jadinya Cela, biarlah apa aja yang penting dia di sini, Ibu seneng lihat dia," ujar Nyonya Trissy sambil menatap Zehra lembut."Oh gituu, ya udah Om panggil Cela aja ya."Zehra mengangguk senang."Eh ngomong-ngomong Cela kok udah bangun? Ini 'kan masih pagi," tanya Trissy pada gadis kecil itu."Cela halus nyapu. Kata Mamah bial Mamah enggak cape." Zehra menjawab polos."Loh nyapi? Tapi 'kan kamu masih kecil, mana bisa nyapu, biarin mama kamu aja yang kerjain, jangan mau kalau disuruh," kata Fras."Dewi itu emang keterlaluan, usianya masih muda tapi ya ... gitulah, andai dia bukan anak Bik Asti, Mami rasanya males sama orang model begitu. Oh ya Fras, kamu ajak Cela belanja bisa gak? Bawalah dia ke toko baju, belikan dia baju yang bagus, mainan dan makanan yang dia mau, kasihan bajunya udah pada lusuh dan dekil begini."Fras bergeming sebentar, dia mencoba mengingat-ngingat jadwalnya hari ini."Boleh, Mi. Kebetulan Fras lagi gak ada jadwal penting. Nanti Fras bawa Cela sebentar ke rumah juga, Laura pasti senang melihat anak kecil di rumahnya," balasnya kemudian."Syukurlah. Ya sudah pergilah, kasih dulu dia makan, kasihan, masa pagi-pagi udah disuruh kerja sama si Dewi.""Oke, Mi.""Zehra mau 'kan pergi sama Om? Kita mau beli baju dan mainan, mau?" Fras yang sejak awal telah merasa iba pada gadis kecil itu bersemangat akan membawa Zehra pergi, apalagi selama ini dia memang kerap merindukan kehadiran sang buah hati bersama Laura."Mamah malah enggak, Om?""Enggak, nanti saya yang bilang ke Mamah Cela kalau Cela lagi jalan-jalan sama Om Fras," sahut Trissy meyakinkan gadis kecil itu."Aciiik Cela boyeh jayan-jayaaan," soraknya dengan wajah berseri-seri.Tanpa menunggu lagi, Fras menggendong Zehra menuju mobil, lalu mendudukannya di jok samping kemudi.Walau gadis kecil itu baru dikenalnya, tapi Fras merasa sangat bahagia bisa pergi membawa Zehra jalan-jalan. Begitupun dengan Zehra, dia sangat senang dan bersemangat saat berada di dalam mobilnya Fras."Cela seneng gak?""Ceneng Om, Cela gak pelnah naik mobin badus." Zehra yang sedang sibuk melihat gedung-gedung tinggi sampai kaca mobil Fras kotor itu menjawab dengan mata berbinar-binar."Hehe Cela bisa aja nih bikin Om geer. Oh ya nanti Cela mau beli apa aja?""Es klim," jawabnya pendek."Hanya es krim? Apa lagi?""Enggak, kata Mamah gak boyeh banyak-banyak tatut uang Mamah habis," jawabnya polos.Fras tertawa kecil, "gak apa-apa, sekarang 'kan Om yang akan belikan bukan Mama.""Oh gituu? Aciiik." Zehra bersorak lagi sambil tepuk tangan berkali-kali.-Mereka pun sampai di sebuah mall besar di Jakarta. Ditatapnya lamat gedung yang menjulang tinggi itu oleh Zehra. Hatinya sedikit takut sebab banyak sekali orang yang lalu lalang di dalamnya.Zehra bersembunyi di belakang kaki Fras, gadis kecil itu sangat ketakutan rupanya saat bertemu banyak orang yang hendak masuk bersamanya ke dalam mall."Eh Cela kenapa?""Takuut, Om.""Loh kok takut?""Banak oyang, Om."Fras menggeleng sambil mengulum senyum."Gak apa-apa, ayo masuk."Zehra menggelengkan kepalanya, tangan kecil itu mencengkram celana Fras dengan kencang."Ya sudah, Om gendong ya?"Zehra mengangguk.Gegas, Fras segera gadis kecil itu dan membawanya ke sebuah restoran untuk mengisi perut Zehra terlebih dahulu.Fras memesan fried chiken dan burger untuk Zehra, dan dilahapnya cepat makanan itu oleh gadis kecil itu."Loh pelan-pelan dong Celaa, emang Cela laper banget ya?"Zehra mengangguk, mulutnya tak bisa menjawab sebab sudah penuh dengan burger yang sedang dilahapnya."Ya sudah habiskan ya, Om tunggu."Zehra mengangguk lagi.Fras menatap gadis itu dalam-dalam, dan mendadak hatinya bergumam, kenapa hidung Cela mirip sekali dengannya? Pipi dan dagunya juga persis sekali seperti pipi dan dagu miliknya.Fras jadi ingat lagi soal Dewi, wanita yang ia tinggalkan dulu. Sempat terbesit dalam hatinya ingin menemui wanita itu lagi dan meminta maaf, tapi itu tidak mungkin, Fras tentu tahu resiko apa yang akan ia hadapi jika ia menemui kembali wanita masa lalunya."Udaah aaah." Zehra memasukan fried chicken yang hanya tinggal tersisa setengah pada kertas yang menjadi alas makanan, lalu meremasnya agar ayam terbungkus rapi, setelahnya gadis kecil itu menjilat-jilat lima jarinya dengan polos.Fras yang menyadari hal itu mengerutkan kening."Loh kenapa ayamnya dibungkus lagi?" tanyanya penasaran."Ini buat Mamah, Om. Kacian Mamah pasti Mamah mau ayam sepelti ini, di lumah kami tak pelnah matan coalnya," jawab Zehra polos.Fras menarik napas dalam, mendadak hatinya seperti tergerus saat mendengar ucapan Zehra."Gak usah, ini buat Cela aja, makanlah, nanti buat mama Cela Om belikan lagi.""Wah benelan, Om?""Ya bener, makanlah."Dengan wajah berseri-seri, gadis itu kembali melahap sisa ayam yang tadi dibungkusnya.-Setelah selesai mengisi perut Zehra, Fras membawa Zehra berkeliling memilih baju-baju yang bagus, dibelikannya 5 stel baju untuk gadis kecil itu, tak lupa Fras juga meminta penjaga toko untuk menemani Zehra mencoba baju barunya."Nah 'kan kalau kayak gini bagus Cel, nanti suruh mamamu untuk buang baju-baju lusuhmu itu ya." Fras tersenyum dan kembali menggendong gadis kecil itu.Setelah membeli baju, Fras membawa Zehra membeli mainan, ia ingat kata ibu mertuanya, Zehra hanya punya satu boneka dan bonekanya itu sudah sangat dekil dan tak layak.Fras manut saja, lagipula entah kenapa ia merasa berbeda saat bersama Zehra. Banyak anak saudaranya yang seusia Zehra juga, Fras sering mengajak Laura bertemu dengan mereka hanya untuk memberikan mereka hadiah, tapi entah kenapa hanya saat bersama Zehra ini Fras merasa amat bahagia sampai sulit ia ungkapkan dengan kata-kata.Sementara Zehra juga merasa bahagia sekali karena bisa dengan sepuasnya memilih mainan yang ia suka. Selama ini jangankan mainan, minta uang buat jajan saja Zehra tak berani, sebab Dewi pasti akan memarahi dan mencubitnya lagi kalau Zehra banyak pinta."Telima kacih Om baik, Om baik cudah beyikan Cela baju dan mainan," ucap gadis kecil itu saat mereka sudah kembali ke dalam mobil."Ya Sayang sama-sama, sekarang kita pergi ke rumah Om dulu sebentar ya."Zehra mengangguk polos. Mobilpun gegas melaju menuju rumah Fras dan Laura.Suara deru mobil Fras terdengar khas di telinga Laura, wanita berusia 27 tahun itu gegas berlari menuju pintu rumah.Dengan wajah berseri ia menyambut kedatangan suami tercintanya, dibukanya pintu rumah lebar-lebar. Dan betapa kagetnya ia saat ia melihat suaminya itu datang bersama seorang anak kecil."Siapa ini, Mas?" tanya Laura cepat."Kenalin, ini Zehra." Fras tersenyum lebar pada istrinya.Laura membalas sekenanya, ia masih bingung."Zehra? Ya tapi ini anak siapa, Mas?" tanyanya lagi."Anakku lah, anak siapa lagi?"Wajah Laura mendadak tegang, "an-nakmu?"Fras tertawa lebar, "aku cuma bercanda, Sayaang," kekehnya seraya mengelus pipi Laura.Cepat Luara tepis tangan Fras, "isshh kamu ini, bercandanya gak lucu," dengusnya seraya masuk ke dalam rumah."Iya iya deh maaf. Oh ya, kenalin, ini Zehra, anaknya Art baru di rumah, Mami." "Art? Emang ada Art baru di rumah, Mami?""Ada Sayang, baru datang kemarin katanya.""Ouuh, tapi kok bisa kamu bawa anaknya ke sini? Emang emaknya gak mar
***Esok harinya.Zehra terbangun dengan tubuh yang sakit dan ngilu. Dengan langkah pelan dan terseret-seret, gadis kecil itu mendekati Dewi yang sedang sibuk mencuci piring di dapur."Oh masih hidup kamu? Aku pikir kamu udah mati karena kemarin aku gebukin," ketus Dewi.Zehra yang masih ingat kejadian kemarin tak mau banyak bicara, ia benar-benar ketakutan."Sana ambil lap! Terus lapin tuh meja dan kaca-kaca," titah Dewi sambil menyentak.Zehra mengangguk, dan gegas melakukan apa yang Dewi perintahkan. Tangan kecilnya mengelap kaki meja sebisanya, lanjut mengelap kaca dan apa saja yang bisa ia jangkau untuk dibersihkan.Sesekali Zehra melirik ke arah Dewi yang juga sedang sibuk dengan pekerjaannya. Hatinya sedih sekali karena ia merasa Dewi tak pernah menyayanginya."Apa kamu lihat-lihat? Sana kerja!" sengit Dewi.Zehra mengerjap. Cepat, ia seka air mata yang beranak sungai di pipinya dan gegas melanjutkan pekerjaan."Dew, hari ini kamu ke supermarket ya, belanja bahan masakan, anak
"Mamah belanja," jawab Zehra polos.Laura menggeleng tak habis pikir. Gegas ia pun membawa masuk Zehra ke dalam untuk menemui Nyonya Trissy.Sementara Fras yang kini tengah dilanda gundah memilih duduk di kursi taman samping rumah untuk menenangkan pikirannya."Jika benar apa yang dikatakan Dewi tadi, apakah aku harus menerima anak itu? Tapi bagaimana caranya aku membuat Laura mengerti? Dia pasti akan sangat kecewa padaku, dan aku benar-benar tidak mau kehilangannya." Fras bergumam sendiri sambil meremas wajahnya kasar.Sementara di rumah, Laura mencari Nyonya Trissy sambil teriak."Mamiii! Mii!""Hei Sayang, udah datang?""Mami, coba Mami lihat ini." Tanpa basa-basi Laura menunjukan luka lebam di tangan Zehra.Nyonya Trissy terbelalak. "Ya ampuun, Zehra ini kamu kenapa, Nak?""Tadi Zehra bilang dia dipukul sama mamanya, Mi." Laura yang menjawab."Apa? Dipukul? Dipukul sampe lebam-lebam begini? Si Dewi itu emang bener-bener keterlaluan," ujar Nyonya Trissy sambil menggeleng-gelengkan
Laura Turun ke bawah hendak mengambil makanan ringan yang tadi ia bawa untuk Zehra. Dan saat kakinya berhenti di meja makan samar-samar ia dengar suara orang sedang bicara sambil terisak-isak. Gegas ia pun pergi mencari sumber suara."Mami lagi apa? Apa itu ART barunya Mami?" tanyanya sendiri.Laura mematung sebentar sambil memperhatikan mereka."Mungkin ini gak adil buat kamu Dewi, tapi Zehra juga berhak mendapat keadilan, kamu gak bisa menyalahkan Zehra hanya karena apa yang sudah terjadi, yang salah tetap suamimu, dan Zehra sama sekali gak tahu apa-apa," ujar Nyonya Trissy panjang lebar.Dewi diam dan kembali membuang wajahnya."Saya bicara seperti ini sebab pernah merasakan apa yang kamu rasakan sekarang, Dew," ujar Nyonya Trissy lagi."Saya tahu bagaimana beratnya kehidupan yang harus kita jalani saat seorang pria yang kita percaya justru menghancurkan hidup kita. Tapi Dew, semuanya sudah terjadi, meski kamu menangis seperti ini semua gak akan merubah keadaan. Dan satu yang pasti
Fras refleks mengeleng, "ah emm enggak, gak apa-apa.""Emang ya tuh laki gak bisa dikasih ampun, seenaknya aja ninggalin perempuan setelah apa yang sudah dia dapatkan." Laura bicara lagi seraya menonjok-nonjok telapak tangan kirinya dengan tangan kanan yang ia kepalkan.Lagi, Fras hanya bisa menelan ludah.________Sementara di dapur. Dewi menatap wajah majikannya dengan mata yang sudah merah dan sembab. "Bagaimana aku harus mengatakan yang sebenarnya? Kalau Nyonya Trissy tahu semua kebenarannya apa dia masih bisa berkata seperti itu padaku? Dia menyuruhku sabar, dia menyuruhku menerima anak sial itu, dia menyuruku kuat. Apa perlu kuberitahu sekarang juga bahawa pria yang telah menghancurkan hidupku sampai membuatku menjadi sosok yang tempramen seperti ini adalah adalah Fras, menantunya sendiri?" kelakar Dewi dalam hatinya."Ya sudah, lebih baik kamu istirahat dulu aja Dew, tenangin diri kamu di kamar, semua urusan rumah biar saya yang kerjain, lagipula anak saya udah dateng, dia aka
"Dosok tamal mandi, kata Mamah Cela halus dosok tamal mandi setiap bangun bobo," jawabnya polos.Nyonya Trissy terkejut, "eh gak usah, ayo ayo ke kasur lagi ayo." Zehra menggeleng, "enda Nyonya tatut Mamah malah.""Enggak, mulai sekarang mamamu itu gak akan berani marahin kamu lagi."Cepat Nyonyya Trissy mencuci tangan dan kaki Zehra dengan sabun lalu menggendong gadis kecil itu kembali ke kasur."Mama kamu itu keterlaluan banget, masa anak kecil disuruh gosokin kamar mandi sih. Cela bobo lagi ya, dan mulai sekarang Cela gak usah gosok kamar mandi lagi kalau bangun bobo." Trissy mengelus pipi Zehra lembut.Zehra pun mengangguk dan kembali tidur di atas kasur empuk Nyonya Trissy.-Pukul 7 saat Zehra bangun. Nyonya Trissy cepat memandikan gadis kecil itu karena hari ini ia berniat membawa Zehra pergi ke rumah Fras dan Laura untuk membicarakan keinginannya mengadopsi Zehra.Zehra merasa bahagia karena hari ini dia bisa bangun siang. Bagi Zehra bangun pukul 7 merupakan kebahagiaan yang
Fras mengusap wajahnya kasar, lalu mohon pamit untuk berangkat kerja saja. Dia tahu, berlama-lama di sana hanya akan membuat dadanya makin sempit dan tak tenang "Mi, kalau gitu Fras berangkat sekarang ya." "Ya udah, kamu hati-hati Fras."Setelah berpamitan pada mertua dan istrinya juga, Fras berangkat mengendarai mobil SUV kesayangannya.Sepanjang perjalanan hatinya diselimuti kegundahan. Entah apa yang akan terjadi nanti, dia hanya berharap hubungannya dengan Laura akan baik-baik saja, pria berhidung mancung itu benar-benar tak bisa jika harus kehilangan Laura.Laura adalah wanita yang baik, tulus dan bersahaja. Baginya, bisa menikah dengan Laura adalah anurgah terindah dari Tuhan. Karena itu Fras sangat menjaga hubungannya itu dengan Laura."Arghh." Fras memukul stir mobil. Kepalanya sangat berat dengan pikiran yang bercabang-cabang sekarang."Rumah Mami, apa sebaiknya aku mampir sebentar?" Dia bicara sendiri.Saat melewati rumah mertuanya itu, tiba-tiba terbesit dalam hati Fras
Laura gegas bangkit dari kursi dan mendekati gadis kecil yang tengah duduk di tepi kolam itu."Cela Sayaang, jangan pernah ngomong gitu lagi ya. Gak baik. Tante sedih loh dengernya. Lagian siapa bilang Ayah Cela sudah pergi? Ayah Cela 'kan masih ada cumaan dia belum datang aja."Zehra tersenyum polos."Ya udah, udah hampir sore nih, kita pulang dulu yuk Cel," ajak Nyonya Trissy seraya bangkit juga dari kursi taman.Walau tak mau berpisah dari gadis kecil itu, Laura akhirnya setuju saja."Gak apa-apa mulai besok 'kan Zehra tinggal di sini sama kamu, sekarang Zehra Mami bawa pulang dulu biar si Dewi bisa lihat Zehra dulu sebentar, walau bagaimanapun dia 'kan ibunya, besok Mami kesini lagi sekalian Mami bawain baju-baju Zehra," ujar Trissy panjang lebar, ia mencoba menghilangkan kesedihan Laura."Janji loh Mi, pagi-pagi bawa Zehra ke sini, 'kan mau daftar sekolah juga.""Iya."Pak Ebi pun gegas membawa Zehra dan Nyonya Trissy meluncur pulang. Sampai di rumah Nyonya Trissy langsung menyur
Fras mengangguk. Dia agak merasa heran dengan pertanyaan Nyonya Nagita yang mendadak seperti memperdulikan Dewi."Ya Tuhan Fras bisa-bisanya kamu nyuruh Dewi pulang sendirian. Kasihan dia, ini udah malem. Kalau terjadi apa-apa sama dia gimana?"Fras terbelalak. Antara haru dan tak percaya matanya sampai berkaca-kaca."Sana pergi, antarkan dia pulang," titah Nyonya Nagita.Fras mengerjap dan refleks bangkit mengejar Dewi keluar. Tapi sayang rupanya Dewi sudah pergi naik angkot."Ah udah gak ada pula," dengus Fras.Dia pun terpaksa kembali ke ruangannya Nyonya Nagita."Loh kamu kok balik lagi aja?""Dewi udah pergi, Ma. Dia udah naik angkot kayaknya.""Yaah telat kamu Fras."***Seminggu kemudian. Di hari minggu. Zehra dan Dewi kebetulan sedang libur jadi mereka semua sedang ada di rumah.Tok tok tok."Ceel, bisa tolong bukain pintu? Mama lagi nyapu Sayaang!" teriak Dewi."Ote, Mamah."Zehra gegas berhambur ke depan.Kreet."Papaaa. Opaaa." Gadis kecil itu tersenyum lebar dan langsung b
Nyonya Nagita lalu bangkit. Perutnya terasa lapar. Dia baru ingat dari pagi dia belum makan apa-apa. "Ah meningan aku nyari makan ke jalan raya," katanya.Nyonya Nagita jalan tergesa ke jalan raya. Dan saking tergesanya dia sampai tak memperhatikan lalu lalamg mobil yang sedang ramai hingga akhirnya ia terserempet mobil.Bughh. Gedebussh."Aaaa!"Dalam sekali hantaman Nyonya Nagita langsung tak sadarkan diri. Kepalanya terbentur ke bahu jalan sampai keningnya sobek dan mengeluarkan darah yang tak sedikit.Sontak saja semua orang yang ada di sekitar sana langsung berlari mengerubungi Nyonya Nagita."Eh ada kecelakaan ada kecelakaan.""Ada apa itu Dew?" Koh Liem yang melihat orang-orang berlarian depan tokonya ikutan panik."Gak tahu Koh, mungkin ada kecelakaan. Coba Dewi lihat dulu boleh gak Koh?""Ya udah sana sana."Karena penasaran, Dewi gegas lari ke arah orang-orang yang sedang berkerubung."Bawa aja bawa ke rumah sakit.""Tapi siapa yang bakal tanggung jawab? Mana gak ada yang k
"Ya sudah Pak, boleh. Saya izinkan Bapak menjemput Zehra pulang sekolah tapi itu pun kalau gak merepotkan Bapak.""Terimakasih Dew." Pak Indra mengecup pucuk kepala Zehra.Gadis kecil itu hanya tersenyum membalasnya.***Esok harinya Pak Indra benar-benar menjemput Zehra. Pria itu merasa sangat bahagia sebab impian di masa tuanya terkabul bahkan lebih cepat dari dugaannya. Sepulang menjemput Zehra, Pak Indra juga menyempatkan diri bermain dengan cucu satu-satunya itu sampai lewat tengah hari. Pria itu benar-benar menikmati hidupnya bersama Zehra.Walau sekarang hidupnya kekurangan bahkan cenderung miskin, ia sudah tak peduli lagi. Baginya yang terpenting sekarang adalah dia selalu melihat dan bertemu Zehra setiap hari.Sebab hal itu adalah kebahagiaan yang tak bisa ia dapatkan dari manapun. "Cel ... Opa pulang dulu ya, Cela istirahat 'kan capek main terus dari tadi.""Iya, Opa. Tapi eman Cela tak boyeh itut Opa puyang te lumah Opa?""Nanti ya Nak, sekarang belum saatnya. Nanti kalau
Zehra mengangguk polos."Terus selain ngasih permen Opa Indra ngapain lagi? Dia pasti marahin Mama sama Opa ya?" tanya Fras lagi. Perasaannya mendadak cemas karena kedatangan papanya ke kontrakan Dewi."Eendaa. Opa Indla baik, Opa Indla tak malahin Mamah cama Mbah, Opa cuma main cama Cela," jawab gadis kecil itu apa adanya.Kening Fras mengerut. Ia masih tak percaya. Karena penasaran pria itu pun gegas ke dalam menemui Dewi."Dek, apa bener tadi Papa ke sini?""Iya, Mas.""Mau apa dia? Pasti Papa mau jahatin kamu ya?" tembak Fras.Dewi menggeleng cepat. "enggak Mas, Papamu gak jahatin aku. Beliau ke sini justru mau minta maaf soal kejadian kemarin sore karena aku dimarahin sana mama kamu. Oh ya, papa kamu juga main sama Zehra sampai siang. Aku gak nyangka Mas, ternyata beliau sesayang itu sama Zehra. Papamu mau nerima Zehra sebagai cucunya," jawab Dewi panjang lebar.Fras mengembuskan napas lega."Oh ya? Mas sampe gak percaya, kok bisa tiba-tiba Papa jadi baik sama kamu dan Zehra? Buk
"P-pagi." Dewi langsung gugup. Perasaannya berubah tak karuan."Boleh saya masuk?" Pak Indra tersenyum ramah."Oh ya, ya silakan, Pak," katanya.Pak Indrapun gegas masuk dan duduk di kursi sederhana yang ada di kontrakan Dewi."Ad-da apa ya, Pak?" Dewi makin gugup.Pak Indra mengulum senyuman lebar."Oh iya. Begini. Sebetulnya saya datang ke sini karena saya mau minta maaf sama kamu atas perlakuan istri saya kemarin sore," jawabnya.Dewi menunduk, "gak apa-apa Pak, gak usah dipikirin saya makum kok."Mbah Asti keluar dari dapur."Ada siapa Dew?" tanyanya. Dan keningnya langsung mengerut saat wanita tua itu melihat pria paruh baya tengah duduk bersama putrinya.Sementara Pak Indra menggangguk sopan pada Mbah Asti, "selamat pagi, Bu.""Ya selamat pagi. Maaf Anda siapa ya?" tanya Mbah Asti.Dewi menoleh, "Ibu ini ... ini Papanya Mas Fras," ucapnya.Sama halnya dengan Dewi tadi, perasaan Mbah Asti juga mendadak tak karuan saat tahu yang datang adalah papanya Fras.Mau apa dia datang ke si
"Mas cuma pengen tahu, Dek. Kalau Adek cinta sama Mas, harusnya Adek itu enggak perlu ragu, malu ataupun nolak rencana pernikahan kita."Dewi menarik napas berat, "aku itu bukan ragu, malu ataupun nolak Mas, aku cuma lagi berusaha berdamai aja sama keadaan aku yang baru. Pernikahan itu bukan cuma menyatukan dua insan Mas, kita gak bisa memaksakan kehendak kita sementara orang-orang di sekitar kita kita abaikan begitu aja. Lebih-lebih orang tua kamu. Aku tahu cara mereka mungkin salah, tapi usaha mereka untuk memisahkan kita itu adalah bukti rasa sayang mereka sama kamu Mas, mereka itu gak mau kamu sampai salah langkah dan menikahi orang yang gak tepat," ujar wanita itu panjang lebar.Fras bergeming dengan napas kasar. Kadang ia juga tak percaya wanita di hadapannya itu sekarang sudah berubah banyak sekali. Lebih bijak, lebih dewasa dan lebih pendiam tentunya."Yuk sayang buruan makannya, kita harus pulang, takut Mbah nungguin," ucap Dewi lagi pada Zehra."Ote, Mamah."Selesai makan da
Laura dan Aagha yang tak menyangka akan bertemu dengan Zehra di tempat makan itu langsung salah tingkah. "Pak Gulu ciniii," panggil Zehra lagi.Aagha cengar-cengir dan gegas menghampiri meja Zehra. Laura juga mengekor di belakangnya."Eh Cela kok ada di sini?" tanya Aagha."Iya Pak Gulu, Cela ladi mam cama Papa dan Mama Dewi. Pak Gulu cama Mama Laula mau mam juga?""Hehe iya.""Cini duduk baleng Cela." Gadis kecil itu menepuk kursi di sampingnya."Eh gak usah. Pak Guru sama Mama Laura duduk di sana aja, kalau di sini nanti kami malah ganggu," tolak Aagha.Zehra menggeleng, "endaa. Enda dandu kok, iya tan, Pa?"Fras yang sedang berpura-pura fokus makan refleks megangguk, "ah ya silakan, silakan duduk aja bareng kami," ucap dia sekenanya."Gak usah. Pak kita duduk di sana aja," tolak Laura seraya menunjuk ke meja yang ada di pojok. "Oh oke. Gadis cantik Pak Guru sama Mama Laura makan di sana ya."Zehrapun mengangguk.Baru saja Laura dan Aagha akan beranjak ke meja itu, beberapa oran
"Gak apa-apa, gak usah dipikirin."Dewi diam meski perasaannya mulai diterpa gundah. Orang tua Mas Fras jelas menolakku, dia gak akan menerima aku sebagai menantunya. Terus aku harus gimana? Ujarnya sepanjang jalan."Gimana gimana tadi? Apa calon mertuamu mau nerima kamu, Nak?" tanya Mbah Asti saat mereka sampai.Dewi menggeleng lesu. Raut wajah Mbah Asti yang tadi sangat bersemangat mendadak ikut lesu."Tadi Mamah dimalah-malahin cama Oma, Mbah," ucap Zehra dengan polosnya.Mbah Asti menarik napas berat. Ketakutannya benar-benar jadi kenyataan.Kasihan Dewi. Padahal dia udah berusaha jadi wanita yang lebih baik lagi. Sebelum berangkat dia juga gak henti-hentinya berdo'a tapi dia malah harus menerima kenyataan pahit ini. Ya Tuhan, semoga Dewi gak sampai putus asa lagi."Gak apa-apa Dek, gak usah dipikirin, mereka cuma masih kaget aja karena Mas tiba-tiba datang ngenalin kamu, harusnya Mas emang bilang dulu sama mereka," ujar Fras. Mengelus pundak Dewi."Gak apa-apa Mas, bukan salah k
Sore harinya setelah Fras pulang kerja. Fras benar-benar mengajak Dewi dan Zehra bertemu dengan kedua orang tuanya."Pa, kita mau temana?""Kita mau ketemu sama Oma, Sayang.""Oma? Omana Cela?""Iya Omanya Cela, Papa sama Mamanya Papa." Fras menunjuk dadanya memberi Zehra penjelasan."Ooh aciiik," sorak gadis kecil itu polos."Ini, bawa makanan ini buat mereka Fras." Mbah Asti memberikan kue Adas yang tadi dibuatnya bersama Dewi."Iya Bu, makasih ya. Kalian siap?" Fras bertanya pada Zehra dan Dewi yang terlihat masih ragu-ragu itu."Ciaaap." Zehra bersemangat."Dek?"Dewi terdiam lesu."Loh Nak, kok malah lesu? Ayo sana, temui calon mertuamu," kata Mbah Asti pada putrinya."Dewi kayaknya masih belum siap deh Bu, Mas."Mbah Asti mengembuskan napas kasar, "iya tapi mau sampe kapan toh? Sudah sana pergi, mumpung mereka juga ada di sini 'kan?" Dewi pun akhirnya mengangguk lalu gegas pergi bersama Fras dan Zehra."Mas, aku ragu, meningan jangan sekarang deh ya." Dewi menghentikan langkah