"Eh Mas, kamu ini bikin kaget aja sih.""Adek ngapain ngelamun di sini? Itu Laura emang belum pulang juga?""Belum Mas, Cela di luar terus dari tadi nungguan dia.""Ya Tuhaan, pantesan tadi kuajak dia masuk gak mau. Lagian kemana itu si Laura."Fras cepat membuka ponselnya dan melakukan panggilan telepon pada nomor Laura.Tut tut tut."Malah dimatiin, kemana dia?""Mungkin di rumah Nyonya Trissy, Mas.""Mungkin, coba Mas telepon dulu." Cepat Fras melakukan panggilan telepon ke nomor mertuanya.Tring!"Fras? Mau apa lagi dia?" Nyonya Trissy kembali menaruh ponselnya di meja saat ia tahu yang menelepon adalah Fras."Malah gak diangkat, Dek," kata Fras."Tumben Laura begini, kasihan Zehra Mas, dia nungguin terus dari tadi, gak mau makan, gak mau mandi.""Ya ampun, masa sih?""Iya Mas, padahal aku udah buatin dia cemilan dan jus tapi malah dianggurin sampe sekarang, lihat aja di meja teras."Fras gegas pergi menghampiri Zehra di depan. Dewi juga mengekor tapu hanya sampai dekat pintu."C
"Dewi masuk penjara Fras.""Apa? Dipenjara?" Fras terkejut bukan main."Iya Fras. Tadi ada pihak kepolisian nelepon Ibu, mereka bilang Dewi ada di sana.""Y-ya tapi kok bisa? Kenapa Dewu bisa dipenjara?""Ibu gak tahu Fras, makanya ayo buruan antar Ibu ke sana. Ibu khawatir banget sama dia, pantesan aja dia gak balik-balik dari tadi siang.""O-oke Bu, oke Fras jemput Ibu sekarang juga."Tut!"Cel, Papa mau ke rumah Mbah sebentar ya, Cela bobok sekarang ya, Nak."Zehra menggeleng, "Cela tak mau bobo cendilian Papa, Cela tatut.""Aduh gimana ini?" Fras menggosok kepalanya. Dia bingung."Ah ya udah ya udah Cela ikut aja sama Papa ke rumah Mbah ya, gak apa-apa 'kan?"Zehra mengangguk. Fras buru-buru memakaikan Zehra sweater. Pria itu tidak ada lagi pilihan selain mengajak Zehra pergi, karena ia tak mungkin menitipkan Zehra pada Laura.Setelah memesan taksi online, Fras gegas membawa Zehra keluar."Eh kamu bawa Zehra juga Fras?" tanya Mbah Asti saat mereka sampai."Iya Bu, di rumah gak ada
"Ya ampun Dewi." Laura bergeming tak percaya. "Maaf Bu, kalau gitu saya pamit saja." Laura mengerjap saat Aagha menghampirinya ke teras."Oh ya ya Pak, hati-hati."Sementara Fras terus berjalan gontai menuju taksi yang sejak tadi menunggunya di depan gerbang.Sambil menyeret koper berisi baju Zehra dan menenteng tas berisi baju-bajunya sendiri ia melirik sekali lagi sebelum ia benar-benar pergi. 4 tahun kita hidup bersama, semoga aku bisa dengan cepat melupakan semuanya Laura. Lirihnya.Taksipun melesat pergi sebelum akhirnya motor Aagha juga pergi.-Sampai di rumah Mbah Asti."Papa badu-badu Cela tenapa dibawa cemua?" Gadis kecil yang tengah asik main boneka itu menghampiri Fras saat pria itu datang."Iya Nak, baju-baju Cela udah Papa bawa semua dari rumah Mama Laura karena mulai sekarang Cela akan tinggal lagi sama Mbah, oke?""Tenapa beditu?""Karena ... Mama Laura ingin Cela bobo di sini.""Iiih endaa. 'Kan kacian Mama Laula ental Mama Laula cendili."Fras bergeming. Ia kembali
Fras terbelalak, "tunggu, apa maksud Ibu? Tapi Fras bener-bener gak tahu soal kabar Dewi hamil, Bu.""Kamu gak usah bersandiwara lagi Fras, Ibu dan Dewi udah lelah. Toh semuanya juga udah terjadi.""Tapi Bu, Fras bener-bener gak tahu, Fras bener-bener gak tahu kalau Dewi hamil, karena sehari setelah Fras sampai ke Jakarta dan menceritakan semuanya pada Mama dan Papanya Fras, hape dan dokumen-dokumen penting Fras hilang, semuanya hilang entah kemana sampai Fras kehilangan semua akses untuk mengabari dan mendapat kabar dari Dewi," ungkap Fras panjang lebar.Mbah Asti senyum miring."Kamu ini lucu Fras, ngasih alasan kok klasik sekali. Lagipula kalau misal hape dan semua dokumen penting kamu hilang terus apa masalahnya? Kamu gak sampe hilang ingatan untuk pulang kembali ke kampung 'kan?"Mulut Fras mengatup, "bukan begitu Bu, tapi kalau misal Fras pulang kampung, saat itu Mama saya mengancam akan bunuh diri, makanya itu Fras benar-benar gak ada pilihan. Karena posisinya Fras terdesak, Bu
"Ini siapa?" Nyonya Nagita tak sabar."Ma, nanti aja Fras jelasin, sekarang Fras udah telat. Papa sama Mama lanjutin aja dulu makannya ya, terus pulang ke kontrakan Fras, ini kuncinya nanti alamatnya Fras kirim lewat chat." Pria itu merogoh saku celananya dan memberikan kunci kontrakan pada Nyonya Nagita."Eh eh apa ini Fras? Apa tadi katamu? Pulang ke kontrakan? Maksudnya apa? Kontrakan siapa? Kenapa kami disuruh pulang ke kontrakan? Kenapa gak pulang ke rumah kamu aja sih?" cecar Nyonya Nagita.Fras berdecak bingung. Sementara arloji di pergelangan tangannya menunjukan hari makin siang."Ma, nanti ya, nanti Fras ceritain semuanya. Tapi Fras minta sama Mama dan Papa untuk sekarang jangan pulang ke rumah Laura lagi. Oke. Dah Ma, Pa. See you ya Fras udah kesiangan ini." Fras buru-buru membawa Zehra pergi dari sana."Fraas! Fraas! Hih malah pergi itu anak. Dia kenapa sih, Pah? Udah tingkahnya aneh begitu akhir-akhir ini, sekarang ketemu kita malah responnya kayak begitu. Ini lagi apaan?
"Iya Nak, Papa yakin pasti Fras yang cari masalah. Makanya itu tolong maafin Fras ya, Papa janji Papa akan kasih dia pelajaran," timpal Pak Indra. Pria itu ikut panik saat tahu anaknya dan Laura sudah cerai.Laura membalas dengan senyuman miring lagi, "gak usah Pa, karena Laura udah gak butuh pria pembohong seperti Fras!" semburnya.Mata Nyonya Nagita kembali melebar."Ap-pa maksud kamu Laura? Fras bohong? Emangnya dia bohong gimana?""Bohong soal status dia yang sudah pernah menikah sebelumnya."Wajah Nyonya Nagita mendadak pias."D-dari mana kamu tahu soal itu, Sayang?""Kenapa, Ma? Mama kaget karena sekarang Laura udah tahu semuanya? Jadi bener 'kan sebenernya Mama juga udah tahu kalau Fras itu sebetulnya udah punya istri sebelum dia menikah dengan Laura?" Laura balik bertanya dengan nada sinis."Laura, anu ... tapi ini gak seperti yang kamu bayangkan Sayang. Dulu katanya Fras memang sudah pernah menikah, tapi Mama gak percaya sedikitpun dan kalaupun itu bener, Mama gak akan sudi n
"Iya beneran.""Parah banget sih itu si Fras. Bisa-bisanya dia nyaman tidur di Jakarta tanpa AC, lama-lama kita jadi sapi panggang kalo tinggal di sini sih." Nyonya Nagita makin kesal."Dah tuh ah kopernya. Mamah mau langsung ke rumah Jeng Trissy aja, di sini panas, gak kuat Mamah," kata Nyonya Nagita lagi seraya kembali ke luar."Mah, istirahat aja dululah.""Ogah males."-Dengan menaiki taksi Nyonya Nagita pun sampai di kediamannya Nyonya Trissy. Matanya berbinar-binar saat ia melihat bangunan rumah yang terlihat makin megah itu.Ck ck ck 4 tahun aku gak lihat ini rumah, ternyata sekarang udah berubah jadi istana. Emang gak main-main itu janda pirang harta kekayaannya.Nyonya Nagita menggeleng-geleng sambil mendadak membayangkan saat rumah itu jadi miliknya.Memang itu yang dia harapkan dari pernikahan Fras dan Laura. Nyonya Nagita mengharapkan harta kekayaan dari Nyonya Trissy. Meski tak semua dapat jatuh ke tangannya, dia pikir, saat Fras menikah dengan Laura setidaknya mereka bi
Nyonya Trissy menarik bobot dari badan sofa, lalu melepaskan kedua tangannya yang tengah terlipat di dada."Istrinya Fras, siapa lagi?" ketusnya kemudian.Mata Nyonya Nagita seketika melebar."Is-trinya Fras? Wanita dari kampung itu maksudnya?"Nyonya Trissy hanya mengerling tanpa bicara lagi."Kurang ajar, bisa-bisanya dia datang kemari dan mengacaukan semuanya." Nyonya Nagita bicara lagi seraya mengepalkan kedua telapak tangannya."Jujur ya Jeng Gita. Sejak Dewi datang, hidup Laura memang hancur berantakan, tapi di sisi lain saya sangat berterimakasih sama dia, kalau bukan karena dia, sampai saat ini mungkin saya gak akan tahu semua kebenarannya. Busuk," balas Nyonya Trissy seraya bangkit dan gegas naik ke atas tangga."Loh Jeng Trissyyy! Jeeeng! Issshh." Nyonya Nagita mendesah kesal.Kurang ajar, jadi bener perempuan bernaman Dewi itu datang ke sini dan mengacaukan semuanya? Awas saja kau Dewi. Berani kau masuk ke dalam sarang harimau, maka terimalah akibatnya.Gegas Nyonya Nagita
Fras mengangguk. Dia agak merasa heran dengan pertanyaan Nyonya Nagita yang mendadak seperti memperdulikan Dewi."Ya Tuhan Fras bisa-bisanya kamu nyuruh Dewi pulang sendirian. Kasihan dia, ini udah malem. Kalau terjadi apa-apa sama dia gimana?"Fras terbelalak. Antara haru dan tak percaya matanya sampai berkaca-kaca."Sana pergi, antarkan dia pulang," titah Nyonya Nagita.Fras mengerjap dan refleks bangkit mengejar Dewi keluar. Tapi sayang rupanya Dewi sudah pergi naik angkot."Ah udah gak ada pula," dengus Fras.Dia pun terpaksa kembali ke ruangannya Nyonya Nagita."Loh kamu kok balik lagi aja?""Dewi udah pergi, Ma. Dia udah naik angkot kayaknya.""Yaah telat kamu Fras."***Seminggu kemudian. Di hari minggu. Zehra dan Dewi kebetulan sedang libur jadi mereka semua sedang ada di rumah.Tok tok tok."Ceel, bisa tolong bukain pintu? Mama lagi nyapu Sayaang!" teriak Dewi."Ote, Mamah."Zehra gegas berhambur ke depan.Kreet."Papaaa. Opaaa." Gadis kecil itu tersenyum lebar dan langsung b
Nyonya Nagita lalu bangkit. Perutnya terasa lapar. Dia baru ingat dari pagi dia belum makan apa-apa. "Ah meningan aku nyari makan ke jalan raya," katanya.Nyonya Nagita jalan tergesa ke jalan raya. Dan saking tergesanya dia sampai tak memperhatikan lalu lalamg mobil yang sedang ramai hingga akhirnya ia terserempet mobil.Bughh. Gedebussh."Aaaa!"Dalam sekali hantaman Nyonya Nagita langsung tak sadarkan diri. Kepalanya terbentur ke bahu jalan sampai keningnya sobek dan mengeluarkan darah yang tak sedikit.Sontak saja semua orang yang ada di sekitar sana langsung berlari mengerubungi Nyonya Nagita."Eh ada kecelakaan ada kecelakaan.""Ada apa itu Dew?" Koh Liem yang melihat orang-orang berlarian depan tokonya ikutan panik."Gak tahu Koh, mungkin ada kecelakaan. Coba Dewi lihat dulu boleh gak Koh?""Ya udah sana sana."Karena penasaran, Dewi gegas lari ke arah orang-orang yang sedang berkerubung."Bawa aja bawa ke rumah sakit.""Tapi siapa yang bakal tanggung jawab? Mana gak ada yang k
"Ya sudah Pak, boleh. Saya izinkan Bapak menjemput Zehra pulang sekolah tapi itu pun kalau gak merepotkan Bapak.""Terimakasih Dew." Pak Indra mengecup pucuk kepala Zehra.Gadis kecil itu hanya tersenyum membalasnya.***Esok harinya Pak Indra benar-benar menjemput Zehra. Pria itu merasa sangat bahagia sebab impian di masa tuanya terkabul bahkan lebih cepat dari dugaannya. Sepulang menjemput Zehra, Pak Indra juga menyempatkan diri bermain dengan cucu satu-satunya itu sampai lewat tengah hari. Pria itu benar-benar menikmati hidupnya bersama Zehra.Walau sekarang hidupnya kekurangan bahkan cenderung miskin, ia sudah tak peduli lagi. Baginya yang terpenting sekarang adalah dia selalu melihat dan bertemu Zehra setiap hari.Sebab hal itu adalah kebahagiaan yang tak bisa ia dapatkan dari manapun. "Cel ... Opa pulang dulu ya, Cela istirahat 'kan capek main terus dari tadi.""Iya, Opa. Tapi eman Cela tak boyeh itut Opa puyang te lumah Opa?""Nanti ya Nak, sekarang belum saatnya. Nanti kalau
Zehra mengangguk polos."Terus selain ngasih permen Opa Indra ngapain lagi? Dia pasti marahin Mama sama Opa ya?" tanya Fras lagi. Perasaannya mendadak cemas karena kedatangan papanya ke kontrakan Dewi."Eendaa. Opa Indla baik, Opa Indla tak malahin Mamah cama Mbah, Opa cuma main cama Cela," jawab gadis kecil itu apa adanya.Kening Fras mengerut. Ia masih tak percaya. Karena penasaran pria itu pun gegas ke dalam menemui Dewi."Dek, apa bener tadi Papa ke sini?""Iya, Mas.""Mau apa dia? Pasti Papa mau jahatin kamu ya?" tembak Fras.Dewi menggeleng cepat. "enggak Mas, Papamu gak jahatin aku. Beliau ke sini justru mau minta maaf soal kejadian kemarin sore karena aku dimarahin sana mama kamu. Oh ya, papa kamu juga main sama Zehra sampai siang. Aku gak nyangka Mas, ternyata beliau sesayang itu sama Zehra. Papamu mau nerima Zehra sebagai cucunya," jawab Dewi panjang lebar.Fras mengembuskan napas lega."Oh ya? Mas sampe gak percaya, kok bisa tiba-tiba Papa jadi baik sama kamu dan Zehra? Buk
"P-pagi." Dewi langsung gugup. Perasaannya berubah tak karuan."Boleh saya masuk?" Pak Indra tersenyum ramah."Oh ya, ya silakan, Pak," katanya.Pak Indrapun gegas masuk dan duduk di kursi sederhana yang ada di kontrakan Dewi."Ad-da apa ya, Pak?" Dewi makin gugup.Pak Indra mengulum senyuman lebar."Oh iya. Begini. Sebetulnya saya datang ke sini karena saya mau minta maaf sama kamu atas perlakuan istri saya kemarin sore," jawabnya.Dewi menunduk, "gak apa-apa Pak, gak usah dipikirin saya makum kok."Mbah Asti keluar dari dapur."Ada siapa Dew?" tanyanya. Dan keningnya langsung mengerut saat wanita tua itu melihat pria paruh baya tengah duduk bersama putrinya.Sementara Pak Indra menggangguk sopan pada Mbah Asti, "selamat pagi, Bu.""Ya selamat pagi. Maaf Anda siapa ya?" tanya Mbah Asti.Dewi menoleh, "Ibu ini ... ini Papanya Mas Fras," ucapnya.Sama halnya dengan Dewi tadi, perasaan Mbah Asti juga mendadak tak karuan saat tahu yang datang adalah papanya Fras.Mau apa dia datang ke si
"Mas cuma pengen tahu, Dek. Kalau Adek cinta sama Mas, harusnya Adek itu enggak perlu ragu, malu ataupun nolak rencana pernikahan kita."Dewi menarik napas berat, "aku itu bukan ragu, malu ataupun nolak Mas, aku cuma lagi berusaha berdamai aja sama keadaan aku yang baru. Pernikahan itu bukan cuma menyatukan dua insan Mas, kita gak bisa memaksakan kehendak kita sementara orang-orang di sekitar kita kita abaikan begitu aja. Lebih-lebih orang tua kamu. Aku tahu cara mereka mungkin salah, tapi usaha mereka untuk memisahkan kita itu adalah bukti rasa sayang mereka sama kamu Mas, mereka itu gak mau kamu sampai salah langkah dan menikahi orang yang gak tepat," ujar wanita itu panjang lebar.Fras bergeming dengan napas kasar. Kadang ia juga tak percaya wanita di hadapannya itu sekarang sudah berubah banyak sekali. Lebih bijak, lebih dewasa dan lebih pendiam tentunya."Yuk sayang buruan makannya, kita harus pulang, takut Mbah nungguin," ucap Dewi lagi pada Zehra."Ote, Mamah."Selesai makan da
Laura dan Aagha yang tak menyangka akan bertemu dengan Zehra di tempat makan itu langsung salah tingkah. "Pak Gulu ciniii," panggil Zehra lagi.Aagha cengar-cengir dan gegas menghampiri meja Zehra. Laura juga mengekor di belakangnya."Eh Cela kok ada di sini?" tanya Aagha."Iya Pak Gulu, Cela ladi mam cama Papa dan Mama Dewi. Pak Gulu cama Mama Laula mau mam juga?""Hehe iya.""Cini duduk baleng Cela." Gadis kecil itu menepuk kursi di sampingnya."Eh gak usah. Pak Guru sama Mama Laura duduk di sana aja, kalau di sini nanti kami malah ganggu," tolak Aagha.Zehra menggeleng, "endaa. Enda dandu kok, iya tan, Pa?"Fras yang sedang berpura-pura fokus makan refleks megangguk, "ah ya silakan, silakan duduk aja bareng kami," ucap dia sekenanya."Gak usah. Pak kita duduk di sana aja," tolak Laura seraya menunjuk ke meja yang ada di pojok. "Oh oke. Gadis cantik Pak Guru sama Mama Laura makan di sana ya."Zehrapun mengangguk.Baru saja Laura dan Aagha akan beranjak ke meja itu, beberapa oran
"Gak apa-apa, gak usah dipikirin."Dewi diam meski perasaannya mulai diterpa gundah. Orang tua Mas Fras jelas menolakku, dia gak akan menerima aku sebagai menantunya. Terus aku harus gimana? Ujarnya sepanjang jalan."Gimana gimana tadi? Apa calon mertuamu mau nerima kamu, Nak?" tanya Mbah Asti saat mereka sampai.Dewi menggeleng lesu. Raut wajah Mbah Asti yang tadi sangat bersemangat mendadak ikut lesu."Tadi Mamah dimalah-malahin cama Oma, Mbah," ucap Zehra dengan polosnya.Mbah Asti menarik napas berat. Ketakutannya benar-benar jadi kenyataan.Kasihan Dewi. Padahal dia udah berusaha jadi wanita yang lebih baik lagi. Sebelum berangkat dia juga gak henti-hentinya berdo'a tapi dia malah harus menerima kenyataan pahit ini. Ya Tuhan, semoga Dewi gak sampai putus asa lagi."Gak apa-apa Dek, gak usah dipikirin, mereka cuma masih kaget aja karena Mas tiba-tiba datang ngenalin kamu, harusnya Mas emang bilang dulu sama mereka," ujar Fras. Mengelus pundak Dewi."Gak apa-apa Mas, bukan salah k
Sore harinya setelah Fras pulang kerja. Fras benar-benar mengajak Dewi dan Zehra bertemu dengan kedua orang tuanya."Pa, kita mau temana?""Kita mau ketemu sama Oma, Sayang.""Oma? Omana Cela?""Iya Omanya Cela, Papa sama Mamanya Papa." Fras menunjuk dadanya memberi Zehra penjelasan."Ooh aciiik," sorak gadis kecil itu polos."Ini, bawa makanan ini buat mereka Fras." Mbah Asti memberikan kue Adas yang tadi dibuatnya bersama Dewi."Iya Bu, makasih ya. Kalian siap?" Fras bertanya pada Zehra dan Dewi yang terlihat masih ragu-ragu itu."Ciaaap." Zehra bersemangat."Dek?"Dewi terdiam lesu."Loh Nak, kok malah lesu? Ayo sana, temui calon mertuamu," kata Mbah Asti pada putrinya."Dewi kayaknya masih belum siap deh Bu, Mas."Mbah Asti mengembuskan napas kasar, "iya tapi mau sampe kapan toh? Sudah sana pergi, mumpung mereka juga ada di sini 'kan?" Dewi pun akhirnya mengangguk lalu gegas pergi bersama Fras dan Zehra."Mas, aku ragu, meningan jangan sekarang deh ya." Dewi menghentikan langkah