Selesai acara. Semua tamu pulang satu persatu. Di rumah Laura kini tinggal hanya ada Dewi, Fras, dan Mbah Asti. Malam itu Nyonya Trissy sengaja tidak datang karena ia masih belum mau bertemu dengan Fras, tapi meski tidak datang Nyonya Trissy tetap mengirimkan hadiah untuk Zehra.Dengan wajah yang berseri-seri gadis kecil itu mulai membuka kado-kadonya. "Yee Cela mau buta tado dali Papa," katanya sambil dengan cepat merobek kertas yang membungkus kado berisi tas dari Fras."Aciik Cela dapat tas cekolah aciik aciik aciik." Betapa bahagianya gadis kecil itu saat mendapat hadiah tas sekolah dari Fras."Makacih makacih makacih Papa Flaaas.""Iya Sayang sama-sama." Lanjut, Zehra membuka hadiah dari Nyonya Trissy. "Apa ni yaaa? Waaah boneta Balbieee." Kedua bola mata Zehra yang bulat berbinar-binar saat melihat hadiah dari Nyonya Trissy."Yee Cela cantik cepelti Balbie," katanya lagi seraya bangkit dan berlenggak-lenggok menirukan paras Barbie yang cantik menawan.Semua orang sampai mengg
Cepat Laura membuka kotak kecil itu. Dan didapatinya selembar kertas berisi tulisan di sana.'Hai Bu ....Apa ibu pernah dengar cerita tentang seseorang yang meminta satu tangkai bunga pada Tuhan? Dia berharap dengan setangkai bunga itu pekarangannya yang tandus akan terlihat indah.Tapi satu hari, Tuhan malah memberinya beberapa tanaman kaktus berduri. Awalnya orang itu marah, dia sangat kecewa karena ia tidak mendapatkan apa yang ia pinta. Kaktus-kaktus itu bahkan sampai sering melukai jari-jari tangannya sendiri.Dia pun kembali bertanya kepada Tuhan. Kenapa Tuhan tidak mengabulkan sesuai permintaannya saja? Dia hanya meminta setangkai bunga untuk ia tanam di pekarangan rumahnya, apa itu sulit bagi Tuhan?Dan sampailah ia pada satu hari di mana kaktus-kaktus itu mengeluarkan bunga yang bermekaran indah. Orang itu terkejut sekaligus bahagia karena pekarangannya yang tandus kini terlihat sangat indah bahkan lebih dari yang ia bayangkan sebelumnya.Dari cerita itu kita bisa mengambil
***Esok harinya. Dewi memutuskan akan pergi ke sekolah Zehra."Zehra pasti suka aku buatin dia nasi goreng telur mata sapi ini." Sebelum berangkat Dewi membuat nasi goreng untuk gadis kecil itu dulu. Karena Dewi pikir Zehra akan sangat senang saat dibuatkan nasi goreng kesukaannya lebih-lebih oleh Dewi.Dewi ingat dari dulu Zehra selalu minta dibuatkan makanan ini dan itu, tapi karena dulu Dewi masih belum terbuka hatinya, jadilah dia sering mengabaikan Zehra."Kasihan, padahal dulu Zehra cuma minta dibuatin makanan, kok bisa ya aku sampe kesel banget sama dia?" gumam Dewi di sela pekerjaannya.Perlahan Dewi pun mulai menyadari kesalahannya satu persatu. Kesalahan yang menurutnya mungkin jadi penyebab Zehra berubah dan menjauh darinya.Dewi ingat lagi saat dia membuang Zehra di pinggir jalan, memukul Zehra hingga tubuhnya lebam-lebam, mencubit, mengumpat dan memarahinya setiap saat."Ya Tuhan kenapa aku bisa sampai sekejam itu?" tanyanya sendiri seraya menarik napas panjang."Aku ha
"Udah," jawabnya pelan."Yaah padahal Mama bawa nasi goreng telur mata sapi loh buat Cela, Mama bikin sendiri tadi. Cela mau coba gak?" Zehra menggeleng tanpa bicara. Sesekali bola matanya melirik ke arah gerbang, berharap Laura kembali datang dan menyelamatkannya dari wanita yang kini ada di hadapannya itu."Loh kenapa? Cela marah sama, Mama?"Zehra bergeming lagi. Dewi menarik napas panjang. Jika biasanya ia akan mudah terpancing emosi saat Zehra tak mau menuruti keinginanya, kali ini justru Dewi merasa sedih, lesu dan merasa bingung harus bagaimana lagi."Mama Dewi minta maaf ya kalau Mama Dewi sering marah-marah sama Cela. Tapi mulai hari ini Mama janji, Mama gak akan marah-marah lagi. Cela seneng 'kan?" Dewi memegang kedua bahu Zehra lembut. Ia berusaha agar gadis kecil itu mau menatapnya. Tapi gagal, alih-alih membalas tatapan Dewi, Zehra malah merasa takut. Jantungnya mulai tak karuan dengan keringat yang mendadak banjir di keningnya. Zehra tak mudah lagi percaya pada ucapan
"Iya, rebutlah kembali hati Zehra.""T-tapi gimana caranya, Bu?" Dewi menatap lekat Mbah Asti."Lakukanlah seperti apa yang selama ini dia lakukan. Selama ini Zehra selalu berusaha merebut hati kamu Dewi, anak itu berusaha sekuat tenaganya agar kehadirannya bisa diterima olehmu. Walaupun tetap saja kamu tidak bisa menerima dia sampai dia merasa lelah sendiri. Maka dari itu, sekarang giliranmu, sekarang adalah tugasmu, melakukan apa yang selama ini Zehra lakukan," terang Mbah Asti panjang lebar.Dewi menarik napas berat lalu meremas wajahnya kasar."Ya Tuhan ... Zehra ... kenapa baru sekarang Dewi sadar betapa berharganya dia.""Ibu harap begitu. Perasaanmu kali ini benar-benar tulus, kamu menyesal, merasa takut kehilangan Zehra bukan karena kamu melihat anak itu sudah bahagia dengan orang lain, melainkan karena kamu benar-benar tulus menyayanginya dan sadar akan kesalahmu selama ini."Dewi bergeming. Mencerna ucapan Mbah Asti agak lama."Jangan patah semangat. Kamu harus terus berusah
Fras meremas wajah, "bukan begitu Laura. Aku cuma-""Aku mau kamu pulang sekarang juga. Pergi!" tunjuk Laura ke arah gerbang."Laura kita gak bisa begini terus. Aku ini suamimu dan gak sepantasnya kamu memperlakukan aku begini." Fras membela diri. Sementara satu sudut bibir Laura tertarik sebelah."Kamu beneran ngomong gitu, Mas? Beneran? Setelah apa yang kamu lakukan, kamu bener-bener gak malu sedikitpun?""Laura, aku tahu aku salah. Tapi aku berhak dapat kesempatan kedua 'kan?"Laura menggeleng-gelengkan kepalanya."Jangan harap kamu, Mas! Pergi dari sini atau aku teriak sekarang juga," tegas Laura. Wanita itu kembali meluruskan tangannya ke arah gerbang."Tap-tapi Lau-""Pergiii!" Laura teriak lantang. Sampai ketiga Cleaning Services yang sedang ada di dalam mengintip dari jendela."Kenapa itu mereka?""Kayaknya lagi berantem."Fras yang tak berdaya itu akhirnya bangkit dan berjalan gontai ke arah gerbang."Mas."Pria itu kembali menoleh saat Laura kembali memanggilnya."Jangan lu
Dewi tersenyum miring. Dia lantas melipat kedua tangannya di dada."Hmmh kamu lupa rupanya Laura. Di atas semua yang mampu kamu berikan padanya itu, ada satu ikatan yang gak bisa digantikan atau dibeli atau ditukar oleh apapun dan siapapun, yaitu ikatan darah. Ikatan Darah Laura!" pekiknya kemudian.Laura makin memanas. Emosinya naik ke ubun-ubun. Tapi sebelum ia sempat bicara, Dewi sudah menyerobotnya lagi."Kamu tentu tahu 'kan betapa kuatnya ikatan darah? Bahkan hukumpun, tidak bisa memisahkannya.""Cukup Dewi!""Maaf. Ada apa ya? Kenapa di sini ribut-ribut?" tanya Aagha yang baru saja keluar dari kelas.Dewi dan Laura menoleh lalu membereskan diri masing-masing."Oh ya maaf Pak Guru tadi saya ... emm kami ....""Saya permisi, Pak," timpal Dewi. Wanita itu lalu gegas kembali ke taman.Laura akan menyusulnya juga, tapi cepat dihentikan oleh Aagha."Maaf, Bu. Biarkan saja dulu," katanya.Langkah Laura kembali mati. Dia menoleh ke arah Fras."Tidak baik bertengkar di depan anak-anak,
"Sabar Bu, sabaar, gak apa-apa sekarang Zehra gak mau ikut sama Ibu, lain kali mungkin mau," kata Aagha. Dewi bangkit tertatih, "terimakasih," ucapnya seraya menyeka air mata dan gegas pergi dari sana.Sementara dalam mobil Zehra kembali teringat pada Dewi.Apa Mamah Dewi balu akan cayang cama Cela saat Cela tak ladi cayang cama Mamah Dewi cepelti ini? Tanya hati kecilnya.Hati kecil yang dipaksa tumbuh dewasa oleh keadaan, bahkan sudah bisa bepikir sejauh itu.Sementara Laura yang menyadari gadis kecil di samlingnya mendadak murung cepat bertanya."Heii Cela kenapa?"Zehra menggeleng."Cela mau makan ice cream?"Mendadak mata Zehra berbinar. "Mauuu," serunya."Oke, nanti kalau kita lihat penjual es krim di pinggir jalan, kita turun ya, okey.""Oteey."Laura mengulum senyum kecil lalu mengusap pucuk kepala Zehra dengan lembutnya. Wanita itu memang pandai sekali menghibur hati Zehra, tak heran jika Zehra sangat nyaman bersamanya walau di antara mereka tak ada hubungan darah."Nah itu
Fras mengangguk. Dia agak merasa heran dengan pertanyaan Nyonya Nagita yang mendadak seperti memperdulikan Dewi."Ya Tuhan Fras bisa-bisanya kamu nyuruh Dewi pulang sendirian. Kasihan dia, ini udah malem. Kalau terjadi apa-apa sama dia gimana?"Fras terbelalak. Antara haru dan tak percaya matanya sampai berkaca-kaca."Sana pergi, antarkan dia pulang," titah Nyonya Nagita.Fras mengerjap dan refleks bangkit mengejar Dewi keluar. Tapi sayang rupanya Dewi sudah pergi naik angkot."Ah udah gak ada pula," dengus Fras.Dia pun terpaksa kembali ke ruangannya Nyonya Nagita."Loh kamu kok balik lagi aja?""Dewi udah pergi, Ma. Dia udah naik angkot kayaknya.""Yaah telat kamu Fras."***Seminggu kemudian. Di hari minggu. Zehra dan Dewi kebetulan sedang libur jadi mereka semua sedang ada di rumah.Tok tok tok."Ceel, bisa tolong bukain pintu? Mama lagi nyapu Sayaang!" teriak Dewi."Ote, Mamah."Zehra gegas berhambur ke depan.Kreet."Papaaa. Opaaa." Gadis kecil itu tersenyum lebar dan langsung b
Nyonya Nagita lalu bangkit. Perutnya terasa lapar. Dia baru ingat dari pagi dia belum makan apa-apa. "Ah meningan aku nyari makan ke jalan raya," katanya.Nyonya Nagita jalan tergesa ke jalan raya. Dan saking tergesanya dia sampai tak memperhatikan lalu lalamg mobil yang sedang ramai hingga akhirnya ia terserempet mobil.Bughh. Gedebussh."Aaaa!"Dalam sekali hantaman Nyonya Nagita langsung tak sadarkan diri. Kepalanya terbentur ke bahu jalan sampai keningnya sobek dan mengeluarkan darah yang tak sedikit.Sontak saja semua orang yang ada di sekitar sana langsung berlari mengerubungi Nyonya Nagita."Eh ada kecelakaan ada kecelakaan.""Ada apa itu Dew?" Koh Liem yang melihat orang-orang berlarian depan tokonya ikutan panik."Gak tahu Koh, mungkin ada kecelakaan. Coba Dewi lihat dulu boleh gak Koh?""Ya udah sana sana."Karena penasaran, Dewi gegas lari ke arah orang-orang yang sedang berkerubung."Bawa aja bawa ke rumah sakit.""Tapi siapa yang bakal tanggung jawab? Mana gak ada yang k
"Ya sudah Pak, boleh. Saya izinkan Bapak menjemput Zehra pulang sekolah tapi itu pun kalau gak merepotkan Bapak.""Terimakasih Dew." Pak Indra mengecup pucuk kepala Zehra.Gadis kecil itu hanya tersenyum membalasnya.***Esok harinya Pak Indra benar-benar menjemput Zehra. Pria itu merasa sangat bahagia sebab impian di masa tuanya terkabul bahkan lebih cepat dari dugaannya. Sepulang menjemput Zehra, Pak Indra juga menyempatkan diri bermain dengan cucu satu-satunya itu sampai lewat tengah hari. Pria itu benar-benar menikmati hidupnya bersama Zehra.Walau sekarang hidupnya kekurangan bahkan cenderung miskin, ia sudah tak peduli lagi. Baginya yang terpenting sekarang adalah dia selalu melihat dan bertemu Zehra setiap hari.Sebab hal itu adalah kebahagiaan yang tak bisa ia dapatkan dari manapun. "Cel ... Opa pulang dulu ya, Cela istirahat 'kan capek main terus dari tadi.""Iya, Opa. Tapi eman Cela tak boyeh itut Opa puyang te lumah Opa?""Nanti ya Nak, sekarang belum saatnya. Nanti kalau
Zehra mengangguk polos."Terus selain ngasih permen Opa Indra ngapain lagi? Dia pasti marahin Mama sama Opa ya?" tanya Fras lagi. Perasaannya mendadak cemas karena kedatangan papanya ke kontrakan Dewi."Eendaa. Opa Indla baik, Opa Indla tak malahin Mamah cama Mbah, Opa cuma main cama Cela," jawab gadis kecil itu apa adanya.Kening Fras mengerut. Ia masih tak percaya. Karena penasaran pria itu pun gegas ke dalam menemui Dewi."Dek, apa bener tadi Papa ke sini?""Iya, Mas.""Mau apa dia? Pasti Papa mau jahatin kamu ya?" tembak Fras.Dewi menggeleng cepat. "enggak Mas, Papamu gak jahatin aku. Beliau ke sini justru mau minta maaf soal kejadian kemarin sore karena aku dimarahin sana mama kamu. Oh ya, papa kamu juga main sama Zehra sampai siang. Aku gak nyangka Mas, ternyata beliau sesayang itu sama Zehra. Papamu mau nerima Zehra sebagai cucunya," jawab Dewi panjang lebar.Fras mengembuskan napas lega."Oh ya? Mas sampe gak percaya, kok bisa tiba-tiba Papa jadi baik sama kamu dan Zehra? Buk
"P-pagi." Dewi langsung gugup. Perasaannya berubah tak karuan."Boleh saya masuk?" Pak Indra tersenyum ramah."Oh ya, ya silakan, Pak," katanya.Pak Indrapun gegas masuk dan duduk di kursi sederhana yang ada di kontrakan Dewi."Ad-da apa ya, Pak?" Dewi makin gugup.Pak Indra mengulum senyuman lebar."Oh iya. Begini. Sebetulnya saya datang ke sini karena saya mau minta maaf sama kamu atas perlakuan istri saya kemarin sore," jawabnya.Dewi menunduk, "gak apa-apa Pak, gak usah dipikirin saya makum kok."Mbah Asti keluar dari dapur."Ada siapa Dew?" tanyanya. Dan keningnya langsung mengerut saat wanita tua itu melihat pria paruh baya tengah duduk bersama putrinya.Sementara Pak Indra menggangguk sopan pada Mbah Asti, "selamat pagi, Bu.""Ya selamat pagi. Maaf Anda siapa ya?" tanya Mbah Asti.Dewi menoleh, "Ibu ini ... ini Papanya Mas Fras," ucapnya.Sama halnya dengan Dewi tadi, perasaan Mbah Asti juga mendadak tak karuan saat tahu yang datang adalah papanya Fras.Mau apa dia datang ke si
"Mas cuma pengen tahu, Dek. Kalau Adek cinta sama Mas, harusnya Adek itu enggak perlu ragu, malu ataupun nolak rencana pernikahan kita."Dewi menarik napas berat, "aku itu bukan ragu, malu ataupun nolak Mas, aku cuma lagi berusaha berdamai aja sama keadaan aku yang baru. Pernikahan itu bukan cuma menyatukan dua insan Mas, kita gak bisa memaksakan kehendak kita sementara orang-orang di sekitar kita kita abaikan begitu aja. Lebih-lebih orang tua kamu. Aku tahu cara mereka mungkin salah, tapi usaha mereka untuk memisahkan kita itu adalah bukti rasa sayang mereka sama kamu Mas, mereka itu gak mau kamu sampai salah langkah dan menikahi orang yang gak tepat," ujar wanita itu panjang lebar.Fras bergeming dengan napas kasar. Kadang ia juga tak percaya wanita di hadapannya itu sekarang sudah berubah banyak sekali. Lebih bijak, lebih dewasa dan lebih pendiam tentunya."Yuk sayang buruan makannya, kita harus pulang, takut Mbah nungguin," ucap Dewi lagi pada Zehra."Ote, Mamah."Selesai makan da
Laura dan Aagha yang tak menyangka akan bertemu dengan Zehra di tempat makan itu langsung salah tingkah. "Pak Gulu ciniii," panggil Zehra lagi.Aagha cengar-cengir dan gegas menghampiri meja Zehra. Laura juga mengekor di belakangnya."Eh Cela kok ada di sini?" tanya Aagha."Iya Pak Gulu, Cela ladi mam cama Papa dan Mama Dewi. Pak Gulu cama Mama Laula mau mam juga?""Hehe iya.""Cini duduk baleng Cela." Gadis kecil itu menepuk kursi di sampingnya."Eh gak usah. Pak Guru sama Mama Laura duduk di sana aja, kalau di sini nanti kami malah ganggu," tolak Aagha.Zehra menggeleng, "endaa. Enda dandu kok, iya tan, Pa?"Fras yang sedang berpura-pura fokus makan refleks megangguk, "ah ya silakan, silakan duduk aja bareng kami," ucap dia sekenanya."Gak usah. Pak kita duduk di sana aja," tolak Laura seraya menunjuk ke meja yang ada di pojok. "Oh oke. Gadis cantik Pak Guru sama Mama Laura makan di sana ya."Zehrapun mengangguk.Baru saja Laura dan Aagha akan beranjak ke meja itu, beberapa oran
"Gak apa-apa, gak usah dipikirin."Dewi diam meski perasaannya mulai diterpa gundah. Orang tua Mas Fras jelas menolakku, dia gak akan menerima aku sebagai menantunya. Terus aku harus gimana? Ujarnya sepanjang jalan."Gimana gimana tadi? Apa calon mertuamu mau nerima kamu, Nak?" tanya Mbah Asti saat mereka sampai.Dewi menggeleng lesu. Raut wajah Mbah Asti yang tadi sangat bersemangat mendadak ikut lesu."Tadi Mamah dimalah-malahin cama Oma, Mbah," ucap Zehra dengan polosnya.Mbah Asti menarik napas berat. Ketakutannya benar-benar jadi kenyataan.Kasihan Dewi. Padahal dia udah berusaha jadi wanita yang lebih baik lagi. Sebelum berangkat dia juga gak henti-hentinya berdo'a tapi dia malah harus menerima kenyataan pahit ini. Ya Tuhan, semoga Dewi gak sampai putus asa lagi."Gak apa-apa Dek, gak usah dipikirin, mereka cuma masih kaget aja karena Mas tiba-tiba datang ngenalin kamu, harusnya Mas emang bilang dulu sama mereka," ujar Fras. Mengelus pundak Dewi."Gak apa-apa Mas, bukan salah k
Sore harinya setelah Fras pulang kerja. Fras benar-benar mengajak Dewi dan Zehra bertemu dengan kedua orang tuanya."Pa, kita mau temana?""Kita mau ketemu sama Oma, Sayang.""Oma? Omana Cela?""Iya Omanya Cela, Papa sama Mamanya Papa." Fras menunjuk dadanya memberi Zehra penjelasan."Ooh aciiik," sorak gadis kecil itu polos."Ini, bawa makanan ini buat mereka Fras." Mbah Asti memberikan kue Adas yang tadi dibuatnya bersama Dewi."Iya Bu, makasih ya. Kalian siap?" Fras bertanya pada Zehra dan Dewi yang terlihat masih ragu-ragu itu."Ciaaap." Zehra bersemangat."Dek?"Dewi terdiam lesu."Loh Nak, kok malah lesu? Ayo sana, temui calon mertuamu," kata Mbah Asti pada putrinya."Dewi kayaknya masih belum siap deh Bu, Mas."Mbah Asti mengembuskan napas kasar, "iya tapi mau sampe kapan toh? Sudah sana pergi, mumpung mereka juga ada di sini 'kan?" Dewi pun akhirnya mengangguk lalu gegas pergi bersama Fras dan Zehra."Mas, aku ragu, meningan jangan sekarang deh ya." Dewi menghentikan langkah