ANAK YANG KUBENCI 1
1. Pembawa Sial"Mama ....""APA?!"Suaraku menggelegar saat menyahut panggilan bocah kecil di sampingku. Bocah itu terkesiap karena kaget. Tapi dia tidak mundur, tetap berdiri di sampingku."Jangan panggil Mama! Bandel banget sih?!" Kataku gusar. Sengaja aku melotot selebar-lebarnya mataku agar dia takut."Ada apa, Rita? Jangan berteriak pada anak kecil,"Perempuan tua berambut putih keluar dari kamar, itu ibuku. Beliau mendatangi kami."Keyla, jangan ganggu Mamamu, ayo, sama Mbah."Ibu menggandeng gadis kecil bernama Keyla itu menjauh dariku. Aku melirik jahat. Kuteruskan browsing dengan ponselku. Aku ini sedang mencari pekerjaan. Semua perusahaan yang buka lowongan online aku singgahi. Sayangnya, hanya sedikit lowongan untuk lulusan SMA. Apalagi dengan ijazah kejar paket C seperti milikku. Bikin kesel!Pandanganku melayang pada Ibu dan Kayla di sebelah sana. Ibu duduk di amben kayu beralaskan kasur tikar tipis berwarna biru. Kayla kecil berdiri di depannya sambil membawa boneka kain berwarna pink."Embah, ini tangannya mau lepas," katanya dengan menunjukkan tangan boneka kain miliknya yang rusak. Tangan boneka itu nyaris putus mungkin karena sudah aus."Oh, ini ... Biar embah jahit. Ambilin benang sama jarum sana," kudengar ibuku menjawab. Gadis kecil itu berlari ke kamar embahnya, lalu keluar dengan benang dan jarum di tangannya."Ini, Mbah,"Kayla dan Ibu duduk berdampingan. Ibu asyik menjahit dan Kayla melihat sambil menggoyangkan goyangkan kakinya.Entah kenapa, aku jadi emosi melihat pemandangan itu. Berdiri dari kursi, aku menghampiri Kayla."Bobok siang sekarang!" Kutarik kasar lengan Kayla dan menyeretnya."Bentar, Ma, nunggu Marissa ..."Marissa adalah nama boneka jelek milik Kayla. Dia yang memberi nama sendiri."Nggak bisa, tidur sekarang!!" Aku menyeret lebih kuat. Kayla menangis kesakitan. Sengaja aku mencengkeram lengannya kuat- kuat. Aku suka menyakitinya!"Embah tolong ... Huhuhu," ucap Kayla di sela tangisnya. Ibu yang sedari tadi melihatku geleng kepala."Rita, sudahlah, biarkan dia menunggu bonekanya," ibuku berdiri dan menarik tangan Kayla."Harusnya Ibu itu istirahat, tidur siang. Tapi, anak sialan ini malah nyuruh ibu jahit boneka!""Ibu tidak capek. Tidak mengantuk juga," sahut ibuku cepat.Aku menatap tajam Kayla. Entah mengapa, kekesalanku naik ke ubun-ubun. Kucubit paha Kayla dan kupuntir sebanyak dua kali."Uh! Uh! Rasain, anak bandel!!" Kataku gemas."Aw, aw, sakit Mah ... Whuaaa," tangis Kayla pecah! Sukurin, puas aku menyakitinya."Rita! Keterlaluan kamu!" Ibu menghardikku. Aku tidak peduli. Dengan langkah ringan, kutinggalkan Kayla yang menangis meraung. Pahanya biru-biru pastinya. Haha.**"Bu, pastikan anak itu tidak keluar saat acara nanti!"Kupoles lagi bedak di pipi. Bergaya di cermin. Aku cantik sekali! Hehehe."Kayla tidur," jawab Ibu."Bagus deh, kalau perlu nggak usah bangun sekalian," ucapku santai. Kulirik ibu yang menghela nafas. Peduli amat!Hari ini adalah hari bahagiaku. Mas Hendra pacarku, mau melamar. Kami baru jadian tiga bulan, tapi Mas Hendra sudah ngebet mau melamar. Ya sudah, siapa takut!Selama hubungan yang singkat ini, Mas Hendra baru dua kali datang ke rumahku. Dia hanya bertemu dan berkenalan dengan ibuku. Kayla aku sembunyikan di kamar. Mas Hendra tidak boleh tahu anak sialan itu. Bisa Bubar nanti hubunganku."Sebaiknya, kamu berterus terang saja sama Hendra sebelum lamaran, Rita," kata Ibu waktu itu."Suruh terus terang aku sudah punya anak di luar nikah gitu, Bu?" Mataku mendelik. Ibu mengangguk."Nggak sudi!" Jawabku."Makanya Bu, dari dulu kan udah aku bilang, suruh anak sialan itu memanggilku kakak. Tapi, Ibu selalu menyuruhnya memanggil Mama!" Bentakku geram."Dia memang anakmu!"Rombongan keluarga Mas Hendra sudah datang. Aku dan ibu menyambutnya. Bapakku sudah meninggal, penyebabnya adalah anak sialan itu."Selamat datang," kata ibuku. Senyumku merekah melihat Mas Hendra. Akhirnya, ada yang mau menikahiku juga.Keluarga Mas Hendra yang datang adalah Ibu, ayah, adik, Om, Tante dan Mas Hendra sendiri. Mereka menggunakan tiga mobil. Mas Hendra anak orang kaya."Langsung saja ya, Bu. Kedatangan kami kemari selain bersilaturahmi, juga ada maksud tertentu," Om Pandu, Omnya Mas Hendra membuka acara."Kakak saya ini," dia menunjuk bapak dan ibunya Mas Hendra. "Mereka ingin melamar putri Ibu, yaitu Rita untuk anak lelakinya yaitu Hendra. Apabila Ibu berkenan, tolong ...""Mamaa,"Kayla berjalan memasuki ruang tamu. Sambil membawa boneka kesayangannya, Kayla dengan wajah mengantuk menghampiri aku dan menyandarkan kepala di lenganku. Netraku seketika melebar. Apa apaan ini Kayla?Semua tamu terdiam. Mereka menatap Kayla yang tanpa dosa bersandar di lenganku."Mama?" Ibunya Mas Hendra mengulangi kata Kayla."B_bukan!" Kepalaku menggeleng berkali-kali. "D_dia adik saya," aku melihat ibu, berharap beliau akan mengatakan sepatah kata untuk memperkuat omonganku. Nyatanya Ibu diam saja."Bukan, ini mamaku. Mama jangan bohong!" Cerocos Kayla membuat mukaku merah padam."Kayla!" Aku melotot. Ingin kuremas mulutnya!ANAK YANG KUBENCI 22. Gagal Nikah "Huhuhu," Tersedu-sedu aku menangis di atas tempat tidur. Masih mengenakan gaun terbaikku, dua jam sudah aku menangis meratapi nasib. Duduk menekuk lutut, wajahku menelungkup. Sedih tak terkira. Lamaran yang kunantikan, riasan wajah cantik yang kupersiapkan semuanya sia-sia. Mas Hendra dan keluarganya membatalkan lamaran. Seolah langit runtuh di atas kepalaku, lututku lemas tak mampu menyangga saat keluarga Mas Hendra balik kanan dan keluar dari rumahku. Mereka tidak jadi melamar dan aku gagal menikah dengan pacarku itu, huhuhu. "Mas Hendra, Mas Hendra, tolong jangan begitu," kataku gugup sembari mengejar lelaki yang katanya mencintaiku itu. Mas Hendra menghentikan langkah, dia berhadapan denganku. "Mas, tolong mengertilah, aku juga tidak menginginkan anak itu! Kalau kita menikah nanti, dia juga tidak akan tinggal bersama kita. Anak itu akan tetap tinggal bersama neneknya," ujarku memelas. "Maaf Rita, aku dan keluargaku sudah kecewa sama kamu.
ANAK YANG KUBENCI 33. Kebebasan"Rita, kamu hamil?""E_enggak, enggak!" Aku menggeleng kuat. Dadaku tiba-tiba bergerak naik turun, detak jantung seakan terdengar ke luar dada. Ketakutan mencekik hingga tubuhku bergetar hebat. Bapak mendorong tubuh ini hingga terduduk di kasur. Tanganku gemetar, bibirku bergetar tidak karuan. Bagaimana bisa orang tuaku tahu, padahal aku sudah menyembunyikan perut buncit ini dengan korset yang ketat dan baju gombrang?Ibu memegang perutku yang keras, kemudian beliau terpekik! "Benar kamu hamil!" "Pak, dia hamil!" Ibuku syok, beliau menangis sembari menutup mulutnya. Bapak tertegun diam menatapku. Aku hanya bisa menangis dengan menutup wajah. Mampus lah aku sekarang! Kehamilanku terbongkar! "Buka bajunya, Bu!" "Jangan!" Jeritku. Aku takut banget, bapak akan menghajarku nanti. "Cepat!" Ibu menarik paksa sweaterku hingga terangkat. Blah! Perut buncit yang tertutup Korset ketat segera terlihat. Aku menangis meraung. Tubuhku melorot ke lantai, tak ta
ANAK YANG KUBENCI 4Nyusahin Aja "Ta, aku mau tanya, tapi jangan marah, ya?' Latifah, teman kostku bertanya. Kulihat dia sekilas, lalu mengangguk. Latifah ini dulu temanku saat SMA tapi beda jurusan dan beda kelas. Tinggalnya masih satu kecamatan sama aku, beda desa saja. "Dulu waktu kamu hamil, kenapa tidak digugurin aja?" Tanya Latifah hati-hati. Ini pertanyaan sensitif, dan Latifah baru berani bertanya setelah sekian tahun. "Terlambat," jawabku santai, tanganku tetap nguprek HP. "Maksudnya?" Ck! Gitu aja nggak ngerti, Latifah ini nggak pernah berubah dari dulu begonya. "Orang tuaku baru tahu aku hamil setelah enam bulan. Selama itu, aku sendiri bingung mau ngapain. Kalau sekarang sih gampang, banyak orang jualan obat telat mens di online," aku tertawa kecil,Latifah juga. "Kamu nyesel nggak sih, Ta?" "Nggak!" Jawabku cepat. Aku pindah naik ke kasur. Duduk bersandar di dinding dengan menekuk kedua lutut. "Buat apa menyesal, nangis darah pun semuanya sudah terjadi," suaraku
ANAK YANG KUBENCI 5Pulang Kampung Setelah tiga tahun bekerja, aku mengambil cuti tahunan. Tadinya, aku hanya pulang kalau lebaran saja. Kali ini aku mengambil jatah cuti selama dua Minggu, akan kugunakan untuk pulang kampung. Sebenarnya, aku punya tujuan tersendiri di balik kepulanganku ini. Aku merasa sudah sukses sekarang. Penampilanku berbeda dengan Rita yang dulu. Kulitku kini putih, wajahku mulus dan glowing. Pakaian, sepatu, sendal, tas, jam tangan dan ponselku semuanya baru dan terkini. Apalagi ponselku ini, yang kubeli dengan harga di atas 5 jeti! Ini adalah lambang keberhasilanku! Akan kutunjukkan pada orang kampung yang dulu suka mengolok-olok aku, kalau sekarang mereka semua nggak ada apa-apanya! Cuma mulut sampah! Kubungkam mulut nyinyir kalian dengan uangku! "Eh, Mbak Rita, pulang kapan?" Bu Gofur, tetangga samping rumah menyapa saat aku melihat-lihat kebun sayur ibuku. "Kemarin sore, Bu," jawabku tersenyum. Bu Gofur melihat gelang emas di tanganku. Hmm kesempatan
ANAK YANG KUBENCI 6Anak yang baik Huh, bosen klumbrak klumbruk di rumah. Mana di kampung, sepi. Beda dengan Jakarta, selalu ramai setiap hari. Kalau libur aku jalan-jalan ke mall, belanja, atau nggak nonton bioskop, atau nggak berenang. Kangen sama temen-temen.Pagi ini aku bangun agak siang karena semalam chat-chatan sama temenku sampai larut malam. Cutiku masih seminggu lagi, tapi aku tidak akan menghabiskan di sini, paling dua hari lagi aku balik ke Jakarta. Keluar rumah, aku duduk di teras. Ibu tidak ada, kalau Kayla mungkin sekolah. Anak sialan itu sudah kelas empat SD. Nggak terasa, cepat besar dia. Wajahnya lebih mirip Richard dari pada aku. Kulit putihnya, garis wajahnya bila tersenyum, hidung, bibir, mata, semuanya mirip bapaknya. Hanya rambut dan alis matanya yang tebal, mirip denganku. Masih untung cantik, kalau jelek udah aku buang ke laut tu anak. Mau ngapain ya? Sekarang kok, aku merasa asing di rumahku sendiri. Saat mau kembali masuk rumah, seseorang memanggilku. "
ANAK YANG KUBENCI 7Dimarahin Embah "Ibu pergi dulu, Rita," Memakai seragam ngaji, Ibu berpamitan padaku. Hari ini Kamis pasaran Pahing jatahnya Ibu mengaji kampung. "Iya, hati-hati, Bu," Masih jam setengah dua siang. Aku yang tidak terbiasa tidur siang merasa bosan bermain HP melulu. "Assalamualaikum," Kudengar suara Kayla mengucap salam, anak itu baru pulang sekolah rupanya. Kulihat jam lagi di HP, jam dua kurang sepuluh. Aku bergegas keluar kamar. Kayla sedang mengambil minum. "Heh! Jam segini baru pulang, dari mana?" Tanyaku. "Dari sekolah," gadis kecil berseragam SD itu menjawab. Satu gelas penuh air putih dia teguk sampai tandas. Wajah Kayla berkeringat seperti habis berolahraga. "Pasti kamu habis main, anak SD itu pulangnya jam satu. Ini sudah jam dua!" Mataku mendelik. Anak bandel ini pasti habis bermain dan menghabiskan uang saku dari embahnya. "Beneran pulang sekolah, Mah, kan sekolahnya lumayan jauh, Kayla jalan kaki," jawabnya sembari mengusap keringat di dahiny
ANAK YANG KUBENCI 8ARIA"Rita, selamat ya, sudah diangkat jadi Supervisor," kata Mbak Ratih, mantan supervisor-ku. "Sama-sama, Mbak. Kalau bukan rekomendasi dari Mbak Ratih, aku juga masih Jahit kerah, hehehe," Senangnya aku sudah dinaikkan jabatan menjadi supervisor. Tanggung jawabnya lebih besar karena membawahi line. Gapapa lah, yang penting sebanding dengan gajinya. Aku semakin yakin, bahwa semakin jauh dari Kayla, keberuntunganku semakin mendekat. Sekarang aku diangkat jadi Supervisor, gajiku naik hingga aku bisa pindah ke kos-kosan yang tergolong mewah. Coba masih di kampung, bakalan jadi tukang derep di sawah aku. Kayla memang pembawa sial. Lebih baik, aku jauh-jauh darinya. **Hari ini, kami para supervisor dipanggil untuk meeting oleh manager produksi. Mereka bilang ada buyer yang mau inspeksi. Kebetulan, yang mengerjakan pesanan tersebut termasuk line yang aku kepalai. "Rita, sampai mana progres-nya?" Pak Amir, kepala produksi bertanya padaku. "40 persen sudah di
ANAK YANG KUBENCI 9Jatuh Cinta Lagi?Keluar dari mobil, aku berlari kecil menerjang rintik hujan. Memasuki pagar, aku merasa mobil Aria belum bergerak. Tak sengaja, aku menoleh ke belakang. Benar, mobilnya masih diam di sana. Nunggu apa, sih? Atau dia sedang mengawasiku?"Sampai malam, Rit?" Wina, teman sebelah kamarku menyapa, di tangannya membawa semangkuk mie instan rebus yang masih mengepul. "Eh, iya, tadi mampir dulu ke supermarket terus kehujanan," jawabku sambil tengak-tengok ke jalan. Untung saja sudah pergi mobilnya. Males aku kalau ditanya-tanya sama Wina. Dia itu kepo. Menaruh belanjaan di meja, aku duduk di tepi tempat tidur. Kok rasanya berdebar dan gugup begini sih? Padahal aku sudah bukan anak muda lagi. Bibirku senyum sendiri. Apa karena sudah lama aku tidak bergaul dengan laki-laki? Maksudku jatuh cinta lagi gitu ... hmm.Jujur saja, selama tinggal di Jakarta aku belum pernah mempunyai teman dekat. Semua teman biasa aja, kalau jalan juga ramai-ramai. Aku sendiri ju
ANAK YANG KUBENCI 40End episodeKayla Anakku "Mas, aku ingin bicara ..." Kataku saat hanya berdua saja di kamar bersama Mas Aria. Suamiku mengenakan kaosnya kemudian berjalan ke depan cermin yang menempel di dinding depan meja rias. Mas Aria menyisir rambutnya yang basah. Kebetulan Suamiku habis mandi. Dia kalau mandi malam soalnya pulang kerja juga malam. Sehabis Isya."Ngomong apa?" Mas Aria duduk bersandar di tempat tidur, di sebelahku. Aku memiringkan tubuh, salah satu tangan menyangga kepalaku sehingga aku bisa melihat wajah Mas Aria lebih dekat. Masih ganteng dan gagah di usianya yang setahun lagi menginjak 40."Tentang ...," Berhenti dulu sebab aku merasa sedikit sungkan. "Apa sih?" Mas Aria mengambilnya ponselnya dan mulai mengusap usap layarnya. Sempat terpikir untuk tidak jadi ngomong tapi, ini penting demi hubunganku dengan Mas Aria ke depannya. "Tentang bayi tabung, Mas," kataku akhirnya. Mas Aria tidak bereaksi, tetap sibuk dengan ponselnya. Aku menunggu. "Kenapa d
ANAK YANG KUBENCI 39Bab 39Bayi Tabung "Mama tidak melarangmu berteman dekat dengan cowok, Kay," kataku saat hanya berdua dengan Kayla. Kami memasak bersama. Kayla mendengarkan sembari tangannya asyik memisahkan toge dari akarnya. Hari ini, aku dan Kayla sepakat memasak soto daging sapi. "Kayla nggak pacaran, kok."Aku tersenyum melirik Kayla. Gadis itu menunduk mungkin malu. Aku pernah muda pernah mengalami fase seperti yang sekarang sedang melanda Kayla. Anak seusia mereka jarang yang mau mengaku kepada orang tuanya bila memiliki pacar. Mereka cenderung tertutup dan sembunyi sembunyi. Karenanya aku mengajak bicara anakku supaya dia bisa lebih terbuka denganku, Mamanya. Seorang Ibu juga harus bisa menjadi 'teman' untuk anak gadisnya. "Mama juga lebih suka menyebutnya teman dari pada pacar, Kay." Aku mengambil potongan besar daging berukuran besar yang sudah empuk dari panci presto kemudian mengirisnya menjadi bagian kecil-kecil. Bite size. Supaya mudah dikunyah. "Sebab bertem
ANAK YANG KUBENCI 38Bab 38Kebahagiaan Kayla Membuka lagi foto dan video yang dikirim Kayla dari Manado aku tersenyum sendiri. Raut wajah bahagia terpancar dari setiap tawa Kayla yang terekam kamera. Ada foto saat dia memakai alat snorkel untuk bersiap menjelajah dangkal di perairan Bunaken bersama kedua adiknya. Dari lengan Kayla yang terlihat merangkul kedua anak lelaki yang berdiri di samping kiri dan kanannya, aku tahu Kayla menyayangi mereka. Scroll lagi pada foto-foto yang lain. Saat sebelum makan malam bersama keluarga, Kayla menyempatkan berfoto selfie. Bisa kulihat kekompakan keluarga Richard bersama Kayla meski baru beberapa hari bertemu. Senyum Kayla dan Richard sangat mirip. Ada lagi foto yang membuatku merasa entah lah ... Foto Kayla dengan istrinya Richard. Perempuan cantik berkulit putih itu merangkul Kayla. Senyumnya ceria dan tulus. Kayla juga bercerita kalau Mama Audrey --begitu Kayla menyebutnya-- sangat baik padanya. Selalu menggandeng tangannya kalau berjala
ANAK YANG KUBENCI 37Bab 37PoV KaylaBersama Papa Akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengan keluarga Papa biologis-ku yaitu Papa Richard. Semua atas seizin Mama, kalau tidak aku tidak akan berani. Bagiku Mama adalah segalanya, terutama setelah aku kehilangan Embah Putri, orang yang sangat menyayangiku. Kalau bukan karena wejangan Embah yang kudengar setiap hari, sudah pasti saat ini aku sudah menjadi musuh buat Mama. Embah selalu bertutur baik. Meyakinkan aku bahwa semua yang terjadi padaku, kelahiranku, orang tuaku, adalah takdir yang kuasa. Seorang anak tidak bisa memilih Ibu siapa yang akan melahirkan dia. Pun dengan aku. Bila ditanya sebelum dilahirkan apakah aku mau menjadi anak haram? Pastinya aku menggeleng. Inginku seperti anak yang lain. Punya ayah, Ibu dan mereka menikah sebelum punya anak. Tapi sudah lah itu masa lalu. Bukan untuk dilupakan, dihapus atau dikenang. Ambil pelajaran yang berarti dari sebuah masa lalu yang buruk agar kita lebih waspada dan tidak mengula
ANAK YANG KUBENCI 36Bab 36Richard tetap lah PapanyaKening Alina mengerut, kedua alisnya sampai hampir bertaut. Mata perempuan cantik dan elegan ini menatapku dengan bibir yang tersenyum tapi, hanya separuh yang terangkat. Meski kelihatan aneh tapi, tidak mengurangi kecantikannya. "Apa kamu tidak bertanya pada Aria sebelum kalian menikah, maksudku apa kamu tidak mencari tahu dahulu latar belakang calon suamimu?" Tanyanya. Aku menggeleng. Entah aku ini yang lugu atau bodoh. Jujur aku sangat terpesona dengan Mas Aria. Kebaikannya, penampilannya yang low profile, santun, dewasa dan mau menerimaku apa adanya. Semua itu sudah cukup bagiku menilai dan menerimanya sebagai suami. Sejauh ini, Mas Aria memang lelaki yang baik dan tidak mengecewakan. "Aria baik, dari keluarga yang bibit, bebet, bobotnya bagus tapi, menikah tidak cukup hanya itu. Kalau aku menikah untuk mendapatkan keturunan." Alina bercerita tanpa aku memintanya. "A_aku mencintai Mas Aria, kukira itu sudah cukup ...." Jawa
ANAK YANG KUBENCI 35Bab 35Alasan Richard mencari Kayla "Aku memang belum pernah punya anak, Rit, tapi aku sudah menganggap Kayla adalah anakku sendiri," ucap Mas Aria dengan menatapku. Rasanya malu, karena membabi-buta aku jadi tak sengaja menyinggung perasaan Mas Aria. Menarik nafas panjang dari hidung hingga terdengar isakan, aku terdiam lama. Kenapa masalah Richard tidak pernah selesai merundung hidupku. Kupikir, setelah belasan tahun berlalu, Richard sudah musnah dan tidak akan pernah kembali. "Sudah malam ayo kita ngobrol di kamar," ajak Suamiku. Merangkul pundak, Mas Aria membimbingku masuk ke kamar. Mas Aria mengambil sendiri baju ganti kemudian masuk ke kamar mandi. Aku hanya duduk diam membisu dengan perasaan yang entah lah, rasanya campur aduk. Benci, marah, sakit, geram, kesal, bercampur menjadi satu hingga menciptakan sesak menggumpal di dada. Hingga Mas Aria keluar dari kamar mandi, aku masih dalam posisi yang sama, duduk diam dan menangis di bibir tempat tidur. "
ANAK YANG KUBENCI 34Bab 34Richard datang menjemput Kayla Menunggu Kayla pulang sekolah dengan dada penuh sesak dengan emosi. Kurang ajar anak ini, berani-beraninya dia menemui Richard di belakangku. Pengkhianatan yang tidak akan kumaafkan! Belasan tahun aku menahan perasaan sakit hati, berharap tidak bertemu Richard lagi. Sudah bisa menerima Kayla apa adanya tapi, kenapa Kayla justru membalasnya dengan air tuba? Geram sekali rasanya. Kayla ini memang sengaja membuat masalah denganku. Awas aja!Ting!Pintu lift private terbuka, sosok Kayla, gadis tinggi semampai muncul masih dengan pakaian seragam. Menyambutnya dengan wajah marah, aku berjalan ke arahnya. Plakk!Sekali ini aku menampar pipi Kayla hingga gadis itu menoleh ke samping. Tangan Kayla refleks memegang pipinya yang memerah. Tanpa basa-basi lagi, aku menunjukkan layar ponsel yang ada fotonya dengan Richard yang tadi sudah aku screen shoot. Kayla melotot melihat ponsel di tanganku, bibirnya bergetar tapi, tidak ada sepata
ANAK YANG KUBENCI 33Bab 33PoV Kayla Aku sangat bahagia, akhirnya Mama menemukan kebahagiaan dirinya. Mencintai dan dicintai. Bertahun-tahun aku dianggap anak pembawa sial untuk Mama. Aku tahu, aku adalah anak yang tidak diharapkan tapi, aku sudah dilahirkan dan aku tidak dapat menolak takdir. Aku tidak pernah membenci Mama. Bagaimana mana pun, dia adalah orang yang telah melahirkan aku dengan bertaruh nyawa. Embah, orang yang merawat dan membesarkan aku tidak pernah sekali pun bercerita jelek tentang Mama. Beliau selalu berpesan padaku untuk tetap menyayangi dan berbakti pada Mama. Perlahan, Mama mulai bisa menerima diriku. Rasanya senang sekali tinggal bersama Mama walau aku harus bersandiwara di depan semua orang dengan memanggilnya 'Kakak' Saat Mama berteman dekat, aku berniat untuk melakukan sesuatu untuk Mama. Tidak ingin melihat Mama kecewa dan semakin menuduh aku sebagai batu sandungan buat dia, aku menyusun rencana dengan Om Aria. Akhirnya semua berakhir bahagia. Mama me
ANAK YANG KUBENCI 32Bab 32Richard Menemukan Kayla?"Mama nggak kenal, sebaiknya kamu blokir saja orang begini," kataku dengan langsung memblokir nama akun tersebut dari IG Kayla. Kayla hanya mengangguk. Kuberikan lagi ponsel pada anak gadisku. "Kay, kalau ada orang tanya-tanya begitu, nggak usah dijawab, ya!" "Emang kenapa, Mah?" Menatap."Bijak menggunakan medsos, banyak orang modus sekarang. Banyak berita gadis diculik, dibu nuh bahkan diper ko sa,""Baik, Mah," Kayla menjawab sembari berjalan meninggalkan kamarku. Sepeninggal Kayla aku terdiam lama. Kenapa baru sekarang Richard mencari anaknya, apa motif dia sebenarnya? Sampai kapan pun, aku tidak akan mengizinkan Kayla bertemu dengannya. Enak saja, setelah belasan tahun baru teringat. Ibuku yang membesarkannya dengan air mata, aku yang menanggung malu sendirian. Sekarang, saat benang kusut sudah terurai, dengan seenaknya Richard datang. Pasti dia akan mengambil Kayla dariku. Tidak akan kubiarkan apa lagi setelah aku mendengar