Share

Kacau

Penulis: Lysa_Yovita22
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sebelum menjadi sepasang kekasih, keduanya sudah bersahabat sejak bangku sekolah menengah. Seharusnya Brian hafal betul bagaimana karakter Ivy. Gadis cantik berpinggul ramping menggoda itu, menangis tergugu di sepanjang koridor menuju kamarnya. 

Ivy tampak kacau. Di kamarnya yang sangat sempit, Ivy duduk memeluk lutut. Tubuhnya berguncang keras. Suara ratapan tangisnya pun terdengar memilukan.

Ivy tak habis pikir, bagaimana bisa dalam waktu singkat, kesialan menimpanya bertubi-tubi. Keperawanannya hilang dengan cara memalukan. Lalu Brian kedapatan hampir meniduri adik tirinya. 

"Rumah ini sudah lama berubah menjadi neraka. Tapi kali ini yang paling mengerikan." Ivy terisak-isak.

Semua dimulai ketika Elisabeth mengetahui perselingkuhan suaminya dengan Payton. Elisabeth stres berat. Bobot tubuhnya turun drastis. Apalagi ketika tanpa malu Payton dibawa pulang ke kediaman mereka dengan sepasang anaknya pula.

Elisabeth jatuh sakit. Ivy yang saat itu masih duduk di bangku sekolah atas, menjadi perawat dadakan untuk ibunya. Karena Alden, ayahnya Ivy, menolak untuk membawa istrinya ke rumah sakit.

Semua karena pengaruh kuat Payton. Wanita jalang bermulut manis itu benar-benar sudah menaklukkan hati Alden. Sampai akhirnya, Elisabeth mengembuskan napas terakhir. 

Alden masih saja sibuk mengurusi bisnis yang berkaitan dengan minuman botol dan pengolahan keju. Tidak ada kesedihan sama sekali ketika mengetahui Elisabeth sudah tiada. 

Wanita malang itu dikubur bersama semua kesedihannya di halaman belakang rumah. Tanpa ada penghormatan apa pun juga. 

Tak butuh waktu lama, semua hak atas Elisabeth dan Ivy, beralih ke Payton. Pelakor licik itu naik kelas dengan mudahnya. Bersama kedua anaknya, Lucy dan Lucas, seisi rumah dikuasai penuh.

Hidup Ivy semakin menyedihkan. Segala fasilitas yang tadinya menjadi haknya, dicabut. Ivy bisa melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah, dengan bekerja paruh waktu. Tanpa bantuan dana segar seperti yang didapatkan Lucy dan Lucas.

Padahal Ivy belajar dengan sungguh-sungguh. Karena tahu betapa sulitnya mengumpulkan uang demi membiayai pendidikannya. Berbeda dengan dua anak benalu tak tahu diuntung itu. Kuliah hanyalah ajang pamer harta dan menghabiskan waktu di luar rumah dengan bersenang-senang.

Sekarang, semua tujuan dan kebahagiaan hidup Ivy sudah hancur. Brian hilang bersama dengan harga diri Ivy yang tercabik-cabik.

"Aku kotor. Aku tak layak untuk dicintai. Bahkan Brian saja berubah membuang aku." Ivy masih saja mengeluhkan nasibnya.

Ivy masih ingin menangisi nasibnya. Sambil bergumam sendiri, air mata itu terus saja mengalir. Sampai akhirnya, Ivy berbaring di lantai karena lelah meratap.

Payton merasa belum puas mengerjai Ivy, mendatangi gudang sempit yang dijadikan kamar itu. Dengan kejam disiramnya tubuh gadis yang berbaring meringkuk itu dengan seember air dingin.

"Whoaaa." Ivy menjerit keras karena terkejut. Dia langsung terduduk lalu memeluk diri. "Tan-tante."

"Kau memang tak bisa diandalkan! Aku menyuruhmu apa, hah? Kenapa kau malah enak-enakan tidur?" Payton melempar ember ke arah Ivy.

Ivy mengaduh. Ember itu tepat menghantam kepalanya. Bukannya merasa bersalah, Payton malah mendengkus keras. "Cepatlah berbenah! Aku tak mau repot mengurus tua bangka itu."

"Iya, Tante." Ivy beringsut untuk bangkit. 

Payton berdecih mencemooh lalu keluar dari ruangan yang menyesakkan dadanya itu. Sejak enam bulan lalu, Alden terbaring pasrah di atas ranjang. 

Satu persatu masalah menghantam kepala Alden. Karena beberapa cabang usahanya mengalami kerugian. Orang-orang yang dipercaya ternyata mengambil keuntungan di belakangnya. 

Tanpa sepengetahuan Alden, orang-orang itu mengikat diri dengan Payton. Semua kecurangan itu masuk ke rekening pribadi wanita ular yang dijadikan selingkuhan Alden.

Ketika Alden menemukan bukti, semua sudah terlambat. Racun yang dicekoki Payton setiap hari dengan dosis sangat rendah itu membuat Alden mengalami stroke. Pembuluh darah di kepalanya pecah. 

Sosoknya kini tak lebih dari seonggok daging tanpa daya. Hanya bisa terbaring pasrah di kamar pengasingan. Tempat di mana dahulu Elisabeth diletakkan sampai akhirnya meregang nyawa. 

Tugas merawat Alden diserahkan ke Ivy. Walau sudah diperlakukan tak manusiawi, Ivy tetap saja telaten merawat ayahnya. Karena sadar, Alden satu-satunya yang tersisa dari keluarganya.

Setelah membersihkan diri, Ivy berjalan pelan menyusuri lorong menuju kamar ayahnya berada. Lagi-lagi pemandangan menyakitkan itu harus dihadapinya. 

Lucy dan Brian sedang berciuman di depan pintu kamar. Ditekannya kuat-kuat dada yang terasa sesak. "Permisi. Aku mau lewat."

"Kau layak mendapatkan yang terbaik, Lucy. Aku mencintaimu. Kita akan menikah dalam waktu dekat." Brian sengaja mengeraskan suaranya. 

Ivy berhenti melangkah. Dipejamkannya mata sambil berdesis lirih. Lagi-lagi dia kalah dari adik tirinya itu. Mungkin memang sudah nasibnya menjadi pembantu di kediamannya sendiri. Semua haknya sudah dirampas paksa. Termasuk laki-laki pertama yang sangat dicintainya itu.

Ivy berjalan menjauh. Hatinya sudah tak lagi berbentuk. Terlalu sakit dengan semua hal mengerikan yang dialaminya dalam waktu singkat. 

Ivy bersimpuh di samping ranjang yang ditiduri ayahnya, Alden Riley. Sekuat tenaga ditahannya suara isakan. Namun, gagal. Ivy menangis tersedu-sedu sambil berbaring meringkuk. 

Ivy menghapus air matanya. Tubuhnya terasa dingin dan ngilu karena berbaring di lantai itu. Dia harus bergegas memberi makan dan membersihkan tubuh ayahnya.

Ivy berbalik badan. Dipastikannya semua jejak basah di pipi sudah hilang, barulah dia berani menatap wajah ayahnya. "Maaf, Ayah. Aku kesiangan."

Alden yang ikut menangis mendengar isakan memilukan dari putrinya, pura-pura sedang terlelap. Namun, Ivy melihat semua air mata itu. "Kenapa Ayah menangis? Apa ada yang sakit?" 

Ivy selalu mengajak Alden mengobrol. Walau sampai detik ini, semuanya sia-sia, tetapi Ivy merasa memiliki kembali perhatian dan kasih sayang ayahnya. Seperti dahulu, sebelum iblis betina berwujud Payton datang menghancurkan segalanya.

Ivy menyeka lembut air mata di pipi yang biasanya tampak penuh dan gagah itu. Penyakit dengan cepat menggerogoti tubuh dan kewarasan Alden. Laki-laki yang biasa perkasa dan sibuk itu, mendadak lumpuh layu seperti zombie.

"Ayah, ayo semangat untuk sembuh. Temani aku melewati semua cobaan dalam neraka ini," bisik Ivy, lirih. 

Cintanya begitu besar untuk Alden. Walau berkali-kali keberadaannya diabaikan, tetap saja Ivy menghormati ayahnya. Karena sejatinya ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuan.

Alden membuka mata. Tatapannya menyedihkan. Matanya seperti mengisyaratkan keinginan untuk mengatakan rentetan kalimat penyesalan. 

Ivy sedang sibuk menyeka tubuh Alden. Sesekali terdengar senandung lirih tentang lagu yang biasa dinyanyikan oleh Elisabeth.

Setiap kali merasa rindu dan kesepian, lagu tentang cinta dan pengorbanan itulah yang didendangkan Ivy. Lagu yang selalu dinyanyikan ketika Elisabeth sibuk membuat kue jahe kesukaan seisi rumah. 

Untuk menghibur hati, Ivy selalu membangkitkan kenangan manis tentang kebersamaan keluarga mereka di masa lalu. Mengenang kembali saat-saat bahagia agar sisi warasnya masih terjaga.

Alden tak berkedip menatap wajah cantik putrinya. 'Ah, Elisabeth, Cintaku. Tak seharusnya aku menyia-nyiakan malaikat kecil yang kau lahirkan dengan susah payah ini. Tunggulah aku. Kita akan bertemu sebentar lagi, bersama dalam keabadian.' Alden hanya mampu membatin seraya melirik ke kiri dan kanan.

Bab terkait

  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Temukan Dia!

    Sejak peristiwa pemenangan lelang gadis di malam dua bulan lalu, Ocean Aloysius Alexavier, tak pernah lagi berselera menghabiskan malam panjang bersama wanita bayaran.Setiap ingin menuntaskan dahaga, seleranya menguap walau wanita bayaran itu sudah dalam kondisi siap tempur. Bayangan wajah cantik gadis bermata kehijauan dengan rambut ikal berantakan, lengkap erangan sendu, terus menggema di kepalan Ocean.Sayang, Ocean kehilangan jejak dan petunjuk tentang siapa gadis yang mencuri uang seratus dollar miliknya pagi itu. Padahal Ocean dengan senang hati akan memandikan gadis itu dengan jutaan dollar jika saja ada malam-malam panas berikutnya. Bibir sensual yang merekah merah alami itu seakan-akan membiusnya agar tidak lagi sembarangan memagut milik jalang lain. Wajah sendu yang mengerang manja itu pun menari-nari di pelupuk mata Ocean."Pakailah bajumu. Aku berubah pikiran." Ocean mendengkus keras lalu berpindah ke sofa. Diteguknya wine untuk mengusir rasa kesal.Wanita bayaran yang s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Mengambil Keputusan

    Ivy merasa tubuhnya seperti tidak bertulang. Seluruh sendi terasa nyeri dan rasa mual terus saja mengganggu. Belum lagi lidahnya yang bereaksi aneh jika mengecap rasa.Sekuat tenaga, Ivy berusaha melawan semua rasa tak nyaman yang menggerogoti tubuhnya. Dia harus sehat karena ada ayah yang harus diurusi. Ivy mengendap-endap menuju dapur. Harum aroma kaldu sapi yang menguar seolah-olah menuntunnya menuju ke ruangan itu. Air liurnya menetes membayangkan bagaimana gurihnya kuah beraroma rempah itu. Namun, tatapan galak dari kepala koki, membuat Ivy merasa miris. "Bukannya Nyonya Besar melarangmu berkeliaran di dapur?" Riddle, kepala koki, berkacak pinggang."Ma-maaf, Tuan. Aku lapar," ucap Ivy, jujur. "Tidak bisa. Menu ini khusus untuk Nona Muda yang sedang hamil. Kau harus menunggu jika ada sisanya." "Tapi ini rumahku! Kenapa kalian memperlakukan aku seperti ini?" Suara Ivy gemetar ketika menyuarakan protesnya."Aku hanya menjalankan perintah Nyonya Besar. Pergilah! Aku tak mau di

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Kabar Menyakitkan

    Ketika Ivy baru saja kembali dari pekerjaan paruh waktu sepulang kuliah, tak sengaja mendengar obrolan Payton dan Lucy. "Pemberkatan pernikahan akan digelar minggu ini, Mama. Pestanya menyusul bulan depan. Bagaimana menurut Mama?" Lucy tampak semringah, sambil menggelayut manja di lengan Brian. "Terserah bagaimana baiknya saja. Di mana diadakan pestanya?" Payton tersenyum lebar. "Di rumah ini saja, Tante. Aku akan mengirimkan uang untuk biaya keseluruhannya. Atau Tante mau terima beres?" Brian menatap manis ke arah Lucy. Hati Ivy terasa seperti ditikam pisau. Di saat dirinya harus menyeimbangkan antara mencari uang untuk menghidupi diri, mengurus ayah, juga menjaga kandungan, Lucy mendapatkan semua dengan mudah. Jika biasanya Ivy bisa menahan diri, kali ini entah kenapa dia merasa begitu kesal. Apalagi ketika melihat bagaimana cara Brian mengusap lembut perut Lucy yang terekspos jelas itu. Lucy tanpa malu mengenakan tank top model crop top. 'Tuhan, ini tidak adil. Kenapa selalu a

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Hukuman

    Ivy tak peduli dengan apa yang didapatkan Lucy sebagai calon pengantin di keluarga Brian Ashley. Pun ketika semua atribut mewah pesta yang diselenggarakan di kediaman keluarga Ivy. Dia dikurung Payton di kamar sempit Alden. Namun, bukan Ivy namanya kalau tidak bisa mencoba untuk keluar. Mansion ini tempat tinggalnya sejak lahir. Sudah tentu Ivy hafal area yang tak diketahui Ibu dan saudari tirinya.Separuh mengendap, Ivy menelusuri lorong menuju taman belakang di mana pesta berlangsung. Gaunnya lusuh, penampilannya mirip pelayan kelas bawah.Lampu-lampu menghiasi taman yang luas itu. Kursi dan meja kayu disusun rapi lengkap dengan hidangan lezat. Sepanjang jalan menuju area yang dibuat menyerupai altar dikelilingi rangkaian bunga-bunga di mana Lucy dan Brian duduk dengan senyum semringah tercetak jelas. Dari tanaman yang dibentuk rimbun itu, Ivy mengintip dengan hati penuh luka. 'Kalian bersenang-senang di atas lukaku. Kalian makan dan minum, berpesta menggunakan kekayaan Ayah.' Di

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Rumah Sakit

    Ivy terbangun karena suhu tubuhnya terasa sangat panas. Semalaman berbaring di dalam kamar mandi membuatnya menggigil. 'Pasti para pelayan sudah bangun. Aku harus keluar dari tempat ini.' Ivy mencoba untuk menggedor pintu dengan sisa tenaga yang ada."To-tolong. Siapa saja, tolong akun!" teriak Ivy.Tidak ada jawaban. Letak kamar mandi itu memang agak di belakang. Ivy terus mencoba dan berharap akan datang seseorang untuk mengeluarkannya.Brian yang diminta oleh Lucy mengambil makanan dari dapur mansion, tiba-tiba mendengar suara dari kamar mandi itu."Aneh, aku seperti mendengar suara dari pintu itu." Sebenarnya, Brian tersasar karena salah berbelok. Harusnya ke kanan, mantan kekasih Ivy itu malah ke kiri. "Tolong," rintih Ivy sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya.Separuh ragu Brian mendekat ke arah pintu. "Aneh, kuncinya malah tergantung di sini." Brian mendekatkan telinganya ke arah pintu. Hening. Tidak terdengar suara apa pun. "Tidak mungkin mansion ini berhantu, kan?'Did

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Payton Mengetahuinya

    Mansion milik Alden pagi-pagi sudah dihebohkan dengan teriakan Lucy. Wanita manja yang tengah berbadan dua itu sibuk mencari ke mana suaminya.Namun, tak ada satu pun pelayan di mansion yang berhasil menemukan Brian.Lucy menepuk jidatnya. 'Dasar bodoh! Kau kan sudah menyadap lokasi di mana Brian berada.' Lucy berbalik, melangkah ke kamar untuk menyambar ponsel di atas nakas dan mengenakan cardigan selutut. Keningnya mengernyit ketika melihat di mana lokasi Brian berada. Sementara di rumah sakit, suster sudah membantu memindahkan Brian ke sofa. Ivy tak bisa berbuat banyak. Tubuhnya terasa lemah dan tidak bisa banyak bergerak. Keduanya masih tertidur pulas ketika Lucy menerjang masuk. Dengan penuh drama, Lucy mengguncang bahu Brian. "Bangun! Brian, bangun!"Brian menatap nanar. Pengar menghantam kepalanya. Brian menelan ludah ketika menyadari di mana dirinya saat ini. "Lu-lucy, ke-kenapa kau ada di sini?" Lucy menangis keras. "Seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kau ada di kamar i

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Ancaman Payton

    Tidak ada hal yang mudah untuk dijalani oleh Ivy. Dalam keadaan hamil, dia harus tetap tegak dan waras menjalani hari. Ivy juga tetap pergi berkuliah dan bekerja paruh waktu.Kondisi kehamilannya pun sering menjadi bahan olokan dan cibiran. Sangat berbanding terbalik dengan Lucy yang disayang dan penuh kemudahan.Dengan alasan morning sickness yang mengganggu, Lucy tidak melanjutkan pendidikan. Tentu saja Ivy merasa sedih. Di saat dia pun hamil, tetapi masih harus tetap beraktivitas dan bekerja layaknya gadis normal.Ivy baru saja mendapatkan bis yang membawanya ke kafe tempatnya bekerja. Ivy meringis karena merasakan kram di perutnya. "Ssh." Ivy memejamkan mata sambil mengelus lembut perutnya yang mulai membuncit. Seorang nenek tua di sebelahnya menatap cemas. "Kau kenapa, Nona?"Ivy membuka mata lalu menoleh. "Aku tidak apa-apa, Nenek. Hanya sedikit kram saja.""Ah, pasti rasanya tidak nyaman." Wanita berusia senja itu tersenyum sedih.Ivy balas tersenyum. "Aku pikir semua perempu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Beasiswa yang dicabut

    Alden ingin menolak semua yang biasa dilakukan Ivy dalam mengurusinya. Namun, tidak bisa. Lagipula siapa lagi yang bisa diharapkan bisa mengurusi sama telatennya seperti Ivy?Selama hidupnya terpuruk, Payton malah meludahi dan mengatakan umpatan kasar juga kotor. Seakan-akan membalaskan semua dendam yang selama ini tanpa sadar dipupuk oleh Alden sendiri.Jadi, Alden hanya bisa menatap datar ke wajah putrinya. Walau terselip rasa marah, tetapi Alden bisa apa? Tak sedikit pun perlakuan Ivy berubah untuknya.'Apa laki-laki itu menolak untuk bertanggung jawab? Jadi kau terpaksa bertahan hidup di mansion yang tak ada ubahnya seperti neraka ini?' Alden mengerjapkan mata, berusaha menekan perasaan yang bergejolak hebat akibat pemikiran mendadak itu.Alden membuang rasa marahnya. Karena mendadak berpikir kemungkinan terburuk. 'Bagaimana kalau ternyata Ivy adalah korban pelecehan? Ya Tuhan, malangnya nasib putriku.'Air matanya mengalir perlahan. Ivy yang sedang sibuk mondar-mandir menyiapkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Melebur Rasa

    Ocean membimbing Ivy ke depan kaca. "Lihatlah. Betapa cantiknya wajah istriku."Ivy menggeleng. "Tidak. Kau memuji hanya untuk menyenangkan hatiku saja."Ocean mengecup pundak Ivy. "Kenapa bisa terpikir seperti itu, hm?""Entahlah. Mungkin karena beberapa bekas luka yang belum sepenuhnya sembuh. Atau kau bosan karena sudah terpisah sekian lama denganku." Sebenarnya, hati Ivy sakit saat mengutarakan rasa. Ocean tersenyum. "Apa kau ingin tau seberapa parahnya keadaanku saat kau pergi tanpa pesan?""Kau tampak baik-baik saja." Ivy masih bersikeras. Ocean menarik tubuh Ivy agar saling berhadapan. "Lihat baik-baik suamimu ini. Apa yang berubah sejak kau pergi, hm?"Ivy menelisik dengan teliti. "Kau lebih kurus. Cambangmu berantakan. Kau juga seperti lupa caranya bersisir dengan rapi.""Dan apa kau tak melihat kalau aku punya kantung mata?"Tatapan Ivy terkunci di sepasang bola mata sebiru lautan itu. "Apa kau tidak bisa tidur?"Ingin sekali Ocean mengigit bibir Ivy yang begitu ringan ber

  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Tak Menarik Lagi

    Ocean menatap lembut. Jemarinya terulur untuk merapikan rambut Ivy, lalu diselipkan di belakang telinga. "Kau adalah hal paling luar biasa yang bisa mengubah sudut pandangku tentang cinta."Ivy tak mampu menahan semburat merah yang hadir akibat rasa jengah karena pujian itu. Isi kepala dan hatinya bertentangan. Kedua organ tubuh itu sedang melakukan tugasnya masing-masing."Katakan, Sayang. Apa yang terjadi sampai kau bisa mengikuti acara lelang itu?" Ocean ingin memperbaiki semua dari awal pertemuan mereka. Lalu Ivy pun bercerita tentang pekerjaan sampingan yang diambilnya setelah pulang kuliah, yakni menjadi petugas katering. Saat itu, adik tirinya datang sebagai tamu. Salah satu pelayan yang juga bekerja di sana, memberi Ivy minuman. Setelahnya tubuh Ivy terasa aneh. Ivy pun mengadukan hal itu ke Lucy, adik tirinya. Lalu dia dibimbing masuk ke kamar milik penyelenggara pesta, Mike.Ocean tahu ada sesuatu yang dicampurkan dalam minuman itu. "Maaf, apa sebelum ini, kau pernah minu

  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Kejujuran

    Dokter sudah mengizinkan Ivy untuk pulang. Saat dia mengatakan harus mampir ke apartemen milik Joshua, Ocean hanya menggelengkan kepalanya. "Tapi barang bawaanku ada di sana, Ocean." Ivy hendak melepas seat beltnya."Aku sudah meletakkannya di bagasi belakang, Sayang. Kita hanya perlu pulang saja." Ocean berkata lembut. Sungguh, Ocean sudah berjanji akan benar-benar memperlakukan Ivy dengan sebaik-baiknya. Ocean berniat untuk membahas semua tentang masa lalu keduanya. Agar kelak tak akan ada lagi bahan bangkitan dari masa lalu. Ivy pun tak jadi membantah. Apalagi melihat sorot mata sebiru lautan itu begitu teduh menenangkan hati. Ivy terhipnotis."Kita belum boleh mengunjungi Kakek lagi. Dan sekarang, setiap aku dinas ke luar kota atau luar negeri, kau harus ikut."Nyali Ivy sudah tak seberani saat mengetahui kebenaran yang sengaja disembunyikan Ocean. Sekarang, dia hanya ingin hidup tenang sambil membesarkan anak dalam kandungan saja. Ke-empat orang itu berada di satu pesawat yan

  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Menyelesaikan

    Joshua tak menyangka kalau perempuan hamil yang menarik perhatiannya ternyata adalah istri konglomerat.Walau penampilan Ocean tampak dingin, tetap saja aura dirinya mampu mengintimidasi lawan bicara. "Maaf, aku tak tahu kalau Aurora punya suami. Dia sama sekali tidak pernah membahas tentang itu."Tanpa berkata apa-apa, Ocean mengeluarkan semua bukti. "Empat pekerjamu mengeroyok istriku. Seperti ini kondisinya sekarang."Joshua gusar bukan main. Apalagi melihat foto yang diam-diam diambil Ocean ketika pertama kali tiba di ruang pasien itu. "Ini ... astaga! Berengsek sekali.""Ya. Semua hanya karena kau memperlakukan istriku secara berlebihan di mata orang lain. Katakan, berapa yang harus aku bayar?" Kesombongan begitu kuat terpancar dari Ocean.Joshua tersenyum tipis. Lelaki di hadapan ini bukan sedang menantang harga dirinya sebagai atasan Ivy. Lelaki ini hanya sedang berusaha melindungi istrinya. "Tidak ada. Aku ikhlas melakukan hal itu. Dia adalah stafku yang berdedikasi tinggi."O

  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Dia Datang

    Masih dalam kondisi gemetaran, Ivy menekan tombol pemanggil suster. Tak lama kemudian, suster datang. "Ibu sudah siuman? Bagaimana? Apa yang Ibu rasakan?""Bayiku bagaimana?" Ivy tidak mencemaskan keadaannya. Masih ada yang jauh lebih penting."Bayi Ibu baik-baik saja. Luka lebam juga sudah diobati. Bukti visum juga sudah ada." Suster itu menatap iba. Paramedis yang menangani, mengira kalau Ivy menjadi korban perampokan."Boleh tolong ketikkan alamat lengkap rumah sakit ini? Keluargaku ingin berkunjung." Ivy menyodorkan ponsel berisi aplikasi pesan langsung ke nomor Charlotte."Oh, tentu saja boleh. Sebentar." Dengan sigap, suster membantu apa yang Ivy inginkan, lalu mengembalikan ponsel. "Terima kasih banyak, Suster. Maaf, di mana orang yang menolongku?""Beliau sudah pergi. Tapi dia meninggalkan nomor telepon. Nanti akan aku tanya di pihak resepsionis.""Baik. Sekali lagi terima kasih, Suster." Ivy mencoba tersenyum.Rahangnya masih terasa sakit. Pun lehernya agak nyeri. Cekikan di

  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Dikeroyok

    Biasanya, Ivy selalu tersenyum ketika berpapasan dengan para pekerja di restoran itu. Namun, sejak kejadian dengan beberapa waiters dipecat sepihak oleh Joshua, lebih banyak yang melengos atau pura-pura tidak melihatnya.Ivy hanya bisa mengelus dada. Bersikap sabar ada semua cobaan yang sedang di jalaninya. Isi tahu ada janin yang harus ditanggung secara mental dan fisik. Sepulang kerja, Ivy menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu gerai salad. Lidahnya tiba-tiba menginginkan makanan itu. Ivy sampai membawa pulang satu pack salad untuk dimakan di apartemen.Karena lokasi gerai salad itu dekat dengan taman, Ivy menyempatkan diri untuk menikmati senja. Dia duduk di bangku taman yang kosong. Sembari menatap keindahan semesta, Ivy mengelus lembut perutnya. "Bayiku, sedang apa di sana? Kau suka dengan rasa salad yang tadi Mama makan?"Sesekali Ivy tersenyum. Di bayangannya, ada anak yang terlahir dari rahimnya lagi. Dia bisa melupakan kerinduan kepada Lake yang sampai sekarang pun

  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Pengakuan Joshua

    Ivy tak bisa lagi bersikap seperti biasa ke Joshua. Pun lelaki itu seperti sengaja menjaga jarak. Ivy berusaha bekerja sangat profesional. Jika harus bersinggungan dengan Joshua, Ivy memasang sikap sangat formal. Hal itu membuat Joshua berang. Sepulang dari memeriksa laporan cabang-cabang restoran, Joshua sengaja mampir ke unit apartemennya. Walau sudah hafal luar kepala passcode, tetap saja Joshua harus menekan bel. Demi kesopanan, pikirnya. Ivy muncul dengan tampilan gaun tidur bermotif bunga dengan panjang selutut. "Ah, ternyata Anda. Maaf kalau aku sudah bersiap untuk tidur."Joshua tersenyum canggung. "Ada hal yang mengganggu pikiranku. Jadi aku putuskan untuk mampir.""Oh, begitu? Silahkan masuk. Toh ini unit milik Anda sendiri." Ivy membukakan pintu selebar mungkin.Joshua masuk dan mencium aroma teh. "Kau menyeduh teh?""Ya. Agar pikiranku bisa lebih rileks. Mau aku buatkan juga?""Sepertinya masih ada stok kopi di lemari. Aku akan membuatnya sendiri." Joshua berjalan cepat

  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Pemecatan

    Joshua menempatkan diri sebagai lelaki yang siaga. Bukan hanya membantu Ivy berbenah, tetapi juga membawakan barang-barang itu ke apartemen. Sedikit banyak, hati Joshua iba melihat apa yang Ivy bawa. Sangat sedikit jika dibandingkan dengan selayaknya orang pindah rumah. Pun sejak saat itu, kedekatan di antara keduanya terus terjalin. Membuat Ivy merasa begitu banyak berhutang budi. Semuanya mulai tampak berbeda. Saat Ivy berada di dalam salah satu bilik toilet, ada suara dari luar. "Kau tau kalau sekarang dia sudah tinggal bersama pemilik restoran ini.""Dia?" "Ya. Si Aurora. Apa mungkin bayi dalam kandungannya itu pun anaknya Tuan Joshua?"Ivy yang tadinya hendak keluar dari bilik toilet, langsung mematung. Rumor itu sangat oimengerikan. Tuduhan menyakitkan hati yang terkesan kalau Ivy adalah perempuan murahan. "Hush! Jangan menebar gosip. Kalau ternyata bukan, itu akan menjadi bumerang bagi mulutmu sendiri."Ivy tak bisa mengenali siapa saja yang ada di luar bilik toilet. Hanya

  • Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan   Unit Apartemen

    Sembari terisak-isak Ivy bercerita. Di seberang percakapan, Charlotte pun ikut menangis. "Katakan, apa yang harus aku lakukan?" tanya Charlotte di antara derai air mata."Tidak ada. Tolong rahasiakan keberadaanku. Juga nomor ponsel baru ini." Ivy sudah merasa jauh lebih baik setelah bercerita pada sahabatnya."Tapi, Sayang, dia berhak tau dan kau kejar pertanggung jawaban." Charlotte masih berusaha melunakkan hati Ivy."Biarlah. Aku hanya ingin hidup berdua dengan bayi ini." Ivy menyeka air mata. "Maafkan karena aku mengganggu tidurmu.""Hei, apa kau tau kalau belakangan ini aku jarang bisa tidur dengan nyenyak, hah? Aku terus teringat dan merindukanmu." Charlotte masih sempat mengomeli Ivy.Sungguh, Ivy merasa terharu. Disadarinya rasa rindu itu utuh untuk gadis cerewet yang dapat dibayangkan bagaimana raut wajahnya saat ini. "Aku rindu. Aku tak bersemangat kuliah karena kau tak ada. Apa kau tak ingin mencicipi cheese pizza di kantin kampus?" Air liur Ivy muncul membayangkan keju

DMCA.com Protection Status