Beberapa saat kemudian, suasana menjadi tegang. Para senior saling memandang dan bertanya-tanya."Wilson, apakah benar apa yang kamu katakan? Putri Markus Salveston adalah istrimu?" tanya salah satu senior dengan nada penuh keraguan.Wilson mengangguk, wajahnya terlihat serius. "Ya, benar. Viyone adalah istri ku.""Bagaimana ini bisa terjadi? Kedua orang tuamu memiliki seorang menantu dari putri pembunuh mereka. Ini tidak masuk akal," sela senior lainnya dengan nada tidak percaya.Wilson menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Semuanya berawal dari orang yang mencampur obat ke minumanku. Sehingga tanpa sengaja, aku menggunakan dia sebagai pereda obat itu. Aku baru tahu tidak lama ini."Seorang senior lain, dengan nada curiga, menimpali, "Akan tetapi, istrimu juga adalah putri yang ditinggalkan oleh Markus. Semasa masih muda, kami sudah tahu dia adalah orang yang memiliki ambisi yang tinggi. Sehingga tega meninggalkan anak dan istri sendiri."Wilson menggelengkan kepalanya dengan t
Elvis baru saja kembali dan melaporkan sesuatu kepada Wilson yang sedang berkumpul dengan keluarganya di ruang keluarga."Bos, Markus mengadakan acara makan malam dengan beberapa mafia lainnya. Mereka yang diundang adalah orang-orang yang menantang Anda selama ini," ujar Elvis.Wilson, yang duduk bersama anak-anak dan istrinya, Viyone, menanggapi dengan tenang. "Sudah tidak heran. Apa rencana dia selanjutnya?"Elvis menghela napas sebelum menjawab. "Bos, Markus mengungkit kejadian enam tahun lalu. Dia berniat mencemarkan nama baik Anda."Perbincangan mereka terhenti sejenak saat Nick dan Ethan masuk ke ruang tamu."Pemilihan tidak lama lagi, Tuan besar akan kembali. Markus menggunakan kesempatan ini untuk menjatuhkan bos. Sepertinya dia berniat mengambil posisi ketua mafia dunia," ujar Nick dengan nada serius.Ethan menambahkan dengan wajah penuh kekhawatiran, "Kalau dia yang terpilih, maka hancurlah kalangan mafia karena ulahnya."Wilson mengangguk pelan, merenungkan situasi yang sem
Siang itu, Nick mengajari Chris menggunakan panah. Chris menggunakan panah kecil dan mengarahkannya ke sasaran yang telah diatur oleh Nick. Ia mengikuti ajaran Nick dengan melepaskan anak panah itu. Ternyata anak panah tersebut meleset dari sasaran, namun Nick tersenyum dan memberikan dorongan kepada Chris untuk mencoba lagi.Chris pun mengambil posisi, menyiapkan anak panah berikutnya. Ia mengatur napas, menarik tali busur dengan lebih mantap, dan dengan bimbingan Nick, ia melepaskan anak panah itu dengan lebih tenang dan fokus. Anak panah tersebut melesat dan tepat mengenai sasaran."Hore... aku berhasil!" teriak Chris dengan girang, melompat kegirangan."Selamat, Tuan Muda, Anda berhasil," ucap Nick dengan bangga, sambil menepuk bahu Chris. "Latihan yang baik dan ketekunan selalu membuahkan hasil."Chris tersenyum lebar, merasa sangat puas dengan pencapaiannya. "Terima kasih, Paman! Aku masih ingin berlatih!" ucap Chris dengan senyum.Sementara itu, Vic yang juga ikut belajar mem
"Paman, apa kabar? Saya adalah Viyone Florencia," sapa Viyone dengan hormat pada senior suaminya, Wilson."Kamu adalah Bella Salveston, putri Markus?" tanya salah satu mafia itu, memandang Viyone dengan tajam."Benar!" jawab Viyone dengan tegas, meski hatinya sedikit berdebar.Wilson berdiri di sampingnya, dengan kedua putranya, Chris dan Vic, yang tampak tenang tapi waspada."Chris, Vic, cepat menyapa!" perintah Wilson dengan suara lembut namun tegas.Chris, dengan tatapan polosnya, melangkah maju dan menyapa, "Hai, Kakek yang ada di sini, saya adalah Chris," sambil melambaikan tangan mungilnya.Tidak mau kalah, Vic maju dengan penuh semangat, "Saya adalah Vic, yang paling imut dan jenius," katanya dengan senyum lebar.Mereka melihat kedua putra Wilson dengan senyum puas dan kagum. Salah satu senior mafia itu berkata dengan nada puas, "Wilson, anakmu sangat pintar dan tampan."Wilson tersenyum bangga, sementara Vic, dengan semangatnya yang tak terbendung, menambahkan, "Itu sudah past
Siang itu, tempat perkumpulan dipenuhi oleh begitu banyak mafia, semua dengan wajah yang penuh kekecewaan dan kemarahan. Mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa Wilson, yang mereka anggap sebagai pemimpin yang kuat dan bermoral, ternyata terlibat dalam skandal yang memalukan ini."Wilson melecehkan seorang gadis telah terbongkar. Ini benar-benar tak bisa dimaafkan!" teriak salah satu anggota mafia dengan penuh amarah."Apa yang kita lakukan sekarang? Apakah kita akan terus mendukungnya setelah semua ini?" tanya seorang anggota lainnya, mengungkapkan keraguan yang kini melanda banyak dari mereka.Markus melanjutkan, memanfaatkan momentum, "Kita harus segera bertindak. Wilson tidak lagi layak memimpin kita. Kita butuh seseorang yang bisa menjaga kehormatan kita dan memimpin dengan benar."Para mafia saling bertukar pandang, mulai mempertimbangkan kata-kata Markus. Namun, di balik semua kemarahan dan kekecewaan itu, ada satu hal yang Markus tidak tahu: identitas gadis yang menjadi korb
"Viyone, kamu sudah pertimbangkan dengan baik? Mungkin di saat itu kamu dan Markus akan terjadi perdebatan," tanya Wilson, suaranya penuh dengan kekhawatiran. Wajahnya menampakkan ekspresi serius, seolah ingin memastikan bahwa Viyone benar-benar siap menghadapi apa yang mungkin akan terjadi.Viyone menghela napas panjang, matanya berkobar dengan tekad yang kuat. "Aku tidak takut," jawabnya dengan suara tegas. "Biarkan aku melampiaskan kemarahanku padanya. Mamaku meninggal karena dia." Ada getaran emosi yang mendalam dalam suaranya, menggambarkan betapa besar rasa sakit yang ia rasakan.Wilson terdiam sejenak, merenungi kata-kata Viyone. Ia tahu bahwa kemarahan Viyone bukanlah hal yang bisa dipadamkan dengan mudah. "Baiklah, kalau itu yang kamu mau. Tapi berjanjilah untuk tetap tenang dan tidak melakukan hal-hal yang menyakiti diri sendiri!""Belum sempat Viyone menjawab, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa. Si kembar, dengan wajah mereka memerah dengan semangat yang membar
Tidak lama kemudian, sejumlah mobil berlogo Dragon tiba di luar gedung. Kedatangan mereka menarik perhatian mafia yang berkumpul di dalam sana.Elvis keluar dan membuka pintu mobil. Terlihat Wilson yang berpenampilan serba hitam keluar bersama Viyone dan kedua anak mereka. Mereka mengenakan pakaian yang sama dengan logo Dragon yang terlihat jelas.Wilson menggandeng tangan istrinya, sementara putra mereka mengikuti mereka dari samping. Mereka berjalan dengan tenang namun penuh kewaspadaan, siap menghadapi apa pun yang menunggu di dalam gedung. Mata para mafia tertuju pada keluarga itu, yang kehadirannya seakan mengirimkan pesan kuat bahwa mereka bukanlah orang-orang yang bisa diremehkan.Sesampainya di pintu masuk gedung, Wilson berhenti sejenak, mengamati kerumunan di dalam. Viyone tetap di sisinya, memegang tangan Wilson dengan erat. Anak-anak mereka berdiri di dekat mereka, mata mereka tajam dan penuh keyakinan. Tanpa sepatah kata pun, Wilson melangkah masuk, diikuti oleh keluargan
Willis yang menyadari posisi Markus yang ada di sudut ruangan, membulatkan mata besarnya dan menatap dengan penuh ketakutan. Dengan suara bergetar, Willis mulai berbicara."Markus Salveston adalah orang yang membayarku waktu itu. Dia mengancamku dan memaksaku untuk melakukannya," ujarnya sambil menunjuk ke arah Markus.Ruangan yang sebelumnya hening seketika berubah menjadi riuh. Semua anggota mafia yang mendengar ucapan Willis menjadi heboh, saling berbisik dan memandang dengan tatapan penuh curiga ke arah Markus."Jangan bicara sembarangan!" bentak Markus, wajahnya memerah karena marah. Ia bangkit dari kursi dengan kasar, menghentakkan meja di depannya. "Brak!" Suara dentuman meja yang keras membuat semua orang terdiam sejenak, mengalihkan pandangan mereka sepenuhnya ke Markus.Semua mata sekarang tertuju ke Markus, yang berdiri dengan penuh kemarahan. Suasana tegang memenuhi ruangan, seakan udara di dalamnya mendadak menjadi berat.Willis yang sudah terlanjur membuka mulut, tidak bi
Matahari pagi bersinar cerah di langit kota San Fransisco, menandakan awal dari hari baru. Chris dan Vic, si kembar yang baru saja pindah ke kota ini bersama keluarga mereka, bersiap untuk menghadapi hari pertama mereka di sekolah baru. Mereka berdua tidak sabar untuk menjelajahi dunia baru mereka, mengejar cita-cita mereka, dan berteman dengan orang-orang baru. Di sisi lain, Wilson, ayah mereka, merasa lega bisa kembali ke San Fransisco bersama keluarganya. Ia ingin anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan yang baik dan mendapatkan pendidikan terbaik. Oleh karena itu, ia mendaftarkan Chris dan Vic ke sekolah yang terbaik di kota ini. Hari demi hari berlalu, Chris dan Vic mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka. Mereka giat belajar, dan mereka berhasil menjalin persahabatan yang erat dengan teman-teman sekelas mereka. Selain itu, mereka juga berlatih memanah setelah pulang sekolah. Nick dan Ethan, pelatih memanah yang juga bekerja di Markas Dragon, mengajari mereka dengan p
Beberapa bulan telah berlalu sejak Wilson terpilih sebagai pemimpin mafia di seluruh dunia. Kini, ia mengundang para ketua mafia dari berbagai negara untuk berkumpul dalam sebuah perjamuan mewah. Viyone dan kedua putranya yang kini telah menjadi bagian dari organisasi tersebut, juga ikut hadir dan memperkenalkan diri mereka. Chris dan Vic, putra-putra Wilson yang menjadi calon penerus, diwajibkan hadir dalam acara penting tersebut. Di sebuah ruangan mewah dengan pencahayaan yang temaram, suara gelas beradu satu sama lain menggema di seluruh ruangan. Para mafia, yang mengenakan setelan jas hitam rapi, tampak saling bersulang dengan anggur merah di tangan mereka. Tawa dan candaan terdengar di antara mereka, menciptakan suasana yang damai dan harmonis, seolah melupakan sisi gelap kehidupan yang mereka jalani. Wilson, yang duduk di ujung meja dengan kursi yang lebih besar dan mewah, menjadi pusat perhatian para mafia. Ia tersenyum lebar, menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi sebagai
Wilson memandang Markus dengan tatapan dingin sambil melepaskan tembakan."Aahh!" jeritan Markus yang kesakitan terdengar ketika dua tembakan menembus lututnya. Darah keluar mengotori lantai restoran, namun suara pistol yang digunakan oleh Wilson tidak mengeluarkan suara, sehingga tidak mengejutkan pengunjung lainnya.Markus terduduk, berusaha menahan sakit. "Kau...," ujarnya terhenti, menahan rasa sakit yang menyiksa.Wilson mendekat, matanya penuh kebencian yang telah terkubur selama bertahun-tahun. "Putraku telah menyadarkan aku. Aku telah menderita akibat dendam. Kematian kedua orang tuaku adalah sesuatu yang tidak bisa aku lupakan. Aku membiarkanmu hidup supaya kamu menjalani sisa hidupmu dengan penuh penderitaan. Semua anggotamu sudah ditahan oleh orang-orangku. Jangan berharap ada yang bisa menyelamatkanmu."Markus mengerang, keringat dingin membasahi wajahnya. "Kau menggunakan cara ini untuk menyiksaku," ujarnya dengan napas terengah-engah."Aku dan Viyone adalah korbanmu. Dua
"Untuk apa kau memberitahu aku semua ini?" tanya Markus dengan nada marah dan bingung, tatapannya tajam menelusuri setiap gerakan Wilson. "Aku hanya ingin kamu sadar, Sifatmu, yang selalu dianggap tidak peduli, justru dikalahkan oleh seorang anak lima tahun. Dia tahu caranya menyayangi keluarganya. Dia tahu cara menghargai siapapun. Sedangkan dirimu, Markus, ambisimu begitu tinggi sehingga kamu tidak peduli pada orang di sekitarmu. Contohnya adalah istri dan putrimu sendiri. Mereka harus menderita karena keegoisanmu. Dan kini, semua penyesalan itu tidak akan ada gunanya," ucap Wilson dengan suara tegas namun penuh dengan kepedihan.Markus terdiam, kata-kata Wilson menghantamnya seperti palu godam. Ingatan-ingatan tentang istri dan putrinya yang tersisih oleh ambisinya sendiri mulai menghantui pikirannya.FlashbackSehari sebelum Chris dan Vic diculik, suasana di rumah Wilson sangat tegang. Wilson duduk di meja makan bersama istri dan kedua anaknya, membicarakan sesuatu yang sangat se
Dalam perjalanan menuju restoran, kelompok Markus mengalami hambatan serius ketika mereka dihadang oleh anggota kelompok Wilson. Sejumlah mobil diparkir strategis di tengah jalan, menghalangi perjalanan mereka dan menciptakan situasi tegang. Nick, pemimpin kelompok Wilson, berdiri di sana dengan tenang, namun penuh kewaspadaan, sambil memegang senapannya dengan erat. Nick, bersama teman-temannya, dengan cepat menodongkan senjata masing-masing ke arah anggota kelompok Markus. Anggota kelompok Markus, yang tidak menyangka akan dihadang, tampak waspada dan bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk."Gawat! Mereka sudah merencanakan dari awal. Bagaimana dengan bos kita?" tanya salah satu anggota Markus yang di dalam mobil.Para anggota Markus keluar dari mobil mereka dengan wajah penuh ketegangan. Suasana di sekitar terasa mencekam saat kedua kelompok berdiri saling berhadapan, masing-masing memegang senjata.Nick, dengan tatapan tajam, menodongkan senjatanya ke arah mereka. "Kalian
Markus sambil memikirkan ulang sejak Stuart yang menculik si kembar dan begitu mudahnya bisa lolos, berkata, "Pengawasan wilayah tempat tinggal Wilson tiba-tiba saja dikurangi. Dengan sifat mereka yang begitu teliti, tidak mungkin anak mereka begitu mudah diculik. Sementara si kembar yang baru sadar juga tiba-tiba saja mengakuiku sebagai kakek mereka. Sifat mereka berubah sama sekali dengan pertemuan terakhir sebelumnya. Apakah dua bocah ini sudah permainkan aku sejak awal?" gumam Markus.Markus kemudian melangkah keluar dari ruangan itu dengan langkah mantap. Ia mengeluarkan pistol dari balik jaketnya, merasakan dinginnya logam yang menyentuh kulitnya memberikan ketenangan tersendiri. Matanya tajam menyisir sekeliling ruangan, mencari tanda-tanda bahaya yang mungkin tersembunyi. Dia berjalan menuju ke pintu belakang sambil menghubungi anggotanya melalui ponsel."Hubungi semua anggota kita. Kita sudah masuk perangkap sejak awal!" perintah Markus dengan nada tegas dan tanpa kompromi."
Wilson dan anggotanya melaju dengan tenang di jalan menuju restoran, sementara di dalam mobil, suasana sedikit tegang. Wilson dan Viyone sesekali melihat ponsel mereka, memastikan bahwa Chris dan Vic berada dalam posisi yang aman."Apakah Chris dan Vic akan dalam bahaya setelah Markus tahu rencana kita?" tanya Viyone dengan nada cemas. Ia duduk di samping suaminya, menggenggam tangannya erat."Tenang saja, Viyone. Mereka sangat pintar. Bukankah mereka juga berhasil mengelabui Stuart dan Markus? Jadi, mereka tahu cara menemukan jalan keluar," jawab Wilson dengan yakin, menenangkan istrinya."Aku berharap begitu juga. Aku tidak menyangka mereka sangat berani," ujar Viyone dengan nada khawatir."Karena mereka mirip denganku," ucap Wilson sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana.Sementara itu, di dalam restoran, Vic berlari ke sana ke mari, penuh energi setelah makan."Vic, kamu baru saja selesai makan. Jangan lari-lari!" seru Chris yang mengikuti adiknya dengan cemas.Markus, yang b
"Kakek, apakah kakek tahu betapa jantungku ini sangat merindukanmu siang dan malam, Aku berharap bisa bertemu denganmu selma ini. tapi karena aku selalu diawasi oleh paman-paman sehingga aku tidak bebas," ucap Vic sambil menangis.Chris, dengan tatapan tajam," menjawab, "Yang benar adalah hatimu, bukan jantung," ujarnya sambil mengeleng kepalanya.Markus, yang menyaksikan pertukaran emosi itu, tersenyum dan bertanya, "Ha ha ha...kalian sangat lucu sekali. Chris, Vic, apakah benar kalian merindukan kakek?""Iya," jawab sikembar dengan serentak sambil mengangguk.Namun, Markus menyampaikan pemikirannya, "Anak yang pintar, Kakek mengira selama ini kalian tidak mengakui ku lagi."Dengan jujur, Chris dan Vic menjawab, "Kami hanya berpura-pura di depan papa dan mama."Vic lalu mengajukan pertanyaan yang menggugah, "Apakah kakek dan mama tidak bisa berbaikan lagi?"Sementara itu, Chris menyuarakan kekhawatirannya, "Kakek dan papa apakah harus bermusuhan?"Markus menyadarkan mereka, "Urusan k
"Bertindak ceroboh?" tanya Stuart yang tidak paham."Kau akan segera paham," jawab Wilson dengan senyum.Stuart kemudian dibawa oleh Steven ke tempat kurungan di Markas Dragon. Tempat itu suram dan penuh dengan kegelapan, bau lembap menyengat hidung Stuart saat ia dilemparkan ke dalam salah satu sel. Terdengar suara pintu besi yang berderit saat ditutup, meninggalkan Stuart dalam kegelapan total.Sementara itu, di tempat lain, Chris dan Vic baru saja sadar. Mereka saling memandang bingung, menyadari bahwa mereka berada di kamar yang asing."Kakak, apakah kita pindah alam?" tanya Vic yang melirik sana sini, mengamati semua perubahan di kamar itu."Kita berada di kamar orang lain," jawab Chris sambil mengucek matanya dan mencoba mengingat kejadian terakhir yang mereka alami."Kamar siapa? Kenapa kita bisa ada di sini?" tanya Vic dengan penuh kekhawatiran."Sepertinya tempat dia," jawab Chris yang merujuk pada seseorang, dengan nada suara yang mengisyaratkan bahaya.Si kembar itu kemudia