Tanpa ragu, Wilson mencium bibir Viyone dengan lembut, membuat wanita itu terkesiap sejenak. Pelukannya semakin erat seakan tidak ingin melepaskan istrinya di malam itu. Selama menikah, ia belum pernah menyentuh istrinya dengan penuh kelembutan dan cinta. Kini, ia merasa saatnya untuk menunjukkan betapa ia mencintai Viyone. Malam itu, Wilson ingin segera memiliki istrinya dengan seutuhnya. Ciumannya semakin dalam, membuat Viyone merasa nyaman dan meresapi setiap sentuhan dari suaminya. Keduanya larut dalam kehangatan cinta yang murni, saling memahami dan saling melengkapi satu sama lain. Di malam itu, mereka merasakan betapa berharganya momen tersebut, sebuah awal yang baru dalam perjalananViyone terkejut saat tiba-tiba tersadar dari lamunannya. Dalam hitungan detik, wajahnya berubah merah padam seiring dengan kesadaran bahwa bibir suaminya sedang menyatu dengan bibirnya. Wilson, suaminya, tengah menikmati ciuman itu dengan penuh gairah. Viyone mencoba melepaskan diri dari pelukan
Dalam kehangatan malam itu, Wilson mencium bibir Viyone dengan penuh hasrat, sambil bergerak maju mundur di atas tubuh mungil itu. Tangannya meremas lembut gundukan kenyal dan bulat pada dada Viyone, membuat gairah Wilson semakin memuncak. Begitu juga dengan Viyone, yang menikmati setiap gerakan dan sentuhan suaminya, mengerang kecil karena kenikmatan yang dirasakannya. Sementara itu, di kamar lain, Vic terbangun dengan perasaan cemas. Ia menyadari bahwa Viyone tidak berada di sampingnya. Dalam kebingungan, ia bangun dan mulai mencari ibunya. "Sudah malam, Mama kemana?" gumam Vic, kecil hati. Ia menelusuri setiap lorong di rumah mereka, mencoba menemukan Viyone yang mungkin saja sedang berada di luar kamar. "Kenapa papa dan mama tidak ada, Kemana mereka?" ucap Vic sambil berpikir." Kamar belakang, aku belum cari!" Vic kemudian menuju ke lorong belakang. Ia ingin membuka pintu itu dan terkunci dari dalam.Di saat Wilson mencapai puncak kenikmatan, ia merasa sangat puas dengan kemamp
Di sisi lain, Vic berlari ke lantai dasar dan menemui Nick, Elvis, dan Luis yang berkumpul di ruang tamu."Paman! Paman!" teriak Vic sambil melangkah cepat menuruni anak tangga."Tuan muda, tolong jangan lari!" ucap Luis yang menghampiri Vic, sambil memegang segelas minuman."Tuan Muda, ada apa, kenapa terburu-buru?" tanya Elvis yang segera bangkit dari kursinya dan menghampiri Vic bersama Nick."Paman, aku penasaran dengan satu hal," jawab Vic dengan napas sedikit tersengal."Katakan saja, ada apa!" ujar Nick, penasaran.Luis sedang minum anggur merah dan berdiri di depan Vic, memperhatikan percakapan mereka dengan penuh minat."Apa yang dimaksud dengan malam pertama papa diambil oleh mama?" tanya Vic polos.Luis yang sedang meneguk anggur merahnya, tiba-tiba menyembur minuman itu ke wajah Vic karena terkejut.Vic lagi-lagi kesal dan membersihkan wajahnya sambil melirik tajam ke arah Luis. Ekspresi wajah anak itu terlihat sangat lucu dengan pipi menggembung dan bibir sedikit mengeruc
Mobil Markus dan anggotanya melaju perlahan di sepanjang jalan yang ramai Mereka melihat sejumlah mobil hitam berjejer di depan pusat perbelanjaan. "Bos, sepertinya mereka sekelompok mafia," ujar supirnya dengan hati-hati. Markus memandang keluar jendela, mata yang tajam menganalisis situasi. "California... Hanya Dragon yang memiliki jumlah anggota terbanyak. Siapa mereka?" tanya Markus serius. "Mobil-mobil itu memiliki logo dragon. Mungkin Wilson Zavierson?" ujar supirnya dengan sedikit ragu."Sudah saatnya kami bertemu," ujar Markus dengan tekad. "Hentikan mobil!" perintahnya tegas."Bos, bagaimana jika mereka mengambil tindakan? Di sini begitu banyak anggota mereka," ujar supirnya khawatir."Karena ini adalah tempat umum, aku harus muncul dan berhadapan dengan mereka. Sebagai peringatan bahwa aku telah kembali!" jawab Markus dengan mantap.Mobil itu pun berhenti tepat di depan barisan mobil hitam yang berjejer, menandakan kedatangan Markus dengan keberanian dan keputusan yang t
Markus menatap tajam Nick yang berdiri di hadapannya, suasana di ruangan itu menjadi sangat tegang."Pengawal terkenal dan paling tangguh, Nick. Orang yang paling dipercaya oleh Wilson Zavierson," ucap Markus dengan suara yang datar dan dingin. "Tuan Markus Salveston, pengalaman Anda cukup luas," ujar Nick dengan nada meremehkan. "Ha ha ha... Pemimpin Dragon keluar bersama keluarga dan dikawal oleh sejumlah anggota. Luar biasa sekali," ejek Markus sambil tertawa kecil. "Tentu saja! Kami sebagai pengawal, bertanggung jawab menjaga keselamatan keluarga bos kami. Agar parasit seperti kamu tidak bisa mendekatinya," jawab Nick dengan senyum sinis yang semakin membuat suasana semakin panas. Markus merasa amarahnya mulai naik, namun dia masih bisa mengendalikannya. Tension di ruangan itu semakin meningkat, kedua pria itu saling tatap dengan penuh kemarahan. Namun mereka tahu, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertarung. Vic merasa kesal setelah bertemu dengan Markus. Dia dan Chri
Viyone menghela napas panjang, mencoba menenangkan perasaan yang mengganjal hatinya. Dia menggeser pandangannya ke arah yang berbeda, ingin memastikan ada apa di sana. Namun, sebelum dia sempat melangkah lebih jauh, suara Luis menghentikan langkahnya. "Kakak ipar, sebentar! Jangan pergi!" seru Luis dengan wajah khawatir. Viyone menoleh, alisnya berkerut, "Kenapa? Apakah ada sesuatu yang tidak boleh aku ketahui?" Luis menggigit bibir bawahnya, terpaksa menjawab, "Markus Salveston ada di sana, Aku yakin bos pasti tidak ingin dia melihat Anda." Mendengar nama Markus, wajah Viyone seketika pucat. Steven yang melihat keadaan kakak iparnya itu segera menghampirinya "Kakak ipar, bos tidak ingin Anda sedih. Jadi, lebih baik jangan bertemu dengannya!" ujar Steven, mencoba menghibur. Viyone menarik napas dalam, menenangkan diri. "Benar juga, kalau dia tahu aku di sini, mungkin akan menimbulkan masalah yang tidak perlu," gumamnya. Luis dan Steven saling berpandangan, lega melihat Viyone ke
Viyone duduk di tepi tempat tidur, ia mengelus rambut Chris dengan lembut. Ia menghembuskan nafas panjang, merasa lega bisa menceritakan semua kejadian yang terjadi kepada putranya yang kecil, yang ternyata sangat pengertian dan mampu memahami situasi yang dialami keluarganya. "Mama, Mama pasti sedih karena kakek sudah pulang. Dan lebih parahnya kakek dan papa bermusuhan. Sementara Mama ada di tengah mereka," kata Chris dengan mata berkaca-kaca, namun masih tetap memegang tangan ibunya erat. Viyone menarik nafas dalam-dalam, mencoba menahan air matanya agar tidak jatuh di depan putranya yang masih sangat kecil itu. "Mama tidak sedih, karena masih ada kamu dan Vic. Mama merasa cukup bahagia. Apapun yang terjadi kita harus menjauh darinya. Mama tidak ingin dia mendekatimu dan Vic, sayang," ucapnya dengan suara bergetar, berusaha menenangkan diri dan Chris. Chris mengangguk penuh pengertian, kemudian memeluk ibunya erat. "Kita akan selalu bersama, kan, Mama? Kita akan melindungi satu
Malam itu, angin malam meniupkan udara sejuk yang menembus jendela kamar. Wilson dan keluarganya berkumpul di kamar, duduk bersama di atas kasur empuk. Wajah mereka tampak serius, seolah menanggung beban berat yang baru saja mereka ketahui. "Kenapa kakek kejam itu adalah kakekku, sungguh tidak pernah terpikir," keluh Vic yang duduk di samping Viyone. ia menggenggam tangan ibunya erat-erat. "Anak-anak, kalian sudah tahu hal ini?" tanya Wilson dengan nada khawatir, matanya menatap tajam ke arah anak-anaknya. "Aku sudah memberitahu mereka, Aku hanya tidak ingin menyembunyikan apapun dari anak-anak. Agar mereka bisa lebih berhati-hati ketika bertemu lagi dengan Markus," jawab Viyone dengan suara lirih namun tegas. "Iya, sudah saatnya mereka tahu," ujar Wilson sambil mengusap kepala anak-anaknya lembut.Chris duduk di pangkuan Wilson, dengan ekspresi cemas. Dia menatap wajah Wilson dengan mata yang berkaca-kaca, lalu bertanya, "Papa, apakah Papa dan paman akan berhadapan dengannya?"
Matahari pagi bersinar cerah di langit kota San Fransisco, menandakan awal dari hari baru. Chris dan Vic, si kembar yang baru saja pindah ke kota ini bersama keluarga mereka, bersiap untuk menghadapi hari pertama mereka di sekolah baru. Mereka berdua tidak sabar untuk menjelajahi dunia baru mereka, mengejar cita-cita mereka, dan berteman dengan orang-orang baru. Di sisi lain, Wilson, ayah mereka, merasa lega bisa kembali ke San Fransisco bersama keluarganya. Ia ingin anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan yang baik dan mendapatkan pendidikan terbaik. Oleh karena itu, ia mendaftarkan Chris dan Vic ke sekolah yang terbaik di kota ini. Hari demi hari berlalu, Chris dan Vic mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka. Mereka giat belajar, dan mereka berhasil menjalin persahabatan yang erat dengan teman-teman sekelas mereka. Selain itu, mereka juga berlatih memanah setelah pulang sekolah. Nick dan Ethan, pelatih memanah yang juga bekerja di Markas Dragon, mengajari mereka dengan p
Beberapa bulan telah berlalu sejak Wilson terpilih sebagai pemimpin mafia di seluruh dunia. Kini, ia mengundang para ketua mafia dari berbagai negara untuk berkumpul dalam sebuah perjamuan mewah. Viyone dan kedua putranya yang kini telah menjadi bagian dari organisasi tersebut, juga ikut hadir dan memperkenalkan diri mereka. Chris dan Vic, putra-putra Wilson yang menjadi calon penerus, diwajibkan hadir dalam acara penting tersebut. Di sebuah ruangan mewah dengan pencahayaan yang temaram, suara gelas beradu satu sama lain menggema di seluruh ruangan. Para mafia, yang mengenakan setelan jas hitam rapi, tampak saling bersulang dengan anggur merah di tangan mereka. Tawa dan candaan terdengar di antara mereka, menciptakan suasana yang damai dan harmonis, seolah melupakan sisi gelap kehidupan yang mereka jalani. Wilson, yang duduk di ujung meja dengan kursi yang lebih besar dan mewah, menjadi pusat perhatian para mafia. Ia tersenyum lebar, menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi sebagai
Wilson memandang Markus dengan tatapan dingin sambil melepaskan tembakan."Aahh!" jeritan Markus yang kesakitan terdengar ketika dua tembakan menembus lututnya. Darah keluar mengotori lantai restoran, namun suara pistol yang digunakan oleh Wilson tidak mengeluarkan suara, sehingga tidak mengejutkan pengunjung lainnya.Markus terduduk, berusaha menahan sakit. "Kau...," ujarnya terhenti, menahan rasa sakit yang menyiksa.Wilson mendekat, matanya penuh kebencian yang telah terkubur selama bertahun-tahun. "Putraku telah menyadarkan aku. Aku telah menderita akibat dendam. Kematian kedua orang tuaku adalah sesuatu yang tidak bisa aku lupakan. Aku membiarkanmu hidup supaya kamu menjalani sisa hidupmu dengan penuh penderitaan. Semua anggotamu sudah ditahan oleh orang-orangku. Jangan berharap ada yang bisa menyelamatkanmu."Markus mengerang, keringat dingin membasahi wajahnya. "Kau menggunakan cara ini untuk menyiksaku," ujarnya dengan napas terengah-engah."Aku dan Viyone adalah korbanmu. Dua
"Untuk apa kau memberitahu aku semua ini?" tanya Markus dengan nada marah dan bingung, tatapannya tajam menelusuri setiap gerakan Wilson. "Aku hanya ingin kamu sadar, Sifatmu, yang selalu dianggap tidak peduli, justru dikalahkan oleh seorang anak lima tahun. Dia tahu caranya menyayangi keluarganya. Dia tahu cara menghargai siapapun. Sedangkan dirimu, Markus, ambisimu begitu tinggi sehingga kamu tidak peduli pada orang di sekitarmu. Contohnya adalah istri dan putrimu sendiri. Mereka harus menderita karena keegoisanmu. Dan kini, semua penyesalan itu tidak akan ada gunanya," ucap Wilson dengan suara tegas namun penuh dengan kepedihan.Markus terdiam, kata-kata Wilson menghantamnya seperti palu godam. Ingatan-ingatan tentang istri dan putrinya yang tersisih oleh ambisinya sendiri mulai menghantui pikirannya.FlashbackSehari sebelum Chris dan Vic diculik, suasana di rumah Wilson sangat tegang. Wilson duduk di meja makan bersama istri dan kedua anaknya, membicarakan sesuatu yang sangat se
Dalam perjalanan menuju restoran, kelompok Markus mengalami hambatan serius ketika mereka dihadang oleh anggota kelompok Wilson. Sejumlah mobil diparkir strategis di tengah jalan, menghalangi perjalanan mereka dan menciptakan situasi tegang. Nick, pemimpin kelompok Wilson, berdiri di sana dengan tenang, namun penuh kewaspadaan, sambil memegang senapannya dengan erat. Nick, bersama teman-temannya, dengan cepat menodongkan senjata masing-masing ke arah anggota kelompok Markus. Anggota kelompok Markus, yang tidak menyangka akan dihadang, tampak waspada dan bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk."Gawat! Mereka sudah merencanakan dari awal. Bagaimana dengan bos kita?" tanya salah satu anggota Markus yang di dalam mobil.Para anggota Markus keluar dari mobil mereka dengan wajah penuh ketegangan. Suasana di sekitar terasa mencekam saat kedua kelompok berdiri saling berhadapan, masing-masing memegang senjata.Nick, dengan tatapan tajam, menodongkan senjatanya ke arah mereka. "Kalian
Markus sambil memikirkan ulang sejak Stuart yang menculik si kembar dan begitu mudahnya bisa lolos, berkata, "Pengawasan wilayah tempat tinggal Wilson tiba-tiba saja dikurangi. Dengan sifat mereka yang begitu teliti, tidak mungkin anak mereka begitu mudah diculik. Sementara si kembar yang baru sadar juga tiba-tiba saja mengakuiku sebagai kakek mereka. Sifat mereka berubah sama sekali dengan pertemuan terakhir sebelumnya. Apakah dua bocah ini sudah permainkan aku sejak awal?" gumam Markus.Markus kemudian melangkah keluar dari ruangan itu dengan langkah mantap. Ia mengeluarkan pistol dari balik jaketnya, merasakan dinginnya logam yang menyentuh kulitnya memberikan ketenangan tersendiri. Matanya tajam menyisir sekeliling ruangan, mencari tanda-tanda bahaya yang mungkin tersembunyi. Dia berjalan menuju ke pintu belakang sambil menghubungi anggotanya melalui ponsel."Hubungi semua anggota kita. Kita sudah masuk perangkap sejak awal!" perintah Markus dengan nada tegas dan tanpa kompromi."
Wilson dan anggotanya melaju dengan tenang di jalan menuju restoran, sementara di dalam mobil, suasana sedikit tegang. Wilson dan Viyone sesekali melihat ponsel mereka, memastikan bahwa Chris dan Vic berada dalam posisi yang aman."Apakah Chris dan Vic akan dalam bahaya setelah Markus tahu rencana kita?" tanya Viyone dengan nada cemas. Ia duduk di samping suaminya, menggenggam tangannya erat."Tenang saja, Viyone. Mereka sangat pintar. Bukankah mereka juga berhasil mengelabui Stuart dan Markus? Jadi, mereka tahu cara menemukan jalan keluar," jawab Wilson dengan yakin, menenangkan istrinya."Aku berharap begitu juga. Aku tidak menyangka mereka sangat berani," ujar Viyone dengan nada khawatir."Karena mereka mirip denganku," ucap Wilson sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana.Sementara itu, di dalam restoran, Vic berlari ke sana ke mari, penuh energi setelah makan."Vic, kamu baru saja selesai makan. Jangan lari-lari!" seru Chris yang mengikuti adiknya dengan cemas.Markus, yang b
"Kakek, apakah kakek tahu betapa jantungku ini sangat merindukanmu siang dan malam, Aku berharap bisa bertemu denganmu selma ini. tapi karena aku selalu diawasi oleh paman-paman sehingga aku tidak bebas," ucap Vic sambil menangis.Chris, dengan tatapan tajam," menjawab, "Yang benar adalah hatimu, bukan jantung," ujarnya sambil mengeleng kepalanya.Markus, yang menyaksikan pertukaran emosi itu, tersenyum dan bertanya, "Ha ha ha...kalian sangat lucu sekali. Chris, Vic, apakah benar kalian merindukan kakek?""Iya," jawab sikembar dengan serentak sambil mengangguk.Namun, Markus menyampaikan pemikirannya, "Anak yang pintar, Kakek mengira selama ini kalian tidak mengakui ku lagi."Dengan jujur, Chris dan Vic menjawab, "Kami hanya berpura-pura di depan papa dan mama."Vic lalu mengajukan pertanyaan yang menggugah, "Apakah kakek dan mama tidak bisa berbaikan lagi?"Sementara itu, Chris menyuarakan kekhawatirannya, "Kakek dan papa apakah harus bermusuhan?"Markus menyadarkan mereka, "Urusan k
"Bertindak ceroboh?" tanya Stuart yang tidak paham."Kau akan segera paham," jawab Wilson dengan senyum.Stuart kemudian dibawa oleh Steven ke tempat kurungan di Markas Dragon. Tempat itu suram dan penuh dengan kegelapan, bau lembap menyengat hidung Stuart saat ia dilemparkan ke dalam salah satu sel. Terdengar suara pintu besi yang berderit saat ditutup, meninggalkan Stuart dalam kegelapan total.Sementara itu, di tempat lain, Chris dan Vic baru saja sadar. Mereka saling memandang bingung, menyadari bahwa mereka berada di kamar yang asing."Kakak, apakah kita pindah alam?" tanya Vic yang melirik sana sini, mengamati semua perubahan di kamar itu."Kita berada di kamar orang lain," jawab Chris sambil mengucek matanya dan mencoba mengingat kejadian terakhir yang mereka alami."Kamar siapa? Kenapa kita bisa ada di sini?" tanya Vic dengan penuh kekhawatiran."Sepertinya tempat dia," jawab Chris yang merujuk pada seseorang, dengan nada suara yang mengisyaratkan bahaya.Si kembar itu kemudia