Markus menatap tajam Nick yang berdiri di hadapannya, suasana di ruangan itu menjadi sangat tegang."Pengawal terkenal dan paling tangguh, Nick. Orang yang paling dipercaya oleh Wilson Zavierson," ucap Markus dengan suara yang datar dan dingin. "Tuan Markus Salveston, pengalaman Anda cukup luas," ujar Nick dengan nada meremehkan. "Ha ha ha... Pemimpin Dragon keluar bersama keluarga dan dikawal oleh sejumlah anggota. Luar biasa sekali," ejek Markus sambil tertawa kecil. "Tentu saja! Kami sebagai pengawal, bertanggung jawab menjaga keselamatan keluarga bos kami. Agar parasit seperti kamu tidak bisa mendekatinya," jawab Nick dengan senyum sinis yang semakin membuat suasana semakin panas. Markus merasa amarahnya mulai naik, namun dia masih bisa mengendalikannya. Tension di ruangan itu semakin meningkat, kedua pria itu saling tatap dengan penuh kemarahan. Namun mereka tahu, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertarung. Vic merasa kesal setelah bertemu dengan Markus. Dia dan Chri
Viyone menghela napas panjang, mencoba menenangkan perasaan yang mengganjal hatinya. Dia menggeser pandangannya ke arah yang berbeda, ingin memastikan ada apa di sana. Namun, sebelum dia sempat melangkah lebih jauh, suara Luis menghentikan langkahnya. "Kakak ipar, sebentar! Jangan pergi!" seru Luis dengan wajah khawatir. Viyone menoleh, alisnya berkerut, "Kenapa? Apakah ada sesuatu yang tidak boleh aku ketahui?" Luis menggigit bibir bawahnya, terpaksa menjawab, "Markus Salveston ada di sana, Aku yakin bos pasti tidak ingin dia melihat Anda." Mendengar nama Markus, wajah Viyone seketika pucat. Steven yang melihat keadaan kakak iparnya itu segera menghampirinya "Kakak ipar, bos tidak ingin Anda sedih. Jadi, lebih baik jangan bertemu dengannya!" ujar Steven, mencoba menghibur. Viyone menarik napas dalam, menenangkan diri. "Benar juga, kalau dia tahu aku di sini, mungkin akan menimbulkan masalah yang tidak perlu," gumamnya. Luis dan Steven saling berpandangan, lega melihat Viyone ke
Viyone duduk di tepi tempat tidur, ia mengelus rambut Chris dengan lembut. Ia menghembuskan nafas panjang, merasa lega bisa menceritakan semua kejadian yang terjadi kepada putranya yang kecil, yang ternyata sangat pengertian dan mampu memahami situasi yang dialami keluarganya. "Mama, Mama pasti sedih karena kakek sudah pulang. Dan lebih parahnya kakek dan papa bermusuhan. Sementara Mama ada di tengah mereka," kata Chris dengan mata berkaca-kaca, namun masih tetap memegang tangan ibunya erat. Viyone menarik nafas dalam-dalam, mencoba menahan air matanya agar tidak jatuh di depan putranya yang masih sangat kecil itu. "Mama tidak sedih, karena masih ada kamu dan Vic. Mama merasa cukup bahagia. Apapun yang terjadi kita harus menjauh darinya. Mama tidak ingin dia mendekatimu dan Vic, sayang," ucapnya dengan suara bergetar, berusaha menenangkan diri dan Chris. Chris mengangguk penuh pengertian, kemudian memeluk ibunya erat. "Kita akan selalu bersama, kan, Mama? Kita akan melindungi satu
Malam itu, angin malam meniupkan udara sejuk yang menembus jendela kamar. Wilson dan keluarganya berkumpul di kamar, duduk bersama di atas kasur empuk. Wajah mereka tampak serius, seolah menanggung beban berat yang baru saja mereka ketahui. "Kenapa kakek kejam itu adalah kakekku, sungguh tidak pernah terpikir," keluh Vic yang duduk di samping Viyone. ia menggenggam tangan ibunya erat-erat. "Anak-anak, kalian sudah tahu hal ini?" tanya Wilson dengan nada khawatir, matanya menatap tajam ke arah anak-anaknya. "Aku sudah memberitahu mereka, Aku hanya tidak ingin menyembunyikan apapun dari anak-anak. Agar mereka bisa lebih berhati-hati ketika bertemu lagi dengan Markus," jawab Viyone dengan suara lirih namun tegas. "Iya, sudah saatnya mereka tahu," ujar Wilson sambil mengusap kepala anak-anaknya lembut.Chris duduk di pangkuan Wilson, dengan ekspresi cemas. Dia menatap wajah Wilson dengan mata yang berkaca-kaca, lalu bertanya, "Papa, apakah Papa dan paman akan berhadapan dengannya?"
Markus bangkit dari tempat duduknya dengan ekspresi yang sangat serius. Ia menatap tajam ke arah Taylor yang berdiri di depannya, "Katakan sekali lagi, apa hubungan Viyone dan Wilson Zavierson? Kenapa harus menahannya untuk melawan Wilson?" tanya Markus dengan suara yang keras dan penuh penekanan. Taylor menelan ludah, merasa ketakutan namun tidak bisa menghindar dari tatapan Markus yang tajam. "Viyone Florencia adalah istri Wilson Zavierson, Bos," jawab Taylor dengan suara bergetar sambil menunduk untuk menutupi rasa takutnya.Mendengar jawaban tersebut, Markus terdiam sejenak. Pikirannya seketika melayang ke pertemuan yang ia alami semalam. Ia mengingat kembali wajah Vic dan Chris yang pernah dia jumpai. "Bocah itu sangat mirip dengan Bella," gumamnya sambil mengingat wajah Vic yang sempat berdebat dengannya."Sementara yang satu lagi mirip dengan Wilson," tambahnya dengan nada yang semakin dalam saat mengingat wajah Chris yang dingin namun berwibawa. Markus kemudian mengepalkan ta
Beberapa saat kemudian, suasana menjadi tegang. Para senior saling memandang dan bertanya-tanya."Wilson, apakah benar apa yang kamu katakan? Putri Markus Salveston adalah istrimu?" tanya salah satu senior dengan nada penuh keraguan.Wilson mengangguk, wajahnya terlihat serius. "Ya, benar. Viyone adalah istri ku.""Bagaimana ini bisa terjadi? Kedua orang tuamu memiliki seorang menantu dari putri pembunuh mereka. Ini tidak masuk akal," sela senior lainnya dengan nada tidak percaya.Wilson menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Semuanya berawal dari orang yang mencampur obat ke minumanku. Sehingga tanpa sengaja, aku menggunakan dia sebagai pereda obat itu. Aku baru tahu tidak lama ini."Seorang senior lain, dengan nada curiga, menimpali, "Akan tetapi, istrimu juga adalah putri yang ditinggalkan oleh Markus. Semasa masih muda, kami sudah tahu dia adalah orang yang memiliki ambisi yang tinggi. Sehingga tega meninggalkan anak dan istri sendiri."Wilson menggelengkan kepalanya dengan t
Elvis baru saja kembali dan melaporkan sesuatu kepada Wilson yang sedang berkumpul dengan keluarganya di ruang keluarga."Bos, Markus mengadakan acara makan malam dengan beberapa mafia lainnya. Mereka yang diundang adalah orang-orang yang menantang Anda selama ini," ujar Elvis.Wilson, yang duduk bersama anak-anak dan istrinya, Viyone, menanggapi dengan tenang. "Sudah tidak heran. Apa rencana dia selanjutnya?"Elvis menghela napas sebelum menjawab. "Bos, Markus mengungkit kejadian enam tahun lalu. Dia berniat mencemarkan nama baik Anda."Perbincangan mereka terhenti sejenak saat Nick dan Ethan masuk ke ruang tamu."Pemilihan tidak lama lagi, Tuan besar akan kembali. Markus menggunakan kesempatan ini untuk menjatuhkan bos. Sepertinya dia berniat mengambil posisi ketua mafia dunia," ujar Nick dengan nada serius.Ethan menambahkan dengan wajah penuh kekhawatiran, "Kalau dia yang terpilih, maka hancurlah kalangan mafia karena ulahnya."Wilson mengangguk pelan, merenungkan situasi yang sem
Siang itu, Nick mengajari Chris menggunakan panah. Chris menggunakan panah kecil dan mengarahkannya ke sasaran yang telah diatur oleh Nick. Ia mengikuti ajaran Nick dengan melepaskan anak panah itu. Ternyata anak panah tersebut meleset dari sasaran, namun Nick tersenyum dan memberikan dorongan kepada Chris untuk mencoba lagi.Chris pun mengambil posisi, menyiapkan anak panah berikutnya. Ia mengatur napas, menarik tali busur dengan lebih mantap, dan dengan bimbingan Nick, ia melepaskan anak panah itu dengan lebih tenang dan fokus. Anak panah tersebut melesat dan tepat mengenai sasaran."Hore... aku berhasil!" teriak Chris dengan girang, melompat kegirangan."Selamat, Tuan Muda, Anda berhasil," ucap Nick dengan bangga, sambil menepuk bahu Chris. "Latihan yang baik dan ketekunan selalu membuahkan hasil."Chris tersenyum lebar, merasa sangat puas dengan pencapaiannya. "Terima kasih, Paman! Aku masih ingin berlatih!" ucap Chris dengan senyum.Sementara itu, Vic yang juga ikut belajar mem