Malam itu, Nick menyelinap masuk ke rumah keluarga Hamilton, dengan hati-hati ia berjalan di lorong gelap. Ia tahu betul, tugas ini merupakan langkah krusial untuk mengungkap kebenaran tentang apa yang terjadi pada Chris. Nick menemukan ruangan pribadi Jeff dan masuk ke dalamnya. Di dalam ruangan itu, ia menemukan laptop Jeff yang tergeletak di atas meja kerja. Dengan sigap, ia menyalakannya dan mulai mencari bukti yang dibutuhkan. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan rekaman CCTV yang menunjukkan adegan kekerasan yang dilakukan Jeff terhadap Chris. Mata Nick membelalak, penuh kemarahan, ketika menyaksikan betapa kejamnya Jeff berlaku. "Sungguh keterlaluan, sepertinya aku harus mencari cara membalasmu," gumam Nick dengan suara lirih, namun penuh niat balas dendam. Tangannya mengepal erat, seolah ingin menghajar Jeff di tempat itu juga. Namun, ia tahu bahwa sekarang bukan waktunya untuk bertindak gegabah.Dengan hati-hati, Nick menyalin bukti tersebut ke dalam flashdisk yan
"Kau sudah salah menyakiti orang," jawab Nick dengan suara yang dingin dan tajam. "Apa yang aku lakukan malam ini hanya peringatan untukmu. Pembalasan untuk seseorang yang telah kau sakiti." Dalam sekejap, Nick melangkah mendekati Jeff dan menikam bagian pusaka Jeff dengan pisau yang digenggamnya. Jeff merasakan nyeri yang luar biasa, namun sebelum dia bisa berteriak, Nick segera membekap mulutnya. Darah mengalir deras dari luka Jeff, mengotori sprei ranjang dengan warna merah pekat. Wajah Jeff memerah karena menahan rasa sakit yang amat sangat, sementara Nick terus menatapnya dengan tatapan dingin dan penuh kebencian. "Pria brengsek seperti kamu, harus hancur secara perlahan," bisik Nick dengan nada mengancam, sambil menikam berulang kali pada pusaka Jeff yang baru dijahit.Jeff menahan sakit dan mengenggam erat sprei dengan kedua tangannya. Sakit yang dia rasakan tak bisa dibayangkan lagi. Sesaat kemudian ia tidak sadarkan diri. Nick melepaskan tangannya dan meninggalkan kamar it
Chris yang baru sadar setelah pingsan dua hari. Akibat kekerasan yang dilakukan Jeff terhadap dirinya. Ia membuka mata dan melihat Wilson duduk di sampingnya."Chris, kamu sudah bangun," seru Wilson yang menyentuh kepala anak itu."Paman, kenapa aku ada di sini!" tanya Chris yang masih dalam kondisi lemah."Pihak rumah sakit menghubungi paman. Makanya paman datang ke sini, bagaimana denganmu? Apakah merasa tidak nyaman?" tanya Wilson yang penuh perhatian.Chris terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa sakit dan lemas. Matanya berair saat ingatan tentang kejadian yang menimpa dirinya dan ibunya kembali menghantui pikirannya. Dalam hati, dia merasa sangat bersalah. "Paman, aku ingin menemui mama!" ujar Chris dengan suara lirih, berusaha bangkit dari ranjang meski tubuhnya menolak. Wilson yang melihat keadaannya langsung menahan Chris agar tidak memaksakan diri. "Chris, jangan cemaskan mamamu. Aku yakin dia akan baik-baik saja," ucap Wilson dengan nada menenangkan, namun jelas tak mam
"Tidak tahu! Karena selama ini aku bisa mandi sendiri dan mengenakan pakaian sendiri, Setiap aku dipukul aku berusaha menutupinya. Agar mama tidak tahu. Mama selalu bertanya apakah setiap dia keluar papa Jeff pernah kasar padaku. Aku hanya bisa berbohong agar mama dan papa Jeff tidak bertengkar," jawab Chris yang masih terisak mengingat perlakuan ayahnya."Chris, Kamu bisa memilih pergi dengan mama-mu, kenapa kamu harus bertahan?" tanya Wilson."Paman, saat itu aku mengira papa Jeff adalah papa kandungku. dan aku tidak mengerti kenapa dia sangat membenciku sehingga begitu kasar padaku. Tapi, aku tetap berusaha menurut dan patuh agar papa Jeff bisa sayang padaku. Aku melihat banyak anak tetangga yang mendapatkan kasih sayang dari papa mereka. Sedangkan aku tidak pernah merasakannya. Aku tidak tahu di mana salahku. Kemudian aku baru sadar rupanya aku bukan anak kandungnya," ungkap Chris sambil mengusap air matanya."Kenapa kamu bisa tahu, kalau kamu bukan anaknya?" tanya Wilson.Sambil
Elvis menghela napas, "Ferry adalah pengacara pembela Jeff Hamilton, hari ini mendatangi kantor polisi. Sepertinya sulit untuk nona Viyone bebas. Pihak kepolisian berada di pihak Jeff." Wajah Nick memerah mendengar kabar itu, "Mereka pasti telah menyogok pihak kepolisian! Kita harus melakukan sesuatu, Bos!" Wilson menatap langit-langit, mencoba merenung sejenak sebelum mengambil keputusan. "Chris masih kecil tidak bisa menjadi saksi, penyataannya tidak akan diterima ketika polisi dan hakim dipihak brengsek itu!""Apakah Hakim juga terlibat?" tanya Nick pada Elvis."Tidak tahu! Tapi, Jeff memiliki kekuasaan sehingga mampu membuat pihak kepolisian patuh. Aku yakin dia juga mampu mempengaruhi hakim," jawab Elvis.Wilson menggenggam tinju keras-keras, wajahnya memerah dan nafasnya memburu. "Kalau hukum negara ini dikalahkan oleh kekuasaan, maka biarkan aku yang menggunakan kekuasaanku melawan kekuasaan yang dia miliki. Menyakiti ibu dari anak-anakku sama saja mencari mati," kata Wilson
Polisi itu merasa kesal dengan hinaan pengacara tersebut, dan maju menghampirinya. Ia menarik jas yang dikenakan oleh Harry dan berkata," Siapa yang kamu maksudkan berpangkat rendah?"Mark dan rekannya langsung menjauhkan kapten mereka yang sedang emosi."Kapten, Hentikan!"Mark berusaha menghentikan kaptennya."Saya bisa menuntut Anda ingin menyerang saya," kecam Harry dengan senyum sinis.Mark menghampiri Harry dan bertanya," Tuan Hernandes, Apakah Anda ingin bertemu dengan Viyone Florencia?" tanyanya."Benar! Klien saya meminta saya mengusut kasus ini hingga tuntas. Andaikan kedapatan ada yang bermain ulah di belakang. Maka, klien saya tidak akan diam dan akan muncul memberi pelajaran pada orang yang bersangkutan!" jawab Harry sambil menatap ke arah Kapten itu.Harry menemui Viyone di sebuah ruangan pertemuan yang sepi, hanya mereka berdua di dalam sana, diawasi oleh seorang petugas yang berdiri di luar ruangan. Viyone duduk di salah satu kursi dengan kedua tangannya yang diborgol,
Kapten Paul menatap Jeff dengan serius, "Jangan menganggap remeh wanita itu, Apakah kamu tidak tahu siapa kenalan dia selama dia menjadi istrimu?" tanyanya dengan nada tegas. Jeff mengernyitkan dahinya, "Paul, tugasmu adalah mencari tahu, bukan bertanya padaku. Bawa pengacara itu ke sini. Aku sanggup membayar dia berkali lipat!" perintah Jeff yang sedang kesal. Paul tersenyum sinis, "Tidak perlu membuang waktu! Hakim tahu apa yang harus dia lakukan. Atasan kami sudah mengaturnya dengan pengacaramu," jawabnya sambil mengedipkan mata seakan memberi kode rahasia. Jeff merasa gelisah, "Di mana Meliza?" tanyanya dengan nada khawatir. Paul menepuk bahu Jeff, "Dia aman saja. Lebih baik jangan bertemu dengannya dulu. Karena hubungan kalian di depan mata publik hanyalah atasan dan karyawan. Apa yang terjadi pada kalian tidak boleh ada yang tahu." ujarnya menenangkan. Jeff mengepalkan tinjunya, berusaha menahan amarah," Biarkan wanita itu menjadi tersangka yang membunuh suaminya sendiri."
Wilson menatap Viyone dengan tatapan penuh kekhawatiran, tak henti-hentinya. Dia mencemaskan kondisi wanita itu. Sementara itu, Viyone merasa sangat tertekan dan beralih pandangan ke arah pengacara suaminya, Ferry, yang berdiri di sisi lawan. Ferry menatap Viyone dengan senyuman yang sinis dan percaya diri, seolah-olah dia telah memegang kunci kemenangan dalam persidangan ini. Viyone merasa semakin putus asa, menilai peluang dirinya untuk bebas dan bisa bertemu anaknya semakin mengecil. Namun, tiba-tiba Harry, pengacara yang duduk di samping Viyone, berbisik padanya, "Jangan takut! Ada pertunjukan hebat yang harus anda lihat setelah persidangan." Viyone menoleh ke arah Harry dan mencoba tersenyum, meski masih diliputi rasa cemas. "Iya," jawabnya dengan suara parau, berusaha meyakinkan diri bahwa ada harapan untuknya. Saat persidangan berlanjut, Viyone terus berusaha untuk tetap kuat, berpegang pada kata-kata Harry. Di benaknya, dia terus mendoakan agar bisa melewati segala cobaan