Para pejalan kaki yang di sana segera berlari menghampirinya. "Di mana keluarga anak ini?" tanya salah satu pejalan kaki."Anak ini mengalami luka-luka fisik, lebih baik kita bawa ke rumah sakit dulu!" jawab seorang pria berpostur besar.Di sisi lain Wilson telah mengetahui berita tersebut, Ia berada di mansion dan ditemani oleh Nick dan Elvis."Apa yang terjadi? Bukankah wanita itu masih dirawat di rumah sakit." ujar Elvis.Wilson langsung bangkit dan memberi perintah kepada pengawalnya," Nick, datangi lokasi kejadian dan rumahnya. Cari bukti sebelum polisi!" "Baik, Bos," jawab Nick yang beranjak dari sana. Begitu juga Wilson langsung menuju ke rumah sakit menemui Chris.Di saat yang sama Wilson yang dan anggotanya ingin melangkah menuju ke pintu utama, Langkah mereka dihentikan oleh Vic yang juga berada di ruang tamu dengan ditemani pengawal pribadinya, Luis."Papa, mau ke mana?" tanya Vic yang duduk di lantai sedang bermain dengan berbagai macam mainannya."Papa ada urusan sebent
Malam itu, Nick menyelinap masuk ke rumah keluarga Hamilton, dengan hati-hati ia berjalan di lorong gelap. Ia tahu betul, tugas ini merupakan langkah krusial untuk mengungkap kebenaran tentang apa yang terjadi pada Chris. Nick menemukan ruangan pribadi Jeff dan masuk ke dalamnya. Di dalam ruangan itu, ia menemukan laptop Jeff yang tergeletak di atas meja kerja. Dengan sigap, ia menyalakannya dan mulai mencari bukti yang dibutuhkan. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan rekaman CCTV yang menunjukkan adegan kekerasan yang dilakukan Jeff terhadap Chris. Mata Nick membelalak, penuh kemarahan, ketika menyaksikan betapa kejamnya Jeff berlaku. "Sungguh keterlaluan, sepertinya aku harus mencari cara membalasmu," gumam Nick dengan suara lirih, namun penuh niat balas dendam. Tangannya mengepal erat, seolah ingin menghajar Jeff di tempat itu juga. Namun, ia tahu bahwa sekarang bukan waktunya untuk bertindak gegabah.Dengan hati-hati, Nick menyalin bukti tersebut ke dalam flashdisk yan
"Kau sudah salah menyakiti orang," jawab Nick dengan suara yang dingin dan tajam. "Apa yang aku lakukan malam ini hanya peringatan untukmu. Pembalasan untuk seseorang yang telah kau sakiti." Dalam sekejap, Nick melangkah mendekati Jeff dan menikam bagian pusaka Jeff dengan pisau yang digenggamnya. Jeff merasakan nyeri yang luar biasa, namun sebelum dia bisa berteriak, Nick segera membekap mulutnya. Darah mengalir deras dari luka Jeff, mengotori sprei ranjang dengan warna merah pekat. Wajah Jeff memerah karena menahan rasa sakit yang amat sangat, sementara Nick terus menatapnya dengan tatapan dingin dan penuh kebencian. "Pria brengsek seperti kamu, harus hancur secara perlahan," bisik Nick dengan nada mengancam, sambil menikam berulang kali pada pusaka Jeff yang baru dijahit.Jeff menahan sakit dan mengenggam erat sprei dengan kedua tangannya. Sakit yang dia rasakan tak bisa dibayangkan lagi. Sesaat kemudian ia tidak sadarkan diri. Nick melepaskan tangannya dan meninggalkan kamar it
Chris yang baru sadar setelah pingsan dua hari. Akibat kekerasan yang dilakukan Jeff terhadap dirinya. Ia membuka mata dan melihat Wilson duduk di sampingnya."Chris, kamu sudah bangun," seru Wilson yang menyentuh kepala anak itu."Paman, kenapa aku ada di sini!" tanya Chris yang masih dalam kondisi lemah."Pihak rumah sakit menghubungi paman. Makanya paman datang ke sini, bagaimana denganmu? Apakah merasa tidak nyaman?" tanya Wilson yang penuh perhatian.Chris terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa sakit dan lemas. Matanya berair saat ingatan tentang kejadian yang menimpa dirinya dan ibunya kembali menghantui pikirannya. Dalam hati, dia merasa sangat bersalah. "Paman, aku ingin menemui mama!" ujar Chris dengan suara lirih, berusaha bangkit dari ranjang meski tubuhnya menolak. Wilson yang melihat keadaannya langsung menahan Chris agar tidak memaksakan diri. "Chris, jangan cemaskan mamamu. Aku yakin dia akan baik-baik saja," ucap Wilson dengan nada menenangkan, namun jelas tak mam
"Tidak tahu! Karena selama ini aku bisa mandi sendiri dan mengenakan pakaian sendiri, Setiap aku dipukul aku berusaha menutupinya. Agar mama tidak tahu. Mama selalu bertanya apakah setiap dia keluar papa Jeff pernah kasar padaku. Aku hanya bisa berbohong agar mama dan papa Jeff tidak bertengkar," jawab Chris yang masih terisak mengingat perlakuan ayahnya."Chris, Kamu bisa memilih pergi dengan mama-mu, kenapa kamu harus bertahan?" tanya Wilson."Paman, saat itu aku mengira papa Jeff adalah papa kandungku. dan aku tidak mengerti kenapa dia sangat membenciku sehingga begitu kasar padaku. Tapi, aku tetap berusaha menurut dan patuh agar papa Jeff bisa sayang padaku. Aku melihat banyak anak tetangga yang mendapatkan kasih sayang dari papa mereka. Sedangkan aku tidak pernah merasakannya. Aku tidak tahu di mana salahku. Kemudian aku baru sadar rupanya aku bukan anak kandungnya," ungkap Chris sambil mengusap air matanya."Kenapa kamu bisa tahu, kalau kamu bukan anaknya?" tanya Wilson.Sambil
Elvis menghela napas, "Ferry adalah pengacara pembela Jeff Hamilton, hari ini mendatangi kantor polisi. Sepertinya sulit untuk nona Viyone bebas. Pihak kepolisian berada di pihak Jeff." Wajah Nick memerah mendengar kabar itu, "Mereka pasti telah menyogok pihak kepolisian! Kita harus melakukan sesuatu, Bos!" Wilson menatap langit-langit, mencoba merenung sejenak sebelum mengambil keputusan. "Chris masih kecil tidak bisa menjadi saksi, penyataannya tidak akan diterima ketika polisi dan hakim dipihak brengsek itu!""Apakah Hakim juga terlibat?" tanya Nick pada Elvis."Tidak tahu! Tapi, Jeff memiliki kekuasaan sehingga mampu membuat pihak kepolisian patuh. Aku yakin dia juga mampu mempengaruhi hakim," jawab Elvis.Wilson menggenggam tinju keras-keras, wajahnya memerah dan nafasnya memburu. "Kalau hukum negara ini dikalahkan oleh kekuasaan, maka biarkan aku yang menggunakan kekuasaanku melawan kekuasaan yang dia miliki. Menyakiti ibu dari anak-anakku sama saja mencari mati," kata Wilson
Polisi itu merasa kesal dengan hinaan pengacara tersebut, dan maju menghampirinya. Ia menarik jas yang dikenakan oleh Harry dan berkata," Siapa yang kamu maksudkan berpangkat rendah?"Mark dan rekannya langsung menjauhkan kapten mereka yang sedang emosi."Kapten, Hentikan!"Mark berusaha menghentikan kaptennya."Saya bisa menuntut Anda ingin menyerang saya," kecam Harry dengan senyum sinis.Mark menghampiri Harry dan bertanya," Tuan Hernandes, Apakah Anda ingin bertemu dengan Viyone Florencia?" tanyanya."Benar! Klien saya meminta saya mengusut kasus ini hingga tuntas. Andaikan kedapatan ada yang bermain ulah di belakang. Maka, klien saya tidak akan diam dan akan muncul memberi pelajaran pada orang yang bersangkutan!" jawab Harry sambil menatap ke arah Kapten itu.Harry menemui Viyone di sebuah ruangan pertemuan yang sepi, hanya mereka berdua di dalam sana, diawasi oleh seorang petugas yang berdiri di luar ruangan. Viyone duduk di salah satu kursi dengan kedua tangannya yang diborgol,
Kapten Paul menatap Jeff dengan serius, "Jangan menganggap remeh wanita itu, Apakah kamu tidak tahu siapa kenalan dia selama dia menjadi istrimu?" tanyanya dengan nada tegas. Jeff mengernyitkan dahinya, "Paul, tugasmu adalah mencari tahu, bukan bertanya padaku. Bawa pengacara itu ke sini. Aku sanggup membayar dia berkali lipat!" perintah Jeff yang sedang kesal. Paul tersenyum sinis, "Tidak perlu membuang waktu! Hakim tahu apa yang harus dia lakukan. Atasan kami sudah mengaturnya dengan pengacaramu," jawabnya sambil mengedipkan mata seakan memberi kode rahasia. Jeff merasa gelisah, "Di mana Meliza?" tanyanya dengan nada khawatir. Paul menepuk bahu Jeff, "Dia aman saja. Lebih baik jangan bertemu dengannya dulu. Karena hubungan kalian di depan mata publik hanyalah atasan dan karyawan. Apa yang terjadi pada kalian tidak boleh ada yang tahu." ujarnya menenangkan. Jeff mengepalkan tinjunya, berusaha menahan amarah," Biarkan wanita itu menjadi tersangka yang membunuh suaminya sendiri."
Matahari pagi bersinar cerah di langit kota San Fransisco, menandakan awal dari hari baru. Chris dan Vic, si kembar yang baru saja pindah ke kota ini bersama keluarga mereka, bersiap untuk menghadapi hari pertama mereka di sekolah baru. Mereka berdua tidak sabar untuk menjelajahi dunia baru mereka, mengejar cita-cita mereka, dan berteman dengan orang-orang baru. Di sisi lain, Wilson, ayah mereka, merasa lega bisa kembali ke San Fransisco bersama keluarganya. Ia ingin anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan yang baik dan mendapatkan pendidikan terbaik. Oleh karena itu, ia mendaftarkan Chris dan Vic ke sekolah yang terbaik di kota ini. Hari demi hari berlalu, Chris dan Vic mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka. Mereka giat belajar, dan mereka berhasil menjalin persahabatan yang erat dengan teman-teman sekelas mereka. Selain itu, mereka juga berlatih memanah setelah pulang sekolah. Nick dan Ethan, pelatih memanah yang juga bekerja di Markas Dragon, mengajari mereka dengan p
Beberapa bulan telah berlalu sejak Wilson terpilih sebagai pemimpin mafia di seluruh dunia. Kini, ia mengundang para ketua mafia dari berbagai negara untuk berkumpul dalam sebuah perjamuan mewah. Viyone dan kedua putranya yang kini telah menjadi bagian dari organisasi tersebut, juga ikut hadir dan memperkenalkan diri mereka. Chris dan Vic, putra-putra Wilson yang menjadi calon penerus, diwajibkan hadir dalam acara penting tersebut. Di sebuah ruangan mewah dengan pencahayaan yang temaram, suara gelas beradu satu sama lain menggema di seluruh ruangan. Para mafia, yang mengenakan setelan jas hitam rapi, tampak saling bersulang dengan anggur merah di tangan mereka. Tawa dan candaan terdengar di antara mereka, menciptakan suasana yang damai dan harmonis, seolah melupakan sisi gelap kehidupan yang mereka jalani. Wilson, yang duduk di ujung meja dengan kursi yang lebih besar dan mewah, menjadi pusat perhatian para mafia. Ia tersenyum lebar, menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi sebagai
Wilson memandang Markus dengan tatapan dingin sambil melepaskan tembakan."Aahh!" jeritan Markus yang kesakitan terdengar ketika dua tembakan menembus lututnya. Darah keluar mengotori lantai restoran, namun suara pistol yang digunakan oleh Wilson tidak mengeluarkan suara, sehingga tidak mengejutkan pengunjung lainnya.Markus terduduk, berusaha menahan sakit. "Kau...," ujarnya terhenti, menahan rasa sakit yang menyiksa.Wilson mendekat, matanya penuh kebencian yang telah terkubur selama bertahun-tahun. "Putraku telah menyadarkan aku. Aku telah menderita akibat dendam. Kematian kedua orang tuaku adalah sesuatu yang tidak bisa aku lupakan. Aku membiarkanmu hidup supaya kamu menjalani sisa hidupmu dengan penuh penderitaan. Semua anggotamu sudah ditahan oleh orang-orangku. Jangan berharap ada yang bisa menyelamatkanmu."Markus mengerang, keringat dingin membasahi wajahnya. "Kau menggunakan cara ini untuk menyiksaku," ujarnya dengan napas terengah-engah."Aku dan Viyone adalah korbanmu. Dua
"Untuk apa kau memberitahu aku semua ini?" tanya Markus dengan nada marah dan bingung, tatapannya tajam menelusuri setiap gerakan Wilson. "Aku hanya ingin kamu sadar, Sifatmu, yang selalu dianggap tidak peduli, justru dikalahkan oleh seorang anak lima tahun. Dia tahu caranya menyayangi keluarganya. Dia tahu cara menghargai siapapun. Sedangkan dirimu, Markus, ambisimu begitu tinggi sehingga kamu tidak peduli pada orang di sekitarmu. Contohnya adalah istri dan putrimu sendiri. Mereka harus menderita karena keegoisanmu. Dan kini, semua penyesalan itu tidak akan ada gunanya," ucap Wilson dengan suara tegas namun penuh dengan kepedihan.Markus terdiam, kata-kata Wilson menghantamnya seperti palu godam. Ingatan-ingatan tentang istri dan putrinya yang tersisih oleh ambisinya sendiri mulai menghantui pikirannya.FlashbackSehari sebelum Chris dan Vic diculik, suasana di rumah Wilson sangat tegang. Wilson duduk di meja makan bersama istri dan kedua anaknya, membicarakan sesuatu yang sangat se
Dalam perjalanan menuju restoran, kelompok Markus mengalami hambatan serius ketika mereka dihadang oleh anggota kelompok Wilson. Sejumlah mobil diparkir strategis di tengah jalan, menghalangi perjalanan mereka dan menciptakan situasi tegang. Nick, pemimpin kelompok Wilson, berdiri di sana dengan tenang, namun penuh kewaspadaan, sambil memegang senapannya dengan erat. Nick, bersama teman-temannya, dengan cepat menodongkan senjata masing-masing ke arah anggota kelompok Markus. Anggota kelompok Markus, yang tidak menyangka akan dihadang, tampak waspada dan bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk."Gawat! Mereka sudah merencanakan dari awal. Bagaimana dengan bos kita?" tanya salah satu anggota Markus yang di dalam mobil.Para anggota Markus keluar dari mobil mereka dengan wajah penuh ketegangan. Suasana di sekitar terasa mencekam saat kedua kelompok berdiri saling berhadapan, masing-masing memegang senjata.Nick, dengan tatapan tajam, menodongkan senjatanya ke arah mereka. "Kalian
Markus sambil memikirkan ulang sejak Stuart yang menculik si kembar dan begitu mudahnya bisa lolos, berkata, "Pengawasan wilayah tempat tinggal Wilson tiba-tiba saja dikurangi. Dengan sifat mereka yang begitu teliti, tidak mungkin anak mereka begitu mudah diculik. Sementara si kembar yang baru sadar juga tiba-tiba saja mengakuiku sebagai kakek mereka. Sifat mereka berubah sama sekali dengan pertemuan terakhir sebelumnya. Apakah dua bocah ini sudah permainkan aku sejak awal?" gumam Markus.Markus kemudian melangkah keluar dari ruangan itu dengan langkah mantap. Ia mengeluarkan pistol dari balik jaketnya, merasakan dinginnya logam yang menyentuh kulitnya memberikan ketenangan tersendiri. Matanya tajam menyisir sekeliling ruangan, mencari tanda-tanda bahaya yang mungkin tersembunyi. Dia berjalan menuju ke pintu belakang sambil menghubungi anggotanya melalui ponsel."Hubungi semua anggota kita. Kita sudah masuk perangkap sejak awal!" perintah Markus dengan nada tegas dan tanpa kompromi."
Wilson dan anggotanya melaju dengan tenang di jalan menuju restoran, sementara di dalam mobil, suasana sedikit tegang. Wilson dan Viyone sesekali melihat ponsel mereka, memastikan bahwa Chris dan Vic berada dalam posisi yang aman."Apakah Chris dan Vic akan dalam bahaya setelah Markus tahu rencana kita?" tanya Viyone dengan nada cemas. Ia duduk di samping suaminya, menggenggam tangannya erat."Tenang saja, Viyone. Mereka sangat pintar. Bukankah mereka juga berhasil mengelabui Stuart dan Markus? Jadi, mereka tahu cara menemukan jalan keluar," jawab Wilson dengan yakin, menenangkan istrinya."Aku berharap begitu juga. Aku tidak menyangka mereka sangat berani," ujar Viyone dengan nada khawatir."Karena mereka mirip denganku," ucap Wilson sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana.Sementara itu, di dalam restoran, Vic berlari ke sana ke mari, penuh energi setelah makan."Vic, kamu baru saja selesai makan. Jangan lari-lari!" seru Chris yang mengikuti adiknya dengan cemas.Markus, yang b
"Kakek, apakah kakek tahu betapa jantungku ini sangat merindukanmu siang dan malam, Aku berharap bisa bertemu denganmu selma ini. tapi karena aku selalu diawasi oleh paman-paman sehingga aku tidak bebas," ucap Vic sambil menangis.Chris, dengan tatapan tajam," menjawab, "Yang benar adalah hatimu, bukan jantung," ujarnya sambil mengeleng kepalanya.Markus, yang menyaksikan pertukaran emosi itu, tersenyum dan bertanya, "Ha ha ha...kalian sangat lucu sekali. Chris, Vic, apakah benar kalian merindukan kakek?""Iya," jawab sikembar dengan serentak sambil mengangguk.Namun, Markus menyampaikan pemikirannya, "Anak yang pintar, Kakek mengira selama ini kalian tidak mengakui ku lagi."Dengan jujur, Chris dan Vic menjawab, "Kami hanya berpura-pura di depan papa dan mama."Vic lalu mengajukan pertanyaan yang menggugah, "Apakah kakek dan mama tidak bisa berbaikan lagi?"Sementara itu, Chris menyuarakan kekhawatirannya, "Kakek dan papa apakah harus bermusuhan?"Markus menyadarkan mereka, "Urusan k
"Bertindak ceroboh?" tanya Stuart yang tidak paham."Kau akan segera paham," jawab Wilson dengan senyum.Stuart kemudian dibawa oleh Steven ke tempat kurungan di Markas Dragon. Tempat itu suram dan penuh dengan kegelapan, bau lembap menyengat hidung Stuart saat ia dilemparkan ke dalam salah satu sel. Terdengar suara pintu besi yang berderit saat ditutup, meninggalkan Stuart dalam kegelapan total.Sementara itu, di tempat lain, Chris dan Vic baru saja sadar. Mereka saling memandang bingung, menyadari bahwa mereka berada di kamar yang asing."Kakak, apakah kita pindah alam?" tanya Vic yang melirik sana sini, mengamati semua perubahan di kamar itu."Kita berada di kamar orang lain," jawab Chris sambil mengucek matanya dan mencoba mengingat kejadian terakhir yang mereka alami."Kamar siapa? Kenapa kita bisa ada di sini?" tanya Vic dengan penuh kekhawatiran."Sepertinya tempat dia," jawab Chris yang merujuk pada seseorang, dengan nada suara yang mengisyaratkan bahaya.Si kembar itu kemudia