Share

Mulai Terkuak

Penulis: Aldra_12
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

[Selama ini dia tinggal di sebuah pedesaan. Hamil, melahirkan, dan membesarkan anak kembarnya sampai usia dua tahun, kemudian pindah ke kota dan bekerja sebagai guru les biola di sekolah swasta. Saat anak-anaknya berumur lima tahun, dia bisa mendirikan sekolah musik sendiri, meski tempat yang digunakan masih kontrak, serta dia juga mulai ikut audisi untuk bisa bermain dengan grup orkestra luar negeri. Jadi kesimpulannya, selama tujuh tahun ini, dia tidak ada jejak menikah atau dekat dengan pria. Dan, tanpa saya sebutkan, Anda pasti bisa menebak.]

Evan terdiam membaca pesan dari Albert, hingga kemudian membuka file yang dikirimkan bersama pesan itu, hingga melihat dengan jelas jika di Akta lahir juga kartu keluarga, tidak ada nama ayah Dhira dan Dharu. Dia mencengkram erat ponsel itu, lantas menoleh ke arah Renata yang terduduk lemas menunggu dokter selesai menangani Dhira.

Renata menunduk sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Dia sedang merutuki kebodohannya karena tidak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
evan jngn coba2 loh bawa ank2 si Renata ya...
goodnovel comment avatar
Mbk Yu Ntu Ako
sangat padai si perawat nya
goodnovel comment avatar
vieta_novie
perawat nya pinter kasih jawaban,jd renata ga curiga...pdhl sampel darah dhira yg diambil utk test dna...iya kan van ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Anak Kembar Sang Presdir    Melakukan Tes DNA

    “Jika ingin menangis, menangis saja. Tidak usah ditahan.” “Aku tidak mau nangis. Aku cowok, jadi harus kuat. Nangis hanya buat anak cewek.” Evan mengajak Dharu ke kantin atas keinginannya karena bocah itu belum makan sama sekali, sedangkan Renata berada di ruang inap menjaga Dhira yang sedang tidur. Dharu memalingkan wajah saat Evan memintanya menangis, dia tidak suka memperlihatkan kelemahannya di depan orang lain, meski sebenarnya memang ingin menangis sebab tidak tega melihat Dhira. “Kamu tahu sesuatu? Bahkan pria dewasa pun menangis jika sedih, lalu apa ada alasan untuk anak sekecil dirimu tidak mau menangis dan harus bersikap kuat? Tidak semua orang bisa terus bersikap kuat, adakalanya merasa lemah dan menangis itu perlu,” ujar Evan menjelaskan. Evan tidak tahu apa yang sudah dialami Dharu, sehingga anak kecil itu bersikap layaknya orang dewasa. Dharu sendiri selalu merasa jika perlu bertanggung jawab ke ibu dan adiknya, sebab dia pria di

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar Sang Presdir    Alergi yang Sama

    “Terima kasih karena sudah mau menolong dan mengajak Dharu makan. Aku pasti akan membalas kebaikanmu,” ucap Renata, saat Evan kembali ke kamar inap Dhira.“Tidak perlu berterima kasih,” ucap Evan dengan ekspresi datar.Renata melipat bibir, penilaiannya akan pria itu sepertinya benar karena Evan memang dingin dan kurang ramah, meski begitu Renata juga berpikir kalau Evan memiliki sisi baik.“Apa--”“Jika--”Evan dan Renata bicara bersamaan, tapi keduanya terdiam bersamaan pula.“Apa yang mau kamu katakan. Katakan dulu,” ucap Evan memberi kesempatan Renata untuk bicara lebih dulu.Renata mengangguk, kemudian berkata, “Jika kamu mau pulang, tidak masalah. Maaf sudah merepotkan. Aku tadi tanya ke ruang perawat, katanya kamu sudah membayar setengah biaya rumah sakit Dhira. Boleh aku minta nomor rekeningmu, untuk mengganti biaya yang sudah kamu bayarkan?”&ldquo

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar Sang Presdir    Izin Memanggil Papa

    “Aku sangat terkejut mengetahui kamu membantu Renata, bahkan sampai ikut menjaga di sana. Kupikir kamu tidak menyukainya, apalagi semalam kamu terlihat tak acuh sama sekali.” Kasih memperhatikan Evan. Keduanya pergi keluar untuk bicara, karena Evan masih tidak nyaman jika membahas banyak hal di depan Renata. “Aku hanya kasihan, apalagi dia menjaga dua anak,” balas Evan tanpa ekspresi. Kasih mengangguk-angguk, kemudian berkata, “Syukurlah kamu kasihan, setidaknya kamu memiliki rasa peduli dengan orang lain.” Evan langsung melotot mendengar ledekan Kasih, hingga kemudian mencebik kesal. “Oh ya, apa Dean sudah menghubungimu?” tanya Kasih kemudian. Evan langsung memandang Kasih begitu menyebut nama Dean—sepupu Evan. Dean dan Evan pernah menyukai Kasih secara bersamaan, tapi Evan memilih mengalah sebab tahu jika Kasih lebih menyukai Dean. “Belum, ada apa?” tanya Evan kemudian. Kasih tersenyum lebar mendengar pertanyaan Evan, hingga kemudian menjawab, “Padahal minggu depan dia akan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar Sang Presdir    Hasil Tes DNA

    “Kapan Dhira boleh pulang? Dhira kangen rumah, kangen sekolah,” kata Dhira saat Renata sedang menyuapinya.“Nanti, kalau Pak Dokter sudah bilang kalau Dhira boleh pulang, maka kita bisa pulang ke rumah,” balas Renata, kemudian menyuapi Dhira.“Hm … apa masih lama?” tanya Dhira lagi. Dia membuka mulut dan membiarkan sang mama menyuapi.“Entah, mama juga belum tahu,” balas Renata.Dhira terlihat berpikir, hingga kemudian kembali berkata setelah selesai menelan makanan yang ada di mulut.“Ga apa-apa, deh. Asal ada Papa tampan, Dhira ga papa dirawat terus,” ujar bocah itu.Renata terkesiap dan menatap Dhira dengan perasaan heran, sebelum kemudian menoleh ke arah sofa, di mana Evan ada di sana dan kini menatap Renata juga sebab mendengar ucapan Dhira.Dharu juga heran, kenapa Dhira masih saja terus memanggil Evan dengan sebutan papa, yang bagi Dharu tidak sopan karena takut Evan tidak berkenan.“Dhira, ga sopan manggil orang lain dengan sebutan papa,” ujar Dharu menasihati.Dhira memayunka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar Sang Presdir    Mendadak Banyak Bicara

    Lantas sekarang harus bagaimana? Evan yang penasaran sejak awal karena pertemuannya dengan Renata, hingga mengetahui hadirnya kedua anak kembar wanita itu. Andai dia mengabaikan dan tidak menaruh rasa penasaran, mungkin sekarang dia tidak akan sebimbang ini. Setelah dia tahu jika Renata melahirkan anaknya, Evan harus bagaimana? Menikahi? Mengakui kesalahannya? Atau mengambil anak kembar itu? Tapi untuk apa dia mengambil, lagi pula dia tidak butuh atau dikejar-kejar untuk cepat mendapatkan anak. Sungguh semua ini membuat Evan frustasi. “Apa yang harus aku lakukan? Kenapa sekarang aku bingung sendiri?” Evan menyugar rambut ke belakang, lantas menatap kertas hasil lab di tangan. “Kamu kenapa?” Suara Renata mengejutkan Evan, hingga dia buru-buru menyembunyikan amplop berisi hasil tes DNA. Renata sendiri keluar dari kamar Dhira karena putrinya itu merengek ingin makan es krim. Dia tidak kuasa menolak, apalagi Dhira sampai menangis. Evan terlihat gelagapan, tangan yang memegang amplop

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar Sang Presdir    Perdebatan Dhira dan Dharu

    “Papa!”Dhira berlari begitu kencang, hingga tas yang tersemat di punggung bergoyang ke kanan dan kiri. Dhira sudah keluar rumah sakit dari dua hari lalu dan hari ini dia akan pulang ke kotanya bersama sang mama dan kakak.Evan sendiri sengaja belum pulang, karena menunggu Renata mengajak anak-anak pulang. Dia dan Renata saling diam akibat perdebatan di rumah sakit tempo hari.Begitu tahu kalau Renata akan pulang hari itu, Evan pun melakukan hal yang sama, hingga sekarang mereka bertemu di lobi dan Dhira langsung menghampiri.“Papa akan pulang bareng kami?” tanya Dhira saat sudah sampai di depan Evan, ditatapnya sang papa yang tinggi hingga dia harus mendongak.Dharu menatap dengan ekspresi wajah datar ke Evan, dia tetap berdiri di samping Renata.Evan memandang ke arah Renata dan Dharu, sebelum kemudian menggandeng tangan Dhira dan satu tangan menarik koper. Dia mengajak Dhira berjalan menuju ke Renata.“Kalian mau pulang sekarang, ‘kan? Kebetulan aku juga. Aku sudah menyewa mobil un

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar Sang Presdir    Anak Kembar itu Anakku

    “Apa di sana ada kendala? Kenapa kepulanganmu sampai diulur begitu lama?”Max menatap Evan yang mengajaknya bertemu setelah dokter muda itu selesai praktek. Keduanya kini duduk di kafe bersama, memesan secangkir kopi sambil menikmati sore yang lumayan indah.“Tidak ada kendala, hanya saja ….” Evan menjeda ucapannya, kemudian melirik Max yang sedang menyesap kopi. “Apa aku lebih baik bercerita ke Max dan menceritakan tentang anak Renata?” Evan kemudian bertanya-tanya dalam hati.“Hanya apa?” tanya Max saat mendengar ucapan menggantung Evan.Evan berpikir sejenak, hingga kemudian menjawab, “Aku bertemu teman dan memintaku jadi pendengar setianya.”Max menaikkan satu sudut alis mendengar jawaban Evan. Sejak kapan Evan jadi pendengar dan mau sabar mendengar keluh kesah orang lain, biasanya juga tidak peduli dan bersikap cuek.“Teman mana?” tanya Max penasaran.“Teman jauh,” jawab Evan sedikit ragu.“Memangnya dia cerita apa?” tanya Max lagi.Evan berdeham seolah mencoba melegakan tenggoro

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Anak Kembar Sang Presdir    Dharu Tahu

    “Kalau nanti papanya Dhira datang, kamu jangan nakal, ya.” Dhira sedang mengajak bermain bonekanya yang ada di kamar.Dharu melihat sang adik yang sedang bermain, mendengar kalau Dhira masih sangat berharap kepada Evan.“Jangan terlalu berharap! Lagi pula, dia bukan papa kita, jangan terus menyebutnya papa!” Suara Dharu cukup keras, hingga membuat Dhira terkejut dan menoleh.“Dia papa Dhira. Papa yang ngebolehin Dhira panggil begitu,” bantah Dhira yang masih kesal kepada Dharu sejak mereka pulang.“Bukan! Dia bukan papa kita, jadi jangan menyebutnya papa!” tolak Dharu begitu keras.“Kok Dharu maksa!” Dhira pun tidak terima, berdiri memeluk boneka kelincinya, hingga saling berhadapan dengan Dharu.“Kamu yang maksa. Dia bukan papa kita, kenapa kamu terus memanggilnya papa?” Dharu pun tidak mau kalah.“Kalau Dharu ga mau, ya sudah. Itu papa Dhira saja!” kekeh Dhira.“Kamu tuh ga tahu apa-apa, jadi jangan sok tahu! Berhenti panggil dia papa!” amuk Dharu, bahkan membentak dengan begitu ker

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Anak Kembar Sang Presdir    ~Akhir~

    Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Kasih melahirkan dengan cara cesar. Kini Kasih sudah dipindah ke ruang inap, tapi bayinya masih dalam pemantauan dokter di ruangan khusus perawatan bayi. “Syukurlah semua berjalan dengan lancar,” ucap Liliana penuh kelegaan melihat Kasih baik-baik saja. “Kita akhirnya punya cucu.” Jefrine merangkul istrinya, terlihat tatapan penuh kebahagiaan di mata pria itu. Dean melihat tatapan berbeda dari sang papa ke sang mama. Tatapan yang dianggapnya sudah lenyap sejak bertahun-tahun lamanya. “Kamu sudah menghubungi ibunya Kasih?” tanya Liliana yang ingat ke besannya itu. “Sudah, Ma. Ibu bilang akan datang secepatnya naik kereta, jadi butuh waktu ke sini,” jawab Dean. “Iya ga papa, terpenting kamu sudah mengabarinya,” ujar Liliana. Renata dan Evan senang melihat kebahagiaan Dean. Akhirnya bisa melihat pria itu bisa tersenyum penuh kelegaan dan bahagia. “Kami pulang dulu, kalau nanti Kak Kasih bangun dan tanya, katakan kami akan datang besok,” ujar R

  • Anak Kembar Sang Presdir    Makan Malam Menegangkan

    “Benarkah? Ini berita yang sangat bagus.”Renata begitu senang mendengar Kasih dan Dean akhirnya berbaikan dengan Jefrine.Malam itu Kasih dan Dean mengajak makan malam Evan juga Renata, tentu saja untuk merayakan kebahagiaan keduanya yang kini sudah berbaikan dengan orang tua Dean.“Ya, kami pun tak menyangka. Kupikir bertemu dengan Papa akan membuat kami kembali bertengkar hebat. Namun, siapa sangka jika kemarin malam adalah malam yang benar-benar di luar dugaanku,” ujar Dean menjelaskan.Renata paham maksud Dean, hingga kemudian membalas, “Terkadang kita terlalu takut akan pemikiran kita sendiri. Kita merasa jika orang yang membenci kita, benar-benar akan terus membenci kita selamanya. Tapi siapa sangka jika ketakutan itu tidak benar, nyatanya papamu mau meminta maaf dulu.”“Benar, sama seperti Mama saat dulu tak suka Renata. Tiba-tiba saja datang dan meminta maaf, lalu menerima hubungan kami. Bukankah terkadang kita yang terlalu takut untuk memperbaiki kesalahan, hingga menunggu o

  • Anak Kembar Sang Presdir    Side Story

    Dean dan yang lain terkejut saat melihat siapa yang kini berdiri memandang mereka, bahkan Liliana langsung berdiri karena panik.Dean langsung memalingkan wajah, seolah tak sudi melihat pria yang kini berdiri memandang dirinya.Kasih sendiri mengalihkan pandangan ke Dean, melihat suaminya yang terlihat tidak senang dan tidak nyaman.“Kamu sudah pulang. Kupikir kamu akan pulang minggu depan,” ujar Liliana dengan wajah panik.Jefrine—ayah Dean, menatap istrinya yang sudah berdiri dengan sikap kebingungan.“Mumpung kamu di sini, ada yang ingin kubicarakan denganmu,” ujar Jefrine sambil menatap Dean.Kasih langsung memandang suaminya, terlihat jelas jika Dean benar-benar tertekan.Jefrine menunggu Dean bicara, hingga sekilas melirik ke Kasih.“Hanya sebentar,” ucap pria itu kemudian.Dean menghela napas kasar, hingga akhirnya berdiri lantas memandang ke arah Jefrine.“Aku juga merasa perlu menyelesaikan sesuatu denganmu,” ucap Dean yang tak mau bersikap sopan ke pria yang dianggapnya buru

  • Anak Kembar Sang Presdir    Side Story : Kasih-Dean

    Dean akhirnya setuju pergi makan malam ke rumah orang tuanya. Dia dan Kasih kini berada di mobil menuju rumah Liliana.Kasih menoleh Dean, melihat suaminya terlihat serius menyetir. Sebelumnya Dean tidak memberi keputusan apakah mau datang makan malam di rumah orang tuanya, tapi tiba-tiba saja sore ini Dean meminta Kasih bersiap.“De, kamu tidak apa-apa, kan? Kalau memang masih tidak bisa, kita tidak usah datang. Mama juga pasti maklum kalau dijelaskan,” ujar Kasih yang tidak tega memaksa suaminya pulang.Kasih tahu bagaimana suaminya itu berjuang melawan sang papa. Dia sendiri tidak pernah menyalahkan sikap Dean yang membenci ayahnya, semua tak terlepas dari perbuatan ayah Dean di masa lalu, yang membuat Dean memilih membenci sang ayah.Deon menoleh Kasih, melihat istrinya itu terlihat cemas.“Aku tidak apa-apa. Sejak kita menikah, aku juga belum pernah melihat Mama. Ya, aku sadar jika membenci Papa, tapi Mama tidak salah sama sekali, jadi kupikir tidak ada salahnya berkunjung, selam

  • Anak Kembar Sang Presdir    Melayani Renata Bergosip

    “Kamu benar-benar tidak apa, kan? Bagaimana calon bayi kita? Dia tidak kaget, kan?”Dean sangat mencemaskan kondisi Kasih. Bahkan kembali memastikan saat sudah sampai apartemen.“Aku baik-baik saja, De. Serius.” Kasih mencoba meyakinkan jika dirinya baik-baik saja.Dean memandang Kasih. Dia sedih karena sang istri mendapat perlakukan tidak baik berulang kali.“Apa kita pindah saja. Kita ke tempat Ibu saja,” ujar Dean. Dia tidak bisa terus menerus panik karena istrinya beberapa kali hampir celaka.Kasih terkejut mendengar ucapan Dean. Jarak rumah ibu Kasih dan kota tempat mereka tinggal cukup jauh. Kasih tidak tega jika Dean harus bolak-balik menempuh jarak yang jauh.“Tidak apa, De. Aku janji akan hati-hati lagi. Lagian aku kalau pergi pasti bersama Renata, jadi ada yang melindungiku. Tadi saja memang mengalami kejadian tak terduga, tapi serius aku baik-baik saja,” balas Kasih mencoba meyakinkan.Dean menatap sendu. Dia sibuk bekerja sampai tidak bisa menemani istrinya pergi atau seka

  • Anak Kembar Sang Presdir    Balasan untuk Kanaya

    Dean berjalan cepat menuju ke ruang guru begitu sampai di sekolah Dhira dan Dharu. Renata memang menghubungi Dean, agar pria itu bisa melindungi Kasih, serta tahu apa yang dilakukan Kanaya ke Kasih.Dean masuk ke ruang guru, lantas secepat kilat menghampiri Kasih yang duduk dengan ekspresi wajah terkejut menatapnya.“Kamu baik-baik saja? Apa ada yang terluka?” tanya Dean yang sangat panik. Dia mengecek tubuh sang istri apakah ada luka.“Aku baik-baik saja, De.” Kasih mencoba menenangkan istrinya.Kanaya terkejut melihat Dean di sana. Dia tidak pernah tahu jika Dean menikah dengan Kasih, karena pernikahan keduanya dilakukan secara tertutup dan hanya orang tertentu saja yang diundang.Renata melihat wajah panik Kanaya, lantas memberi isyarat ke Dean untuk menoleh ke pelaku yang mencoba menabrak Kasih.Dean menoleh ke Kanaya, tatapan tidak senang tersirat jelas dari sorot mata pria itu saat melihat Kanaya.Hingga beberapa saat kemudian, seorang pria masuk ke ruang guru, membuat semua ora

  • Anak Kembar Sang Presdir    Membalas

    Renata benar-benar geram melihat siapa yang keluar dari mobil. Sungguh tak paham dengan pemikiran seperti manusia itu.“Matamu sudah buta, hah! Ini lingkungan sekolah, bukan area balapan yang bisa kamu jadikan tempat ajang ugal-ugalan!”Renata mengamuk, membuat banyak orang akhirnya kini memperhatikan dirinya.Kasih mendekat lantas mencoba menarik Renata agar tidak terlibat masalah.“Sudah, Re. Aku juga baik-baik saja, tidak apa.” Kasih mencoba menjauhkan Renata.“Tidak bisa, Kak. Dia sengaja melakukannya!” Renata tetap saja tidak terima.Kanaya tersenyum miring melihat Renata marah, lantas melirik ke Kasih yang mencoba mengajak pergi Renata.“Tolong! Apa anaknya sekolah di sini? Apakah begini adab di dalam sekolah!” Renata berteriak keras, meminta pendapat para orang tua di sana.“Jika manusia seperti ini, berkeliaran dan ugal-ugalan di area sekolah, kemudian menabrak salah satu dari anak kalian, apa kalian akan terima?” Renata menatap satu persatu orang tua yang ada di sana.Para or

  • Anak Kembar Sang Presdir    Takut Pulang

    “Maaf ya, Re. Aku sekarang jadi sering merepotkanmu.” Kasih menatap tak enak hati karena terus meminta bantuan Renata untuk menemaninya.“Tidak apa. Seperti kayak siapa saja. Dulu aku sering sekali merepotkan Kakak, sekarang anggap saja aku sedang membalasnya,” balas Renata tidak masalah jika sering menemani Kasih.Kasih terharu mendengar balasan Renata, lantas merangkul tangan ibu tiga anak itu untuk jalan.“Kamu tidak dimarahi Bibi karena sering meninggalkan Aldric, kan?” tanya Kasih sambil berjalan.Kasih ingin jalan-jalan karena bosan di apartemen, tapi tidak berani pergi sendiri, sehingga mengajak Renata.“Bukan marah, yang ada Mama malah senang karena Aldric aku tinggalkan sama Mama. Katanya kalau aku di rumah, Aldric akan banyak bersamaku,” jawab Renata diakhiri tawa kecil.Kasih ikut tertawa mendengar jawaban Renata.“Oh ya, tapi nanti siang aku jemput anak-anak sekalian ga apa-apa, kan?” tanya Renata kemudian.“Tentu saja, aku malah senang bisa ikut menjemput mereka,” balas K

  • Anak Kembar Sang Presdir    Tidak Banjir?

    “Tampaknya Kasih hanya dekat denganmu di sini.” Renata menoleh ketika mendengar Margaret bicara. Dia melihat mertuanya itu berjalan masuk kamar menghampiri dirinya. “Iya, Ma. Karena kata Evan, Kak Kasih memang tidak memiliki teman di sini,” ujar Renata menjelaskan. Renata sedang menyusui Aldric, lantas menatap Margaret yang duduk di tepian ranjang memperhatikan dirinya. “Hm … ya, Mama jadi ingat saat pertama kali melihatnya. Dia pendiam bahkan mama lihat tidak pernah bergaul dengan mahasiswa lain,” ujar Margaret karena memang dulu pernah menyelidiki siapa Kasih, sebab Evan berkata menyukainya. Margaret tiba-tiba menatap Renata dengan cepat, hingga kemudian kembali berkata, “Kamu jangan salah paham. Mama bicara begini bukan apa-apa, hanya ingin bicara sesuatu yang mama tahu.” Renata tertawa kecil melihat mertuanya salah tingkah. Dia pun kemudian membalas, “Tenang saja, Ma. Baik aku atau Evan, sama-sama sudah menganggap itu masa lalu. Lagi pula hubungan kami baik, jadi Mama jangan

DMCA.com Protection Status