Si kembar sudah puas bermain di pantai ketika Brandon sampai. Dia tersenyum saat melihat bagaimana istrinya dan kedua cucunya terlihat sangat akrab, mereka bahkan menggandeng tangan Reyna dengan begitu posesif. Sepertinya Reyna menuruti perkataannya sehingga dia berhasil memenangkan hati kedua cucunya. Tidak ingin mengganggu, Brandon pun memutuskan untuk pergi ke kafe yang tak jauh dari resortnya. Dia ingin memberikan waktu untuk Reyna bersama kedua cucunya sebelum nanti akhirnya si kembar menyadari bahwa mereka hanya sedang memainkan sandiwara. "Sebaiknya kalian tidur setelah Nenek bersihkan," ucap Reyna."Iya Nek. Rasanya sangat lelah dan aku sudah sangat mengantuk," ucap Luvina yang menurut begitu dia dibawa masuk ke kamar mandi. Reyna menoleh kepada Levin yang enggan untuk masuk bersama. "Levin, apa kamu nggak mau membersihkan tubuhmu? Ayo cepat masuk, biar Nenek yang bilaskan tubuhmu."Levin menggeleng. "Kakak nggak pernah mau dibantu oleh siapapun kalau mandi, Nek. Katanya d
Malam hampir larut ketika Reyna, Brandon dan si kembar sampai di kediaman utama. Sepanjang perjalanan tadi Levin dan Luvina sempat tertidur dan begitu Brandon menggendong Levin, cucunya lakinya itu terbangun begitupun dengan Luvina yang berada di gendongan Reyna. Padahal tadinya Brandon dan Reyna berharap keduanya tidak terbangun sehingga mereka tidak akan bertanya mengapa dibawa pulang ke rumah ini bukan dikembalikan kepada Ibu mereka. Reyna belum cukup puas dan tidak akan pernah puas bermain dengan kedua cucunya yang sangat menggemaskan, begitu cantik dan tampan hingga dia ia tidak rela melepaskannya barang sedetik pun. "Kita sudah sampai ya? Kita di mana? Di mana Mama?" tanya Luvina sambil menggosok-gosok kedua matanya. "Kita berada di rumah Kakek dan Nenek," jawab Levin yang lebih dulu menyadari keberadaan mereka. Brandon dan Reyna saling menatap. Keduanya sama-sama khawatir jika Luvina merengek untuk bertemu dengan ibunya. "Kakek, Nenek,.mengapa tidak mengembalikan kami ke
Andrea menatap malas pada sosok Harry yang kembali datang menjenguknya. Dia tahu jika ayahnya ini sengaja datang hanya untuk mencari muka di hadapan Elov, jika saja kemarin dia tidak mengetahui tentang hubungannya bersama Elov maka Andrea yakin ayahnya tidak akan bersikap sepeduli ini padanya. Harry begitu angkuh dan Andrea tidak lagi percaya padanya."Jadi Rea, apakah benar kamu dan Elov sudah menikah?"Andrea tidak menjawab, dia hanya menatap ayahnya dengan datar.Harry sebenarnya inging marah melihat ekspresi Andrea yang sangat angkuh. Padahal dia sudah datang dan berada di sini sebagai sosok Ayah yang sangat peduli terhadap anaknya, tetapi Andrea masih saja bersikap dingin."Rea, maaf jika dulu Ayah bersikap keterlaluan padamu bahkan sampai mengusirmu ketika kamu hamil. Seandainya kamu mengatakan siapa pria itu, Ayah nggak akan mungkin menyuruhmu pergi bahkan nggak akan menghapus namamu dari daftar kartu keluarga."Andrea menatap Harry dengan sinis. Dia enggan mengatakan apapun pa
Reyna tidak tahu jika ucapannya tersebut didengar oleh si kembar yang diam-diam menguping obrolannya dengan Serena di ruang tamu. Reyna berkata lagi, "Kamu tidak perlu mengajukan protes apapun kepadaku, karena sesuai dengan kesepakatan awal bahwa Geez adalah calon menantu di keluarga Graff. Kami hanya menginginkan cucu kami, tidak dengan ibunya."Serena tersenyum penuh kepuasan, ini yang ingin dia buktikan dengan datang ke rumah ini. Serena lalu berkata, "Aku bukan ingin menuntut kalian, tetapi putriku sudah terlanjur berharap pada Elov. Akan jadi seperti apa nanti jika kelak Eliv justru menolaknya dan kalian mematahkan hatinya? Putriku yang malang itu pasti akan mengalami kesedihan dan akan sangat terguncang."Reyna mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kamu tenang saja Sere, aku yang akan memastikan bahwa Geez yang akan menjadi menantuku nanti. Bukan ibu dari kedua cucuku."Si kembar saling menatap, wajah keduanya kini benar-benar tidak sedap dipandang. Entah hilang ke mana keimutan di
“Apa-apaan ini Tuan El–” Air mata Andrea tumpah membasahi pipinya. Ia tidak tahu apa kesalahannya hingga mendapat perlakuan sekejam ini. Tadinya, Andrea hanya ingin mewawancarai seorang aktor untuk sebuah artikel dari majalah tempat dirinya magang saat ini. Elov Graff, aktor tampan yang sudah mendulang begitu banyak piagam penghargaan selama hampir lima tahun berkarier di industri perfilman ini, yang akan menjadi narasumbernya. Ketika Elov muncul di kamar hotel tempat mereka janjian untuk bertemu, Andrea sempat terpesona. Meskipun sang aktor hanya mengenakan kaos oblong putih dibalut dengan blazer hitam serta celana jeans hitam, pria itu tetap terlihat maskulin. Dia memang sangat tampan dan mapan, hanya melihat ia berjalan saja dunia para wanita yang ada di sekitarnya seakan berhenti berputar. Namun, pikiran Andrea tentang Elov berubah total ketika pria itu justru tiba-tiba menamparnya. “Sakit? Itu belum seberapa dibandingkan perbuatan kamu padaku! Aku tidak menyangka saking in
‘Bagaimana bisa ini terjadi padaku? Ayah … dia pasti akan sangat marah jika tahu aku tidak bisa menjaga diriku dengan baik.’Andrea bergegas pulang. Ia bahkan lupa ayahnya selalu membatasi waktunya untuk keluar malam dan kini ia pulang tepat pukul satu dini hari.Dengan langkah mengendap-endap Andrea masuk ke dalam rumah. Baru saja ia hendak menapaki anak tangga, dehaman keras membuat langkah itu terhenti.‘Celaka!’ “Dari mana kamu Andrea?” Suara lantang Harry Ammann — ayah Andrea membuat tubuh Andrea bergetar hebat. Akan lebih parah lagi jika ayahnya melihat bagaimana penampilannya sekarang.Dengan gugup Andrea berbalik, ia menundukkan kepalanya tak berani menatap ayahnya.Harry menahan napas beberapa saat sebelum menghampiri putrinya. Dilihatnya penampilan Andrea dari ujung kaki sampai ujung kepalanya, lalu tatapan Harry berhenti di satu titik dan detik berikutnya satu tamparan keras mendarat di pipi Andrea.“Ayah!” Joana memekik saat melihat adegan tersebut. Ia sebenarnya tidak t
Andrea menarik kopernya. Ia tahu tak mungkin bagi keluarganya menerima keadaannya apalagi ayahnya yang ia kenal penuh dengan ambisi. Demi mendapatkan kedudukan dan menjaga reputasinya ia bahkan tega membuang anak kandungnya sendiri.Andai saja ibunya masih ada, Andrea pasti mendapatkan pembelaan. Tetapi kenyataan ia yang sudah ditinggal ibunya sejak balita kembali mematahkan hatinya.Sambil berjalan tak tentu arah, Andrea sesekali memegang perutnya dan mengajak bayi di dalam kandungannya itu berdialog.“Kamu tidak bersalah. Aku akan mempertahankanmu meksipun aku terbuang. Kita akan melalui semua ini bersama. Meskipun lelaki itu adalah ayah biologismu dan aku membencinya, tetapi kamu adalah anakku. Aku mencintaimu, aku akan melindungimu.”******Wajah Elov teihat pucat, tubuhnya pun tak lagi memiliki tenaga. Sudah beberapa hari ini ia mengalami sebuah penyakit yang aneh. Ia akan lemas di pagi hari dan memuntahkan sisa makanan yang ia makan semalam. Tak hanya itu saja, ia pun sensitif
Beberapa hari ini Andrea tinggal di rumah sahabatnya, Sarah. Hari ini ia akan mengambil ijazah dan mulai mencari pekerjaan agar tidak menumpang hidup di rumah Sarah. Meski sahabatnya itu selalu menerima keberadaanya tetapi Andrea tidak ingin menyusahkannya. Sarah pun mengantarnya ke kampus dan akan kembali menjemputnya.Setelah mendapatkan ijazahnya, Andrea pun memutuskan untuk pulang. Baru beberapa langkah keluar dari ruang administrasi, Andrea merasa pusing dan mual. Ia pun bergegas ke toilet dan tak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang baru saja kembali dari toilet. ‘Di-dia ada di sini? Untuk apa? Mencariku?’ Andrea merasa tegang. Rasa pusing dan ingin muntah pun seketika lenyap. Andrea merasa takut dan ingin bersembunyi tetapi pria itu berhenti lalu ia menjawab panggilan telepon hingga tak sengaja Andrea mencuri dengar.“Aku tidak mau tahu, kalian harus menemukan gadis itu. Aku yakin saat ini dia tengah mengandung. Aku ingin kalian menemukannya dan membuatnya keguguran, jik