Brandon menatap punggung Elov hingga tak terlihat lagi dari balik pintu. Dia tersenyum miring, sepertinya putranya itu memang tidak bisa lagi dikendalikan dalam hal asmara. Bergegas dia naik ke lantai dua menuju ke kamarnya.Berdiri di depan jendela sambil menatap mobil yang beriring-iringan keluar dari halaman rumahnya. "Dia membawa banyak pasukan rupanya."Di salah satu resort mewah yang berada di dekat pantai, Reyna sedang memperhatikan si kembar yang sejak tadi enggan berbicara dengannya. Sekalipun Reyna mencoba bicara, si kembar hanya akan menggeleng atau menganggukkan kepala mereka. Tatapan itu juga terlihat datar, tidak ada kasih sayang di dalamnya membuat hati Reyna terasa ngilu."Apa kalian tidak menyukai Nenek? Padahal Nenek sangat menyayangi kalian meskipun kita baru dua kali bertemu."Reyna hampir depresi menghadapi kedua bocah ini. Wajah mereka memang benar-benar mirip dengan Elov, apalagi Luvina yang cukup mirip dengan dirinya. Jadi meskipun ini barulah pertemuan kedu
Di dalam mobil Elov terus merasa tidak tenang. Ini bukan lagi tentang kedua anaknya, tetapi tentang Andrea. Dia tahu selagi kedua orang tuanya yang membawa si kembar maka mereka akan baik-baik saja, mungkin mereka tidak akan menurut tetapi Elov yakin orang tuanya tidak akan mungkin menyakiti cucu mereka. Berbeda dengan Andrea yang entah berada di mana, melihat ekspresi ayahnya tadi Elov sedikit ragu jika yang menculik Andrea adalah kedua orang tuanya. Mereka memang menentang hubungan tersebut tetapi mereka Elov ragu jika melakukan trik kotor seperti ini untuk menyingkirkan Andrea. Elov juga tahu kekuatannya tidak sebanding dengan ayahnya. Jika sejak dulu dia sudah mengambil alih perusahaan keluarga Graff mungkin dia akan lebih berkuasa daripada ayahnya. Namun sayang, dia lebih menyukai bidang Entertainment dan bekerja dari balik layar untuk perusahaan."Apakah sudah ada informasi tanya?" Elov pada anak buahnya yang duduk di jok depan di samping pengemudi. "Belum ada, Tuan Muda. Tu
Andrea masih berusaha tenang meskipun Damian sudah berbicara tentang kematian. Lagi pula siapa yang ingin mati bersama, lebih baik Damian melukainya dibandingkan harus ikut dalam rencana gila tersebut. Andrea sudah tidak memiliki perasaan seperti itu lagi terhadap Damian, sudah lama dia kubur dan dia juga sudah memiliki Elov yang berhasil mengisi hatinya. Belum lagi ada si kembar yang harus dia besarkan. Dalam hati Andrea terus berharap semoga saja ada yang datang menyelamatkannya seperti yang dikatakan oleh Lusiana. "Damian tolong jangan seperti ini. Siapa yang ingin mati, kita bisa menyelesaikan semuanya ini dengan baik-baik," bujuk Andrea. "Nggak bisa. Jika sudah melibatkan keluargamu maka semua pasti akan berakhir dengan buruk. Mana mungkin mereka mau menyelesaikan secara baik-baik. Lusiana itu sudah gila, dia sangat terobsesi padaku dan dia pasti akan menyakiti kita berdua, jadi lebih baik aku menyakiti diri kita berdua lebih dulu."Apakah lelaki ini tidak sadar jika dia pun
Jimmy menatap sosok yang kini berdiri di hadapannya. Dia tidak mengenalinya tetapi sejak tadi dua orang ini terus memaksa masuk bahkan rela beradu kekuatan dengan penjaga di luar.Tadi Jimmy menerima laporan dari orang yang menjaga pintu gerbang, kedua orang itu terus berteriak ingin bertemu dengan Elov, mereka tidak peduli meskipun para penjaga mengatakan Elov sedang tidak berada di tempat.Mereka meminta izin untuk bertemu dengan orang kepercayaan Elov tetapi para penjaga justru mengatakan mereka adalah orangnya.Jimmy yang mendapat laporan pun langsung meminta penjaga gerbang mempersilakan mereka masuk."Siapa kalian?" tanya Jimmy penuh intimidasi."Kami adalah orang suruhan Tuan Ayden. Tuan meminta kami menyampaikan pesan ini secara langsung pada Tuan Elov atau pada orang kepercayaannya," ucap salah satu anak buah Ayden.Ayden?Jimmy tidak mengetahui nama itu tetapi sepertinya tidak asing di telinganya."Aku adalah kepala pelayan serta pengasuh Tuan Elov. Jika memang sangat pentin
Harry sudah yakin jika Elov pasti akan segera menyanjungnya, mengucapkan terima kasih lalu memperkenalkan dirinya sebagai pria putrinya. Dalam benak Harry, dia sudah sangat senang dan memikirkan ada begitu banyak keuntungan jika saja benar Elov Graff adalah menantunya. Membayangkan begitu banyak kebaikan dan berkat yang akan datang padanya secara bertubi-tubi, dia tidak kuasa untuk menahan senyumannya. "Keluarga Ammann? Siapa itu? Bukankah yang lebih pantas mendapatkan hadiah adalah kamu, karena kamu yang sudah membawa Andrea ke rumah sakit dan kamu juga mengirim anak buahmu untuk menyampaikan kepadaku. Kamu barulah yang paling pantas mendapatkan hadiah. Aku akan berinvestasi di kebun anggur mu."Mata Harry langsung melotot, dia tidak percaya Elov bahkan tidak mengenal siapa keluarga Ammann. Lantas bagaimana dia bisa bersama dengan Andrea, bukankah identitas Andrea adalah bermarga Ammann?Andrea sendiri tidak menanggapi, dia hanya melihat dengan daftar wajah kebingungan ayahnya, beg
Suara teriakan Damian yang terus-menerus disiksa oleh anak buah Harry Ammann menggema di dalam ruangan. Sesekali dia menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit itu, namun ketika dia tak mampu menahannya maka suara teriakan memilukan yang memekakan telinga lolos dari mulutnya.Lusiana terus membujuk orang-orang ayahnya untuk menghentikan penyiksaan tersebut, dia tidak sanggup melihat lelaki yang sangat dicintainya disiksa di depan matanya. "Apa kalian nggak mendengar ucapanku? Aku ini adalah Nona Muda, anak dari Harry Ammann, kalian harus menuruti ucapanku!' teriak Lusiana."Sebaiknya Nona Muda kembali karena yang memberi perintah hanyalah Tuan Harry, kami tidak mendengar perintah dari siapapun."Lusiana terbelalak, dia menggelengkan kepalanya lalu menetap Damian yang sudah terlihat sangat lemah dengan darah bekas cambukan mengucur dari tubuhnya."Sudahlah Kak Dami, mengalah saja. Aku nggak sanggup melihatmu disiksa seperti ini. Mari kita ulangi lagi rumah tangga kita, aku berjanji a
Si kembar sudah puas bermain di pantai ketika Brandon sampai. Dia tersenyum saat melihat bagaimana istrinya dan kedua cucunya terlihat sangat akrab, mereka bahkan menggandeng tangan Reyna dengan begitu posesif. Sepertinya Reyna menuruti perkataannya sehingga dia berhasil memenangkan hati kedua cucunya. Tidak ingin mengganggu, Brandon pun memutuskan untuk pergi ke kafe yang tak jauh dari resortnya. Dia ingin memberikan waktu untuk Reyna bersama kedua cucunya sebelum nanti akhirnya si kembar menyadari bahwa mereka hanya sedang memainkan sandiwara. "Sebaiknya kalian tidur setelah Nenek bersihkan," ucap Reyna."Iya Nek. Rasanya sangat lelah dan aku sudah sangat mengantuk," ucap Luvina yang menurut begitu dia dibawa masuk ke kamar mandi. Reyna menoleh kepada Levin yang enggan untuk masuk bersama. "Levin, apa kamu nggak mau membersihkan tubuhmu? Ayo cepat masuk, biar Nenek yang bilaskan tubuhmu."Levin menggeleng. "Kakak nggak pernah mau dibantu oleh siapapun kalau mandi, Nek. Katanya d
Malam hampir larut ketika Reyna, Brandon dan si kembar sampai di kediaman utama. Sepanjang perjalanan tadi Levin dan Luvina sempat tertidur dan begitu Brandon menggendong Levin, cucunya lakinya itu terbangun begitupun dengan Luvina yang berada di gendongan Reyna. Padahal tadinya Brandon dan Reyna berharap keduanya tidak terbangun sehingga mereka tidak akan bertanya mengapa dibawa pulang ke rumah ini bukan dikembalikan kepada Ibu mereka. Reyna belum cukup puas dan tidak akan pernah puas bermain dengan kedua cucunya yang sangat menggemaskan, begitu cantik dan tampan hingga dia ia tidak rela melepaskannya barang sedetik pun. "Kita sudah sampai ya? Kita di mana? Di mana Mama?" tanya Luvina sambil menggosok-gosok kedua matanya. "Kita berada di rumah Kakek dan Nenek," jawab Levin yang lebih dulu menyadari keberadaan mereka. Brandon dan Reyna saling menatap. Keduanya sama-sama khawatir jika Luvina merengek untuk bertemu dengan ibunya. "Kakek, Nenek,.mengapa tidak mengembalikan kami ke