Di sekolah si kembar .... Andrea menunggu kedua anaknya hingga mereka pulang sekolah. Dia tidak memiliki kegiatan lain, dia juga khawatir kedua anaknya di sekolah mendapatkan perundungan atau keluarga Elov datang untuk merebut mereka, sehingga Andrea siap menjaganya di sekolah. Saat ini Andrea memilih duduk di taman sambil memainkan ponselnya. Tiba-tiba di layarnya terlihat sebuah panggilan masuk dari Sarah. "Apakah kamu sangat merindukanku?" tanya Andrea dengan candaannya. "Ini nggak lebih penting dari rasa rindu, Rea. Apakah kamu tahu keluargamu sudah mencarimu ke mana-mana? Mereka bahkan menemukanku." Mata Andrea terbelalak. Dia tahu semua itu cepat atau lambat akan terjadi tetapi dia tidak siap bertemu lagi dengan keluarganya. Dia sudah merasa nyaman tanpa mereka. Pertemuannya dengan Lusiana dan Damian jelas akan sampai ke telinga ayahnya, Lusiana pasti akan mengadu dan mereka akan mencarinya sampai ketemu. "Apakah kamu baik-baik saja?" "Ya, aku baik-baik saja. Kamu yang ak
Andrea perlahan membuka kedua matanya, pertama-tama yang dia dapati adalah sebuah kegelapan, tidak ada cahaya yang masuk di tempat ini tetapi dia juga tidak merasakan sesak sebab udaranya cukup segar serta di ruangan ini mengeluarkan aroma yang cukup menenangkan. Kepala Andrea masih sedikit pusing, ingin memijat pelipisnya tetapi dia tidak bisa menggerakkan tangannya sebab dia menyadari jika kedua tangannya itu terikat. 'Apa aku diculik?' tanya Andrea dalam hati. Andrea sempat panik tetapi dia perlahan mencoba untuk menenangkan dirinya, berusaha mengingat apa yang sudah terjadi sebelumnya. Tadi dia begitu panik saat mengetahui si kembar justru sudah tidak berada di sekolah. Mereka dijemput seseorang yang tidak ingin disebutkan namanya dengan alasan ingin membawa mereka menuju rumah sakit karena dia jatuh pingsan. Sebenarnya tanpa dijelaskan pun Andrea sudah tahu siapa orang berkuasa yang berani melakukan semua itu tanpa diketahui identitasnya. Andrea hanya berurusan dengan merek
Suara menggelegar Elov terdengar sampai ke lantai dua di mana Brandon berada. Langkahnya pelan menyusuri anak tangga satu per satu, ekspresi di wajahnya pun terlihat datar, seolah-olah tidak ada sesuatu yang sudah dia perbuat hingga membuat putranya itu marah. Brandon berdiri tepat di hadapan Elov, dia menatap putranya dengan begitu datar. "Apakah kamu sudah kehilangan sopan santunmu? Berapa lama kamu belajar tata krama selama menjadi tuan muda di keluarga Graff?"Elov tidak peduli dengan apapun yang dikatakan ayahnya, karena dia tahu ayahnya hanya mencoba untuk mengalihkan perhatian dan juga pembicaraan tentang hilangnya Andrea beserta si kembar. "Lalu bagaimana jika aku membalikkan kata-kata itu kepada Daddy, sudah berapa lama Daddy belajar tata krama dalam keluarga Graff sehingga Daddy berani menculik anak-anak dan wanitaku?"Brandon tersenyum sinis. Dia berkata, "Berapa lama kita bersama? Aku bahkan yang pertama kali menggendong begitu kamu dilahirkan. Apakah kamu tidak percaya
Di dalam kamar yang sepi itu Damian terus menceritakan tentang perasaannya, tentang hidupnya yang terkekang dan tentang bagaimana dia setiap hari menyakini jika Andrea masih hidup.Andrea mendengarkannya tanpa minat. Dia membiarkan Damian terus berbicara sedangkan dia memikirkan kedua anaknya dan juga Elov.Si kembar tidak mungkin dalam bahaya karena yang membawa mereka pergi adalah kakek dan neneknya. Mereka sangat menginginkan si kembar, mereka pasti memperlakukan mereka dengan sangat baik.Dia hanya bisa berharap kedua anaknya itu tidak membahayakan diri mereka karena Andrea tahu, jika kedua anaknya itu tidak menyukai orang lain, mereka pasti akan menyiksa diri sendiri seperti tidak mau makan ataupun membuat orang yang bersama mereka sakit hati hingga memaki atau memukuli mereka."Rea, bagaimana kalau kita melarikan diri? Aku akan membawamu pergi dari kota ini jika perlu dari negara ini agar kita bisa bersama. Hanya ada aku dan kamu. Kamu mau, 'kan?"Andrea langsung menggeleng. "Ma
Brandon menatap punggung Elov hingga tak terlihat lagi dari balik pintu. Dia tersenyum miring, sepertinya putranya itu memang tidak bisa lagi dikendalikan dalam hal asmara. Bergegas dia naik ke lantai dua menuju ke kamarnya.Berdiri di depan jendela sambil menatap mobil yang beriring-iringan keluar dari halaman rumahnya. "Dia membawa banyak pasukan rupanya."Di salah satu resort mewah yang berada di dekat pantai, Reyna sedang memperhatikan si kembar yang sejak tadi enggan berbicara dengannya. Sekalipun Reyna mencoba bicara, si kembar hanya akan menggeleng atau menganggukkan kepala mereka. Tatapan itu juga terlihat datar, tidak ada kasih sayang di dalamnya membuat hati Reyna terasa ngilu."Apa kalian tidak menyukai Nenek? Padahal Nenek sangat menyayangi kalian meskipun kita baru dua kali bertemu."Reyna hampir depresi menghadapi kedua bocah ini. Wajah mereka memang benar-benar mirip dengan Elov, apalagi Luvina yang cukup mirip dengan dirinya. Jadi meskipun ini barulah pertemuan kedu
Di dalam mobil Elov terus merasa tidak tenang. Ini bukan lagi tentang kedua anaknya, tetapi tentang Andrea. Dia tahu selagi kedua orang tuanya yang membawa si kembar maka mereka akan baik-baik saja, mungkin mereka tidak akan menurut tetapi Elov yakin orang tuanya tidak akan mungkin menyakiti cucu mereka. Berbeda dengan Andrea yang entah berada di mana, melihat ekspresi ayahnya tadi Elov sedikit ragu jika yang menculik Andrea adalah kedua orang tuanya. Mereka memang menentang hubungan tersebut tetapi mereka Elov ragu jika melakukan trik kotor seperti ini untuk menyingkirkan Andrea. Elov juga tahu kekuatannya tidak sebanding dengan ayahnya. Jika sejak dulu dia sudah mengambil alih perusahaan keluarga Graff mungkin dia akan lebih berkuasa daripada ayahnya. Namun sayang, dia lebih menyukai bidang Entertainment dan bekerja dari balik layar untuk perusahaan."Apakah sudah ada informasi tanya?" Elov pada anak buahnya yang duduk di jok depan di samping pengemudi. "Belum ada, Tuan Muda. Tu
Andrea masih berusaha tenang meskipun Damian sudah berbicara tentang kematian. Lagi pula siapa yang ingin mati bersama, lebih baik Damian melukainya dibandingkan harus ikut dalam rencana gila tersebut. Andrea sudah tidak memiliki perasaan seperti itu lagi terhadap Damian, sudah lama dia kubur dan dia juga sudah memiliki Elov yang berhasil mengisi hatinya. Belum lagi ada si kembar yang harus dia besarkan. Dalam hati Andrea terus berharap semoga saja ada yang datang menyelamatkannya seperti yang dikatakan oleh Lusiana. "Damian tolong jangan seperti ini. Siapa yang ingin mati, kita bisa menyelesaikan semuanya ini dengan baik-baik," bujuk Andrea. "Nggak bisa. Jika sudah melibatkan keluargamu maka semua pasti akan berakhir dengan buruk. Mana mungkin mereka mau menyelesaikan secara baik-baik. Lusiana itu sudah gila, dia sangat terobsesi padaku dan dia pasti akan menyakiti kita berdua, jadi lebih baik aku menyakiti diri kita berdua lebih dulu."Apakah lelaki ini tidak sadar jika dia pun
Jimmy menatap sosok yang kini berdiri di hadapannya. Dia tidak mengenalinya tetapi sejak tadi dua orang ini terus memaksa masuk bahkan rela beradu kekuatan dengan penjaga di luar. Tadi Jimmy menerima laporan dari orang yang menjaga pintu gerbang, kedua orang itu terus berteriak ingin bertemu dengan Elov, mereka tidak peduli meskipun para penjaga mengatakan Elov sedang tidak berada di tempat. Mereka meminta izin untuk bertemu dengan orang kepercayaan Elov tetapi para penjaga justru mengatakan mereka adalah orangnya. Jimmy yang mendapat laporan pun langsung meminta penjaga gerbang mempersilakan mereka masuk. "Siapa kalian?" tanya Jimmy penuh intimidasi. "Kami adalah orang suruhan Tuan Ayden. Tuan meminta kami menyampaikan pesan ini secara langsung pada Tuan Elov atau pada orang kepercayaannya," ucap salah satu anak buah Ayden. Ayden? Jimmy tidak mengetahui nama itu tetapi sepertinya tidak asing di telinganya. "Aku adalah kepala pelayan serta pengasuh Tuan Elov. Jika meman
Iring-iringan mobil Alvons yang diikuti anak buahnya sampai di sebuah mansion mewah yang tak pernah si kembar kunjungi sebelumnya. Levin dan Luvina saling berpandangan dengan tanya yang tersirat dari kedua manik indah nan langka itu. Saat mobil berhenti, pintu langsung dibuka oleh salah satu pengawal lalu pria berwajah kaku itu mempersilakan dua tuan dan nona kecil untuk turun. "Grandpa, ini rumah siapa?" tanya Luvina dengan begitu polos. "Rumah milik Grandpa. Ayo kita masuk, ada banyak hal yang ingin Grandpa tanyakan pada kalian berdua," ajak Alvons. Tiba-tiba Luvina menguap. Levin mendengkus, dia tahu saudara kembarnya ini hanya sedang berpura-pura mengantuk saja. "Entah mengapa aku mendadak mengantuk, Grandpa. Aku tidak akan sanggup berjalan ke dalam rumahmu yang begitu besar. Bisakah Grandpa menggendongku?" Alvons tertawa. Dia berbalik dan langsung menggendong kelinci kecil yang manja ini. "Apakah Tuan Muda Levin juga ingin digendong?" Meskipun Alvons tahu Levin aka
Reyna tidak tahu jika ucapannya tersebut didengar oleh si kembar yang diam-diam menguping obrolannya dengan Serena di ruang tamu. Reyna berkata lagi, "Kamu tidak perlu mengajukan protes apapun kepadaku, karena sesuai dengan kesepakatan awal bahwa Geez adalah calon menantu di keluarga Graff. Kami hanya menginginkan cucu kami, tidak dengan ibunya." Serena tersenyum penuh kepuasan, ini yang ingin dia buktikan dengan datang ke rumah ini. Serena lalu berkata, "Aku bukan ingin menuntut kalian, tetapi putriku sudah terlanjur berharap pada Elov. Akan jadi seperti apa nanti jika kelak Eliv justru menolaknya dan kalian mematahkan hatinya? Putriku yang malang itu pasti akan mengalami kesedihan dan akan sangat terguncang." Reyna mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kamu tenang saja Sere, aku yang akan memastikan bahwa Geez yang akan menjadi menantuku nanti. Bukan ibu dari kedua cucuku." Si kembar saling menatap, wajah keduanya kini benar-benar tidak sedap dipandang. Entah hilang ke mana ke
Andrea menatap malas pada sosok Harry yang kembali datang menjenguknya. Dia tahu jika ayahnya ini sengaja datang hanya untuk mencari muka di hadapan Elov, jika saja kemarin dia tidak mengetahui tentang hubungannya bersama Elov maka Andrea yakin ayahnya tidak akan bersikap sepeduli ini padanya. Harry begitu angkuh dan Andrea tidak lagi percaya padanya."Jadi Rea, apakah benar kamu dan Elov sudah menikah?"Andrea tidak menjawab, dia hanya menatap ayahnya dengan datar.Harry sebenarnya inging marah melihat ekspresi Andrea yang sangat angkuh. Padahal dia sudah datang dan berada di sini sebagai sosok Ayah yang sangat peduli terhadap anaknya, tetapi Andrea masih saja bersikap dingin."Rea, maaf jika dulu Ayah bersikap keterlaluan padamu bahkan sampai mengusirmu ketika kamu hamil. Seandainya kamu mengatakan siapa pria itu, Ayah nggak akan mungkin menyuruhmu pergi bahkan nggak akan menghapus namamu dari daftar kartu keluarga."Andrea menatap Harry dengan sinis. Dia enggan mengatakan apapun pa
Malam hampir larut ketika Reyna, Brandon dan si kembar sampai di kediaman utama. Sepanjang perjalanan tadi Levin dan Luvina sempat tertidur dan begitu Brandon menggendong Levin, cucunya lakinya itu terbangun begitupun dengan Luvina yang berada di gendongan Reyna. Padahal tadinya Brandon dan Reyna berharap keduanya tidak terbangun sehingga mereka tidak akan bertanya mengapa dibawa pulang ke rumah ini bukan dikembalikan kepada Ibu mereka. Reyna belum cukup puas dan tidak akan pernah puas bermain dengan kedua cucunya yang sangat menggemaskan, begitu cantik dan tampan hingga dia ia tidak rela melepaskannya barang sedetik pun. "Kita sudah sampai ya? Kita di mana? Di mana Mama?" tanya Luvina sambil menggosok-gosok kedua matanya. "Kita berada di rumah Kakek dan Nenek," jawab Levin yang lebih dulu menyadari keberadaan mereka. Brandon dan Reyna saling menatap. Keduanya sama-sama khawatir jika Luvina merengek untuk bertemu dengan ibunya. "Kakek, Nenek,.mengapa tidak mengembalik
Si kembar sudah puas bermain di pantai ketika Brandon sampai. Dia tersenyum saat melihat bagaimana istrinya dan kedua cucunya terlihat sangat akrab, mereka bahkan menggandeng tangan Reyna dengan begitu posesif. Sepertinya Reyna menuruti perkataannya sehingga dia berhasil memenangkan hati kedua cucunya. Tidak ingin mengganggu, Brandon pun memutuskan untuk pergi ke kafe yang tak jauh dari resortnya. Dia ingin memberikan waktu untuk Reyna bersama kedua cucunya sebelum nanti akhirnya si kembar menyadari bahwa mereka hanya sedang memainkan sandiwara. "Sebaiknya kalian tidur setelah Nenek bersihkan," ucap Reyna."Iya Nek. Rasanya sangat lelah dan aku sudah sangat mengantuk," ucap Luvina yang menurut begitu dia dibawa masuk ke kamar mandi. Reyna menoleh kepada Levin yang enggan untuk masuk bersama. "Levin, apa kamu nggak mau membersihkan tubuhmu? Ayo cepat masuk, biar Nenek yang bilaskan tubuhmu."Levin menggeleng. "Kakak nggak pernah mau dibantu oleh siapapun kalau mandi, Nek. Katanya d
Suara teriakan Damian yang terus-menerus disiksa oleh anak buah Harry Ammann menggema di dalam ruangan. Sesekali dia menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit itu, namun ketika dia tak mampu menahannya maka suara teriakan memilukan yang memekakan telinga lolos dari mulutnya.Lusiana terus membujuk orang-orang ayahnya untuk menghentikan penyiksaan tersebut, dia tidak sanggup melihat lelaki yang sangat dicintainya disiksa di depan matanya. "Apa kalian nggak mendengar ucapanku? Aku ini adalah Nona Muda, anak dari Harry Ammann, kalian harus menuruti ucapanku!' teriak Lusiana."Sebaiknya Nona Muda kembali karena yang memberi perintah hanyalah Tuan Harry, kami tidak mendengar perintah dari siapapun."Lusiana terbelalak, dia menggelengkan kepalanya lalu menetap Damian yang sudah terlihat sangat lemah dengan darah bekas cambukan mengucur dari tubuhnya."Sudahlah Kak Dami, mengalah saja. Aku nggak sanggup melihatmu disiksa seperti ini. Mari kita ulangi lagi rumah tangga kita, aku berjanji a
Harry sudah yakin jika Elov pasti akan segera menyanjungnya, mengucapkan terima kasih lalu memperkenalkan dirinya sebagai pria putrinya. Dalam benak Harry, dia sudah sangat senang dan memikirkan ada begitu banyak keuntungan jika saja benar Elov Graff adalah menantunya. Membayangkan begitu banyak kebaikan dan berkat yang akan datang padanya secara bertubi-tubi, dia tidak kuasa untuk menahan senyumannya. "Keluarga Ammann? Siapa itu? Bukankah yang lebih pantas mendapatkan hadiah adalah kamu, karena kamu yang sudah membawa Andrea ke rumah sakit dan kamu juga mengirim anak buahmu untuk menyampaikan kepadaku. Kamu barulah yang paling pantas mendapatkan hadiah. Aku akan berinvestasi di kebun anggur mu." Mata Harry langsung melotot, dia tidak percaya Elov bahkan tidak mengenal siapa keluarga Ammann. Lantas bagaimana dia bisa bersama dengan Andrea, bukankah identitas Andrea adalah bermarga Ammann? Andrea sendiri tidak menanggapi, dia hanya melihat dengan daftar wajah kebingungan ayahn
Jimmy menatap sosok yang kini berdiri di hadapannya. Dia tidak mengenalinya tetapi sejak tadi dua orang ini terus memaksa masuk bahkan rela beradu kekuatan dengan penjaga di luar. Tadi Jimmy menerima laporan dari orang yang menjaga pintu gerbang, kedua orang itu terus berteriak ingin bertemu dengan Elov, mereka tidak peduli meskipun para penjaga mengatakan Elov sedang tidak berada di tempat. Mereka meminta izin untuk bertemu dengan orang kepercayaan Elov tetapi para penjaga justru mengatakan mereka adalah orangnya. Jimmy yang mendapat laporan pun langsung meminta penjaga gerbang mempersilakan mereka masuk. "Siapa kalian?" tanya Jimmy penuh intimidasi. "Kami adalah orang suruhan Tuan Ayden. Tuan meminta kami menyampaikan pesan ini secara langsung pada Tuan Elov atau pada orang kepercayaannya," ucap salah satu anak buah Ayden. Ayden? Jimmy tidak mengetahui nama itu tetapi sepertinya tidak asing di telinganya. "Aku adalah kepala pelayan serta pengasuh Tuan Elov. Jika meman
Andrea masih berusaha tenang meskipun Damian sudah berbicara tentang kematian. Lagi pula siapa yang ingin mati bersama, lebih baik Damian melukainya dibandingkan harus ikut dalam rencana gila tersebut. Andrea sudah tidak memiliki perasaan seperti itu lagi terhadap Damian, sudah lama dia kubur dan dia juga sudah memiliki Elov yang berhasil mengisi hatinya. Belum lagi ada si kembar yang harus dia besarkan. Dalam hati Andrea terus berharap semoga saja ada yang datang menyelamatkannya seperti yang dikatakan oleh Lusiana. "Damian tolong jangan seperti ini. Siapa yang ingin mati, kita bisa menyelesaikan semuanya ini dengan baik-baik," bujuk Andrea. "Nggak bisa. Jika sudah melibatkan keluargamu maka semua pasti akan berakhir dengan buruk. Mana mungkin mereka mau menyelesaikan secara baik-baik. Lusiana itu sudah gila, dia sangat terobsesi padaku dan dia pasti akan menyakiti kita berdua, jadi lebih baik aku menyakiti diri kita berdua lebih dulu."Apakah lelaki ini tidak sadar jika dia pun