Levin dan Luvina melebarkan mata mereka begitu melihat kedatangan Andrea. Hari sudah malam dan mereka bersiap untuk tidur tetapi begitu Andrea membuka pintu kamar mereka langsung beranjak dari tempat tidur dan berlari masuk ke dalam pelukan Andrea. “Mama …!” pekik Luvina kegirangan. “Mama sangat merindukan kalian. Apakah kalian hidup dengan baik di rumah Grandpa Alvons?” Andrea menciumi pipi kedua anaknya lalu dia kembali memeluk mereka. Dia tidak pernah meninggalkan kedua anaknya selama ini. Rasanya Andrea ingin memecahkan tangis tetapi dia tidak mungkin memperlihatkan kesedihan di depan kedua anaknya. “Um.” Luvina mengangguk. Dia berkata lagi, “Grandpa sangat memanjakan kami.” Levin membenarkan ucapan Luvina lewat anggukan kepalanya. Dia menatap wajah wanita yang sangat dia rindukan itu tetapi dia tidak berkata lebih banyak. “Mengapa kamu masih bersikap sedingin ini? Apakah tidak ingin berkata merindukan Mama?” Andrea mengerucutkan bibirnya, Levin sendiri hanya menatap data
Tetapan Alvons begitu tajam. Dia seakan-akan sedang menelanjangi Elov yang membalas tatapannya tak kalah tajam. Sebenarnya Elov saat ini sedang merasa gugup, padahal biasanya dia tidak se-grogi ini. Oleh karena niatnya dan ini adalah sebuah niat yang pertama kali dilakukan untuk seorang wanita yaitu datang melamar. "Apa yang ingin kamu katakan? Bukankah seharusnya kalian lebih baik beristirahat?" Elov baru akan membuka mulutnya untuk mengucapkan beberapa kata namun rasanya tenggorokannya tercekat. Dia berdeham untuk menormalkan perasaannya. Alvons menyembunyikan senyumannya, dia bisa melihat lelaki berkuasa di hadapannya ini menjadi tidak berkutik. Ingin sekali rasanya Alvons mengejeknya namun melihat wajah Elov yang memerah itu dia mengurungkan niatnya. "Jika nggak ada yang penting aku akan kembali ke kamar. Malam sudah larut, aku ingin beristirahat karena ada begitu banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan besok," ucap Alvons sengaja membuat Elov semakin gelagapan. "
Elov membuka pintu kamar si kembar untuk memastikan Andrea dan kedua anaknya tertidur dengan lelap. Dia menarik garis bibirnya begitu melihat Andrea yang berada di tengah-tengah dan mendapat pelukan erat dari kedua anaknya. Tidak ingin mengganggu tidur lelap mereka, Elov pun segera menutup pintu bergegas pergi ke kamar yang sudah disiapkan untuknya dan Finn. Andrea segera membuka matanya, hampir saja dia ketahuan Elov kalau tadi dia menguping pembicaraan mereka di ruang kerja Paman Alvons. Andrea memegang dadanya dan merasakan debaran jantungnya. Dia kemudian menghela napas lalu memaksakan diri untuk tidur. Keesokan paginya Andrea memenuhi janjinya. Dia memandikan Luvina begitu dia bangun tidur. Levin langsung berlari masuk ke dalam selimut begitu Andrea memaksa untuk memandikannya juga. "Mama jangan membuatku malu. Aku 'kan anak lelaki dan aku sudah besar, Mama nggak perlu lagi memandikanku. Bukankah aku sudah bisa mandi sendiri?" teriak Levin dari dalam selimut. Andrea te
Andrea tertegun saat dia keluar dan mendapati Elov sedang berpelukan dengan Levin. Dia tidak menyangka akan secepat ini Levin menerima Elov. Tidak bisa dipungkiri jika saat ini Andrea merasa senang dan sangat terharu. Apakah memang benar jika dia dan Elov bersama maka kedua anak mereka akan merasa senang?Andrea hanya ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Apapun itu selagi dia bisa penuhi maka akan dia berikan.Mungkin termasuk dengan menerima keberadaan Elov di sisinya.Setiap anak pasti menginginkan keluarga yang utuh, mereka berharap ada dua sosok orang tua yang menjadi panutan dan juga pelindung mereka. Dengan dia bersama dengan Elov maka kedua anaknya akan mendapatkan semua itu."Mama mengapa Mama berdiri saja di depan pintu?"Suara Luvina mengejutkan Andrea, begitupula dengan Elov dan Levin.Pelukan Elov dan Levin terlepas sedangkan Andrea yang ketahuan sedang mengintip kebersamaan mereka pun menjadi salah tingkah. Dia melempar senyuman canggung pada Elov yang menat
Elov sudah selesai memandikan Levin. Dia membawa bocah tampan itu kembali ke kamarnya karena di sana pakaian Levin berada. Dia juga ingin mengatakan yang sejujurnya pada Luvina. Dia ingin menggendongnya lagi tetapi sebagai ayahnya.Saat memasuki kamar, Elov melihat Andrea baru saja selesai mengepang rambut Luvina dan anaknya itu terlihat sangat cantik. Jika ingin melihat Elov versi wanita maka lihat saja pada Luvina."Kamu sangat cantik Singa imut," ucap Elov yang berjalan sambil menggendong Levin yang hanya mengenakan handuk.Andrea dan Luvina menoleh, Luvina cukup terkejut karena melihat saudara kembarnya berada dalam gendongan 'Papa' mereka."Mengapa Kakak digendong?" tanya Luvina sedikit cemburu."Karena aku ingin," jawab Levin kemudian dia meminta untuk diturunkan.Elov tergelak dengan jawaban yang diberikan putranya untuk putrinya. Dia tidak menyangka masih sekecil ini tetapi Levin memiliki lidah yang tajam yang bisa menyayat hati seseorang.Luvina mendengus, dia menatap Elov se
Suasana ruang makan kali ini sangat ramai, Alvons yang melihat suasana sehidup ini pun tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Sudah sejak lama dia berharap rumahnya seramai ini, tetapi dia harus mengubur kembali impiannya karena sebentar lagi Elov akan membawa Andrea beserta si kembar bersamanya.Alvons juga tidak bisa melarang sebab yang paling dia inginkan adalah kebahagiaan Andrea beserta kedua anaknya.Gurat kesedihan itu tertangkap oleh mata Andrea. Dia yang berada di sebelah Alvons pun mengusap tangan pria penyelamatnya itu. Andrea bekrata, “Jika Paman ingin aku dan anak-anak tinggal maka kami akan tinggal. Elov cukup kaya untuk bolak-balik datang menjenguk kami.”Awalnya Elov mengangguk tetapi dua detik kemudian dia terbelalak. “Apa katamu tadi? Kalian akan tinggal dan aku yang harus bolak-balik? Oh sayangku, apakah kamu tidak memikirkan jarak tempuh dari tempatku tinggal ke rumah pamanmu ini?”Finn menahan tawanya. Dia akhirnya melihat Elov yang menjadi budak cinta. Dulu saja
Brandon mengetuk jari telunjuknya di atas meja. Dia menerima laporan jika dua hari ini Elov tidak pergi ke perusahaan bersama Finn. Dia juga menerima kabar jika Elov tidak begitu berminat dengan Geez. Geez sekarang berada di hadapan Brandon sambil memasang wajah muram. Dia diundang untuk sarapan bersama sayangnya dia tidak melihat sosok Elov di sini. "Dia nggak tinggal di sini. Dia memiliki rumah sendiri." Reyna berinisiatif memberi tahu Geez yang terlihat terus mencari seseorang lewat sorot matanya. Senyuman penuh keterpaksaan terbit di bibir Geez. Rupanya memang benar jika Ekov tidak berada di rumah ini. "Aku hanya ingin membicarakan masalah perjodohan ini, Bibi. Aku dan Kak Elov sudah lama tidak bertemu dan semua terasa canggung. Aku juga bisa melihat dia menolak keberadaanku. Aku nggak mau memaksakan perasaannya." Geez menundukkan kepalanya. Jelas saja dia harus merendah seperti ini agar mendapat dukungan total dari kedua orang tua Elov. Dia yakin pria itu tidak akan mampu
Perusahaan GraffEkspresi Elov begitu datar dan dingin begitu dia memasuki ruangannya. Bisa dia tebak jika daddy-nya sudah sampai lebih dulu di dalam ruangan ini.Brandon yang memang sudah duduk di kursi kebesaran Elov itu langsung tersenyum simpul melihat putranya yang sangat gagah dan tampan masuk ke ruangan dengan mengenakan setelan kerja. Dalam hati dia berdecak kagum karena pria itu adalah keturunannya. “Ini masih pagi dan Daddy sudah pensiun dari perusahaan, mengapa datang mengganggu?”Brandon sudah biasa dengan ucapan sarkas Elov sehingga dia malas menanggapi. Dia berdiri dari kursinya kemudian mengajak Elov duduk di sofa. Elov yang enggan namun harus tetap menurutinya sebab pria ini adalah ayahnya. Sesering apapun mereka beradu pendapat tetapi Elov akan tetap menghormatinya.“Apa yang Daddy inginkan?” tanya Elov.Brandon berdecak kesal. “Ini masih pagi, buatlah wajahmu seceria mungkin agar ketampananmu semakin bertambah.”Elov memutar bola matanya malas. Jika dilihat dari car
Iring-iringan mobil Alvons yang diikuti anak buahnya sampai di sebuah mansion mewah yang tak pernah si kembar kunjungi sebelumnya. Levin dan Luvina saling berpandangan dengan tanya yang tersirat dari kedua manik indah nan langka itu. Saat mobil berhenti, pintu langsung dibuka oleh salah satu pengawal lalu pria berwajah kaku itu mempersilakan dua tuan dan nona kecil untuk turun. "Grandpa, ini rumah siapa?" tanya Luvina dengan begitu polos. "Rumah milik Grandpa. Ayo kita masuk, ada banyak hal yang ingin Grandpa tanyakan pada kalian berdua," ajak Alvons. Tiba-tiba Luvina menguap. Levin mendengkus, dia tahu saudara kembarnya ini hanya sedang berpura-pura mengantuk saja. "Entah mengapa aku mendadak mengantuk, Grandpa. Aku tidak akan sanggup berjalan ke dalam rumahmu yang begitu besar. Bisakah Grandpa menggendongku?" Alvons tertawa. Dia berbalik dan langsung menggendong kelinci kecil yang manja ini. "Apakah Tuan Muda Levin juga ingin digendong?" Meskipun Alvons tahu Levin aka
Reyna tidak tahu jika ucapannya tersebut didengar oleh si kembar yang diam-diam menguping obrolannya dengan Serena di ruang tamu. Reyna berkata lagi, "Kamu tidak perlu mengajukan protes apapun kepadaku, karena sesuai dengan kesepakatan awal bahwa Geez adalah calon menantu di keluarga Graff. Kami hanya menginginkan cucu kami, tidak dengan ibunya." Serena tersenyum penuh kepuasan, ini yang ingin dia buktikan dengan datang ke rumah ini. Serena lalu berkata, "Aku bukan ingin menuntut kalian, tetapi putriku sudah terlanjur berharap pada Elov. Akan jadi seperti apa nanti jika kelak Eliv justru menolaknya dan kalian mematahkan hatinya? Putriku yang malang itu pasti akan mengalami kesedihan dan akan sangat terguncang." Reyna mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kamu tenang saja Sere, aku yang akan memastikan bahwa Geez yang akan menjadi menantuku nanti. Bukan ibu dari kedua cucuku." Si kembar saling menatap, wajah keduanya kini benar-benar tidak sedap dipandang. Entah hilang ke mana ke
Andrea menatap malas pada sosok Harry yang kembali datang menjenguknya. Dia tahu jika ayahnya ini sengaja datang hanya untuk mencari muka di hadapan Elov, jika saja kemarin dia tidak mengetahui tentang hubungannya bersama Elov maka Andrea yakin ayahnya tidak akan bersikap sepeduli ini padanya. Harry begitu angkuh dan Andrea tidak lagi percaya padanya."Jadi Rea, apakah benar kamu dan Elov sudah menikah?"Andrea tidak menjawab, dia hanya menatap ayahnya dengan datar.Harry sebenarnya inging marah melihat ekspresi Andrea yang sangat angkuh. Padahal dia sudah datang dan berada di sini sebagai sosok Ayah yang sangat peduli terhadap anaknya, tetapi Andrea masih saja bersikap dingin."Rea, maaf jika dulu Ayah bersikap keterlaluan padamu bahkan sampai mengusirmu ketika kamu hamil. Seandainya kamu mengatakan siapa pria itu, Ayah nggak akan mungkin menyuruhmu pergi bahkan nggak akan menghapus namamu dari daftar kartu keluarga."Andrea menatap Harry dengan sinis. Dia enggan mengatakan apapun pa
Malam hampir larut ketika Reyna, Brandon dan si kembar sampai di kediaman utama. Sepanjang perjalanan tadi Levin dan Luvina sempat tertidur dan begitu Brandon menggendong Levin, cucunya lakinya itu terbangun begitupun dengan Luvina yang berada di gendongan Reyna. Padahal tadinya Brandon dan Reyna berharap keduanya tidak terbangun sehingga mereka tidak akan bertanya mengapa dibawa pulang ke rumah ini bukan dikembalikan kepada Ibu mereka. Reyna belum cukup puas dan tidak akan pernah puas bermain dengan kedua cucunya yang sangat menggemaskan, begitu cantik dan tampan hingga dia ia tidak rela melepaskannya barang sedetik pun. "Kita sudah sampai ya? Kita di mana? Di mana Mama?" tanya Luvina sambil menggosok-gosok kedua matanya. "Kita berada di rumah Kakek dan Nenek," jawab Levin yang lebih dulu menyadari keberadaan mereka. Brandon dan Reyna saling menatap. Keduanya sama-sama khawatir jika Luvina merengek untuk bertemu dengan ibunya. "Kakek, Nenek,.mengapa tidak mengembalik
Si kembar sudah puas bermain di pantai ketika Brandon sampai. Dia tersenyum saat melihat bagaimana istrinya dan kedua cucunya terlihat sangat akrab, mereka bahkan menggandeng tangan Reyna dengan begitu posesif. Sepertinya Reyna menuruti perkataannya sehingga dia berhasil memenangkan hati kedua cucunya. Tidak ingin mengganggu, Brandon pun memutuskan untuk pergi ke kafe yang tak jauh dari resortnya. Dia ingin memberikan waktu untuk Reyna bersama kedua cucunya sebelum nanti akhirnya si kembar menyadari bahwa mereka hanya sedang memainkan sandiwara. "Sebaiknya kalian tidur setelah Nenek bersihkan," ucap Reyna."Iya Nek. Rasanya sangat lelah dan aku sudah sangat mengantuk," ucap Luvina yang menurut begitu dia dibawa masuk ke kamar mandi. Reyna menoleh kepada Levin yang enggan untuk masuk bersama. "Levin, apa kamu nggak mau membersihkan tubuhmu? Ayo cepat masuk, biar Nenek yang bilaskan tubuhmu."Levin menggeleng. "Kakak nggak pernah mau dibantu oleh siapapun kalau mandi, Nek. Katanya d
Suara teriakan Damian yang terus-menerus disiksa oleh anak buah Harry Ammann menggema di dalam ruangan. Sesekali dia menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit itu, namun ketika dia tak mampu menahannya maka suara teriakan memilukan yang memekakan telinga lolos dari mulutnya.Lusiana terus membujuk orang-orang ayahnya untuk menghentikan penyiksaan tersebut, dia tidak sanggup melihat lelaki yang sangat dicintainya disiksa di depan matanya. "Apa kalian nggak mendengar ucapanku? Aku ini adalah Nona Muda, anak dari Harry Ammann, kalian harus menuruti ucapanku!' teriak Lusiana."Sebaiknya Nona Muda kembali karena yang memberi perintah hanyalah Tuan Harry, kami tidak mendengar perintah dari siapapun."Lusiana terbelalak, dia menggelengkan kepalanya lalu menetap Damian yang sudah terlihat sangat lemah dengan darah bekas cambukan mengucur dari tubuhnya."Sudahlah Kak Dami, mengalah saja. Aku nggak sanggup melihatmu disiksa seperti ini. Mari kita ulangi lagi rumah tangga kita, aku berjanji a
Harry sudah yakin jika Elov pasti akan segera menyanjungnya, mengucapkan terima kasih lalu memperkenalkan dirinya sebagai pria putrinya. Dalam benak Harry, dia sudah sangat senang dan memikirkan ada begitu banyak keuntungan jika saja benar Elov Graff adalah menantunya. Membayangkan begitu banyak kebaikan dan berkat yang akan datang padanya secara bertubi-tubi, dia tidak kuasa untuk menahan senyumannya. "Keluarga Ammann? Siapa itu? Bukankah yang lebih pantas mendapatkan hadiah adalah kamu, karena kamu yang sudah membawa Andrea ke rumah sakit dan kamu juga mengirim anak buahmu untuk menyampaikan kepadaku. Kamu barulah yang paling pantas mendapatkan hadiah. Aku akan berinvestasi di kebun anggur mu." Mata Harry langsung melotot, dia tidak percaya Elov bahkan tidak mengenal siapa keluarga Ammann. Lantas bagaimana dia bisa bersama dengan Andrea, bukankah identitas Andrea adalah bermarga Ammann? Andrea sendiri tidak menanggapi, dia hanya melihat dengan daftar wajah kebingungan ayahn
Jimmy menatap sosok yang kini berdiri di hadapannya. Dia tidak mengenalinya tetapi sejak tadi dua orang ini terus memaksa masuk bahkan rela beradu kekuatan dengan penjaga di luar. Tadi Jimmy menerima laporan dari orang yang menjaga pintu gerbang, kedua orang itu terus berteriak ingin bertemu dengan Elov, mereka tidak peduli meskipun para penjaga mengatakan Elov sedang tidak berada di tempat. Mereka meminta izin untuk bertemu dengan orang kepercayaan Elov tetapi para penjaga justru mengatakan mereka adalah orangnya. Jimmy yang mendapat laporan pun langsung meminta penjaga gerbang mempersilakan mereka masuk. "Siapa kalian?" tanya Jimmy penuh intimidasi. "Kami adalah orang suruhan Tuan Ayden. Tuan meminta kami menyampaikan pesan ini secara langsung pada Tuan Elov atau pada orang kepercayaannya," ucap salah satu anak buah Ayden. Ayden? Jimmy tidak mengetahui nama itu tetapi sepertinya tidak asing di telinganya. "Aku adalah kepala pelayan serta pengasuh Tuan Elov. Jika meman
Andrea masih berusaha tenang meskipun Damian sudah berbicara tentang kematian. Lagi pula siapa yang ingin mati bersama, lebih baik Damian melukainya dibandingkan harus ikut dalam rencana gila tersebut. Andrea sudah tidak memiliki perasaan seperti itu lagi terhadap Damian, sudah lama dia kubur dan dia juga sudah memiliki Elov yang berhasil mengisi hatinya. Belum lagi ada si kembar yang harus dia besarkan. Dalam hati Andrea terus berharap semoga saja ada yang datang menyelamatkannya seperti yang dikatakan oleh Lusiana. "Damian tolong jangan seperti ini. Siapa yang ingin mati, kita bisa menyelesaikan semuanya ini dengan baik-baik," bujuk Andrea. "Nggak bisa. Jika sudah melibatkan keluargamu maka semua pasti akan berakhir dengan buruk. Mana mungkin mereka mau menyelesaikan secara baik-baik. Lusiana itu sudah gila, dia sangat terobsesi padaku dan dia pasti akan menyakiti kita berdua, jadi lebih baik aku menyakiti diri kita berdua lebih dulu."Apakah lelaki ini tidak sadar jika dia pun