Beranda / CEO / Anak Jenius Milik Sang Presdir / Bab 5. Menabrak seseorang.

Share

Bab 5. Menabrak seseorang.

Penulis: Any Anthika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Minggu ini, Amala masih menikmati masa santai. Dia mengajak Glen pergi keluar jalan-jalan untuk mengenalkan kota ini. 

"Glen, apa kamu suka tinggal disini?" tanya Amala mengajak Glen duduk di taman. Glen tidak menjawab tetapi dia menggeleng.

"Kamu tidak suka ya?" Amala cemberut sambil menatap putranya.

Glen meraih pipi Amala. "Jangan cemberut Mama. Itu akan membuatmu cepat tua dan tidak cantik lagi." Glen mengusap wajah Amala. Menunjukkan jika seolah dia adalah pria dewasa. Padahal dia masih anak-anak. 

"Meskipun aku tidak suka berada disini, aku akan tetap bersamamu. Jangan khawatir, aku sudah berjanji."

"Benar?" Amala bertanya lagi, sekedar untuk meyakinkan.

Glen mengangguk kemudian memeluk Mamanya dengan erat.

Sebenarnya, Glen memang kurang suka keramaian. Jika dibanding Rumah sederhana Nenek Lusi yang berada di pinggiran kota, dia lebih suka tinggal di sana. Tetapi, karena Glen ini sangat mencintai Amala,  dia akan patuh dan berjanji akan selalu bersamanya, apapun yang terjadi.

"Besok, Mama akan mulai mencari pekerjaan. Kamu bisa memilih untuk ikut atau tinggal bersama Nona Wang sementara."

"Aku tidak mau kesepian, jadi tinggal bersama Nona Wang saja." jawab Glen tanpa ragu.

"Baik. Tapi kamu harus patuh dan jangan nakal."

"Glen janji, Mama." anak itu memasang wajah lucunya.

Amala sungguh merasa bersyukur memiliki Glen. Selain sangat tampan dan pengertian, pikirannya seperti orang dewasa.

Dia bahkan tidak memikirkan lagi, siapa ayah dari putranya itu. Dia sudah tidak peduli hal itu.

Sore setelah mengajak Glen pulang dari Taman,  Amala duduk termenung di pinggir tempat tidur.

Tadi Paman Yue menelpon, mengatakan jika belum mendapatkan pekerjaan untuk dirinya. Sepertinya, kali ini Amala harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan pekerjaan.

Ketika Amala sedang termenung, Glen masuk bersama Killa Wang. Killa Wang berpamitan untuk pulang karena dia tadi datang untuk mengunjungi Glen, dan saat ini temannya menghubunginya berkali kali, memintanya untuk menjemput di sebuah Bar.

"Amala, aku pulang ya? Aku harus pergi untuk menjemput temanku. Sepertinya dia sedang ada masalah."

"Ah, iya. Baiklah. Hati-hati."

Baru saja Amala berkata demikian dan Killa Wang ingin melangkah, Killa Wang tiba-tiba berlari ke kamar mandi milik kamar Amala.

"Ah, perutku melilit. Aku pinjam kamar mandi sebentar,"

Amala hanya menggelengkan kepala, sementara Glen tertawa. Tadi rupanya, Glen dan Killa Wang baru saja memakan Steak lumayan pedas.

Setelah sekian lama berada di dalam kamar mandi, Killa Wang keluar. Wajahnya terlihat pucat.

Tapi baru saja keluar, dia kembali masuk lagi.

Amala mulai khawatir melihat kondisi Killa Wang.

"Apa perutmu baik-baik saja?" dia bertanya ketika Killa Wang sudah keluar lagi dari kamar mandi.

"Aduh, maaf Amala. Sepertinya ini gara-gara steak pedas tadi. Perutku jadi mulas." 

"Baiklah. Istirahat dulu. Aku akan mencari obat untuk mulas." 

Killa Wang menurut, lalu Amala pergi untuk memeriksa kotak obat. Dia menemukan obat untuk diare dan segera memberikan pada Killa Wang.

Saat ini, ponsel Killa Wang berbunyi lagi.

"Astaga! Temanku butuh bantuan. Bagaimana ini?" dia nampak kebingungan. Dia harus pergi menyusul temannya, tapi perutnya sedang tidak bisa diajak kompromi.

Melihat Killa Wang kebingungan, tentu Amala tidak tega, kemudian dia berkata, "Beristirahatlah, aku bisa menjemput temanmu."

Killa Wang mendongak, "Eh, jangan. Dia di Bar. Dan mungkin sedang ada masalah."

Tapi Amala menyakinkan, apalagi kota ini dia juga sudah paham. Bar yang dimaksud oleh Killa, Amala juga tahu tempatnya.

Setelah berunding, akhirnya Amala yang pergi untuk menjemput teman Killa setelah Killa menunjukan foto temannya yang bernama Ema itu.

Seperti yang dikatakan Killa Wang, saat berada di Bar itu, dia melihat Ema sedang dipegang beberapa teman Pria dan Wanitanya, gadis itu sedang dipaksa minum alkohol oleh mereka.

Sebenarnya saat ini Amala takut untuk mendekat, tetapi dia merasa kasihan dengan gadis itu. 

"Tolong lepaskan dia. Dia adikku, dan aku datang untuk menyusulnya." Amala mencoba berbicara baik-baik pada beberapa orang yang terlibat disana.

Mereka menoleh pada Amala, kemudian berkata dengan sinis, "Dia kalah taruhan, tapi tidak mau minum seperti perjanjian kita. Mana bisa kami lepaskan?"

Amala mengangkat alisnya, "Taruhan?" dia sambil melirik ke arah Ema. Ema langsung mengedipkan mata pada Amala, dia tahu jika Amala datang untuk menyusulnya karena Killa Wang telah mengatakan padanya.

"Kak. Aku tadi hanya bercanda. Tolong aku. Aku tidak bisa minum alkohol." Ema merengek padanya.

"Kalian, tolong lepaskan adikku. Dia tidak biasa minum. Jika terjadi apa-apa bagaimana?" Amala kembali mencoba berbicara pada mereka.

"Oh, tidak masalah jika dia tidak bisa, kamu bisa mewakilinya, minum ini dan kalian bisa pergi." satu orang dari mereka berkata demikian sambil menyodorkan satu gelas alkohol ke hadapan Amala.

Amala membulatkan matanya, selama ini dia juga tidak pernah meminum alkohol. Bagaimana mungkin kali ini dia ingin menolong Ema?

Tapi, mungkin karena Amala tidak ingin berdebat lebih lama dengan mereka, atau karena dia hanya melihat satu gelas alkohol saja di hadapannya, dia segera mengulurkan tangannya.

"Kak, jangan!" Ema ingin mencegah, tapi Amala sudah meneguk minuman itu.

Mereka tertawa, lalu melepaskan Ema.

Gadis itu segera meraih tangan Amala dan buru-buru membawa Amala keluar dari bar.

Beberapa langkah keluar dari sana, Amala merasa tubuhnya seperti terbakar. 

'Apa ini?'

Kalau hanya segelas alkohol, kenapa bisa seperti ini?

Amala mulai khawatir, dia menatap Ema yang juga terlihat khawatir.

"Kak, kamu baik-baik saja? Ayo cepat!" Ema tahu ada yang tidak beres dengan minuman yang ditengguk Amala tadi, dia ingin mereka segera pergi dari sana. Tapi baru saja hendak meninggalkan halaman Bar, kakak pria Ema datang dan menariknya.

"Dasar Nakal! Kamu selalu bikin orang tua khawatir!" dia menarik Ema.

Ema tidak bisa membantah, hanya meminta Kakaknya untuk membawa serta Amala. Tapi sang kakak justru marah, menoleh pada Amala dan memakinya.

"Lain kali, jangan ajak adikku ke Bar lagi!" lalu pergi meninggalkan Amala seorang diri disana.

Amala membeku, dia mengerti jika pria itu salah paham. Mengira jika dia yang telah mengajak Ema ke sini. Padahal tidak seperti itu.

Sesaat, Amala menjadi panik sendiri. Rasa panas di dalam tubuhnya mulai menyebar. Tubuhnya jadi seperti tak bertenaga dan kepalanya sangat berat.

'Jangan-jangan," Amala semakin panik saat menyadari sesuatu yang salah. Rasa ini, sama persis seperti rasa enam tahun yang lalu saat dia minum kopi bersama Nathalie di sebuah kafe.

Mengingat hal itu, Amala menjadi ketakutan. Dia menoleh ke belakang, di dalam sana sekelompok teman Ema tadi masih terdengar tertawa, lalu melihat dua orang dari mereka tadi berjalan keluar.

Amala ketakutan dan cepat lari dari sana.

Brak!

Amala hilang kendali dan menabrak seseorang di parkiran.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
jess
ni orang bodoh sekali
goodnovel comment avatar
Muliahati Ziliwu
Orang bodoh yg jatuh dua x kayak keledai
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 6. Malam kegilaan terulang

    Nathan Alazka, dia baru saja pulang ke tanah air setelah beberapa waktu di luar Negeri dalam pengungsian.Malam ini dia pergi ke bar untuk satu urusan. Dia datang sendirian dan sedang menyamar menjadi pria biasa. Ketika ingin pulang, tiba-tiba di depan Bar dia di tabrak oleh seseorang.Nathan sempat terkejut.Hampir saja dia bereaksi cepat. Untung dia menoleh dahulu untuk melihat siapa yang telah menabraknya, kalau tidak, bisa jadi orang itu sudah jatuh karena didorongnya.Seorang wanita muda cantik menatap iba padanya, "Tuan, tolong aku. Bawa aku pergi dari sini." sambil berkata demikian wanita itu mendekap erat tubuh Nathan, dan menyembunyikan wajahnya di dada Nathan."Lepaskan aku." Nathan berkata dengan dingin.Dia menarik tubuh wanita itu, namun ia tidak bisa menyingkirkan wanita itu dari tubuhnya, atau mungkin karena Nathan tidak menggunakan banyak tenaganya."Aku tidak mau. Bawa aku, jika tidak, aku dalam bahaya. Antar aku pulang. Tolong." wanita itu kembali bicara dengan nada s

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 7. Kabar baik.

    Pagi hari,Amala terkejut ketika mendengar seperti ada suara air. Mirip seperti air hujan atau seperti orang yang sedang mandi.Kemudian dia bangun dengan perlahan, merasakan kepalanya seperti ingin pecah karena sangat sakit. Lalu Amala bangun dengan wajah kusutnya."Jam berapa sekarang?" dia bergumam sendiri."Glen?" Amala memanggil putranya, lalu perlahan melihat sekeliling Dia tiba-tiba terkejut karena menyadari bahwa ini bukanlah di kamarnya lalu dia melihat dengan teliti. Sebuah lampu gantung yang indah, perabotan yang serba mahal pas terlihat dalam ruangan yang mewah itu.Amala langsung melompat dengan rasa takut. Dia mendekap mulutnya sendiri dengan tangan, saat menyadari bahwa dirinya sudah polos tanpa pakaian."Aku? Apa yang terjadi? Astaga!" Amala kemudian mendengar suara dari dalam kamar mandi, samar-samar dia bisa melihat seorang pria sedang mandi di dalam sana, meskipun itu tidak jelas tapi dia bisa memastikan jika orang yang di dalam itu adalah seorang pria yang bertubuh

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 8. Pria paling kaya dan berkuasa.

    Pagi ini sesuai dengan kesempatan mereka tadi malam, Killa menyuruh Amala menemui Nyonya Wilan.Mereka tiba di Perusahaan yang memiliki gedung perkantoran yang cukup megah. Saat berada di bawah gedung itu, mereka bisa melihat keatas. Gedung ini memang menjulang tinggi hingga membayangi gedung gedung di sekitarnya.Namun di sebelahnya ada gedung yang lebih tinggi, itu adalah Perusahaan Knight yang ternama, tapi telah berganti nama menjadi Anderson sejak lima tahun yang lalu.Hati Amala sakit luar biasa saat menatap itu, tetapi dia mencoba untuk tegar dan kembali yakin jika suatu saat dia bisa mengembalikan nama keluarga Knight di atas gedung itu lagi.Saat Amala membawa Glen masuk, rupanya Killa Wang sudah menunggu disana dan segera menyapa mereka."Nona Amala, selamat pagi.""Nona Wang. Selamat pagi juga." Glen yang duluan menjawab dengan penuh semangat.Killa Wang menyentuh kepala Glen dan memberi pujian, "Ya ampun! Kamu sangat tampan sekali Glen." setelah puas menusuk pipi Glen, Kill

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 9. Usaha Glen.

    Mendengar Nona Wang mengatakan jika Pria bernama Nathan Alazka itu masih Single, Glen tersenyum senang. 'Dia benar-benar harus menjadi Ayahku.' Glen sudah bertekad dalam hati. Tapi, menurut Nona Wang, Nathan Alazka adalah Pria paling tampan dan kaya di kota ini. Apakah dia akan bersedia menjadi ayahnya?"Kamu kenapa, Glen?" Killa bertanya pada Glen karena melihat ekspresi lain pada wajahnya."Ah, tidak mengapa. Mungkin aku hanya mengantuk." Glen kemudian menguap."Nona Wang, apa kamu tahu dimana Perusahaan Nathan Alazka ini?" Glen bertanya."Tentu saja. Ada diujung jalan ini. Gedung paling tinggi dan paling megah di kota ini."Glen tercengang, pikirannya langsung melayang, memikirkan jika pria itu benar-benar harus menjadi Ayahnya. Tetapi bagaimana caranya?Kemudian dia meminta untuk tidur. Killa Wang mengantar Glen ke kamar anak yang telah disedia perusahaan."Nona Wang, sepertinya aku benar-benar mengantuk, Nona Wang pergi saja." ucap Glen saat sudah tiba di dalam.Killa Wang mengge

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 10. Saling setuju.

    'Tes DNA?'Nathan mengangkat alisnya saat mendengar perkataan Glen. Sesaat Nathan terlihat kembali termenung.Lalu Nathan berpikir, jika hanya dengan satu tes sederhana saja sudah cukup untuk mengungkap sebuah kebenaran, kenapa tidak? Nathan pun mengangguk, setuju dengan pendapat anak ini.Melihat Presdir Nathan mengangguk, Glen sangat senang. Dengan semangat dia bertanya, "Apa aku perlu mencabut rambutku untuk tes DN"Nathan melirik anak itu, melihat jika anak ini sangat cerdas untuk seusia umumnya anak-anak. Tiba-tiba hatinya tersenyum. Jika benar anak ini adalah putranya, Nathan tentu akan sangat senang."Ya. Kamu bisa mencabutnya dan meninggalkannya disini."Mendengar presdir Nathan berbicara seperti itu, Glen dengan semangat menarik beberapa helai rambutnya sendiri lalu mengemasnya kedalam tas kecil yang diberikan Nathan padanya.Selesai menata rambut yang ia tarik tadi, Glen kemudian menyerahkan tas itu pada Nathan.Nathan menerima, lalu melakukan hal yang sama seperti yang Glen

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 11. Aku Ayahmu.

    Setelah kepergian Amala, Killa Wang membereskan bekas sarapan, sambil menunggu Glen yang sedang kembali ke kamarnya.Tidak lama setelah itu, Glen menghampiri Killa yang sudah selesai dan mengajak Killa Wang untuk bermain game saja. Killa Wang setuju dan pergi ke ruang tengah bersama Glen.Sementara itu di sisi lain.Nathan Alazka punya banyak pikiran, dia sedang memikirkan wanita yang ia tiduri beberapa malam yang lalu. Dia tidak bisa melupakannya. Entah mengapa, aroma tubuh wanita itu, dan semua yang ia sentuh dari wanita itu, mengingatkan dia pada malam enam tahun yang lalu. Dia ingin segera menemukan wanita itu, tapi hingga sekarang, Rev belum juga memberi kabar. Lalu saat ini, dia juga terus memikirkan Glen. Dia tidak bisa berhenti memikirkan anak itu setelah pertemuan mereka kemarin.Nathan menarik nafas berat. Dua hal yang membuatnya mati penasaran sekaligus penuh pertimbangan. Anak itu atau wanita itu yang harus diutamakan?"Tidak. Dua duanya. Argh!" Nathan semakin pusing.Suar

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 12. Ingin Keluarga yang utuh.

    Killa Wang masih berdiri membeku di depan pintu. Setelah beberapa saat lamanya baru dia mulai tenang.Dia terkejut bukan main saat sudah sadar sepenuhnya.Glen telah dibawa pergi! Ah bukan! Tapi ikut pergi!Harus bagaimana dia menjelaskan pada Amala tentang kejadian ini?Apalagi saat ini Amala sedang bertemu dengan klien penting. Apakah dia tidak akan mengganggu jika menelpon sekarang?Killa Wang kebingungan. Tetapi ini masalah gawat. Glen adalah putra Amala. Sudah pasti Glen adalah sangat paling penting bagi Amala. Killa Wang merasa harus memberitahu Amala secepatnya.Saat ini, Amala sudah berada di sebuah Cafe tempat yang sudah mereka pilih untuk pertemuan.Tapi Nathalie sebagai kliennya kali ini belum juga datang. Amala sudah mencoba untuk menghubungi Nathalie beberapa kali. Tapi setiap kali menelepon, hanya Asistennya yang mengangkat. Mengatakan jika Nathalie masih rapat dan meminta Amala untuk menunggu.Amala hanya bisa mendengus kesal. Kemudian mematikan panggilan. Tapi saat dia

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 13. Kamu?

    Tadi, saat Amala mendengar suara Glen tertawa, hatinya langsung lega. Jadi dia mengetuk pintu dengan sangat semangat sambil berteriak memanggil putranya.Dia tidak tahan lagi dan mendorong pintu yang sebenarnya tidak di kunci itu. Saat pintu terbuka, dia langsung masuk tanpa menunggu disuruh. Dia bisa melihat putranya sedang tertawa bahagia diatas pangkuan seorang pria."Glen!" Amala langsung memanggil.Glen yang mendengar suara ibunya menoleh. Saat melihat ibunya sudah berdiri di depan pintu, Glen segera turun dari pangkuan Nathan dan lari menyambut ibunya.Nathan juga tidak mencegah, membiarkan putranya menyambut ibunya."Mama, kamu sudah datang?" Glen memeluk Amala dengan erat. "Glen, kamu membuat mama takut kembali." Setelah puas memeluk anaknya, Amala melepaskan pelukan mereka, lalu memeriksa tubuh Glen."Mama. Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja," ucap Glen saat tubuhnya diputar Amala untuk diperiksa. Amala bernafas lega. Memang benar, tidak terjadi apa-apa pada Glen. Amala h

Bab terbaru

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 271. Epilog

    Fic tidak menyadari perasaan yang tumbuh di antara mereka. Orang lain juga sama, tidak ada yang tahu apa yang tersimpan di dalam hati Ellena. Namun, suatu saat Ellena tidak mampu menahan lagi dan mulai mengekspresikan perasaannya dengan lebih jelas. Fic hanya menganggap bahwa Ellena begitu karena belum dewasa dan belum mengerti perasaannya. Suatu hari, Ellena yang sudah bukan remaja lagi, mengungkapkan perasaan cinta yang selama ini terpendam.Fic merasa seolah tersambar petir dan sulit memahami apa yang sedang terjadi. "Mana mungkin?" batin Fic. "Aku hanya seorang kepala pelayan, dan usia kita terpaut jauh. Aku bahkan bisa jadi pamanmu, nona!" Namun, Ellena sama sekali tidak peduli dengan alasan tersebut. Ia nekad melakukan apapun untuk bisa bersama Fic. Perasaan Ellena semakin memuncak dan menghempas rasa ragu di hatinya. Fic kini terjebak dalam dilema, antara menerima perasaan Ellena atau tetap pada prinsipnya. Ketika akhirnya ia mulai merasakan getaran yang sama dalam hatinya, ia

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 270. Tuan Fic

    "Diam!" Ellena bersikukuh, masih saja melanjutkan pekerjaannya. Lalu mengambil celana Fic dan meminta Fic untuk mengenakannya dengan sabar.Fic hanya bisa menurut. Ellena memakaikan kemeja putih pada Fic, mengancingkan baju itu."Ellena, aku bisa sendiri." menarik tangan Ellena hingga tubuh Ellena menabrak dadanya."Aku ingin melakukannya Fic. Dengan begitu, aku semakin bahagia." Ellena melepaskan tangan Fic, sekarang memasangkan dasi untuk Fic."Nona."Ellena masih belum selesai merapikan rambut, baju dan dasi Suaminya."Sudah rapi. Tinggal jas nya saja. Dipakai sekarang apa nanti saja?"Fic tak menjawab pertanyaan Ellena. Masih senantiasa menatap wajah Ellena."Fic.""Bisa menikahimu saja, sudah membuatku tak berhenti bersyukur. Jangan melakukan ini lagi. Itu membuatku merasa bersalah."Ellena dengan lembut menarik tengkuk Fic, menciumi wajahnya dengan penuh kasih sayang. "Aku ingin melakukan ini setiap pagi. Kau tidak boleh melarangku, atau aku akan mengadu pada Ayah. Kau sudah men

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 269. Aku ini istrimu, bukan lah Nonamu.

    Fic menarik nafas dalam-dalam dan tersenyum, "Baiklah, Tuan. Jika Anda telah mempercayai saya, saya tidak ingin mengecewakan Anda. Tapi, bolehkah saya mencari pengganti diri saya sebagai Kepala Pelayan?""Ya. Tentu saja. Semua itu ku serahkan padamu. Siapapun yang kau pilih, aku yakin kau sudah memikirkannya dengan baik," jawab Glen dengan mata yang bersinar penuh keyakinan. Fic mengangguk mantap, memperkuat pernyataannya.Mereka kembali ke kamar masing-masing setelah obrolan itu selesai. Langkah mereka terasa lebih ringan, seolah sebuah keputusan besar telah berhasil dilewati bersama. Di balik pintu kamar, Fic tersenyum tipis, merasa yakin akan kebijaksanaan pilihan yang telah dipertimbangkan matang-matang.Malam mulai menggantikan siang. Fic melangkah perlahan, merangkak ke atas ranjang mengikuti Ellena yang sudah lebih dulu berbaring. Mata Fic tak henti memandangi wajah Ellena, tersenyum padanya dengan penuh kebahagiaan. Sejenak Fic merasa puas, menikmati momen itu. Setelah itu, p

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 268. Fic, Pria Multitalenta.

    "Ellena, ayo kemari, Nak." ajak Daniah ramah. Glen juga menoleh ke arah Fic dengan tatapan yang sama hangatnya, "Ayo Fic, ajak istrimu makan bersama kami."Fic mengangguk, menarik kursi untuk Ellena dan kemudian duduk di sebelahnya. Meskipun bukan pertama kalinya dia berada dalam situasi ini, bahkan seringkali dia makan bersama mereka di masa lalu, namun suasana kali ini terasa berbeda. Fic merasa canggung, jantungnya berdebar kencang. Dahulu, dia hanya duduk di sini sebagai kepala pelayan yang setia. Namun sekarang, perannya telah berganti. Menjadi seorang menantu keluarga ini.Dua orang di hadapannya adalah sosok yang ia segani dan hormati selama ini, tuan dan nyonyanya. Dan tak disangka, kini mereka telah menjadi mertuanya. Fic menelan ludah, mencoba menyembunyikan kegugupan yang menjalar di seluruh tubuhnya.Daniah bergerak mengambil piring untuk Glen dan dirinya, lalu mengayunkan tangan ke arah piring Ellena dan Fic. Namun, tiba-tiba Fic menahan tangan Daniah. "Nyonya, biar saya

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 267. Mau panggil apa coba?

    Lebih dari dua minggu sudah, Fic dan Ellena tinggal di villa puncak ini. Dan Pagi ini, Fic terlihat sibuk berkemas. Ellena duduk di samping tempat tidur dengan wajah murung dan bahunya yang terkulai. Semalam, Fic mencoba meyakinkan Ellena untuk pulang, bukan karena ia tidak ingin memenuhi keinginan Ellena untuk berlama-lama di sini, melainkan karena kekhawatiran terhadap rumah yang ditinggalkannya. Fic tak bisa menepis rasa cemas, terutama tentang kesepian yang pasti dirasakan Daniah tanpa Ellena sang putri.Setelah berbagai usaha Fic untuk merasuk, akhirnya Ellena mau pulang dengan imbalan janji berbulan madu ke Kampung halaman Ilham. Walaupun tampak masih belum sepenuhnya ikhlas, Ellena bertanya, "Jadi, setelah ini kita akan pergi ke Lampung, ya Fic?"Fic hanya mengangguk sambil mencium pucuk kepala Ellena, mengekspresikan rasa sayangnya padanya. Mereka berdua duduk di belakang mobil yang melaju perlahan meninggalkan Villa Puncak, tempat yang menyimpan begitu banyak kenangan manis

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 266. Niat curang Fic.

    "Dasar sialan! Arg..!" bentak Keyan kesal, lalu meninju lengan Kimmy dan Khale bergantian. Tapi, perlahan ia ikut tertawa juga. Mereka masih terdengar tertawa bahagia, saling bercanda, sampai melangkah ke kamar masing-masing. "Besok, aku tidak mau lagi satu mobil dengan kalian! Mulai besok, kita akan membawa mobil masing-masing!" seru Keyan, wajahnya merah padam, sebelum menutup pintu kamarnya dengan keras.Sementara di sisi lain.Menuju Villa Puncak,Fic dengan lembut menuntun Ellena, melewati batu-batu hitam kecil yang tersusun apik di jalan setapak. Mereka berada di taman, tepat di luar Villa Puncak. Fic mengajak Ellena menuju bangku khusus yang lengkap dengan meja bundar berisi buah-buahan segar dan minuman yang menggoda. Fic mempersilahkan Ellena duduk, layaknya mempersilahkan seorang putri kerajaan. "Silahkan Tuan Putri," ucapnya sambil membungkukkan tubuh.Ellena tergelak dan menutup mulutnya dengan tangan. Ia duduk dan melihat sekitarnya, merasakan keindahan sore itu. "Ah Fic

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 265. Keyan Merana

    Saat ini di kediaman Ken, Khale dan Kimmy melangkahkan kaki mereka ke dalam rumah dengan langkah gontai. Keyan menyusul dari belakang, tetapi mulutnya tak berhenti mengomel, mengumpat dua kakaknya yang sama sekali tidak menggubrisnya. Ketiga pemuda itu menghempaskan bokong mereka ke sofa dengan kasar, tak peduli dengan tas yang belum mereka taruh. "Aku kesal!! Hari ini aku kesal dengan kalian berdua!" ujar Keyan kesal sambil menunjuk kedua kakaknya."Apa sih anak ini?" balas Khale sambil melotot."Tau tuh!" Kimmy ikut melotot dengan wajah tidak senang.Keyan sudah berdiri, marah, dan menggerakkan tangannya hendak memukul kepala Kimmy, namun ditangkap oleh Kimmy. "Haha.. Keyan rupanya iri kepada kita, Khal. Dia tidak bisa mendekati wanita incarannya, berbeda dengan kita." ejek Kimmy sambil melepaskan tangannya dari Keyan. Khale hanya menanggapi dengan senyuman sinis, menambah rasa kesal Keyan semakin mendalam."Siapa bilang iri? Aku cuma ngerasa tidak dianggap oleh kalian. Kalian s

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 264. Masih bulan madu.

    Mereka baru saja selesai menikmati hidangan makan malam. Fic duduk bersandar di sofa sambil menggelar lengannya ke arah Ellena yang duduk didepannya tanpa jarak. Ellena menyandarkan punggungnya di dada Fic yang hangat. Kedua tangan Fic membelai perut Ellena seolah memberikan rasa nyaman pada istrinya ini, sementara lehernya dielusnya dengan lembut. "Fic, kenapa saat yang tadi itu kamu mendadak menjadi cerewet sih?" Ellena bertanya dengan nada iseng, sambil tangannya asyik mengutak-atik ponselnya.Fic tersenyum kecil. "Siapa yang cerewet? Aku?" dia menanggapi dengan nada bercanda."Padahal kamu sedang kesulitan bernafas, aku hanya peduli dan mencoba mengetahui penyebabnya." Jawab Ellena."Susah bernafas? Memang kenapa, ya? Apa aku menekan tubuhmu terlalu keras? Sepertinya tidak." Fic berkata sambil melanjutkan elusan lembutnya di leher Ellena, tangannya kadang bergerak meraba-raba sekilas membuat Ellena menggelinjang. "Ya... aku tidak tahu. Rasanya sesak saja," jawab Ellena, sambil ter

  • Anak Jenius Milik Sang Presdir   Bab 263. Bulan madu versi Ellena.

    Fic melucuti pakaian Ellena. Sekali lagi mengamati tubuh indah itu sambil tangannya bergerak aktif. Menyentuh semua itu tanpa terlewat.Fic menyisir setiap bagian tubuh Ellena dengan bibirnya. Hingga sampai pada Area sensitif. Fic merenggangkan kedua paha Ellena. Dan memposisikan wajahnya. Ellena menggeliat bak cacing kepanasan karena ulah Fic. Meremas kuat rambut Fic hingga berantakan."Fic, berhenti." nafasnya tersengal sengal.Fic mendongak, menatap wajah Ellena yang sudah memerah. Fic tersenyum, menyambar bibir itu. Hanya sebentar, lagi lagi turun perlahan dan kembali lagi ke area sensitif.Ellena menegang, Fic belum berhenti. Masih berada disitu. Fic benar benar ingin membuat Ellena menggelinjang tak karuan. Hingga Ellena menggoyahkan tubuhnya tanda tak sanggup lagi."Ah, Fic. Berhentilah. Ku mohon." Mendorong kepala Fic.Fic akhirnya berhenti , memandangi tubuh yang terus menggeliat itu."Fic. Kamu menyiksaku!"Fic hanya tersenyum, kembali menyerang wajah leher dan dada Ellena,

DMCA.com Protection Status