"Aku kemarin bertemu dengan Mbak Santi, Mas. Ternyata Mbak Santi semakin bersinar saja. Semakin kelihatan muda tak terlihat kalau ia janda anak satu." Perkataan Mira membuatku langsung tersedak makanan yang sedang ku kunyah. Langsung aku mengambil minum dan meminumnya hingga tandas. "Kenapa sih, Mas? Kok gitu amat. Kaget atau bagaimana?" "Enggak kenapa- kenapa kok, Yank." "Kaget ya. Ya sama kalau kaget. Aku tadi juga kaget tadi, Mas. Aku jadi insurance deh deket sama Mbak Santi. Tapi wajar sih kalau dia makin cantik dan bersinar. Kan dia designer terkenal sekarang. Karya- karyanya saja udah sampai go internasional. Namanya sudah gak diragukan lagi. Hebat baget ya dia, aku aja masih gini- gini aja. Gak ada kemajuan sama sekali. Perkebunan juga masih belum ada tanda- tandanya dialihkan sama aku." "Memang Santi orangnya pintar sejak dahulu dia memang sudah bercita- cita untuk menjadi fashion designer terkenal. Hanya saja orangtuanya melarangnya, lagipula beasiswanya bukan untuk itu
"Kamu benar- benar keterlaluan, Danik. Apa begini caramu bersikap? Mana Danik yang dahulu, yang lemah lembut dan tak bar- bar. Aku seperti sudah tak mengenali kamu. Berkali- kali aku katakan jangan pernah bertingkah bar- bar. Kontrol emosi kamu, apa gak cukup semua yang aku berikan sama kamu." "Selama ini aku terus bersabar agar kamu bisa berubah. Aku selalu menuruti apa mau kamu. Segala keinginan kamu aku cukupi. Apa masih kurang? Ada dendam apa kamu sama Santi? Aku juga baru tahu kalau kamu sebenarnya gak meminta maaf waktu itu sama Santi. Apa salah dia hingga kamu berbuat seperti itu!" hardik Wirya."Cukup, Mas. Aku yang harusnya bertanya ada hubungan apa kamu dengan wanita itu? Kamu tahu dia itu mantan Adam. Mengapa kamu masih berdekatan dengannya? Aku berusaha menjadi istri yang baik tetapi apa yang barusan aku lihat. Kalian bertemu berdua, tertawa bersama. Apalagi sekarang ponsel kamu ada sandinya yang tak aku ketahui. Kalian selingkuh di belakangku?" Ucap Danik yang terus men
Kini dengan giat Adam mempromosikan usahanya, ia menjual es kocok durian, es cendol durian, ketan susu durian dan pancake durian. Ia membuka lapaknya dihalaman rumah istrinya. "Yank, gak kerja hari ini?" Adam yang baru saja masuk kedalam rumah karena selesai membersihkan halaman dan juga gerobaknya terkejut melihat istrinya yang masih belum berganti pakaian kerja."Enggak, Mas. Aku lagi gak enak badan. Makanya mau istirahat dirumah saja." "Ya sudah, sarapan dahulu lalu istirahatlah dikamar. Aku kebetulan membuat soto ayam tadi." Adam bergegas menata kembali jualannya di etalase depan. Ia membiarkan sang istri untuk sarapan terlebih dahulu. Ia mengerjakan semuanya sendirian dari pagi sebelum adzan subuh berkumandang. Rasa lelah pasti Adam rasakan tetapi lelah itu berganti kala melihat perubahan istrinya yang begitu membuat hatinya bahagia. Istrinya yang beberapa tahun cuek, ketus dan sellau mengabaikannya, kini telah berubah menjadi Mira yang ia kenal, baik dan perhatian bahkan sifa
"Yank, kamu kok sekarang sering pergi. Kamu lagi hamil loh." "Ya ampun, Mas aku gak betah bau durian. Makanya aku kerumah Mama aja, disana lebih nyaman." "Aku anterin aja ya, Yank." "Gak usah, Mas. Udah kamu kerja aja, cari duit yang banyak buat biaya kelahiran anak kamu ini." Ucap Mira dengan nada kesalnya. "Tapi kamu lagi hamil loh, Yank. Aku khawatir sama kandungan kamu, itu anak kita." "Mas gak usah hilangin mood aku deh. Mau aku lemes dirumah ini terus." "Ya sudah.. ya sudah, Maaf buat kamu kesal. Ya sudah hati- hati." Ujar Adam yang tak ingin menambah kemarahan dari istrinya. Ya sekarang Mira dinyatakan hamil. Adam begitu bahagia akhirnya ia akan memiliki anak dari istrinya. Setelah 5 tahun berlalu baru kali ini ia merasakan bahagia seperti ini. Apalagi usahanya juga sudah mulai berjalan lancar. Usahanya sudah memiliki pelanggan tetap, berharap semakin maju dan tak ada ditindas atau dihina lagi oleh mertuanya. Ia berusaha keras meraih kesuksesan agar diterima dengan lapan
Pagi menjelang, suara Adzan subuh telah berkumandang. Santi maupun Faiz telah bersiap untuk melakukan sholat berjamaah di Masjid dekat rumahnya. Santi, Faiz, Riko dan kedua orangtuanya berjalan menuju Masjid yang tak jauh dari rumahnya. "Pak, diujung jalan sana jualan apa?" Tanya Faiz saat memasuki area Masjid. "Owh di ujung jalan biasanya kalau pagi begini ada yang jula bubur gudeg,jenang, nasi jagung, dan pecel. Rasanya sudah gak diragukan lagi." Faiz hanya mengangguk sebab kini sudah berada di dalam Masjid. Usai menjalankan sholat, dan mendengarkan kultum Faiz, Riko dan Pak Bimo menunggu Santi dan juga Bu Sari. "Maaf ya Pak nunggu lama." Ucap Bu Sari yang sudah keluar dari Masjid bersama Santi. "Bergosip, Bu?" "Astagfirullah Bapak ini loh, sukanya suudzon saja sama istri. Kami hanya temu kangen, Pak. Lagian kan kita sudah lama gak disini lagi." "Kebiasaan Ibumu ini Faiz, sellau bergosip ria. Bapak heran apa ada
Waktu terus berputar, hari, bulan dan tahun terus bergulir. 15 tahun sudah Santi mengarungi bahtera rumah tangga bersama Faiz suami keduanya. Segala rintangan dan ujian telah ia lewati bersama. Santi dan Faiz telah dikarunia 2 orang anak perempuan yang kini keduanya juga mengemban ilmu di pondok pesantren milik kakeknya. Santi sendiri juga memilih tinggal di Jogja. Bahkan Santi juga telah membuka cabang butiknya di Jogja. Sedangkan butik utama ia percayakan sepenuhnya pada Rere. Walau Faiz adalah seorang anak Kiyai tetapi kedua orangtuanya tak mempermasalahkan pekerjaan Faiz diluar sana. Usaha Faiz yang berkembang pesat berdampak pula dengan perkembangan Pondok Pesantren milik Ayahnya. Faiz dan Santi sama- sama membangun dan memperluas Pondok Pesantren milik Kiyai Ahmad. Faiz juga kerap mengajar Santri- Santri yang berada di Pondok tentang usaha dan bisnis sebagai selingan para Santri belajar. Shakila Adiba Atmarini adalah perempuan pertama Santi dan Faiz sedangkan ya
Pukul 2 dinihari Santi dan Faiz sudah bangun dari istirahatnya. Santi dan Faiz selalu menjalankan sholat tahajud bersama didalam kamarnya. Selalu ada perlengkapan sholat didal.kamar mereka. Ada riwayat yang menganjurkan suami atau istri untuk membangunkan pasangannya dan melakukan shalat malam bersama. “Barang siapa yang bangun malam dan membangunkan istrinya kemudian mereka berdua melaksanakan shalat dua rakaat secara bersama, maka mereka berdua akan digolongkan ke dalam lelaki-lelaki dan wanita-wanita yang banyak berzikir kepada Allah.” (HR Ibnu Majah, al-Nasa`i, al-Baihaqi, dan al-Hakim). Usai menjalankan sholat bersama dan memohon kepada Sang Pencipta. Santi maupun Faiz mengaji bersama. Sudah menjadi kebiasaan keduanya usai menunaikan sholat tahajud. "Kenapa berhenti, Dek." Tanya Faiz yang tengah menyimak bacaan Al-Qur'an istrinya. "Astagfirullah, Mas. Aku lupa kalau pagi ini aku akan menyiapkan sarapan untuk Santri- Santri
"Pa... Papa baru sadar akan kehilangan sosok Mama dan aku. Papa baru menyesalinya sekarang saat Mama sudah bahagia. Papa Adam memang Papaku, tapi rasa sakit hati ini masih membekas dan selalu kuingat. Bagaiman perlakuan Papa terhadapku dan Mama. Papa lebih sering menyakiti Mama, membuatnya menangis dan bersedih. Papa berharap bertemu denganku dan Mama sekarang. Berharap ingin bertanggungjawab atas diri ini... Aku gak akan biarkan Papa bertemu Mama lagi. Aku memilih dimarahin Mama daripada membiarkan Papa bertemu Mama dan merusak kebahagiaan Mama. Cukup Ayah Faiz yang menjadi ayahku. Hanya dia ayahku." Geram Riko yang kebetulan ia habis bertemu kliennya dan menikmati es durian di kedai milik Adam. Riko segera bangkit dari duduknya tak lupa ia mengenakan kembali kaca mata hitamnya. Segera ia melangkahkan kakinya keluar dari Kedai Durian milik Adam. Ia hanya meminta sekretarisnya yang membayar ke kasir dan ia memilih menunggu di mobil. "Seandainya aku tahu