Semenjak mendengar apa yang dikatakan oleh Xavier, Amora memilih untuk mengurung diri dalam kamar yang memang ia tempati sendiri. Ia masih tidak mau menerima apa yang dikatakan oleh Xavier, mengenai pola tanda kepemilikan yang ditinggalkan oleh Xavier pada leher Amora saat ini. Semakin tidak bisa menerima, saat para siluman yang menjadi pengikut setia Xavier berkata jika Amora harus segera menjalankan tugasnya sebagai seorang Pengantin Amagl. Menurut mereka, Amora sudah ditakdirkan untuk menjadi istri Xavier dan memiliki tugas untuk melahirkan keturunan bagi Xavier, serta mendampingi Xavier untuk mempersiapkan kebangkitan kaum Amagl. “Memangnya aku ini apa? Seenaknya mereka memaksaku untuk menikah dengan Amagl terkutuk!” gumam Amora merasa sangat frustasi.
Jelas itu sangat tidak bisa diterima oleh Amora. Karena sejak awal, Amora menganggap Xavier sebagai sosok yang sangat berbahaya. Meskipun selama perjalanan melewati hutan dan jalur berbahaya, Xavier selalu melindunginya bahkan memberikan perhatian dalam sikap dinginnya, tetapi Amora tetap tidak bisa mengubah penilaiannya. Xavier adalah Amagl yang dikutuk dan dihukum tidur panjang selama ribuan tahun. Mana mungkin Amora mau menikah dengan sosok jahat yang menghancurkan kaumnya sendiri seperti dirinya? Siapa pun yang masih memiliki akal sehat, pasti akan secara alami memilih untuk menjauh dari sumber bahaya. Itulah yang saat ini tengah dirasakan oleh Amora. Di kala seperti ini, kerinduan Amora pada kedua orang tuanya menjadi semakin besar. Amora ingin kembali ke masa lalu dan hidup dengan baik bersama mereka.
Kening Amora mengernyit saat tiba-tiba jendela kamarnya terbuka lalu angin berembus kuat. Sedetik kemudian, Amora melihat seekor kelinci putih sudah berada di atas ranjang yang tengah ia duduki. Jelas Amora terkejut. Mengapa tiba-tiba bisa ada kelinci di kamarnya. Terlebih, kelinci tersebut terlihat sangat manis dengan bulu putih bersih yang terlihat begitu halus dan tebal. “Kenapa kau bisa di sini?” tanya Amora dengan nada manis, sembari berniat untuk menyentuh bulu kelinci tersebut.
Namun, kelinci itu menatap netra hijau milik Amora dan berkata, “Saya adalah utusan Penyihir Putih.”
Jelas Amora berjengit dan melompat dari ranjang, merasa sangat terkejut karena melihat kelinci lucu yang bisa berbicara. Meskipun ini bukan kali pertama Amora melihat siluman, tetapi Amora masih saja belum terbiasa. Jantungnya masih saja berdegup dengan kencangnya saat berhadapan dengan situasi di luar nalar. “Kau siluman?! Untuk apa kau masuk ke dalam kamarku? Apa memang semua siluman tidak mengetahui sopan santun?” tanya Amora tajam.
“Nona, aku hanya datang untuk mengantarkan pesan. Penyihir Putih ingin aku menyampaikan pesannya. Ia berkata, jika ada sesuatu yang ingin ia bicarakan dengan Nona secara langsung. Sesuatu yang berkaitan dengan hubungan Nona dan Tuan Xavier, serta kebenaran mengenai masa lalu yang membentuk sejarah. Bukankah itu yang ingin Anda ketahui? Tentu saja pembicaraan ini akan berlangsung di tempat terbuka, agar Nona bisa merasa lebih nyaman,” ucap kelinci pembawa pesan tersebut.
Sedikit banyak, Amora merasa terkejut mengenai perkataan kelinci pembawa pesan yang menyebutkan kebenaran mengenai masa lalu dan sejarah. Hal itu memang tengah mengganggu pikiran Amora, tentu saja ditambah dengan masalah dirinya yang harus menikah dengan Xavier. Namun, Amora tengah tidak mau ke luar dari kamarnya. “Aku tidak mau bertemu dengan para siluman, apalagi dengan Xavier. Kalian semua pasti akan berusaha untuk menipuku dengan semua kebohongan yang kalian rangkai,” ucap Amora.
“Nona tidak perlu mencemaskan hal itu. Saat ini, semua orang tengah sibuk dan tinggal Nona yang berada di rumah ini. Jika Nona bersedia berbincang dengan Penyihir Putih, saya akan menuntun jalannya.”
Amora menggigit bibirnya, merasa ragu dengan keputusan yang harus ia ambil. Meskipun Amora tidak pernah mendengar kisah mengenai Penyihir Putih di kuil, tetapi sosoknya sangat dihormati oleh para pengikut Xavier. Hal itu sudah membuktikan jika Penyihir Putih memiliki kedudukan tinggi dan posisi yang patut dihormati. Mungkin saja, Penyihir Putih memang memiliki jawaban dari rasa penasaran dan semua pertanyaan yang ia miliki. Namun, di sisi lain, Amora tidak yakin dengan apa yang akan dikatakan oleh Penyihir Putih. Saat ini, Amora tidak bisa percaya pada siapa pun. Apalagi dirinya dikelilingi oleh para siluman yang dikenal dengan tipu muslihat mereka. Tidak menutup kemungkinan, bahwa Penyihir Putih pun akan mengatakan sesuatu yang sebenarnya ia gunakan untuk menipu Amora.
“Nona, Anda tidak perlu merasa ragu. Penyihir Putih adalah pembawa pesan dari alam. Ia tidak mungkin mengatakan kebohongan, karena mengatakan kebohongan sama saja dengan mengakhiri kehidupannya. Kebohongan, adalah racun bagi Penyihir Putih,” ucap kelinci putih saat melihat Amora terlihat ragu dengan keputusan yang ia ambil.
“Be, Benarkah?” tanya Amora masih terlihat tidak percaya.
“Benar. Ia tidak bisa mengatakan kebohongan. Jadi, Anda bisa memercayai apa pun yang dikatakan oleh Penyihir Putih, Nona,” jawab kelinci putih itu lagi.
Mendengar hal itu, Amora pun mengatur napasnya sebelum mengangguk. “Baiklah. Antarkan aku ke tempat Penyihir Putih,” ucap Amora dengan berani mengambil keputusan.
***
“Apa saya membuat Anda menunggu terlalu lama?”
Amora pun segera menoleh ke sumber suara, dan melihat Penyihir Putih yang menghampirinya. Kini, Amora tengah berada di sebuah bukit, lebih tepatnya di bawah pohon rindang yang membuat suasana menjadi lebih teduh. Tentu saja, Amora datang ke tempat ini setelah menjadikan kelinci putih utusan Penyihir Putih sebagai penunjuk jalan. Begitu tiba di tempat ini, kelinci putih tersebut menghilang begitu saja, dan tak lama Penyihir Putih pun muncul menyapa Amora. Amora menatap Penyihir Putih dan bertanya, “Jadi, apa yang ingin Anda katakan pada saya?”
“Nona tidak perlu berbicara formal pada saya. Karena pada dasarnya, saya adalah seseorang yang mengabdikan diri pada alam dan harus membantu Amagl Agung serta Pengantin Amagl untuk menjaga keseimbangan dunia manusia dan dunia Savyrh. Dengan kata lain, Anda memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada saya.”
“Tapi aku bukan Pengantin Amagl,” tampik Amora masih tidak mau menerima apa yang sudah ia ketahui.
Penyihir Putih yang mendengarnya pun tersenyum tipis. “Nona, Anda sendiri pasti sudah mendengar dari pembawa pesan, jika saya tidak bisa berbohong. Jika saya mengatakan kebohongan, maka saya akan mati. Kebohongan adalah musuh terbesar bagi kami para pembawa pesan alam. Begitu saya mengatakan kebohongan, maka darah yang mengalir dalam tubuh saya akan terkontaminasi racun dan membuat saya mati saat itu juga,” ucap Penyihir Putih.
“Jadi maksudmu, apa yang kau katakan mengenai statusku sebagai Pengantin Amagl itu memang benar adanya?” tanya Amora setelah menyimpulkan apa yang sudah dikatakan oleh Penyihir Putih padanya.
“Anda menyimpulkannya dengan tepat,” ucap Penyihir Putih sembari mendongak menatap dedaunan pohon yang lebat.
Amora mengernyitkan keningnya. Meskipun terdengar begitu meyakinkan, tetapi Amora masih saja belum bisa menerima hal itu. Rasanya ada yang sangat janggal di sini. Jelas-jelas, mereka semua siluman termasuk Penyihir Putih mengatakan jika mereka adalah pengikut setia dan hanya melayani Amagl Agung. Namun, hal yang Amora ketahui adalah, Xavier bukanlah Amagl Agung. Ia malah Amagl yang dikutuk hingga harus tidur panjang. Jika benar Amora adalah Pengantin Amagl, seharusnya Amora tidak menjadi pendamping Xavier, tetapi menjadi pendamping Xavion yang bahkan belum pernah Amora lihat wujud aslinya. Jadi rasanya, semua ini tidak bisa diterima oleh Amora karena tidak sesuai dengan apa yang ia ketahui.
“Nona, tidak selamanya apa yang kita ketahui dan kita anggap benar, memanglah hal yang benar,” ucap Penyihir Putih membuat Amora tersadar dari dunianya sendiri.
Amora sadar, jika Penyihir Putih sudah mengetahui apa yang dipikirkan olehnya. Amora mencoba untuk menganggap hal itu wajar, karena tahu jika Penyihir Putih memiliki sihir besar yang tentu saja sangat mudah baginya membaca pemikiran manusia biasa seperti Amora. “Itu memang benar. Tapi sejak kecil, aku dan rakyat kekaisaran Bonaro lainnya, meyakini satu hal. Bahwa Amagl Agung yang kami percayai hanyalah Amagl Agung Xavion yang melindungi kekaisaran kami sejak berabad-abad lamanya. Jika memang benar aku adalah Pengantin Amagl yang kau maksud, bukankah seharusnya aku tidak menjadi pendamping Xavier? Karena dia bukanlah Amagl Agung. Dia adalah Amagl terkutuk,” ucap Amora.
Lagi-lagi, Penyihir Putih pun tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Amora. Pada dasarnya, Amora memang seorang gadis yang cerdas. Ia sudah terbiasa memikirkan sebab dan akibat dari sebuah permasalahan. Penyihir Putih yakin, jika Amora dididik dengan sangat baik oleh kedua orang tuanya sejak kecil. Penyihir Putih menatap netra hijau Amora yang mengingatkannya pada hutan dunia Savyrh yang indah. “Nona, sadar atau tidak, Anda sebenarnya sudah meragukan kebenaran yang selama ini sudah Anda yakini,” ucap Penyihir Putih membuat Amora tersentak.
Karena apa yang dikatakan Penyihir Putih memang benar adanya. Selama ini, Amora berusaha mengabaikan apa yang ia pikirkan tersebut. Mengenai keraguannya akan sejarah dan kebenaran yang selama ini selalu diingatkan oleh para pendeta pada ceramah di kuil suci. Keyakinan Amora mengenai Amagl Agung yang selama ini melindungi kekaisaran dan orang-orang yang ia kasihi mulai goyah, saat Amora mengenal dan melihat Xavier dari dekat. Amora mengepalkan kedua tangannya. Ia benar-benar bingung sekarang. Penyihir Putih yang melihat kebingungan Amora pun bertanya, “Apa Nona masih ragu?”
“Bukan hanya ragu, tetapi aku tidak mengerti. Rasanya pikiranku terlalu kacau. Aku bingung membedakan mana yang benar dan mana hal yang salah. Semuanya terasa rancu bagiku,” ucap Amora.
“Semuanya akan ada waktunya, saya tidak bisa menceritakan dan menjelaskannya saat ini juga. Karena untuk saat ini, saya hanya perlu meyakinkan Anda perihal takdir Anda sebagai Pengantin Amagl. Karena itulah, saya akan menunjukkan senandung takdir yang terekam oleh alam. Percayalah Nona, Alam tidak pernah berbohong pada siapa pun. Alam adalah hal paling jujur di dunia ini. Ketika dia sedih dia menangis. Ketika sia terluka, dia meraung, dan ketika dia senang akan ada tawa serta kebahagiaan yang menyebar.”
Setelah mengatakan hal tersebut, Penyihir Putih itu pun menghentakkan tongkat yang ia bawa pada tanah. Lalu seketika semua hal yang berada di sekeliling mereka berhenti bergerak, seakan-akan waktu mereka memang telah dihentikan. Hal itu dibuktikan dengan daun yang berjatuhan melayang di udara, sama sekali tidak jatuh ke atas tanah. Amora yang melihat hal itu seketika menatap Penyihir Putih yang masih terlihat tenang. Penyihir Putih lalu memejamkan matanya dan secara perlahan, aksara kuno muncul di udara, tepat di tengah-tengah Amora dan Penyihir Putih yang berdiri berhadapan. “A, Apa ini?” tanya Amora. Penyihir Putih pun membuka matanya. Ia tersenyum dan mulai bersenandung.
Sang Amagl Agung, Xavier yang malang
Nyawa dunia Savyrh yang meredup
Tidurlah Xavier, tidurlah
Alam akan memelukmu, maka tidurlah, tidurlah
Tak perlu cemas
Saat sebuah bunga cantik mekar, kau akan kembali
Bunga cantik dengan manik hijau akan datang
Dia akan menuntunmu
Xavier, dialah pengantinmu
Benang takdir kan tertaut, hati pun kan terhubung
Karena sama sekali tidak bisa tidru, Amora pada akhirnya memilih untuk ke luar dari kamarnya dan melangkah menuju beranda yang berada di belakang rumah kayu tersebut. Amora memeluk tubuhnya sendiri sembari mendongak menatap langit malam yang dihiasi bintang dan bulan yang berpendar perak. Tanpa sadar, Amora pun mengingat sosok Xavier yang jelas sangat lekat dengan warna perak yang memang menjadi ciri khasnya. Semenjak makan malam bersama para siluman dan mendengar pengakuan kepemilikan Xavier terhadap dirinya, Amora sama sekali tidak pernah bertemu dengan Xavier lagi. Bukannya tidak ada kesempatan untuk bertemu dengannya, tetapi Amora secara sengaja menghindar darinya. Hati Amora belum siap untuk berhadapan dengan pria itu lagi. Amora pun menghela napas dan memejamkan matanya.Sang Amagl Agung, Xavier yang malangNyawa dunia Savyrh yang meredupTidurlah Xavier, tidurlahAlam akan memelukmu, maka t
“Ini gaunmu,” ucap Lilith sembari meletakkan sebuah gaun dan beberapa hiasan pada Amora yang masih duduk di tepi ranjang.Amora pun menatap Lilith yang terlihat begitu sedih. Sepertinya, semalaman Lilith telah menangis hingga membuat kedua matanya merah dan sembab. Amora berniat untuk bertanya bagaimana perasaannya, tetapi Amora pun mengurungkan niatnya. Lilith pun menggigit bibir bawahnya sebelum berkata, “Jangan melihatku seperti itu. Aku sama sekali tidak ingin dikasihani olehmu.”Amora yang mendengar hal itu, mau tidak mau merasa bersalah. Namun, Amora tidak memiliki kata-kata penghiburan untuk disampaikan pada Lilith. Terlebih, Amora sendiri juga merasa menjadi korban di sini. Baik Amora maupun Lilith sama-sama menjadi korban dari takdir yang mengikat mereka semua. Setelah mengatakan apa yang ia inginkan, Lilith menatap gaun yang tergeletak di atas ranjang dan berkata, “Cepatlah bersiap. Tuan Xavier sudah menunggumu.”Lil
Pendeta penjaga pintu pun beranjak untuk menyampaikan perkataan Xavier menuju Pendeta Agung. Saat itulah, Amora mendongak pada Xavier dan bertanya, “Apa kita akan menikah di sini?”“Bukankah manusia menikah dengan cara seperti ini?” tanya balik Xavier.“Memangnya, kalian tidak menikah dengan cara seperti ini?” tanya Amora lagi membuat Xavier menghela napas karena sadar jika Amora tidak mau mengalah.“Ya, tidak. Begitu pola kepemilikan terbentuk dan melakukan penyempurnaan, maka kami sudah resmi menjadi pasangan suami istri,” jawab Xavier mengalah dari sesi saling bertanya itu.“Ah, begitu,” ucap Amora mengerti.“Benar. Apa yang kita lakukan ini adalah formalitas yang diperlukan. Terutama kau sendiri adalah manusia. Setidaknya, kau harus memiliki pengalaman mendapatkan pemberkatan selayaknya mempelai wanita pada umumnya. Kudengar kalian para gadis memang sangat sensitif mengenai hal i
Amora terbangun saat mendengar suara yang cukup mengganggu tidurnya. Amora pun menyingkap selimutnya dan membuka jendela kamarnya. Namun bukannya melihat pemandangan indah, Amora dikejutkan oleh anak-anak kecil yang berusaha untu mencapai jendela dan menatapnya dengan penuh rasa tertarik. “Kalian siapa dan kenapa bisa ada di sini?” tanya Amora terkejut. Namun, anak-anak kecil itu sama sekali tidak menjawab. Mereka malah asik berbicara dan ribut berebut untuk bertanya pada Amora. Anak-anak itu terlihat sangat bersemangat mengajukan pertanyaan dan berbicara dengan riang, hingga Amora pun kesulitan untuk menangkap apa yang sebenarnya mereka ingin bicarakan dengannya.“Wah, dia memang cantik!”“Apa Kakak Pengantin Amagl?”“Nama Kakak siapa?”“Wah mata Kakak cantik!”“Nanti aku kalau sudah besar pasti akan secantik Kakak
Para siluman terlihat panik. Para pria segera mengambil senjata dan bersiaga di pintu masuk markas. Sementara para anak-anak dan wanita berkumpul di tengah lapangan. Beberapa dari mereka menangis, dan membuat suasana terasa semakin mencekam saja. Amora yang belum mengerti dengan situasi tersebut, segera mendekat pada Lilith. Bertanya Vheer memang pilihan terbaik, karena ia selalu menjawab dengan nada yang nyaman didengar dan selalu bersikap ramah. Namun, Vheer kini berbaris di barisan paling depan untuk menjaga pintu masuk dengan para siluman lain. Jadi, alhasil Amora hanya bisa bertanya pada Lilith, karena hanya dia yang Amora kenal dari sekian banyak siluman yang berada di tempat yang sama dengannya.“Lilith, sebenarnya ada apa? Kenapa semua orang bersiaga, dan ke mana Xavier pergi?” bisik Amora.Lilith menatap Amora dengan kesal. Sepertinya, ia ingin menyemburkan kata-kata tajam pada Amora. Namun, Lilith rupanya bisa mengendalikan dirinya. Ia menja
Penyihir Putih menggeleng. “Saya tidak bisa menyembuhkan Tuan. Satu-satunya orang yang bisa melakukannya hanya Anda, Nyonya,” ucap Penyihir Putih.“Omong kosong macam apa itu?” tanya Amora merasakan emosinya mulai naik.“Saya tidak mengatakan omong kosong. Dengan melakukan penyatuan dengan Tuan Xavier, Anda bisa menyelamatkan nyawanya,” jawab Penyihir Putih yakin.Amora masih terlihat tidak percaya, atau lebih tepatnya berusaha untuk tidak percaya. Selama ini, Amora sudah lebih dari cukup melihat banyak hal aneh yang tidak masuk akal. Secara naluriah, Amora tentu saja merasa jika apa yang dikatakan oleh Penyihir Putih barusan sama sekali bukan omong kosong. Namun, Amora berusaha untuk tidak memercayainya. Meskipun ia sudah menikah dengan Xavier, tetapi Amora masih belum sepenuhnya menerima statusnya sebagai seorang istri. Apalagi sosok suaminya tak lain adala
Amora menenggelamkan tubuhnya hingga dagunya. Kini, ia tengah berendam air hangat di dalam kolam yang berada di belakang rumah kayu miliknya dan Xavier. Wajah Amora tampak begitu merah. Selain karena suhu panas air yang ia gunakan untuk berendam, itu juga disebabkan oleh rasa malu mengenai apa yang terjadi tadi malam. Rasanya Amora ingin mengenyahkan ingatan yang memalukan itu. Namun, begitu Amora ingin melupakannya, rasanya ingatan itu semakin menari-nari dalam kepala Amora. Seakan-akan mengejek Amora yang tadi malam ternyata ikut tenggelam dalam gairah yang disuguhkan oleh Xavier.Tadi malam adalah pengalaman pertama bagi Amora. Sebelumnya, Amora merasa begitu takut dengan malam pertama yang akan ia lalui dengan Xavier. Selain karena mereka tidak saling mencintai, Amora juga takut karena sering kalli mendengar cerita teman-temannya yang baru saja menikah dan melewati malam pertama. Menurut mereka, pengalaman pertama terasa sangat menyakitkan dan menyeramkan. Sebenarnya, Amo
Vheer dan para siluman terlihat memasang senyum lebar, saat Xavier menggandeng Amora menuju aula besar yang berada di tengah desa tersembunyi tersebut. Aula tersebut dikhususkan untuk menjadi tempat berkumpul. Entah itu untuk rapat atau untuk makan bersama. Kali ini, Xavier secara khusus meminta semua orang untuk berkumpul di ruangan tersebut. Ia akan membicarakan masalah mengenai persiapan mereka untuk menghadapi pasukan Xavion, sembari menikmati santapan lezat yang sudah disiapkan oleh pihak yang bertugas untuk menyiapkan santapan. Amora yang merasakan semua perhatian tertuju padanya, pada akhirnya mengerucutkan bibirnya. Walaupun mereka semua tidak mengatakan apa pun padanya, Amora secara garis besar tahu apa yang tengah mereka pikirkan saat ini. Mereka seakan-akan mengetahui apa yang sudah dilalui oleh Amora dan Xavier beberapa hari ini.Benar, beberapa hari. Ternyata, Amora dan Xavier tidak ke luar dari rumah mereka selama beberapa hari. Bukan karena kondisi tubuh Xavier
Semenjak apa yang terjadi di kekaisaran Bonaro, ternyata setiap kekaisaran dan kerajaan memilih untuk menyerukan persatuan mereka. Mereka tetap memiliki wilayah masing-masing, tetapi tidak ada lagi permusuhan atau peperangan antara satu kerajaan dengan kerajaan yang lain. Ataupun tidak adanya paksaan dari kekaisaran terhadapn sebuah kerjaan untuk bersumpah setia. Kini, mereka semua memiliki pandangan yang sama dan misi yang sama. Hidup mereka tenteram tanpa ada satu pun kesulitan yang mereka hadapi. Gangguan dari para siluman yang semula menjadi momok yang paling menakutkan dan menjadi permasalah pertahanan bagi sebuah daerah, sudah tidak lagi perlu dicemaskan. Karena siluman sama sekali tidak pernah terlihat lagi. Seakan-akan, perang yang pernah terjadi menghapus keberadaan dan jejak dari para siluman.Meskipun begitu, mereka yakin jika Amagl Agung berhasil mengendalikan para siluman dan menjaga keseimbangan dua dunia. Kini mereka bisa sama-sama hidup dengan nyaman di dunia
Sedetik kemudian Amora pun tersadar mengenai kondisi Xavier dan berlari untuk menghampiri suaminya itu. Amora pun bergetar hebat saat menyentuh dada sang suami yang sudah dipenuhi luka. Pedang yang sebelumnya menancap di sana sudah menghilang, begitu pemiliknya juga menghilang. Amora dengan suara bergetar memanggil sang suami. “Xavier, kau bisa mendengar suaraku bukan?” tanya Amora menyentuh pipi suaminya yang sudah terasa dingin.Para pengikut yang mulai pulih pun menyadari apa yang terjadi dan berniat untuk mendekat pada Amora. Namun, Penyihir Putih memberikan isyarat pada mereka semua untuk tetap di tempat mereka. Penyihir Putih sudah mengetahui apa yang terjadi karena alam membisikan sesuatu padanya. Penyihir Putih mengetahui apa yang terjadi pada Xavier, hingga apa yang dilakukan oleh Amora yang sudah membantu memusnahkan Xavion dan pasukannya. Anak panah sihir yang digunakan oleh Amora ternyata bukan anak panah biasa. Amora memang tidak mengetahui jika anak
Amora jatuh tidak berdaya karena rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia menatap nanar pada para manusia yang kini terlihat seperti mayat hidup, dan para siluman yang berperang mempertaruhkan nyawa mereka. Lebih dari itu, Amora menatap suaminya yang terlihat bertarung dengan sekuat tenaga. Ia sudah tahu apa yang terjadi di masa lalu, mengenai penyebab dari kemarahan Xavion, dan hal apa yang menjadi pangkal dari hancurnya hubungan persaudaraan Xavion dan Xavier. Amora meneteskan air matanya. Takdir memang terkadang terasa menyulitkan dan menyesakkan. Namun, Amora tidak berpikir jika hal itu bisa membuat Xavion melakukan semua tindakan yang mengerikan ini. Amora berharap, jika Xavier bisa menghentikan Xavion. Xavier harus membebaskan semua makhluk dari penderitaan yang mereka rasakan karena kejahatan Xavion.Namun sayangnya, setelah Amora selesai berdoa, Amora melihat hal yang begitu menyedihkan. Para siluman pengikut Xavier satu per satu jatuh tidak berdaya. Penyihir Putih juga kel
Ribuan tahun yang laluDi suatu hari, istri dari Amagl Agung—pemimpin dari kaum Amagl—melahirkan sepasang putra tampan. Menyadari jika mereka bisa saja membuat kaum Amagl yang mengetahui ramalan mengenai kehancuran itu merasa cemas, Amagl Agung memutuskan untuk menutupi salah satu wajah putranya dengan topeng sejak ia masih kecil. Mereka memutuskan untuk memakaikan topeng pada sang adik yang memang pada dasanya tidak akan bisa menjadi pemimpin kaum Amagl selanjutnya, karena ada sang kakak yang menduduki posisi calon penerus pertama. Semua orang bertindak sangat hati-hati, demi menghindari ramalan mengenai kehancuran kaum dan dunia yang mereka jaga. Tahun demi tahun berlalu, dan si kembar tumbuh besar. Keduanya tumbuh dengan pesona yang berbeda, dan sifat yang juga berbeda. Jika si Sulung memiliki sifat yang tenang dan memegang tegus prinsip bahwa mereka harus mengikuti peraturan
Pembicaraan antara Xavier dan Xavion jelas membuat suasana semakin mencekam saja. Selain itu, para pengikut Xavier terlihat kebingungan dan terkejut dengan fakta yang baru mereka ketahui, jika ternyata Xavier dan Xavion ternyata memiliki ikatan persaudaraan. Hal yang memang sebenarnya hanya diketahui oleh segelintir orang di masa lalu. Sementara itu, sebagian besar para pengikut Xavion tampaknya tidak terlalu dibuat terkejut oleh apa yang terjadi tersebut. Apa pun yang terjadi, mereka hanya perlu mendukung Xavion untuk menguasai dunia, dan setelah itu mereka bisa hidup dengan bebas tanpa perlu takut pada Dewa atau utusannya yang bertugas untuk membasmi para siluman yang melanggar ketentuan yang ada. Blax sendiri terlihat mengepalkan kedua tangannya. Merasa sangat marah, tetapi berusaha untuk menahan dirinya. Ia hanya perlu bergantung sedikit lagi pada Xavion, dan dirinya bisa membebaskan kaumnya dari jeratan Xavion, tentu saja sesuai dengan kesepakatan mereka sebelumnya.
“Tuan, mereka benar-benar datang,” ucap Blax melaporkan situasi terkini pada Xavion yang kini duduk di singgasan yang seharusnya ditempati oleh kaisar yang agung. Namun, Gilbert yang masih berada di bawah kendali XavionXavion yang masih mengenakan topengnya terlihat menyeringai. “Sesuai dengan apa yang aku harapkan darimu, Xavier,” gumam Xavion terlihat begitu puas dengan apa yang tengah terjadi saat ini.Blax yang mendengar hal itu tentu saja mengernyitkan keningnya. Seakan-akan Xavion memang sudah memperikarakan langkah inilah yang akan diambil oleh Xavier. Namun, Blax tidak mengatakan apa pun dan memilih untuk menunggu perintah seperti apa yang akan diberikan oleh Xavier selanjutnya. Tentu saja, sejak awal Blax dan yang lainnya sudah menempatkan pasukan mereka di barisan terdepan sebagai lapisan keamanan yang jelas akan dihadapi oleh pasukan lawan sebelum benar-benar memasuki pusat kekaisaran yang tampaknya akan menjadi medan perang mereka.
Vheer terlihat fokus memeriksa persenjataan yang akan digunakan dalam peperangan yang sudah ditentukan. Ia memang diberikan tanggung jawab untuk memeriksa semua persenjataan, sementara Xavier tengah fokus memberikan arahan bagi para siluman yang jelas belum memiliki pengalaman dalam berperang. Sementara itu, Vheer yang memang sudah mengetahu strategi dan jalur yang akan ditempuh dalam perang nanti, memilih untuk segera memeriksa peralatan untuk peperangan nanti. Karena ini juga adalah salah satu faktor penentu kemenangan mereka dalam perang. Mengingat, bahwa tidak semua siluman yang menjadi pengikut setia Xavier memiliki kemampuan untuk menggunakan sihir. Jadi, senjata-senjata ini benar-benar diperlukan oleh mereka.Setelah memeriksa jika semuanya berada dalam kualitas baik, Vheer pun ke luar dari gudang dan menatap langit malam yang terlihat begitu gelap. Karena sudah tidak ada lagi barrier, kini Vheer bisa melihat langit dengan leluasa. Namun, langit malam seakan-akan ingin
Xavion membuka kelambu dan melihat sosok Amora yang seakan-akan berubah menjadi sosok peri yang tengah tertidur. Ia terlihat begitu cantik, dan anggun dengan balutan gaun indah yang ia kenakan. Kulit, rambut, bahkan kukunya terawat dengan baik akibat Xavion yang menugaskan Sisil secara khusus untuk merawat Amora yang masih tenggelam dalam alam bawah sadarnya. Benar, Amora masih menjelajah dunia yang Xavion ciptakan. Dunia yang menunjukkan dengan jelas, tiap detail kejadiam di masa lalu yang seharusnya Amora ketahui. Xavion pun duduk di tepi ranjang dan mengusap lembut pipi Amora, seakan-akan sedikit sentuhan kasar bisa saja membuat Amora terluka. Tak lama, Xavion meletakkan telunjuknya tepat pada kening Amora. Lalu sinar abu-abu muncul dan sedetik kemudian Amora membuka matanya dan terengah-engah seakan-akan dirinya sudah menemui hal yang sangat mengejutkan baginya.Xavion hanya membiarkan Amora begitu saja, dan mengamatinya dalam diam. Seolah-olaj yakin jika Amora akan tenan
Xavion duduk di tepi ranjang dan mengamati raut wajah Amora yang terlihat tidak baik-baik saja. Kini, Amora masih belum terbangun dari tidurnya. Ia masih berada di dalam dunia mimpinya. Tentu saja, hal inilah yang diharapkan oleh Xavion. Akan sulit untuk membuat Amora mengetaui apa yang tejadi di masa lalu saat dirinya sadar, karena hal itu akan membuatnya tertekan dan kembali jatuh tak sadarkan diri. Karena itulah, Xavion memilih untuk menunjukkan semuanya pada Amora dengan membuatnya menjelajah di dunia bawah sadarnya. Xavion mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Amora dengan lembut. “Lihat semuanya dengan detail, Amora. Lalu nilailah kembali, aku atau Xavier yang pantas untuk disebut sebagai orang yang kejam,” ucap Xavion.Sisil yang berdiri di sekat ranjang melihat tindakan lembut Xavion dengan kening mengernyit. Setelah mendapatkan peringatan keras dari Xavion, Sisil memang bertindak lebih berhati-hati mengenai menunjukkan perasaannya. Meskipun dirinya memi