Home / Romansa / Alverez / Perangkap Calvin

Share

Perangkap Calvin

Author: Daffa
last update Huling Na-update: 2025-02-16 20:39:08

Alan Wijaya sudah mencurigai sejak awal bahwa sesuatu tidak beres dengan pergerakan Calvin Rahadian. Sejak Aldo koma, keadaan semakin kacau. Arga diusir dari rumah, Andre semakin menguasai posisi di keluarga, dan sekarang, keluarga Mahendra mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka akan bergerak dalam waktu dekat.

Tapi ada satu hal yang paling mengganggunya: Clara.

Gadis itu adalah kunci dari semua kekacauan ini. Sejak awal, dia adalah target, objek yang diperebutkan oleh dua keluarga besar yang ingin menghancurkan satu sama lain. Namun, tidak ada yang menyadari bahwa ada satu dalang utama yang mengendalikan semua benang dalam permainan ini.

Calvin Rahadian.

Alan tahu bahwa pria itu tidak akan tinggal diam. Ia bisa merasakan bahaya yang semakin mendekat. Dan ia benar.

***

Malam itu, Alan dan Clara memutuskan untuk bersembunyi di sebuah tempat yang mereka anggap aman—sebuah rumah tua yang sudah lama tidak digunakan di pinggiran kota. Mereka berdua tahu bahwa terlalu berisiko jika mere
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Alverez   Permainan Berbahaya

    Calvin Rahadian tahu bahwa Alan Wijaya adalah ancaman yang tidak bisa diremehkan. Meskipun sudah mencoba menjebaknya dan menangkapnya, Alan tetap berhasil kabur. Itu membuatnya semakin waspada. Alan terlalu pintar, terlalu tangguh, dan terlalu berbahaya. Jika dibiarkan, ia bisa menghancurkan rencana besar yang sudah disusunnya selama ini.Dan Calvin tidak akan membiarkan itu terjadi.Ia duduk di ruang kerjanya, menyesap segelas anggur merah sambil berpikir keras. Ada satu cara untuk memastikan Alan tidak bisa bergerak bebas: menggunakan Andre Wijaya. Andre memiliki dendam terhadap kakaknya, Aldo Wijaya, dan sudah sejak lama ia merasa dianaktirikan oleh ayah mereka, Indra Wijaya. Jika saja Andre bisa dipengaruhi lebih dalam, dia bisa menjadi alat yang sempurna untuk menyingkirkan Alan.Namun, Calvin tahu bahwa Andre bukan orang yang mudah dipengaruhi. Ia membutuhkan seseorang yang bisa masuk ke dalam pikirannya, seseorang yang bisa menyusup tanpa menimbulkan kecurigaan.Seseorang seper

    Huling Na-update : 2025-02-17
  • Alverez   Keputusan yang Tak Terduga

    Andre Wijaya menatap langit malam dari jendela ruang kerjanya. Langit begitu gelap, tanpa bintang, seakan mencerminkan pikirannya yang penuh gejolak. Ia tahu ada banyak hal yang sedang terjadi di keluarganya. Konflik antar saudara, intrik yang semakin rumit, dan tekanan dari berbagai arah. Namun, satu hal yang pasti—ia tidak bisa membiarkan keluarganya hancur begitu saja.Sejak kecil, Andre selalu merasa berada di bawah bayang-bayang Aldo. Sang kakak sulung adalah kebanggaan keluarga, pewaris sah yang selalu mendapatkan perhatian penuh dari sang ayah, Indra Wijaya. Namun, ketika Aldo koma akibat kecelakaan misterius, posisi Alan, adik ketiga mereka, mulai naik. Alan dengan cepat mengambil alih banyak keputusan, dan kini ia dipandang sebagai pemimpin baru keluarga Wijaya.Dan di sanalah letak masalahnya.Bagi Andre, tidak masuk akal jika ia yang merupakan anak kedua harus menyerahkan segalanya kepada Alan. Dalam tradisi keluarga mereka, anak tertua yang seharusnya berhak atas warisan d

    Huling Na-update : 2025-02-18
  • Alverez   Rencana Besar

    Mitha duduk di dalam mobilnya, jari-jarinya mengetuk-ngetuk setir dengan gelisah. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran sejak pertemuannya dengan Andre Wijaya tadi siang. Rencana mereka telah runtuh sebelum benar-benar dimulai. Andre, yang semula bisa dimanipulasi dengan mudah, kini mulai menunjukkan perlawanan.Mitha tahu dia harus segera melapor kepada Calvin.Sesampainya di rumah keluarga Rahadian, ia berjalan cepat menuju ruang kerja Calvin. Kakaknya sedang duduk di balik meja besar, sibuk membaca dokumen dengan ekspresi serius. Begitu melihat Mitha masuk, Calvin mengangkat kepalanya."Ada apa?" tanyanya langsung, menatap wajah adiknya yang tampak cemas.Mitha menghela napas dalam. "Andre tidak ingin bekerja sama lagi. Dia menolak rencana kita."Calvin terdiam sejenak, sebelum menyandarkan punggungnya di kursi. "Kenapa?""Dia sadar bahwa Alan tetap saudaranya, dan tidak mungkin membiarkan keluarga Wijaya jatuh ke tanganku begitu saja," ujar Mitha. "Andre mungkin benci Aldo, tapi di

    Huling Na-update : 2025-02-19
  • Alverez   Pengkhianatan dan Harapan Baru

    Di tengah malam yang gelap dan dingin, di bawah lampu jalan yang redup, seorang pria dengan jas hitam panjang berjalan perlahan di trotoar yang sepi. Hujan rintik-rintik membasahi jalanan kota yang hampir tak berpenghuni. Bara Valentino, seorang pria dengan sorot mata tajam dan aura misterius, berhenti sejenak, memandang ke kejauhan dengan ekspresi yang sulit ditebak. Rambut hitamnya sedikit berantakan, terkena cipratan air hujan, namun ia sama sekali tidak terganggu. Ia mengamati sekeliling, matanya menyapu trotoar hingga sebuah sosok tertangkap dalam pandangannya.Di sudut sebuah bangunan tua, seseorang tampak meringkuk, tubuhnya kotor dan lusuh, wajahnya sembab seperti seseorang yang baru saja mengalami keterpurukan hebat. Bara menyipitkan mata, lalu perlahan mendekat. Langkahnya tenang, penuh perhitungan. "Arga Wijaya?" suaranya dalam dan tenang, tetapi tetap membawa kesan mengintimidasi. Sosok yang dipanggil itu mendongak dengan ekspresi lelah dan putus asa. Arga menatap pria d

    Huling Na-update : 2025-02-21
  • Alverez   Aliansi Baru

    Di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota, Arga Wijaya duduk di kursi tua dengan tangan yang terkepal di atas lututnya. Bara Valentino berdiri di dekat jendela, menatap lampu-lampu kota yang berkelap-kelip. Hujan deras masih mengguyur jalanan, menciptakan suara monoton yang memenuhi ruangan.“Jadi, biar aku perjelas,” Bara akhirnya membuka suara, suaranya dalam dan penuh ketegasan. “Kau bilang Calvin Rahadian-lah yang mengadu domba keluarga Mahendra dan Wijaya?”Arga mengangguk. “Ya. Sejak awal, semua yang terjadi antara keluarga kami adalah hasil manipulasi Calvin. Dia membuat Papa percaya bahwa keluarga Mahendra menculik Adrian, padahal kenyataannya Calvin sendiri yang membunuhnya. Dan yang lebih gila, Dimas Mahendra percaya bahwa Alan Wijaya yang menculik putrinya, Clara.”Bara berbalik, menatap Arga dengan tatapan tajam. “Dan kau yakin Calvin yang menculik Clara?”“Aku tidak punya bukti konkret, tapi semua jejak mengarah kepadanya. Terutama

    Huling Na-update : 2025-02-22
  • Alverez   Bara Dendam

    Bara Valentino duduk dengan tenang di ruangan yang remang-remang. Cahaya lampu yang temaram hanya menyisakan siluet wajahnya yang keras dan penuh luka masa lalu. Alan Wijaya, yang duduk di hadapannya, menatapnya dengan penuh kewaspadaan. Dunia mereka penuh dengan intrik dan pengkhianatan, dan Alan tahu bahwa siapa pun bisa menjadi ancaman.Bara menghela napas, membiarkan kesunyian di antara mereka bertahan beberapa saat sebelum akhirnya berbicara."Aku berasal dari keluarga Valentino, mungkin kau belum pernah mendengar nama itu sebelumnya karena keluarga Rahadian telah menghapus jejak kami dari sejarah," ucapnya dengan suara rendah namun penuh dengan amarah yang tertahan.Alan tetap diam, mendengarkan dengan seksama. Bara melanjutkan, kali ini dengan sorot mata yang lebih tajam."Ayahku, Damian Valentino, dulu adalah seorang pengusaha sukses. Kami bukan keluarga besar seperti Mahendra atau Wijaya, tapi kami memiliki kehormatan dan kekuatan kami se

    Huling Na-update : 2025-02-23
  • Alverez   Semakin Terdesak

    Calvin Rahadian berdiri di depan jendela kantornya, menatap hujan yang mengguyur kota dengan deras. Ia menghela napas panjang, perasaan gelisah mulai menjalar dalam pikirannya. Selama ini, ia selalu selangkah lebih maju dari musuh-musuhnya, namun kali ini ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.Ia berjalan menuju meja kerjanya, meraih gelas whiskey yang setengah penuh, lalu meneguknya dalam satu kali tegukan. Firasat buruk terus menghantuinya sejak beberapa hari terakhir. Rencananya memang berjalan dengan baik—keluarga Wijaya dan Mahendra telah diadu domba, Clara masih dalam genggamannya, dan Alan Wijaya mulai menjadi target berikutnya. Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.Ia memijit pelipisnya, mencoba berpikir dengan lebih jernih. Kemudian, pintu ruangannya diketuk. Seorang pria bertubuh tegap masuk setelah mendapat izin."Bos, Dimas Mahendra ada di bawah. Dia ingin bertemu dengan Anda sekarang."Calvin mengangguk, melirik jam tangannya. Sudah hampir tengah malam, dan fakt

    Huling Na-update : 2025-02-24
  • Alverez   Masa Kelam

    Bara Valentino berjalan santai di trotoar kota saat hujan gerimis mulai turun. Tangannya dimasukkan ke dalam saku jaket kulitnya, sementara matanya tetap awas terhadap sekeliling. Ia tidak terbiasa membiarkan dirinya lengah, terutama sekarang setelah ia mulai terlibat dalam konflik besar antara keluarga Mahendra, Wijaya, dan Rahadian. Malam semakin larut, dan jalanan mulai sepi. Namun, justru dalam kesunyian seperti inilah bahaya sering kali mengintai.Saat melangkah menuju persimpangan, Bara mendengar suara klakson keras diikuti dengan suara rem yang berdecit tajam. Sebuah mobil sport putih kehilangan kendali dan berputar di jalan yang licin. Tanpa berpikir panjang, Bara berlari ke arah mobil tersebut dan dengan refleks menarik seorang wanita yang nyaris tertabrak ke pelukannya.Wanita itu terjatuh di pelukan Bara, napasnya tersengal karena syok. Matanya yang besar dan indah menatap Bara dengan keterkejutan yang sulit disembunyikan."A-aku… hampir mati ba

    Huling Na-update : 2025-02-25

Pinakabagong kabanata

  • Alverez    Jalan Pulang untuk Clara

    Hujan mengguyur malam Jakarta dengan derasnya, membasahi jendela apartemen tempat Adrian Wijaya berdiri mematung. Pandangannya kosong menatap ke luar, namun pikirannya bekerja cepat. Sudah terlalu banyak yang terjadi, terlalu banyak yang dikorbankan. Alvian, saudara kembarnya yang ia kenal sejak kecil, telah mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan Clara Mahendra. Dan kini, Adrian tahu bahwa ia tidak boleh gagal. Clara harus kembali kepada ayahnya, Dimas Mahendra. Bukan hanya demi menyatukan kembali keluarga itu, tapi juga demi mengakhiri semua pertumpahan darah yang dipicu oleh obsesi Calvin Rahadian.Di balik ruangan, Clara duduk di sofa dengan selimut menyelimuti tubuhnya yang masih lelah. Trauma yang ia alami tidak bisa dihapus begitu saja. Namun, ada semangat di matanya—semangat untuk bertahan, untuk kembali, dan untuk melawan.Adrian mendekat, duduk di samping Clara, menggenggam tangannya dengan lembut. "Aku akan membawamu pulang, Clara. Ayahmu harus tahu bahwa k

  • Alverez   Nyala Api dalam Kegelapan

    Langit malam kembali mendung, seperti menyatu dengan suasana hati Andre Wijaya. Ia berdiri sendiri di balkon lantai atas rumah keluarga Wijaya, menatap lampu-lampu kota Jakarta yang tampak seperti bintang mati. Di dalam dirinya, badai mengamuk. Peristiwa malam perayaan khusus keluarga masih membekas jelas di kepalanya. Anya. Gadis yang selama ini ada di sudut hatinya. Gadis yang kini menjadi penyebab keterpurukan moralnya.Alan belum bicara padanya sejak kejadian itu. Tatapan dingin dari sang kakak seperti pisau yang tertancap dalam-dalam di dadanya. Andre tahu, ia sudah melewati batas. Ia sudah membuka celah bagi musuh untuk masuk lebih dalam ke dalam keluarga mereka.Sementara itu, Alan sibuk mengurus kerusakan reputasi yang perlahan mulai mencuat di media. Meski tidak secara eksplisit diberitakan, namun berbagai portal gosip sudah mencium skandal Andre. Sebuah video buram tersebar di media sosial, menunjukkan sosok yang mirip dengan Andre bersama seorang perempuan m

  • Alverez   Reputasi yang Terenggut

    Pagi itu, Vila Wijaya yang megah di kawasan Puncak tampak sunyi, meski baru saja semalam menjadi tempat perayaan penuh gegap gempita memperingati keberhasilan keluarga Wijaya mempertahankan kendali atas proyek pembangunan energi terbarukan di Kalimantan Timur. Namun, sukacita itu tak berlangsung lama. Karena tepat dini hari, seorang tamu tak diundang berhasil menyelinap ke kamar Andre Wijaya dan menodai kehormatan malam itu.Anya, wanita cantik yang dikenal sebagai sahabat masa kecil Andre, telah berhasil menyelesaikan misi pertamanya untuk Dimas Mahendra. Dengan gaun merah menyala dan aroma parfum yang begitu khas, ia menggoda Andre tepat saat semua orang sibuk merayakan keberhasilan mereka di halaman belakang vila. Andre yang sudah lama menyimpan rasa pada Anya, dan juga sedang berada dalam kondisi mabuk ringan akibat minuman perayaan, tak kuasa menahan godaan itu.Mereka berdua menghilang ke kamar Andre, dan tak lama kemudian suara tawa dan desahan samar mengisi rua

  • Alverez   Perayaan yang Ternoda

    Hujan belum reda sepenuhnya dari langit kota itu ketika pesta perayaan khusus keluarga Wijaya berlangsung dalam kemegahan yang tetap dijaga tertutup. Gedung keluarga, yang berada di kawasan dataran tinggi dengan pemandangan langsung ke kota, bersinar terang dari lampu-lampu kristal yang tergantung dari langit-langitnya. Para tamu undangan—terbatas hanya keluarga inti dan rekan terpercaya—berpakaian rapi dalam balutan formalitas dan anggur merah yang tak berhenti dituang.Namun di tengah suasana hangat dan selebrasi yang penuh prestise itu, Andre Wijaya berdiri di balkon lantai atas, jauh dari keramaian, memandang lampu-lampu kota yang berkedip dalam bayangan gelap malam. Rasa frustrasi yang terus menumpuk sejak konflik internal dengan Alan belum juga surut. Kini, kehadiran kembali Adrian, adik bungsu yang dianggap telah mati, membuat Andre merasa makin tenggelam dalam bayangan bayangannya sendiri.“Apa kabar, Andre?” Sebuah suara lembut menyusup ke balik keheningannya.

  • Alverez   Operasi Langit Hitam

    Langit malam tampak muram, dihiasi awan hitam pekat yang menggantung berat di cakrawala. Angin bertiup tajam, menyibak pepohonan yang berjajar di sepanjang jalanan hutan pinggiran kota. Di balik bayang-bayang gelap itu, Bara Alvino, Adrian Wijaya, Arga Wijaya, dan Clara Mahendra bersembunyi di markas sementara mereka yang tersembunyi di bawah tanah. Tempat itu dulu adalah bunker militer tak terpakai, yang kini mereka sulap menjadi pusat komando darurat.Bara berdiri di depan layar besar yang menampilkan peta kota. Tangan kirinya memegang tablet yang terus menerus memperbarui pergerakan musuh, sementara tangan kanannya meremas sisa luka tembak yang belum sepenuhnya sembuh."Operasi Langit Hitam akan dimulai malam ini," ucap Bara tegas, memecah keheningan ruangan.Adrian yang berdiri di dekat meja dengan berbagai dokumen intelijen mengangkat kepalanya. "Kau yakin ini waktunya? Calvin pasti sedang menggila mencari Clara. Keadaan sangat tidak stabil."Clara y

  • Alverez   Pelarian dalam Bayangan

    Sirene mobil terdengar samar di kejauhan. Di dalam mobil hitam yang melaju cepat di jalan-jalan belakang kota, Bara Valentino memelintir kemudi dengan penuh fokus. Di sampingnya, Adrian duduk dengan ekspresi dingin, sesekali menoleh ke kursi belakang tempat Clara duduk dengan wajah pucat dan mata masih sembab. Arga duduk di sebelah Clara, menatap jalanan di belakang melalui kaca spion kecil, berjaga-jaga."Kita sudah masuk ke zona aman?" tanya Adrian dengan suara rendah."Belum. Tapi kita hampir keluar dari radius pencarian mereka. Mobil-mobil Calvin tersebar ke seluruh penjuru. Kita harus menyeberang ke distrik timur sebelum fajar," jawab Bara dengan nada tergesa.Arga menghela napas berat. "Sial, semua ini karena Mitha. Kita kecolongan."Clara hanya diam. Tubuhnya masih gemetar. Peristiwa beberapa hari terakhir masih menghantui pikirannya. Ia belum sepenuhnya percaya bahwa Adrian—atau pria yang mengaku sebagai Adrian—masih hidup. Tapi ketika mereka bertemu, ada kilasan ingatan, luka

  • Alverez   Pelarian

    Mitha menggenggam ponselnya erat saat nada sambung berbunyi di telinganya. Jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Ia tahu bahwa apa yang akan ia katakan bisa membawa konsekuensi besar, tetapi rasa penasarannya lebih kuat daripada keraguannya."Halo?" Suara Calvin terdengar dari seberang telepon, datar dan penuh kewaspadaan.Mitha menelan ludah. "Kak, aku punya informasi yang mungkin menarik untukmu. Aku baru saja mengikuti seseorang dan aku melihat sesuatu yang tidak seharusnya ada di sana."Hening sejenak, lalu Calvin menjawab dengan suara rendah, "Di mana? Dan siapa yang kau ikuti?"Mitha melirik ke sekelilingnya, memastikan tidak ada yang memperhatikan sebelum ia menjawab dengan suara pelan, "Aku mengikuti Bara Alvino. Aku tadi kencan dengannya di kafe, dan aku penasaran... Jadi, aku mengikutinya sampai ke rumahnya. Kak, di dalam rumahnya aku melihat seseorang yang sangat mirip dengan Clara Mahendra."Calvin terdiam. Kemudian, tawa

  • Alverez   Bayangan di Kegelapan

    Mitha Rahadian tidak bisa mengabaikan rasa penasarannya sejak pertemuannya dengan Bara di kafe tadi sore. Ada sesuatu tentang pria itu yang menariknya, bukan hanya karena pesona dinginnya yang misterius, tetapi juga karena aura yang mengelilinginya. Bara Alvino bukan pria biasa, dan Mitha tahu ada sesuatu yang disembunyikannya.Ketika Bara meninggalkan kafe, Mitha diam-diam mengikutinya. Dengan langkah ringan dan gerakan yang terlatih sejak kecil dalam lingkungan keluarga Rahadian, ia berhasil menjaga jarak tanpa menarik perhatian. Bara berjalan santai menuju mobilnya, tidak menunjukkan tanda-tanda menyadari bahwa ia sedang dibuntuti. Mitha segera memanggil sopir pribadinya dan menyuruhnya mengikuti mobil Bara dari kejauhan.Selama perjalanan, Mitha tidak bisa berhenti bertanya-tanya. Ada sesuatu yang aneh dengan Bara. Selain aura misteriusnya, dia juga tampak selalu waspada. Seolah-olah dia tidak bisa membiarkan siapa pun terlalu dekat dengannya.Setelah hampir tiga puluh menit perja

  • Alverez   Rencana Besar Wijaya

    Langit malam masih gelap ketika Adrian Wijaya berdiri di depan gerbang besar rumah keluarganya. Sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di sini, dan kini ia kembali dengan membawa beban yang lebih besar dari sebelumnya. Ia menatap rumah megah itu, mengingat setiap kenangan yang pernah ia lalui di dalamnya. Malam ini, ia kembali bukan sebagai Adrian yang dulu, melainkan sebagai seseorang yang memiliki misi yang belum terselesaikan.Dengan langkah tegas, Adrian mendorong gerbang dan memasuki halaman rumah. Para penjaga yang melihatnya langsung membelalakkan mata, seolah melihat hantu. Salah satu dari mereka bahkan nyaris menjatuhkan senjata yang dipegangnya."Adrian...?" gumam salah satu penjaga dengan suara gemetar.Adrian tidak menjawab. Ia hanya terus berjalan melewati mereka, menuju pintu utama. Ia tahu bahwa keberadaannya akan segera diketahui oleh kedua saudaranya, Alan dan Andre Wijaya. Itu hanya soal waktu sebelum mereka muncul dengan seribu pertanyaan yang harus ia hadapi.Saat A

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status