Setelah memesan menu makan malam, Jeremy membuka obrolan untuk menghilangkan sedikit rasa canggung antara Adam dan Alicya, “Oh iya, saya sedikit penasaran bagaimana nona bisa mengenal Adam sebelumnya.” Tanya Jeremy memulai pembicaraan.
“Sebenarnya kami baru bertemu dan kenal hari ini, kebetulan sewaktu dalam perjalanan pulang, saya melihat gadis muda di halte seperti sedang kesulitan dan sayapun menolongnya. Dan ternyata, gadis muda itu Kiara, adik tuan Adam.” Jawab Alicya sedikit menjelaskan.
Jeremy lalu mengalihkan pandangannya kearah Adam, “Aha. Hey adam, ternyata karena itu kau meminta akses ke Paradise Hills?”
“Iya.” Jawab Adam benar-benar singkat.
“Oh.” sejenak Jeremy terdiam, menyadari ada sedikit hal yang salah.
“Tunggu! Berarti kau datang bertamu ke kediaman nona Alicya yang merupakan cucu tuan Ethan Gerald? mansion VIP dan terlebih lagi mansion tuan Ethan Gerald? yang tidak suka kedatangan tamu, ditambah tanpa janji bertemu terlebih dulu? Sungguh? Wah, kau benar-benar bernyali besar, Adam.” Jeremy menyandarkan punggungnya memikirkan dampak yang akan ia peroleh setelah tau ia memberi izin access pada Adam, terlebih ternyata tempat yang Adam tuju adalah mansion VIP tuan Ethan Gerald.
“Tamat riwayatku! Aku pasti akan dimarahi habis-habisan sama ayah.” Ucap Jeremy dalam hati sambil mengingat wajah marah ayahnya yang menyeramkan sambil bergidik ngeri.
“Aku mau tidak mau harus menjemput Kiara. Kau tenang saja, aku akan membantumu menjelaskan kejadian ini pada paman Alex. Aku akan bertanggung jawab atas ketidak sopananku hari ini.” jelas Adam pada Jeremy, setelah melihat sahabatnya itu terlihat khawatir akibat perbuatan yang ia timbulkan dapat berdampak serius pada Jeremy, lebih tepatnya pada paman Alex, ayah Jeremy.
“Tentu saja kau harus! Kau tahukan bagaimana ayahku kalau sedang marah. Ibuku yang biasanya lebih galak dari ayah saja akan diam kalau ayahku marah besar. Pokoknya kau harus bertanggung jawab Adam. Aku akan menginap dirumahmu malam ini! Titik!” Jeremy sudah memutuskan untuk menginap di rumah Adam untuk menghindari amukan ayahnya.
Adam yang mendengar Jeremy akan menginap dirumahnya menghela nafas kasar, “Rumahku akan sedikit berisik lagi.” Lirihnya.
“Aku benar-benar tidak bisa membayangkan akan semarah apa ayahku nanti. Terlebih ini berkaitan dengan tuan Ethan Gerald ‘yang itu’.” Jeremy masih terlihat gelisah.
“Apa maksud dari kalimat tuan Jeremy? Terlebih Ethan Gerald ‘yang itu’.” Sela Alicya penasaran.
Jeremy sontak menutup rapat mulutnya. “Astaga, Jeremy bodoh. Kau berbicara seperti itu di depan cucu Ethan Gerald, apa kau sudah benar-benar gila?” ucap Jeremy dalam hatinya.
“Em, itu nona, sebenarnya, tuan Ethan sangat terkenal dikalangan pebisnis muda. tuan Ethan sangat mendominasi. Dan ketika berhadapan langsung dengan beliau, akan sangat terasa mengintimidasi.” Jeremy kembali menyambung perkataannya.
Bella yang mendengar itu membantah asumsi Jeremy, “Eihh, kakak pasti bercanda, kakek Ethan tidak semenyeramkan itu. Sejak aku bersahabat dengan Alicya, kakek Ethan sangat baik padaku, dia bahkan memperbolehkanku memanggilnya kakek juga. Dia selalu tersenyum jika aku bertemu dengannya.”
“Itu bagimu Bella, aku pernah bertemu sekali dengannya, dan mata kami tidak sengaja bertatapan, dengan tatapan saja aku sudah sangat merasa tertekan.” Jelas jeremy.
“Apalagi jika beliau menghadiri event pertemuan pebisnis dan duduk satu meja bersama tuan Anthony dan tuan Jason, mereka akan sangat mendominasi acara tersebut. Semua pandangan akan berfokus pada ketiga raja bisnis yang sudah diakui di dunia bisnis itu. Sangat berkuasa sekaligus menakjubkan secara bersamaan.” Sambung Jeremy lagi.
Handphone Alicya tiba-tiba berdering, muncul nama “Kiara” menandakan kalau yang mendialnya adalah Kiara. Alicya bergegas menjawab panggilan itu.
“Halo, Kiara,” Alicya memuliai pembicaraan.
Adam yang mendengar nama Kiara mengalihkan pandangannya menuju Alicya yang sedang berbicara dengan orang yang menelponnya.
“Halo kak Alicya. Emm, kakak tidak sedang istirahatkan? Apa aku mengganggu waktu kakak?” tanya Kiara.
“Haha tidak, Tidak sama sekali Kiara.” Alicya entah mengapa selalu tersenyum jika teringat akan Kiara yang sangat hati-hati jika berbicara dengannya.
“Ahh, aku juga sedang bersama tuan Ad-” Alicya yang ingin mengatakan kalau ia sedang makan bersama Adam, justru ditahan oleh Adam. Adam tanpa sadar menyentuh pergelangan Alicya, sembari menggeleng pelan tanda meminta Alicya untuk tidak mengatakan bahwa dia sedang bersama Alicya sekarang.
Alicya yang mengerti akan hal itu hanya mengangguk, “Oh iya, Ada apa Kiara? Kamu tidak tidur?” tanya Alicya pada Kiara.
“A- aku tidak bisa tidur kak,” Alicya mengulas senyum mendengar penuturan Kiara.
Namun kalimat Kiara selanjutnya sukses membuat hatinya entah mengapa terasa hangat, “Aku tidak sabar bertemu dan makan siang bersama kak Alicya besok.” Membayangkan dirinya dan Alicya akan menghabiskan waktu bersama benar-benar membuatnya sangat senang, dia bahkan berguling-guling di atas ranjangnya hanya karena Alicya langsung mengangkat telepon darinya.
“Aku juga tidak sabar ingin segera bertemu denganmu Kiara. Besok pasti akan sangat menyenangkan.” Alicya juga tidak kalah antusias untuk pertemuan esok hari.
Adam tidak menyangka bahwa adiknya yang pendiam itu akan terbuka dengan orang yang baru ia temui. Alicya pun dengan senang menerima keberadaan Kiara di sekitarnya. Hatinya merasa sedikit tenang.
“Ya sudah yah, kamu tidur sekarang. Siapkan tenagamu untuk besok, kita akan bersenang-senang. Selamat tidur Kiara.” Ucap Alicya lembut.
“Oke kak, have a good time yah.” Kiara menutup sambungan telfonnya.
“Maaf nona Alicya, Kiara lagi-lagi mengganggumu.” Ucap Adam tiba-tiba setelah melihat Alicya selesai berbicara dengan Kiara.
“Tidak tuan Adam, saya tidak merasa seperti itu, saya justru senang, seperti memiliki adik perempuan.” Ucap alicya sembari tersenyum.
Adam tidak lagi membantah yang Alicya katakan, ia hanya menatap lekat pada Alicya yang sedang asik berbicara dengan Bella. Entahlah, semenjak mengenal Alicya, ada sudut di dalam hatinya yang entah sejak kapan mulai terasa hangat kembali.
“Nona Alicya, saya dengar anda mengambil jurusan bisnis di XX University dan lulus dengan nilai yang sangat bagus, apa itu benar?” Tanya Jeremy penasaran.
“Itu benar kak, Alicya sejak dulu memang sudah sangat pintar, di SMA pun begitu.” Bella menjawab pertanyaan itu dengan sangat antusias.
“Yang aku tanya itu nona Alicya, bukan kamu Bella!” Jeremy benar-benar tidak habis pikir dengan sikap adik sepupunya ini.
“Bagian universitas memang benar, tapi tentang nilai, nampaknya informasi itu sepertinya sangat berlebihan tuan Jeremy.” Jawab Alicya.
“Jangan tersenyum seperti itu pada orang lain, Alicya!” ucapnya dalam hati. Entah kenapa Adam tidak suka melihat Alicya tersenyum ramah pada pria lain, bahkan Jeremy sekalipun.
“Permisi tuan dan nona, makanan anda telah tiba.” Ucap manager restaurant yang melayani langsung meja pemilik Emerald Club House tempat restaurant ini berada.
Diatas meja sudah terhidang dengan rapi makanan-makanan terbaik. Mulai dari Wagyu Beef Steak, Lobster Bisque, dan lainnya.
“Selamat menikmati hidangan anda tuan dan nona.” Setelah menghidangkan makanan, manager serta waiters meninggalkan meja itu.
Adam dan Alicya memilih Wagyu Beef Steak sebagai hidangan makan malam mereka. Saat Alicya ingin memotong daging steaknya, ia sedikit kesulitan. Adam tiba-tiba mengambil piringnya dan dan menukarnya dengan piring milik Alicya. Alicya yang melihat itu tidak sempat mencegah.
“Kelihatannya anda kesulitan memotong steaknya.” Adam benar-benar hanya mengatakan kalimat pendek itu.
Alicya yang mengerti hanya tersenyum dan mengatakan, “Terima kasih perhatiannya tuan.”
Suasana di antara mereka benar-benar tidak biasa, setidaknya itu yang dapat terlihat oleh Bella dan Jeremy yang memperhatikan mereka.
Setelah menikmatin makan malam, dan karena malam semakin larut, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang.
“Alicya, sore besok aku akan kerumahmu, sudah lama tidak menginap di sana. Malas juga sendirian di apartement, boleh yah?” tanya Bella ketika berjalan meninggalkan restaurant.
“Biasanya juga kamu langsung datang ke rumah, bahkan beberapa kali aku menemukanmu sudah terlelap di ranjangku. Ini kok pakai izin segala?” Ucap Alicya sambil merangkul lengan sahabatnya itu.
“Haha, benar juga. Rumahmukan rumahku juga.” Bella tersenyum memandangi Alicya. “Aku beruntung bersahabat denganmu Alicya. Kamu baik, menerimaku sebagai sahabatmu, disaat orang lain menjuah dariku.” Senyum Bella terlihat berubah menjadi getir, mengingat masa lalunya yang begitu kelam. Di saat dia berada di bawah, hanya Alicya yang berdiri di sampingnya, dan terus merangkulnya sama seperti saat ini.
Tidak jauh di depan mereka, berdiri Adam dan Jeremy yang terlihat sedikit kebingungan.
“Ada apa kak?” tanya Bella pada Jeremy.
“Mobil Adam bannya bermasalah Bel.” Jawab Jeremy.
Mata Adam terlihat gelap, terlihat bahwa ia sedang berusaha menahan emosinya.
Alicya berjalan mendekati Adam, Jeremy yang paham bagaimana tingkat emosi Adam khawatir pada Alicya. “Kacau kalau Adam malah menuangkan emosinya pada Alicya. Adam jangan melakukan hal yang akan merugikan mu.” Teriak Jeremy dalam hatinya.
Alicya dengan ragu menepuk pundak Adam. Baru saja Adam akan meninggikan suaranya setelah melihat siapa yang menepuk pundaknya, Adam kembali menahan amarahnya. “Jika tiak masalah, anda bisa ikut di mobil saya.”
“Maaf merepotkan nona Alicya.” Kata Adam pada Alicya yang berdiri di sampingnya.
“Tidak apa-apa tuan, saya senang bisa membantu anda.” Jawab Alicya sembari tersenyum.
Setelah selesai menelpon Aron untuk mengurus mobilnya, Adam berjalan mendekati Alicya yang berdiri di dekat mobilnya. Alicya terlihat bingung ketika Adam mengulurkan tangannya.
Adam yang tidak kunjung mendapat respon, membuka suara, “Tidak mungkinkan nona Alicya yang menyupiri saya?”.
Alicya yang tersadar, segera memberi kunci mobilnya pada Adam, “Alicya, kenapa kamu bodoh sekali? Bikin malu saja.” Alicya merutuki dirinya yang menganggap uluran tangan Adam berarti ingin menggenggam tangannya. Dia malu dengan imajinasi di otaknya itu.
Dalam perjalanan, tidak ada satupun dari Adam dan Alicya yang berbicara. Hening. Adam yang tidak tahan dengan suasana awkward, mecoba memulai percakapan.
“Saya dengar anda akan menghabiskan waktu bersama Kiara besok siang.” Ungkap adam memulai percakapan.
“Ah, iya tuan Adam. Saya sudah berjanji untuk makan siang bersama Kiara esok hari. Selain itu,” Alicya sedikit ragu mengutarakan keinginannya. “Apa boleh, besok Kiara menginap di rumah saya tuan Adam?” ucap Alicya akhirnya.
Adam yang mendengar itu mengalihkan pandangan matanya sejenak ke arah Alicya, Alicya yang merasahkan itu entah kenapa menjadi gugup. “Mengingat temperament tuan Adam menyangkut soal adiknya, apa dia akan mengizinkan?” tanyanya dalam hati.
“Apa ini ide atau permintaan Kiara untuk menginap di rumah anda nona Alicya?” tanya Adam pada Alicya dengan nada suara yang sedikit dingin.
“Tidak tuan, saya yang berinisiatif untuk mengajaknya menginap di rumah saya, saya merasa senang ketika berbicara dengan Kiara. Jika anda tidak mengizinkan maka,” belum Alicya menyelesaikan kalimatnya, Adam terlebih dulu berbicara.
“Sekali lagi maaf sudah membuat anda kesulitan. Kiara masih terlalu muda, sifat kekanakannya terkadang masih terlalu berlebihan. Dan juga, anda bisa memanggil saya dengan nama, tanpa embel-embel tuan. Anda juga bisa menggunakan kamu atau aku. saya rasa itu terlalu formal di usia yang hampir sama, untuk kita menggunakan tuan atau nona.” Ucap Adam dengan nada suara yang kembali rendah seperti biasanya.
“B-baiklah tu-, eh A-adam.” Ucap Alicya terbatah. Entah apa yang membuatnya gugup seperti itu, padahal hanya sekedar menyebut nama Adam saja.
Beberapa saat kemudian, Alicya merasa sedikit heran, “Bukankah ini jalan ke rumah?” ucapnya dalam hati.
“Adam, bukankah ini jalan menuju rumahku? Lalu bagaimana kamu akan pulang nantinya?” tanya Alicya pada Adam yang masih fokus dalam menyetir.
“Tidak mungkinkan aku membiarkanmu menyetir sendiri di malam hari. Aku sudah menyuruh sekretarisku untuk menjemputku rumahmu.” Jelas Adam.
“Te-tentu saja.” Jawab Alicya singkat. “Ada apa denganmu sebenarnya Alicya? Kenapa kamu bisa gugup untuk hal-hal kecil seperti, dia menginginkan panggilan dengan nama, dan juga perhatian kecil seperti tidak membiarkanmu menyetir sendirian dimalam hari. Tenangkan dirimu!”
Setelah percakapan singkat itu, mereka kembali tenggelam dalam pikiran masing-masing. Adam yang baru menyadari hal yang tidak biasa yang terjadi di dirinya, serta Alicya yang berusaha meredahkan degup kencang jantungnya.
Tidak lama setelah itu, mereka telah sampai di halaman depan rumahnya. Mereka berdua menunggu kedatangan Aron dalam mobil.
“Aku ingin mengajaknya untuk menunggu didalam rumah, tapi malam sudah sangat larut, tapi menunggu berdua di dalam mobil seperti ini benar-benar sangat tidak nyaman. Canggung sekali rasanya.” Setelah berpikir keras, Alicya memilih untuk memejamkan matanya. Tanpa ia sadari ia terlelap.
Adam yang diam-diam sedikit melirik ke arah Alicya menyadari bahwa wanita itu tanpa sadar terlelap. “Apa dia sama sekali tidak memiliki rasa waspada sama sekali? Bagaimna bisa ia tertidur saat sedang bersama orang asing, terlebih lagi orang asing itu seorang pria.” Ucap Adam dalam hati.
Adam memperhatikan setiap detail yang ada pada diri Alicya. Mata bulat indah yang tengah terpejam, hidung mancung kecil menambah kesan manis, dan bibir bawah tebal yang memberi kesan sexy. Adam melihat ada anak rambut yang terlihat mengganggu di wajah Alicya, ia mengulurkan tangan untuk menyingkirkan anak rambut itu. Dengan hati-hati ia menyentuh pipi Alicya.
“Lembut dan sedikit, kenyal.” Adam yang menyadari ketidak sopanannya, segera menarik tangannya. Alicya yang mungkin merasakan pipinya yang disentuh itu membuka matanya, dan bersamaan dengan itu, Aron juga sudah tiba untuk menjemput Adam.
“Astaga, apa aku tertidur?” Alicya lagi-lagi merutuki dirinya yang semberono. “Apa sekretaris sudah sampai?” ucap Alicya yang melihat mobil Adam yang dikendarai Aron, sekretaris Adam.
“Hmm. Masuklah, aku akan segera pergi setelah melihatmu masuk kedalam rumah. Dan terima kasih atas bantuanmu Alicya. Hari ini, baik aku maupun Kiara sudah banyak mendapat bantuanmu.” Ucap Adam setelah keluar dari mobil.
“Tidak perlu sungkan seperti itu padaku, selama masih bisa membantu, kenapa tidak?” Balas Alicya sembari tersenyum pada Adam.
“Kalau begitu aku masuk. Hati-hati di jalan Adam.” Ucap Alicya sembari berjalan meninggalkan Adam. Setelah berada di depan pintu, Alicya berbalik sambil melambaikan tangan.
“Kau benar-benar bisa membuatku merasakan kembali apa itu kehangatan, Alicya.” Ucap Adam yang terus memandang lekat wanita itu memasuki rumahnya.
Segera setelah Alicya menghilang dari pandangannya, Adam masuk ke mobilnya dan pergi dengan perasaan yang sulit di jelaskan.
Pagi hari ini, Kiara nampak bersemangat sekali. Terlihat jelas dari nyanyian-nyanyian kecil yang ia senandungkan. Baju dress bercorak bunga-bunga, sepatu flatshoes yang senada, dan jangan lupa bandana pelengkap kesan manis yang bertengger di atas kepalanya. Adam yang memperhatikan adiknya sedari tadi tahu apa yang membuat adiknya sebahagia itu, "Kau kelihatan sangat bahagia hari ini, Kia." Ucap Adam pada Kiara. "Hehehe, apakah terlihat jelas kak?" "Sangat terlihat jelas di wajahmu yang berseri-seri itu." Jawab Adam sembari menyeruput kopi hitamnya. "Oh iya, Semalam Alicya meminta izin untuk membawamu ke rumahnya hari ini, dan aku mengizinkannya. Tapi ingat satu hal, jangan membuatnya kesulitan karenamu." Sambung Adam lagi. Kiara yang mendengar itu, ternganga tak percaya, "Benarkah kak? Kiara boleh main ke rumah kak Alicya?" tanya Kiara sangat bersemangat. Dan Adam menganggukan kepalanya tanda mengiyakan. "Eh tapi, ken
“Hujan cukup deras juga yah pak, berbeda dengan apa yang diberitakan pagi ini.” Ucapnya seraya melihat pada jendela kaca mobil memperhatikan rintik hujan. Alicya Anastasya Gerald, wanita muda berumur 26 tahun, salah satu nona muda keluarga berpengaruh, sekaligus cucu tuan Ethan Gerald, Presiden Direktur sekaligus pemilik Emperor Group yang terkenal kemampuannya dalam dunia bisnis. “Iya nona. Pagi tadi, saat saya sedang menonton berita pagi dan berita cuara bersama mang Ujang, katanya hari ini cerah berawan nona.” jawab pak Hadi, supir pribadi Alicya. “Jalannya pelan-pelan saja yah pak, banyak genangan air di jalan.” “Baik nona.” “Istri dan anak pak Hadi sehat?” tanya Alicya memecah keheningan. “Istri dan anak saya sehat-sehat nona.” Timpal pak Hadi dengan cepat. “Lalu bagaimana dengan kuliah anak bapak, si Satya? Lancar-lancar sajakan pak?” Mendengar pertanyaan itu, dengan semangat dan penuh rasa bangga, pak Ha
Sesampainya dikamar, Alicya mendudukkan Kiara di sofa yang ada kamarnya. “Ayo, masuk aja, jangan sungkan.” Ucap Alicya seiring dia berjalan menuru walk in closetnya untuk menyimpan tas tangannya. Setelah kembali, Alicya duduk di samping gadis itu, “Ah iya, apa aku boleh tau siapa namamu?” tanya Alicya. “Kakak boleh panggil aku Kiara.” Jawab Kiara cepat, walau masih merasa canggung. “Kiara yah, nama yang cantik.” Balas Alicya, Kiara yang mendengar itu pun tersipu malu. Terlihat jelas dari semburat merah di kedua pipinya Kiara mengedarkan pandangannya, “Wah, kamar ini bagus sekali. Bersih dan tertata rapi. Aromanyapun menenankan sama seperti perawakan pemiliknya.” lirih Kiara dalam hati. Alicya tersenyum melihat Kiara mengedarkan pandangan melihat-lihat isi kamarnya, “Kamu mau mandi dulu? Aku sudah menyiapkan air hangat di bathup dan sepertinya sekarang sudah penuh, mandilah dulu sebelum kamu terserang flu.” “T-tapi kak, aku ngak ada ba
Setelah mobil Adam tidak terlihat lagi, Alicya masuk menuju ruang keluarga menghampiri tuan Ethan yang lebih dulu masuk kedalam rumah, “Kakek, kakek kenal dengan kakak Kiara?” tanya Alicya ketika baru saja mendudukan dirinya tepat disamping tuan Ethan.Tuan Ethan menghentikan sejenak kegiatan membaca majalah bisnis yang dipegangnya, “Adam maksudmu?” diliriknya Alicya yang ada disamping kanannya.“Iya kek, tuan Adam. Kakek kenal dengannya?” tanya Alicya lagi.“Hemm, tentu kakek kenal dengannya. Di kalangan pebisnis saat ini, tidak ada yang tidak mengenal Adam. Pria muda berbakat dalam mengelola perusahaan di usia mudanya, mahir bernegosiasi dan mendominasi dunia bisnis tentu saja membuat semua orang tahu siapa Adam.” Jawab kakek Ethan sambil kembali membaca majalah.“Wah, ternyata dia sehebat itu. Tidak heran, auranya saja untuk aku yang baru ditemuinya sudah cukup membuat sedikit terintimidasi. Kiara p
Emerald Club House, tempat di mana Adam dan Jeremy membuat janji bertemu, merupakan salah satu tempat berkumpulnya orang-orang high class. Club malam, restaurant ternama, serta casino juga ada disini. Setelah memarkirkan mobilnya, tanpa mengulur waktu Adam segera menuju restaurant tempat janji temunya bersama Jeremy. “Adam,” Jeremy yang melihat Adam dari kejauhan langsung memanggilnya, dan Adam yang mendengar namanya dipanggil segera menghampiri Jeremy di mejanya. “Bagaimana kabar paman Alex dan bibi Sinta, Jer?” tanya Adam begitu duduk di kursi tepat di depan Jeremy. “Ayah dan ibuku baik-baik saja.” Jeremy menjawab pertanyaan Adam. “Tunggu, hanya itu saja? Kau tidak menanyakan kabarku?” protes Jeremy pada Adam ketika yang ia tanyakan hanya kabar ayah dan ibunya saja. Adam yang mendengar protes kekanakan Jeremy menyunggingkan senyumnya, “Ketika bibirmu itu masih tidak berhenti berbicara, ak
Pagi hari ini, Kiara nampak bersemangat sekali. Terlihat jelas dari nyanyian-nyanyian kecil yang ia senandungkan. Baju dress bercorak bunga-bunga, sepatu flatshoes yang senada, dan jangan lupa bandana pelengkap kesan manis yang bertengger di atas kepalanya. Adam yang memperhatikan adiknya sedari tadi tahu apa yang membuat adiknya sebahagia itu, "Kau kelihatan sangat bahagia hari ini, Kia." Ucap Adam pada Kiara. "Hehehe, apakah terlihat jelas kak?" "Sangat terlihat jelas di wajahmu yang berseri-seri itu." Jawab Adam sembari menyeruput kopi hitamnya. "Oh iya, Semalam Alicya meminta izin untuk membawamu ke rumahnya hari ini, dan aku mengizinkannya. Tapi ingat satu hal, jangan membuatnya kesulitan karenamu." Sambung Adam lagi. Kiara yang mendengar itu, ternganga tak percaya, "Benarkah kak? Kiara boleh main ke rumah kak Alicya?" tanya Kiara sangat bersemangat. Dan Adam menganggukan kepalanya tanda mengiyakan. "Eh tapi, ken
Setelah memesan menu makan malam, Jeremy membuka obrolan untuk menghilangkan sedikit rasa canggung antara Adam dan Alicya, “Oh iya, saya sedikit penasaran bagaimana nona bisa mengenal Adam sebelumnya.” Tanya Jeremy memulai pembicaraan. “Sebenarnya kami baru bertemu dan kenal hari ini, kebetulan sewaktu dalam perjalanan pulang, saya melihat gadis muda di halte seperti sedang kesulitan dan sayapun menolongnya. Dan ternyata, gadis muda itu Kiara, adik tuan Adam.” Jawab Alicya sedikit menjelaskan. Jeremy lalu mengalihkan pandangannya kearah Adam, “Aha. Hey adam, ternyata karena itu kau meminta akses ke Paradise Hills?” “Iya.” Jawab Adam benar-benar singkat. “Oh.” sejenak Jeremy terdiam, menyadari ada sedikit hal yang salah. “Tunggu! Berarti kau datang bertamu ke kediaman nona Alicya yang merupakan cucu tuan Ethan Gerald? mansion VIP dan terlebih lagi mansion tuan Ethan Gerald? yang tidak suka kedatangan tamu, di
Emerald Club House, tempat di mana Adam dan Jeremy membuat janji bertemu, merupakan salah satu tempat berkumpulnya orang-orang high class. Club malam, restaurant ternama, serta casino juga ada disini. Setelah memarkirkan mobilnya, tanpa mengulur waktu Adam segera menuju restaurant tempat janji temunya bersama Jeremy. “Adam,” Jeremy yang melihat Adam dari kejauhan langsung memanggilnya, dan Adam yang mendengar namanya dipanggil segera menghampiri Jeremy di mejanya. “Bagaimana kabar paman Alex dan bibi Sinta, Jer?” tanya Adam begitu duduk di kursi tepat di depan Jeremy. “Ayah dan ibuku baik-baik saja.” Jeremy menjawab pertanyaan Adam. “Tunggu, hanya itu saja? Kau tidak menanyakan kabarku?” protes Jeremy pada Adam ketika yang ia tanyakan hanya kabar ayah dan ibunya saja. Adam yang mendengar protes kekanakan Jeremy menyunggingkan senyumnya, “Ketika bibirmu itu masih tidak berhenti berbicara, ak
Setelah mobil Adam tidak terlihat lagi, Alicya masuk menuju ruang keluarga menghampiri tuan Ethan yang lebih dulu masuk kedalam rumah, “Kakek, kakek kenal dengan kakak Kiara?” tanya Alicya ketika baru saja mendudukan dirinya tepat disamping tuan Ethan.Tuan Ethan menghentikan sejenak kegiatan membaca majalah bisnis yang dipegangnya, “Adam maksudmu?” diliriknya Alicya yang ada disamping kanannya.“Iya kek, tuan Adam. Kakek kenal dengannya?” tanya Alicya lagi.“Hemm, tentu kakek kenal dengannya. Di kalangan pebisnis saat ini, tidak ada yang tidak mengenal Adam. Pria muda berbakat dalam mengelola perusahaan di usia mudanya, mahir bernegosiasi dan mendominasi dunia bisnis tentu saja membuat semua orang tahu siapa Adam.” Jawab kakek Ethan sambil kembali membaca majalah.“Wah, ternyata dia sehebat itu. Tidak heran, auranya saja untuk aku yang baru ditemuinya sudah cukup membuat sedikit terintimidasi. Kiara p
Sesampainya dikamar, Alicya mendudukkan Kiara di sofa yang ada kamarnya. “Ayo, masuk aja, jangan sungkan.” Ucap Alicya seiring dia berjalan menuru walk in closetnya untuk menyimpan tas tangannya. Setelah kembali, Alicya duduk di samping gadis itu, “Ah iya, apa aku boleh tau siapa namamu?” tanya Alicya. “Kakak boleh panggil aku Kiara.” Jawab Kiara cepat, walau masih merasa canggung. “Kiara yah, nama yang cantik.” Balas Alicya, Kiara yang mendengar itu pun tersipu malu. Terlihat jelas dari semburat merah di kedua pipinya Kiara mengedarkan pandangannya, “Wah, kamar ini bagus sekali. Bersih dan tertata rapi. Aromanyapun menenankan sama seperti perawakan pemiliknya.” lirih Kiara dalam hati. Alicya tersenyum melihat Kiara mengedarkan pandangan melihat-lihat isi kamarnya, “Kamu mau mandi dulu? Aku sudah menyiapkan air hangat di bathup dan sepertinya sekarang sudah penuh, mandilah dulu sebelum kamu terserang flu.” “T-tapi kak, aku ngak ada ba
“Hujan cukup deras juga yah pak, berbeda dengan apa yang diberitakan pagi ini.” Ucapnya seraya melihat pada jendela kaca mobil memperhatikan rintik hujan. Alicya Anastasya Gerald, wanita muda berumur 26 tahun, salah satu nona muda keluarga berpengaruh, sekaligus cucu tuan Ethan Gerald, Presiden Direktur sekaligus pemilik Emperor Group yang terkenal kemampuannya dalam dunia bisnis. “Iya nona. Pagi tadi, saat saya sedang menonton berita pagi dan berita cuara bersama mang Ujang, katanya hari ini cerah berawan nona.” jawab pak Hadi, supir pribadi Alicya. “Jalannya pelan-pelan saja yah pak, banyak genangan air di jalan.” “Baik nona.” “Istri dan anak pak Hadi sehat?” tanya Alicya memecah keheningan. “Istri dan anak saya sehat-sehat nona.” Timpal pak Hadi dengan cepat. “Lalu bagaimana dengan kuliah anak bapak, si Satya? Lancar-lancar sajakan pak?” Mendengar pertanyaan itu, dengan semangat dan penuh rasa bangga, pak Ha