Bagai pintu ke mana saja, Venus yang datang bersama tiga anggota Fantasy Club telah tiba di sekitar kawasan Menteng menggunakan kemampuan Venus. Mereka bisa tiba dalam waktu singkat berkat itu. Tidak perlu repot naik kendaraan dan bisa menghemat waktu pula. Beruntung jika ada lelaki itu bersama mereka.
Memimpin jalan, Venus berada di barisan depan sambil melangkahkan kaki di tepi jalan pemukiman. Dia mencoba membaca arah dari sistem navigasi yang ada di ponsel―sesuai dengan alamat yang dikirim Sagara melalui pesan chatting. Sedangkan Irene, Jingga dan Jeslyn mengekor di belakang dengan wajah waspada dan siap sedia bertindak jika dibutuhkan.
Seperti yang dikatakan pria itu, memang benar jika kawasan ini merupakan kawasan padat penduduk. Masuk perumahan saja, mereka sudah disambut dengan warga yang lalu-lalang di jalan mengendarai motor dan memadati kawasan dengan beragam aktivitas. Pria itu tidak pernah berdusta.
Maka sepanjang jalan, mereka menyapa para
Berkumpul di rumah Sagara, sudah ada beberapa kepala yang duduk di ruang utama. Venus, Jingga, Irene dan Jeslyn adalah orang pertama yang tiba di rumah mewah tersebut. Semua itu berkat kemampuan Venus yang mampu pergi ke suatu tempat dalam waktu singkat.Sementara itu, anggota yang tersisa masih dalam perjalanan. Mereka harus menggunakan bus kota sebagai transportasi darat. Waktu yang ditempuh tidak akan memakan waktu lama pula karena jaraknya tidak terlalu jauh. Dibandingkan rombongan Venus yang harus pergi ke wilayah lain di Jakarta. Sudah biasa pula bagi warga ibukota negara yang dinobatkan menjadi penduduk terpadat.Berbicara dengan Sagara dan Caraka, Venus yang memimpin kunjungan memberitahukan semua yang terjadi beberapa saat lalu. Termasuk juga berita tentang Orion yang dibawa pergi dengan paksa. Dia juga mengabarkan berita Alden yang mengatakan bahwa tempat persembunyian anggota kelompok jahat itu telah kosong.Selang beberapa saat kemudian, terdengar sa
Menjelang sore, anggota Fantasy Club telah berkumpul di jalan pusat daerah Kuningan. Rencana awalnya, mereka ingin berkumpul lebih dahulu sebelum memulai dengan hal yang telah direncanakan sehari sebelumnya.Sebagai orang yang ditunjuk sebagai pemimpin―oleh Sagara―Irene sengaja mengumpulkan mereka di satu tempat. Supaya tidak berpencar terlalu jauh dan mudah diamati dari jauh pula. Dia ingin memberikan satu atau dua patah kata sebelum menjalankan perintah Sagara dan Caraka.Puan berkulit putih itu menarik napas dalam-dalam sebelum membuka mulut dan bersuara. Ada banyak kata yang akan disampaikannya. “Well, gue harap kita semua bisa kembali dengan selamat dan gak ada yang terluka. Gue harap juga kita bisa nyelesain misi yang diminta. Sebelum itu, yuk kita saling semangatin diri sendiri. Satu! Dua! Tiga!”“Fan....”“Fighting!”“Fight….”Sorakan itu berakhir denga
Mengenai keberadaan pria hoodie hitam yang menghilang, sekarang dia berada di gang sempit. Tidak hanya sendiri, namun bersama Rama dan Jeslyn yang dari jauh sudah kelihatan kalau mereka memiliki relasi yang tidak baik. Tentu saja ada alasan tersendiri mengapa dia diperlakukan seperti itu oleh dua anggota Fantasy Club yang sedang menjalani tugas dari Sagara.Rama menahan tangan pria tersebut dan menyudutkannya di depan tembok. Sementara itu, Jeslyn memberikan tatapan intimidasi agar dia takut dan menyerah untuk berdusta. Puan rambut pendek itu sengaja memasang tatapan galak dan seperti ingin memakannya hidup-hidup demi bisa mencapai tujuan utama.Sebaliknya, pria hoodie hitam yang ditahan dari tadi hanya bersikap tenang saja. Dia tidak memberontak, tidak pula berteriak melolong minta dilepaskan. Seolah-olah sudah bersedia jika diberi pilihan untuk menyerahkan nyawa.Jeslyn yang bertugas sebagai pemberi pertanyaan memukul tembok. Akibatnya, lapis
Di toko kecil yang menjual pakaian dengan harga murah meriah, Devin berada di sana. Toko yang berlokasi di pusat daerah Kuningan dekat dengan jalan tempat anggota Fantasy Club beraksi dan menculik pria hoodie hitam. Dari situ, dia bisa mengamati situasi yang sedang terjadi jadi dia bisa memberi tahu anggota lain lebih cepat.Alasan dia ke sini sebenarnya ingin mengamati keadaan tepat saat mereka menjalankan tugas. Tetapi dia berpura-pura datang untuk membeli baju agar penjaga toko tidak curiga. Makanya sambil memilah baju yang dipajang, bola matanya beralih ke pinggir jalan. Untungnya tidak ada penjaga yang memergokinya mengintip keadaan.Jika ketahuan aksinya, bisa jatuh harga diri yang sudah dipelihara. Oleh karena itu, dia berusaha menghindari kejadian serupa.Bola matanya kemudian berpindah ke ujung jalan yang memiliki persimpangan empat. Dia mencoba menyipitkan mata agar bisa mengamati dengan lebih jelas. Hanya melihat pemandangan di seberang saja,
Tujuan anggota Fantasy Club bagian selanjutnya adalah di rumah Sagara. Sebenarnya mereka bisa dikatakan terjebak di dalam rumah mewah itu yang sekarang tampak tidak menarik lagi. Suasana saat datang pertama kali dan suasana saat datang beberapa kali terasa tidak sama. Perbedaannya terlalu kentara untuk dilihat dengan mata telanjang.Waktu di luar kini hampir menjelang sore. Mereka sudah terkurung di sini selama lebih kurang tiga jam sejak tugas mereka selesai. Namun tidak dengan Alden, Devin dan Mentari yang menyusul belakangan akibat harus menuntaskan urusan di gang sempit lebih dahulu. Tidak ada lagi yang dilakukan selain menunggu waktu terus berjalan dan tidak ada yang tahu kapan akan berakhir.Tidak hanya mereka, namun kehadiran mereka juga ditambah seorang pria yang mengenakan hoodie hitam sedang terbaring di lantai. Dia seperti ditelantarkan oleh orang yang mengenalnya dengan baik. Tidak ada pula yang berbaik hati memberikannya karpet sebagai alas tubuh.
Bertempat di Menteng, tempat baru persembunyian anggota sindikat kejahatan supranatural adalah kawasan yang jauh dari perumahan. Sama seperti sebelumnya, mereka memilih tempat ini karena mengetahui tidak banyak warga kota metropolitan yang lewat di sekitar dan melihat aktivitas mencurigakan. Jika kawasannya terletak di pemukiman padat penduduk, pasti ada warga yang bertanya-tanya tempat macam apa ini.Sesuai rencana, anggota Fantasy Club telah berkumpul di depan tempat persembunyian kelompok tersebut. Dari luar, tempat ini sangat sepi. Sangat hening sampai mereka mengira kalau mereka salah alamat lagi. Tetapi berkat Jingga melalui kilas masa depan, mereka yakin kalau anggota kelompok itu masih ada. Mungkin memang tempatnya yang sepi karena jauh dari pemukiman.Memimpin jalan, Devin mengajak mereka masuk ke dalam tempat yang lebih bisa dikatakan sebagai gudang kosong. Tidak ada lagi rasa takut yang menghantui. Rasa yang ada sekarang adalah perasaan berani dan ingin sege
Berpindah ke rumah Sagara, anggota Fantasy Club yang kini bersama anggota seniornya bernama Venus dan Orion berkumpul. Mereka duduk di ruang utama mengitari meja tamu. Sebagai empunya rumah, Sagara menyajikan camilan ringan dan manis untuk menemani es sirup merah yang cocok untuk menyegarkan kerongkongan. Mata mereka langsung terpusat pada hidangan di atas meja saat makanan tersebut disajikan.Untuk Jingga, Sagara juga menyajikan air hangat yang sudah diberi mantra. Membawa harapan agar apa yang dialaminya tadi bisa sembuh dalam waktu singkat. Pria itu juga meminta Jingga segera meminum ramuannya agar tenggorokannya membaik.Setelah menyibukkan diri dan menyajikan hidangan yang ada, Sagara duduk di single sofa dan ikut bergabung dengan anggota Fantasy Club. Saat itu, mereka sedang berbicara dengan Orion yang baru kali ini bertemu tatap muka. Mereka juga bertukar informasi pribadi misalnya bertukar nama. Pembicaraan itu semakin menghanyutkan dunia selagi menung
Mulai dari hari ini, Orion sebentar lagi akan menyampaikan salam perpisahan kepada Sagara dan Caraka. Dia juga menyampaikan hal yang sama kepada Venus dan mengungkapkan rasa terima kasihnya selama dia menjadi incaran. Tak lupa pula anggota Fantasy Club. Sesuai rencana yang telah ditetapkan jauh-jauh hari, Orion dijadwalkan akan pindah ke Manado daripada selamanya menetap di Jakarta. Akibat bahaya yang terus mengancam keselamatan dan kedamaian dunia dalam diri, dia harus pergi jauh ke tempat yang tidak bisa ditemukan orang lain. Makanya pagi itu mereka berkumpul di bandara untuk mengantar Orion dan berpisah dengannya. Menggunakan mobil Sagara sebagai tumpangan—sebagian ada yang pergi dengan transportasi darat yang sudah tersedia—satu per satu kepala mulai ikut bergabung. Pesawat akan berangkat sekitar satu setengah jam lagi, jadi mereka masih punya waktu sebelum lepas landas. Selagi menunggu waktu yang akan tiba, empat orang dewasa sedang membicarakan sesuatu.