Alexa menatap pantulan dirinya sekali lagi di depan cermin. Dan cermin kamarnya memberikan penampakan yang cukup memuaskan. Ia mengenakan kemeja putih dan rok span hitam selutut. Sebenarnya rok ini di bawah lutut jika digunakan oleh wanita yang bertinggi badan 150 hingga 160-an sentimeter. Namun karena tingginya adalah 175 sentimeter, rok ini jadi selututnya saja. Tidak masalah. Yang penting penampilannya tetapi rapi dan sopan.Hari ini adalah hari pertamanya mengajar. Dan ia ingin memberi kesan yang baik bagi para anak didiknya. Pengalamannya saat sekolah dulu, para siswa cenderung lebih menyakini apa yang diucapkan oleh gurunya daripada kedua orang tua mereka sendiri. Ia mengatakan hal itu karena dirinya juga termasuk salah satunya. Ia lebih meyakini segala sesuatu yang diucapkan oleh Bu Fauziah, guru SD-nya dulu, dibandingkan dengan ucapan mama atau papanya. Ia yakin, sebagian besar orang-orang juga seperti itu.Alexa mematut dirinya sekali lagi. Setelah merasa penampilannya cukup
Alexa memandang motor Honda Cup 70-nya dengan mata berbinar. Ia sama sekali tidak menyangka, kalau Pak Syamsul, montir yang direkomendasikan Risma ternyata sedahsyat ini. Pak Syamsul mampu merealisasikan semua keinginannya. Lihatlah penampakan motor Honda cup tua ini sekarang. Motor yang tadinya ringkih, kini terlihat seksi dengan bokong bondol ala Japanese style dan gaya street cub."Sesuai dengan yang Mbak Milah mau, garpu depannya saya diperlebar menjadi 14,5 sentimeter. Rangka belakangnya juga sudah saya potong 35 sentimeter dan diperlebar menjadi 12 sentimeter," terang Pak Syamsul. Alexa mengangguk puas. Ia sungguh mengagumi kinerja luar biasa Pak Syamsul."Wah, motor ini sekarang keren banget ya, Pak? Bapak memang hebat." Alexa mengacungkan jempolnya. Pak Syamsul tersenyum malu namun lega. Ia gembira karena pelanggannya puas dengan hasil kerja kerasnya."Ini swing arm belakangnya juga saya perlebar 22 sentimeter agar ban besar ini bisa terpasang sempurna," terang Pak Syamsul la
"Nama saya yang sebenarnya adalah Alexa. Untuk lebih jelasnya, pinjami saya ponsel Bapak. Lebih enak kalau Bapak membaca silsilah keluarga saya di sana." Alexa menadahkan tangan. Meminta Gala menyerahkan ponsel. Tanpa banyak bicara, Gala merogoh saku jaket kulitnya. Mengeluarkan ponsel dan menyerahkannya pada Jamilah eh Alexa."Passwordnya apa ini, Pak?" Alexa tidak bisa membuka ponsel Gala karena tidak mengetahui kata sandinya."120604," sahut Gala singkat. Alexa bersiul. Kata sandi Gala ini adalah rangkaian tanggal, bulan dan tahun. Pasti tanggal, bulan dan tahun itu sangat berarti bagi Gala."Tanggal keramat itu ya, Pak? Tanggal pas jadian sama pacar ya?" goda Alexa kepo."Bukan," Gala menggeleng cepat."Itu adalah tanggal saat saya putus dengan Tiara empat belas tahun yang lalu. Dan di sore hari itu saya berjanji, bahwa mulai besok, saya akan bekerja keras. Saya akan membuktikan bahwa saya juga bisa sukses walaupun saya hanya anak seorang petani.""Gimana... gimana... empat belas
Sudah lima hari ini Alexa mengalami hal yang aneh. Karena ia seperti melihat bayangan Gala ada di mana-mana. Di langit-langit kamar, di papan tulis, di buku pelajaran, bahkan di piring makannya. Alexa curiga, jangan-jangan Gala telah mendukuninya."Milah, sudah bel tuh. Kamu tidak mau mengajar?" Alexa kaget saat sebuah tepukan singgah di bahunya. Ternyata Indah yang membuyarkan lamunannya."Hah? Sudah bel ya? Maaf, aku nggak denger," Alexa meringis. Efek jampi-jampi Gala ternyata dahsyatnya luar biasa. Ia bisa sampai lupa segala. Termasuk tidak mendengar bunyi bel yang suaranya segede gambreng begini."Kamu ini kenapa sih, Milah? Beberapa hari ini aku perhatikan kamu melamun terus. Kamu sakit?" ucap Indah prihatin. Kalau tidak salah hitung, sudah lima hari ini ia merasa tingkah Jamilah berbeda. Jamilah sering termangu dan tidak fokus dalam segala hal. Indah curiga, jangan-jangan Jamilah mulai bosan tinggal di kampung ini, dan merindukan riuh rendah gemerlap ibukota."Nggak, Ndah. Aku
"Dingin... dingin... banget!" Dengan kesadaran yang hilang timbul, Alexa menceracau sembari memeluk dirinya sendiri. Saat ini ia merasa tengah berada di kutub utara dan diajak berjalan-jalan oleh beruang kutub di sana. Padahal kenyataannya ia tengah didudukkan Gala di mobil. Tubuhnya dibalut dengan sebuah jaket tebal pula.Setelah mendudukkan Alexa, Gala menutup pintu mobil sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung harus melakukan apa untuk meredakan rasa dingin Alexa. Ia tahu kalau sesungguhnya pakaian basah Alexa yang terkena pendingin udara mobil lah, yang membuat Alexa menggigil kedinginan. Apalagi jaket tebal yang ia balutkan pada tubuh Alexa, juga sudah setengah basah karena tetesan hujan. Tapi mau bagaimana lagi. Membuka pakaian basah Alexa, ia tidak berani. Mematikan pendingin udara di dalam mobil juga bukan tindakan tepat. Karena perbedaan suhu di luar mobil pasti akan membuat mobil berembun. Akibatnya jarak pandangnya akan terganggu.Setelah mendudukkan
Sudah lama sekali Gala tidak berkelahi. Kalau tidak salah, terakhir kali ia berkelahi adalah saat ia kelas II SMA. Kala itu Bisma, anak pindahan dari ibukota yang kebetulan sekelas dengannya kerap membullynya. Bisma menjulukinya cungpret alias kacung kampret, hanya karena kedua orang tuanya bekerja pada orang tua Bisma. Ayahnya bekerja sebagai buruh cangkul di sawah ayah Bisma. Sementara ibunya buruh cuci gosok di rumah mereka.Gala ingat sekali, kala itu ia menghajar Bisma habis-habisan di samping toilet sekolah. Di tengah sorak sorai dan tepuk tangan penyemangat dari teman-temannya, ia memberi pelajaran tidak terlupakan pada Bisma. Bisma si anak baru itu tidak berkutik. Mungkin Bisma tidak mengira kalau anak orang miskin seperti dirinya sangat mumpuni dalam ilmu bela diri. Bisma tidak tahu saja kalau dirinya adalah atlet andalan padepokan pencak silat Perisai Diri. Ia kerap dikirim mengikuti berbagai Kejurnas pencak silat mewakili padepokannya atau tanah air. Dirinya adalah atlet na
"Tangguh Langit Ramadhan itu nama lokal asli. Sementara Edmundo Serrano Lopez, jelas bau-bau keju. Bagaimana dua nama bertolak belakang itu ada dalam diri satu orang?" tukas Gala heran.Saat ini dirinya dan Xander telah duduk di bale-bale depan rumah. Saling berbincang sembari mengompres lebam di wajah mereka masing-masing dengan es yang dibalut handuk kecil. Sementara Bagus dan Rian telah kembali setelah acara baku hantam mereka usai. Begitu juga dengan Pak Hamid dan Mbok Sari. Keduanya memilih beristirahat di kamar.Berbicara soal kompresan es, Alexa lah yang memberikannya. Ternyata gadis badung itu baik juga. Tidak banyak bicara, tetapi diam-diam memperhatikan kebutuhan mereka berdua. Type perempuan seperti inilah yang disukai Gala. Tidak berisik. Tidak dramatis. Mampu menahan diri dan supportif. Gala sudah merasa sangat cocok dengan kepribadian Alexa. Dalam suatu hubungan, selain cinta, kecocokan serta kesamaan visi dan misi itu mutlak bukan? Bagaimana suatu hubungan bisa langgen
Tangguh melirik dingin laki-laki di samping Alexa. Gaya songongnya ini memang ia sengaja. Saat pertama turun dari mobil tadi, Xander sudah memberinya kode khas laki-laki. Bertahun-tahun bekerja bersama membuat mereka berdua memahami maksud satu dengan lainnya."Anda siapa?" tegur Tangguh dingin. Memindai cengiran Xander, Tangguh makin semangat berakting. Selain ingin sedikit bermain-main, ia juga ingin menguji calon adik ipar Xander ini. Terlepas perasaan yang dimiliki Alexa di masa lalu padanya, sebenarnya ia juga menyayangi Alexa. Menyayangi seperti adik sendiri tentu saja."Saya Jenggala Buana Sagara. Panggil saja saya Gala." Gala menjabat erat sekaligus meremas tangan laki-laki cinta pertama Alexa. Dari tangan kapalan si laki-laki dan juga bekas goresan benda tajam di alis kanannya, Gala paham dengan sendirinya. Xander memang tidak berbohong. Laki-laki ini pasti banyak menghabiskan waktu berbaku hantam di jalanan."Calon suami Alexa, insyaallah." Mendengar akhir kalimat Gala, Ale
Ijab kabul telah usai. Begitu juga perayaan kecil-kecilan yang diselenggarkan oleh keluarganya. Tamu-tamu yang kesemuanya adalah para kerabat dan handai tolan dari kedua belah pihak, juga telah kembali ke rumah masing-masing. Tidak heran mengingat waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam.Alexa yang baru saja masuk ke dalam kamar, bingung bukan kepalang. Bayangkan saja, dirinya yang sama sekali tidak pernah berpacaran, tiba-tiba saja telah sah menjadi seorang istri. Yang mana artinya jiwa dan raganya telah sah untuk bersatu padu dengan suaminya.Saat ini Alexa tengah duduk termenung di meja rias kamarnya. Dengan masih berpakaian kebaya lengkap, Alexa memandang ke seantero kamar. Kamarnya sendiri. Saat ini kamarnya telah disulap menjadi kamar pengantin yang romantis. Ranjang besi yang biasa ia tiduri, kini diberi hiasan kain tile dan bunga di tiap tiangnya. Lampu tidurnya diganti dengan lampu tidur berwarna kuning yang romantis. Dengan taburan bunga mawar di sprei satinnya membua
Ini adalah kali kedua Alexa didandani secara paripurna. Pertama dengan Embun delapan hari yang lalu. Dan kini oleh perias pengantin, yang mendandaninya di hari bahagianya ini. Ya, hari ini dirinya akan menikah dengan Gala. Pernikahan ini hanya pernikahan sederhana. Yang penting sudah ijab kabul dan sah, di mata hukum dan agama seperti keinginan Gala.Sebenarnya kedua belah pihak, baik itu dari pihak keluarga Delacroix Adams mau pun Sagara, sepakat untuk menikahkan mereka berdua paling cepat bulan depan. Hal itu dikarenakan mempersiapkan pernikahan yang megah tentu saja tidak mudah. Salah satunya adalah masalah waktu. Belum lagi urusan dokumen-dokumen, gedung, seserahan dan tetek bengek lainnya. Selain itu kedua orang tua mempelai juga ingin membuat pesta yang meriah. Mengingat Gala adalah anak tunggal, sementara Alexa adalah putri satu-satunya klan Delacroix Adams. Axel ingin membuat pesta besar-besaran, mengingat ini adalah kali terakhirnya membuat hajatan.Namun Gala menolak keras
Suara riuh rendah menyambut kehadiran Gala dan Brandon di atas sasana. Para penonton yang sebagian besar juga petaruh, mulai mengukur-ukur kemampuan dua petarung di atas sasana tiga. Mereka tentu saja tidak mau rugi. Setelah yakin dengan petarung jagoannya, masing-masing petaruh mulai memasang sejumlah uang. Dalam sekejab kubu terbelah menjadi dua bagian. Sebagian menjagokan Gala, dan sebagian lagi mengelu-elukan Brandon. Tidak heran mereka mengelu-elukan Brandon. Mengingat Alcatraz adalah tempat main keluarga besar mereka. Sedari kecil hinggal dewasa, Brandon sudah aktif latihan di sasana ini. Nama Brandon sudah kesohor sebagai jagoan. Tingkatannya setara dengan klan Delacroix Adams, Delacroix Bimantara, Putra Mahameru, dan banyak keluarga petarung lainnya. Sedangkan Gala, tidak ada yang mengenalnya."Kamu mau duduk di mana Lexa? Bersama Abang, papa dan Antonio atau bagaimana?"Suara dari belakangnya berikut tepukan ringan di bahu, menyadarkan Alexa. Xander telah berada di sampingn
Alexa menghitung angka satu sampai sepuluh sebelum membelokkan laju mobil memasuki pintu gerbang Alcatraz. Jika biasanya ia sangat excited setiap kali Alcatraz berpesta, kali ini ia gentar. Mengetahui bahwa salah satu petarung yang akan tampil adalah Gala melawan Brandon, hatinya ketar-ketir. Bagaimana mungkin ia bisa menikmati pertarungan kalau yang tengah berlaga adalah pacarnya? Di mana menang kalah pacarnya akan menjadi penentu kelangsungan hubungan mereka ke depannya. Apakah akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius, atau berpisah untuk selamanya. "Lexa, ini kita mau menonton pertandingan tinju bukan?" Risma yang duduk di samping Alexa, menepuk punggung temannya yang mendadak bengong di sebuah gudang tua."Heh, kamu bilang apa, Ris? Sorry saya agak-agak kehilangan fokus." Alexa meringis. Kekhawatiran membuatnya pikirannya ngeblank. Konsentrasinya ambyar."Saya tanya, tujuan kita mau menonton pertandingan tinju bukan?" Risma mengulangi pertanyaannya."Iya, Ris. 'Kan tadi sudah
"Astaga, rumahmu ini megahnya seperti di sinetron-sinetron ya, Milah?" Risma yang baru saja dipersilakan masuk oleh Mbak Yati ke ruang tamu, terkagum-kagum memandangi seantero rumah Jamilah alias Alexa. Cucu Pak Hamid yang ternyata adalah anak majikan si bapak. Risma sama sekali tidak menyangka, kalau gadis tomboy nan mempesona yang kehadirannya menghebohkan Kampung Pelem sesungguhnya adalah seorang nona muda. Buka nona muda biasa pula. Melainkan nona muda seorang mafia. Benar-benar seperti kisah sinetron bukan?"Bukan rumahku, Ris. Tapi rumah orang tuaku." Alexa nyengir. Ia sangat gembira karena dikunjungi oleh Risma. Di kampung Pelem hanya Indah dan Risma yang berpikiran modern. Dirinya, Indah dan Risma sepaham dan seideologi. Makanya ketiganya menjadi akrab. Jikalau pada akhirnya ia cenderung lebih dekat dengan Risma, itu karena rumah mereka berdekatan. Selain itu Risma juga masih jomblo. Sedangkan Indah telah mempunyai pacar, yaitu Bagus. Jikalau Indah mempunyai waktu luang, ten
"Xel, dari dulu gue nggak setuju dengan hukuman tidak manusiawi yang melibatkan fisik begini." Tegar Putra Mahameru alias Heru menggeleng keras. Ia menentang cara kakak iparnya ini menghukum istri, adik perempuan, anak, keponakan dan calon menantunya. Di mana adik perempuan dan keponakannya adalah Lily dan Abizar. Alias istri dan putranya.Saat ini Raline, Lily, Xander, Abizar, Gala dan Alexa tengah di strap di teras rumah dalam cuaca panas terik. Sementara Cia sudah lebih dulu diamankan Bima. Bima berjanji akan menghukum istrinya dengan kerja bakti sosial selama sebulan penuh. Begitulah Bima, setiap kali memberi hukuman, selalu tidak boleh bertentangan dengan UUD Republik Indonesia. Jiwa seorang pengacara telah mendarah daging didirinya.Kini di rumah klan Delacroix hanya bersisa Raline, Lily, Alexa, Xander, Alexa, Abizar dan Gala. Mereka semua berdiri tegak dalam posisi siap siaga. Beginilah Axel apabila memberi sanksi. Ia tidak pernah pandang bulu. Siapa yang bersalah maka wajib di
Satu jam sebelumnya. "Gimana Ly, udah dapet belum truk pengangkut excavatornya? Inget, lo nggak boleh memakai jasa anak-anak. Ntar ketahuan kakak lo, hancur Minah rencana kita."Raline mondar-mandir di halaman rumah Lily. Adik iparnya itu sibuk menelepon ke sana ke mari setelah Heru meninjau salah satu proyeknya."Udah. Lo tenang aja kakak ipar. Gue udah dapet truk yang bisa ngangkut excavator Kak Axel. Bukan gue sih sebenernya ngusahain. Tapi si Kiran noh yang bergerak. Ntar si Cia juga ikut ke sini bersama truk pengangkut excavatornya. "Lily nyengir. Dalam situasi darurat begitu jiwa detektifnya di Kiran memang teruji. Anak si Cia ini emang jago kalo urusan kucing-kucingan begini. Sekonyong-konyong Lily berteriak gembira memindai sebuah truk besar berisi mesin excavator. Cia sudah tiba rupanya. Sahabatnya itu duduk di samping supir truk."Noh, tuh si Cia nongol. Langsung naik truk lagi. Emang edan ini satu emak-emak hebring." Lily cengengesan melihat Cia melompat turun dari truk d
"Pa, Lexa ikut ya? Masa Papa mau ngerame-ramein musuh Lexa nggak boleh ikut? Mana seru acaranya nanti, Pa? Papa biasanya 'kan butuh tim hore." Alexa menggelayuti lengan papanya yang tengah berbincang-bincang dengan Om Erick dan Tangguh."Iya, Om. Izar juga bisa menjadi tukang pukul cadangan apabila Om Erick tiba-tiba encoknya kumat. Om juga kakinya sedang cedera. Kalau Om cuma mengandalkan Tangguh seorang dikhawatirkan tim kita bisa kalah lo, Om." Abizar ikut merayu Om Axel, setelah mendapat kedipan mata dari Alexa. Mereka berdua kalau sedang dalam misi terselubung seperti ini kekompakan mereka tidak usah diragukan lagi."Encok-encok Om masih mampu melumpuhkan musuh yang menyerangmu bukan, Zar?" balas Erick sewot. Ia paling kesal kalau penyakit encoknya dibawa-bawa. Gala nyengir samar. Ia sama sekali tidak menyangka kalau tangan kanan mafia legend seperti Om Erick bisa sewot juga."Iya deh, Om. Walau sedang encok pun Om Erick tetap sakti mandraguna." Abizar mengacungkan jempol yang di
Gala merasa bulu kuduknya meremang kala berhadap-hadapan dengan Om Axel. Saat ini mereka berdua telah berada di atas ring berwarna merah. Saling berhadapan dan bertelanjang dada."Tidak ada aturan baku dalam pertarungan ini. Semua anggota tubuh boleh kalian digunakan. Namun khusus kamu, Anak Muda. Kaki kananmu dilarang keras untuk menyerang. Kalau kamu memaksa, kamu sendiri yang akan merasakan akibatnya. Mengerti?" Erick memandang dua petarung berbeda generasi di hadapannya."Pertarungan berakhir apabila salah seorang tidak mampu lagi melanjutkan pertarungan alias TKO. Saya akan belajar berhitung satu sampai sepuluh. Apabila yang bersangkutan tidak bisa berdiri lagi, pertarungan dinyatakan selesai. Mengerti?""Mengerti!" sahut Gala dan Axel bersamaan."Bagus. Fight!" Erick membuat gerakan mulai bertarung dengan mengangkat lengannya.Gala dan Alex kini saling memandang. Sama-sama saling menjajaki kekuatan lawan. Sejurus kemudian Gala membuat gerakan kuda-kuda depan. Ia memposisikan kak