"Dingin... dingin... banget!" Dengan kesadaran yang hilang timbul, Alexa menceracau sembari memeluk dirinya sendiri. Saat ini ia merasa tengah berada di kutub utara dan diajak berjalan-jalan oleh beruang kutub di sana. Padahal kenyataannya ia tengah didudukkan Gala di mobil. Tubuhnya dibalut dengan sebuah jaket tebal pula.Setelah mendudukkan Alexa, Gala menutup pintu mobil sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung harus melakukan apa untuk meredakan rasa dingin Alexa. Ia tahu kalau sesungguhnya pakaian basah Alexa yang terkena pendingin udara mobil lah, yang membuat Alexa menggigil kedinginan. Apalagi jaket tebal yang ia balutkan pada tubuh Alexa, juga sudah setengah basah karena tetesan hujan. Tapi mau bagaimana lagi. Membuka pakaian basah Alexa, ia tidak berani. Mematikan pendingin udara di dalam mobil juga bukan tindakan tepat. Karena perbedaan suhu di luar mobil pasti akan membuat mobil berembun. Akibatnya jarak pandangnya akan terganggu.Setelah mendudukkan
Sudah lama sekali Gala tidak berkelahi. Kalau tidak salah, terakhir kali ia berkelahi adalah saat ia kelas II SMA. Kala itu Bisma, anak pindahan dari ibukota yang kebetulan sekelas dengannya kerap membullynya. Bisma menjulukinya cungpret alias kacung kampret, hanya karena kedua orang tuanya bekerja pada orang tua Bisma. Ayahnya bekerja sebagai buruh cangkul di sawah ayah Bisma. Sementara ibunya buruh cuci gosok di rumah mereka.Gala ingat sekali, kala itu ia menghajar Bisma habis-habisan di samping toilet sekolah. Di tengah sorak sorai dan tepuk tangan penyemangat dari teman-temannya, ia memberi pelajaran tidak terlupakan pada Bisma. Bisma si anak baru itu tidak berkutik. Mungkin Bisma tidak mengira kalau anak orang miskin seperti dirinya sangat mumpuni dalam ilmu bela diri. Bisma tidak tahu saja kalau dirinya adalah atlet andalan padepokan pencak silat Perisai Diri. Ia kerap dikirim mengikuti berbagai Kejurnas pencak silat mewakili padepokannya atau tanah air. Dirinya adalah atlet na
"Tangguh Langit Ramadhan itu nama lokal asli. Sementara Edmundo Serrano Lopez, jelas bau-bau keju. Bagaimana dua nama bertolak belakang itu ada dalam diri satu orang?" tukas Gala heran.Saat ini dirinya dan Xander telah duduk di bale-bale depan rumah. Saling berbincang sembari mengompres lebam di wajah mereka masing-masing dengan es yang dibalut handuk kecil. Sementara Bagus dan Rian telah kembali setelah acara baku hantam mereka usai. Begitu juga dengan Pak Hamid dan Mbok Sari. Keduanya memilih beristirahat di kamar.Berbicara soal kompresan es, Alexa lah yang memberikannya. Ternyata gadis badung itu baik juga. Tidak banyak bicara, tetapi diam-diam memperhatikan kebutuhan mereka berdua. Type perempuan seperti inilah yang disukai Gala. Tidak berisik. Tidak dramatis. Mampu menahan diri dan supportif. Gala sudah merasa sangat cocok dengan kepribadian Alexa. Dalam suatu hubungan, selain cinta, kecocokan serta kesamaan visi dan misi itu mutlak bukan? Bagaimana suatu hubungan bisa langgen
Tangguh melirik dingin laki-laki di samping Alexa. Gaya songongnya ini memang ia sengaja. Saat pertama turun dari mobil tadi, Xander sudah memberinya kode khas laki-laki. Bertahun-tahun bekerja bersama membuat mereka berdua memahami maksud satu dengan lainnya."Anda siapa?" tegur Tangguh dingin. Memindai cengiran Xander, Tangguh makin semangat berakting. Selain ingin sedikit bermain-main, ia juga ingin menguji calon adik ipar Xander ini. Terlepas perasaan yang dimiliki Alexa di masa lalu padanya, sebenarnya ia juga menyayangi Alexa. Menyayangi seperti adik sendiri tentu saja."Saya Jenggala Buana Sagara. Panggil saja saya Gala." Gala menjabat erat sekaligus meremas tangan laki-laki cinta pertama Alexa. Dari tangan kapalan si laki-laki dan juga bekas goresan benda tajam di alis kanannya, Gala paham dengan sendirinya. Xander memang tidak berbohong. Laki-laki ini pasti banyak menghabiskan waktu berbaku hantam di jalanan."Calon suami Alexa, insyaallah." Mendengar akhir kalimat Gala, Ale
"Ayah musuhan dengan ibu sejak ayah membawa Tante Wisni pulang. Kata ayah, mulai sekarang Tante Wisni adalah adalah ibu saya juga. Setelah itu ibu pulang ke rumah si mbah, dan tidak pernah kembali lagi. Waktu itu saya masih kelas dua SD," adu Dirga dengan mata memerah.Ingatan akan kejadian di mana ia menyaksikan ibunya menangis sembari menyusun pakaian-pakaiannya ke dalam tas besar, kini kembali terbayang di benaknya. Dalam keadaan menangis pula, ibunya mencium kedua pipinya. Berpesan bahwa ia harus rajin belajar, serta menghormati ayahnya, neneknya dan juga Tante Wisni. Ibunya berjanji kalau ibunya sudah memiliki uang banyak, mereka pasti akan berkumpul kembali. Oleh karena itulah ia selalu membantu ibunya berjualan. Agar uang ibunya lebih cepat banyak tentu saja.Alexa refleks menggenggam tangan mungil Dirga di atas meja. Alexa tahu kalau Dirga adalah type anak laki-laki yang keras. Ia tidak suka dikasihani. Harga diri Dirga mengingatkannya akan dirinya sendiri. Oleh karenanya Ale
Malam semakin larut. Alexa melarikan motornya sedikit lebih kencang. Sedari sore menghadiri rapat Karang Taruna Nusantara Jaya di balai desa, membuatnya lelah dan mengantuk. Namun ia sangat puas akan hasil rapat tadi. Sofyan, sang ketua Karang Taruna menyetujui proposalnya.Sudah seminggu ini dirinya beserta Indah dan Risma, mengajukan permintaan khusus pada Sofyan. Mereka ingin mengadakan pertemuan rutin seminggu sekali bagi para wanita, khususnya para ibu-ibu rumah tangga. Dalam pertemuan itu rencananya mereka akan mengajarkan berbagai keterampilan pada ibu-ibu rumah tangga tersebut. Misalnya belajar menjahit, membuat kue-kue, memasak dan berbagai keterampilan lainnya. Diharapkan dengan memiliki berbagai keterampilan, ibu-ibu ini bisa berswadaya di rumah. Misalnya dengan menerima menjahit pakaian, membuat kue-kue dan lainnya. Dengan demikian para ibu-ibu bisa meningkatkan perekonomiannya, walau berada di dalam rumah.Selain itu akan diadakan juga seminar-seminar untuk lebih membuk
Brandon memindai Alexa dari sudut mata. Si tomboy itu terlihat pasrah dalam dekapan si laki-laki kekar gila itu. Dirinya tidak buta. kekhawatiran Alexa terhadap laki-laki itu sangat nyata. Alexa juga tampak nyaman sekali dipelukannya. Seolah-olah wajar saja ia berada di sana. Padahal biasanya, Alexa paling anti berdekatan dengan laki-laki asing. Fixed, Alexa menyukai laki-laki bengis ini."Lo belum menjadi milik siapa pun, Dek. Oleh karenanya perlakukan semua kandidat dengan sikap yang sama. Gue yakin. Jikalau Om Axel ada di sini, beliau juga akan mengatakan hal yang sama. Om Axel itu orangnya selain berkomitmen, juga adil. Penyandang nama besar Delacroix Adams sudah pasti bukan kaleng-kaleng." Brandon menunjuk wajah Alexa, setelah ia melepaskan diri dari pegangan empat orang laki-laki yang memisah perkelahiannya.Setelah melihat bahasa tubuh Alexa pada laki-laki keparat itu, Brandon segera mengubah strategi. Ia telah menyadari ke arah mana hati Alexa condong. Jadi tidak ada gunanya k
"Ngapain saya mengobati Brandon? Dia bisa mengobati dirinya sendiri. Di dalam mobilnya lengkap dengan peralatan P3K. Lah, tenda saja tetap dia bawa." Alexa mencoba mendinginkan suasana. Ia sengaja tidak menyambar umpan yang disebarkan oleh Gala. Ia pura-pura tidak tahu saja maksud yang tersirat dalam kalimatnya."Mengenai peralatan P3K, Saya punya kok, Pak. Lengkap. Saya sudah terbiasa membawa kotak P3K ke manapun saya pergi. Sudah menjadi peraturan tidak tertulis di keluarga saya, bahwa kotak P3K itu sama pentingnya seperti KTP. Harus ada di mana pun dan kapan pun." Alexa mencoba mengurai ketegangan dengan mencoba bercanda. Namun Gala sama sekali tidak merespon candaannya. Air mukanya tetap muram, dengan bibir membentuk garis lurus. Laki-laki kalau cemburu aleman juga rupanya, elah.Karena Gala tidak merespon, Alexa menghampiri motornya. Ia memutuskan akan tetap mengobati Gala, walau Gala cembetut saja. Biar sajalah. Namanya juga orang lagi cemburu. Cemburu kan tandanya cinta? Eak.
Ijab kabul telah usai. Begitu juga perayaan kecil-kecilan yang diselenggarkan oleh keluarganya. Tamu-tamu yang kesemuanya adalah para kerabat dan handai tolan dari kedua belah pihak, juga telah kembali ke rumah masing-masing. Tidak heran mengingat waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam.Alexa yang baru saja masuk ke dalam kamar, bingung bukan kepalang. Bayangkan saja, dirinya yang sama sekali tidak pernah berpacaran, tiba-tiba saja telah sah menjadi seorang istri. Yang mana artinya jiwa dan raganya telah sah untuk bersatu padu dengan suaminya.Saat ini Alexa tengah duduk termenung di meja rias kamarnya. Dengan masih berpakaian kebaya lengkap, Alexa memandang ke seantero kamar. Kamarnya sendiri. Saat ini kamarnya telah disulap menjadi kamar pengantin yang romantis. Ranjang besi yang biasa ia tiduri, kini diberi hiasan kain tile dan bunga di tiap tiangnya. Lampu tidurnya diganti dengan lampu tidur berwarna kuning yang romantis. Dengan taburan bunga mawar di sprei satinnya membua
Ini adalah kali kedua Alexa didandani secara paripurna. Pertama dengan Embun delapan hari yang lalu. Dan kini oleh perias pengantin, yang mendandaninya di hari bahagianya ini. Ya, hari ini dirinya akan menikah dengan Gala. Pernikahan ini hanya pernikahan sederhana. Yang penting sudah ijab kabul dan sah, di mata hukum dan agama seperti keinginan Gala.Sebenarnya kedua belah pihak, baik itu dari pihak keluarga Delacroix Adams mau pun Sagara, sepakat untuk menikahkan mereka berdua paling cepat bulan depan. Hal itu dikarenakan mempersiapkan pernikahan yang megah tentu saja tidak mudah. Salah satunya adalah masalah waktu. Belum lagi urusan dokumen-dokumen, gedung, seserahan dan tetek bengek lainnya. Selain itu kedua orang tua mempelai juga ingin membuat pesta yang meriah. Mengingat Gala adalah anak tunggal, sementara Alexa adalah putri satu-satunya klan Delacroix Adams. Axel ingin membuat pesta besar-besaran, mengingat ini adalah kali terakhirnya membuat hajatan.Namun Gala menolak keras
Suara riuh rendah menyambut kehadiran Gala dan Brandon di atas sasana. Para penonton yang sebagian besar juga petaruh, mulai mengukur-ukur kemampuan dua petarung di atas sasana tiga. Mereka tentu saja tidak mau rugi. Setelah yakin dengan petarung jagoannya, masing-masing petaruh mulai memasang sejumlah uang. Dalam sekejab kubu terbelah menjadi dua bagian. Sebagian menjagokan Gala, dan sebagian lagi mengelu-elukan Brandon. Tidak heran mereka mengelu-elukan Brandon. Mengingat Alcatraz adalah tempat main keluarga besar mereka. Sedari kecil hinggal dewasa, Brandon sudah aktif latihan di sasana ini. Nama Brandon sudah kesohor sebagai jagoan. Tingkatannya setara dengan klan Delacroix Adams, Delacroix Bimantara, Putra Mahameru, dan banyak keluarga petarung lainnya. Sedangkan Gala, tidak ada yang mengenalnya."Kamu mau duduk di mana Lexa? Bersama Abang, papa dan Antonio atau bagaimana?"Suara dari belakangnya berikut tepukan ringan di bahu, menyadarkan Alexa. Xander telah berada di sampingn
Alexa menghitung angka satu sampai sepuluh sebelum membelokkan laju mobil memasuki pintu gerbang Alcatraz. Jika biasanya ia sangat excited setiap kali Alcatraz berpesta, kali ini ia gentar. Mengetahui bahwa salah satu petarung yang akan tampil adalah Gala melawan Brandon, hatinya ketar-ketir. Bagaimana mungkin ia bisa menikmati pertarungan kalau yang tengah berlaga adalah pacarnya? Di mana menang kalah pacarnya akan menjadi penentu kelangsungan hubungan mereka ke depannya. Apakah akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius, atau berpisah untuk selamanya. "Lexa, ini kita mau menonton pertandingan tinju bukan?" Risma yang duduk di samping Alexa, menepuk punggung temannya yang mendadak bengong di sebuah gudang tua."Heh, kamu bilang apa, Ris? Sorry saya agak-agak kehilangan fokus." Alexa meringis. Kekhawatiran membuatnya pikirannya ngeblank. Konsentrasinya ambyar."Saya tanya, tujuan kita mau menonton pertandingan tinju bukan?" Risma mengulangi pertanyaannya."Iya, Ris. 'Kan tadi sudah
"Astaga, rumahmu ini megahnya seperti di sinetron-sinetron ya, Milah?" Risma yang baru saja dipersilakan masuk oleh Mbak Yati ke ruang tamu, terkagum-kagum memandangi seantero rumah Jamilah alias Alexa. Cucu Pak Hamid yang ternyata adalah anak majikan si bapak. Risma sama sekali tidak menyangka, kalau gadis tomboy nan mempesona yang kehadirannya menghebohkan Kampung Pelem sesungguhnya adalah seorang nona muda. Buka nona muda biasa pula. Melainkan nona muda seorang mafia. Benar-benar seperti kisah sinetron bukan?"Bukan rumahku, Ris. Tapi rumah orang tuaku." Alexa nyengir. Ia sangat gembira karena dikunjungi oleh Risma. Di kampung Pelem hanya Indah dan Risma yang berpikiran modern. Dirinya, Indah dan Risma sepaham dan seideologi. Makanya ketiganya menjadi akrab. Jikalau pada akhirnya ia cenderung lebih dekat dengan Risma, itu karena rumah mereka berdekatan. Selain itu Risma juga masih jomblo. Sedangkan Indah telah mempunyai pacar, yaitu Bagus. Jikalau Indah mempunyai waktu luang, ten
"Xel, dari dulu gue nggak setuju dengan hukuman tidak manusiawi yang melibatkan fisik begini." Tegar Putra Mahameru alias Heru menggeleng keras. Ia menentang cara kakak iparnya ini menghukum istri, adik perempuan, anak, keponakan dan calon menantunya. Di mana adik perempuan dan keponakannya adalah Lily dan Abizar. Alias istri dan putranya.Saat ini Raline, Lily, Xander, Abizar, Gala dan Alexa tengah di strap di teras rumah dalam cuaca panas terik. Sementara Cia sudah lebih dulu diamankan Bima. Bima berjanji akan menghukum istrinya dengan kerja bakti sosial selama sebulan penuh. Begitulah Bima, setiap kali memberi hukuman, selalu tidak boleh bertentangan dengan UUD Republik Indonesia. Jiwa seorang pengacara telah mendarah daging didirinya.Kini di rumah klan Delacroix hanya bersisa Raline, Lily, Alexa, Xander, Alexa, Abizar dan Gala. Mereka semua berdiri tegak dalam posisi siap siaga. Beginilah Axel apabila memberi sanksi. Ia tidak pernah pandang bulu. Siapa yang bersalah maka wajib di
Satu jam sebelumnya. "Gimana Ly, udah dapet belum truk pengangkut excavatornya? Inget, lo nggak boleh memakai jasa anak-anak. Ntar ketahuan kakak lo, hancur Minah rencana kita."Raline mondar-mandir di halaman rumah Lily. Adik iparnya itu sibuk menelepon ke sana ke mari setelah Heru meninjau salah satu proyeknya."Udah. Lo tenang aja kakak ipar. Gue udah dapet truk yang bisa ngangkut excavator Kak Axel. Bukan gue sih sebenernya ngusahain. Tapi si Kiran noh yang bergerak. Ntar si Cia juga ikut ke sini bersama truk pengangkut excavatornya. "Lily nyengir. Dalam situasi darurat begitu jiwa detektifnya di Kiran memang teruji. Anak si Cia ini emang jago kalo urusan kucing-kucingan begini. Sekonyong-konyong Lily berteriak gembira memindai sebuah truk besar berisi mesin excavator. Cia sudah tiba rupanya. Sahabatnya itu duduk di samping supir truk."Noh, tuh si Cia nongol. Langsung naik truk lagi. Emang edan ini satu emak-emak hebring." Lily cengengesan melihat Cia melompat turun dari truk d
"Pa, Lexa ikut ya? Masa Papa mau ngerame-ramein musuh Lexa nggak boleh ikut? Mana seru acaranya nanti, Pa? Papa biasanya 'kan butuh tim hore." Alexa menggelayuti lengan papanya yang tengah berbincang-bincang dengan Om Erick dan Tangguh."Iya, Om. Izar juga bisa menjadi tukang pukul cadangan apabila Om Erick tiba-tiba encoknya kumat. Om juga kakinya sedang cedera. Kalau Om cuma mengandalkan Tangguh seorang dikhawatirkan tim kita bisa kalah lo, Om." Abizar ikut merayu Om Axel, setelah mendapat kedipan mata dari Alexa. Mereka berdua kalau sedang dalam misi terselubung seperti ini kekompakan mereka tidak usah diragukan lagi."Encok-encok Om masih mampu melumpuhkan musuh yang menyerangmu bukan, Zar?" balas Erick sewot. Ia paling kesal kalau penyakit encoknya dibawa-bawa. Gala nyengir samar. Ia sama sekali tidak menyangka kalau tangan kanan mafia legend seperti Om Erick bisa sewot juga."Iya deh, Om. Walau sedang encok pun Om Erick tetap sakti mandraguna." Abizar mengacungkan jempol yang di
Gala merasa bulu kuduknya meremang kala berhadap-hadapan dengan Om Axel. Saat ini mereka berdua telah berada di atas ring berwarna merah. Saling berhadapan dan bertelanjang dada."Tidak ada aturan baku dalam pertarungan ini. Semua anggota tubuh boleh kalian digunakan. Namun khusus kamu, Anak Muda. Kaki kananmu dilarang keras untuk menyerang. Kalau kamu memaksa, kamu sendiri yang akan merasakan akibatnya. Mengerti?" Erick memandang dua petarung berbeda generasi di hadapannya."Pertarungan berakhir apabila salah seorang tidak mampu lagi melanjutkan pertarungan alias TKO. Saya akan belajar berhitung satu sampai sepuluh. Apabila yang bersangkutan tidak bisa berdiri lagi, pertarungan dinyatakan selesai. Mengerti?""Mengerti!" sahut Gala dan Axel bersamaan."Bagus. Fight!" Erick membuat gerakan mulai bertarung dengan mengangkat lengannya.Gala dan Alex kini saling memandang. Sama-sama saling menjajaki kekuatan lawan. Sejurus kemudian Gala membuat gerakan kuda-kuda depan. Ia memposisikan kak