Malam di Sekte Langit Ketiga terasa sunyi, hanya diiringi suara angin yang berdesir lembut.Zhen duduk di atas atap sebuah bangunan sekte, menatap langit berbintang yang membentang luas. Cahaya bulan menerangi wajahnya yang tampak tenang, tetapi pikirannya dipenuhi berbagai pemikiran. Tentang perjalanan, tentang iblis yang mengancam, dan tanpa ia sadari—tentang Bai Yue.Angin berhembus pelan, membawa aroma wangi yang familiar. Zhen tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang.> Bai Yue: "Kenapa sendirian di sini?"Zhen tersenyum tipis dan tetap menatap langit.> Zhen: "Aku hanya ingin menenangkan pikiran."Bai Yue melayang turun dengan anggun, jubahnya berkibar tertiup angin. Ia duduk di samping Zhen, mengikuti arah pandangannya ke langit.> Bai Yue: "Bintang-bintang ini… mereka selalu ada di atas sana, tak peduli apa yang terjadi di dunia bawah."Zhen melirik Bai Yue sekilas. Gadis itu tampak begitu tenang, tetapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda malam ini.> Zhen:
Begitu duel dimulai, Gu Tian langsung menerjang maju dengan tombaknya. Ujung tombaknya berkilauan dengan energi tajam, menusuk ke arah dada Zhen dengan kecepatan luar biasa.> Gu Tian: "Aku akan mengakhirinya dalam satu serangan!"Namun, Zhen tetap tenang. Dengan langkah ringan, ia sedikit memiringkan tubuhnya, menghindari serangan itu hanya dengan selisih rambut. Ujung tombak Gu Tian melewati sisinya, dan dalam sekejap, Zhen berbalik, pedangnya melesat seperti kilat.CLANG!Gu Tian berhasil menangkisnya, tetapi benturan itu cukup untuk membuatnya mundur beberapa langkah. Ia menatap Zhen dengan mata menyipit.> Gu Tian: "Hmph… Kau cukup cepat. Tapi seberapa lama kau bisa bertahan?"Zhen tersenyum tipis.> Zhen: "Kau terlalu banyak bicara."Gu Tian mendengus marah. Ia menghentakkan kakinya ke tanah, tubuhnya berputar, dan tombaknya membelah udara dengan serangkaian serangan mematikan. Setiap ayunan tombaknya membawa gelombang energi yang tajam, membuat tanah di sekitar mereka bergetar.
Setelah duel sengit dan diskualifikasi Gu Tian, suasana di Sekte Langit Ketiga kembali tenang. Namun, di dalam hati para murid, pertarungan tadi masih membekas. Banyak yang mulai melihat Zhen sebagai sosok yang luar biasa—murid yang mampu menaklukkan seorang jenius sekte dengan mudah.Di bawah langit malam yang jernih, Zhen duduk di atap salah satu bangunan sekte, memandangi bintang-bintang yang bertaburan di langit. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa kesejukan yang menenangkan.> Zhen (dalam hati): Aku sudah jauh lebih kuat dibanding saat pertama kali datang ke sekte ini... Tapi masih banyak yang harus kulakukan.Saat pikirannya melayang, tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang. Sebelum ia sempat berbalik, angin berdesir lembut di belakangnya, dan sesosok bayangan melayang turun dengan anggun.> Bai Yue: "Sendirian di tempat seperti ini? Apa kau sedang merenungi kemenanganmu hari ini?"Zhen menoleh dan mendapati Bai Yue berdiri di belakangnya dengan tangan terlipat, tatap
Pagi itu, di dalam ruang utama Klan Ling, suasana terasa canggung. Ling Zhen, pemuda berusia 16 tahun, duduk dengan sikap tenang namun raut wajahnya menyiratkan perasaan yang tak terungkapkan. Di depannya, ayahnya, Kepala Klan Ling, sedang berbicara dengan beberapa tetua klan. "Aku rasa sudah saatnya Zhen mengikuti ujian Klan," kata Kepala Klan Ling dengan suara yang tegas. Zhen menatap ayahnya, dan meskipun dia tidak berkata apa-apa, hatinya dipenuhi kekhawatiran. Ujian itu adalah batu ujian untuk menentukan siapa yang akan menjadi penerus klan. Ayahnya ingin Zhen memenangkan ujian itu, namun Zhen tahu betul bahwa di balik keinginan itu, ada banyak harapan yang tidak diungkapkan. "Zhen, kamu sudah cukup dewasa untuk ujian ini. Aku yakin kamu bisa melakukannya," lanjut Kepala Klan Ling, mengabaikan tatapan Zhen. Zhen mengangguk pelan. "Ya, Ayah." Tapi di dalam hatinya, Zhen merasa ada yang tidak beres. Di dunia ini, kultivasi bukanlah hal yang mudah, terutama jika seseorang ter
Pagi hari, Zhen berdiri di depan gerbang besar klan Ling, tempat ujian klan akan diselenggarakan. Matahari mulai terbit, menyinari jalanan yang dipenuhi peserta ujian lainnya. Suasana tegang terasa di mana-mana. Mereka yang mengikuti ujian ini adalah calon penerus klan, dan hanya yang terbaik yang akan berhasil. Namun, Zhen merasa tekanan yang lebih berat dibandingkan yang lain. Selain harus menghadapi ujian, dia juga harus menyembunyikan rahasia besar tentang dirinya. Di dalam tubuhnya, kekuatan tujuh elemen yang legendaris tidak boleh diketahui oleh siapapun, termasuk anggota klan lainnya. "Kamu siap, Zhen?" suara Ying terdengar dari belakang. Ying dan Xian datang untuk memberikan dukungan pada Zhen, meskipun mereka tahu ujian ini sangat berbahaya. Zhen mengangguk. "Aku harus siap." Namun, sebelum Zhen melangkah lebih jauh, dia merasakan tatapan tajam dari seseorang di ujung jalan. Itu adalah Ling Jun, anggota klan yang sudah lama merasa iri dengan Zhen. Ling Jun adalah salah
Zhen duduk di ruangan kecil di kediamannya, pikirannya berputar-putar. Meskipun berhasil melewati ujian fisik dan spiritual dengan baik, dia tahu bahwa ujian sebenarnya baru saja dimulai. Di balik sorakan dan tepuk tangan, ada banyak yang menginginkan kegagalannya. Dan Ling Jun, dengan rasa iri yang jelas, adalah ancaman yang paling nyata. Namun, Zhen juga merasakan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar permusuhan biasa. Sebuah perasaan aneh, seolah ada sesuatu yang tersembunyi di dalam klan ini—sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar persaingan antaranggota. Pagi hari, Zhen melangkah ke halaman depan, tempat para anggota klan berkumpul untuk mendengarkan pengumuman hasil ujian. Para tetua klan, termasuk ayah Zhen, sudah berkumpul di atas panggung yang megah. Zhen menghela napas dan menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di ujian kemarin akan menentukan posisinya dalam klan ini. Ketika para peserta ujian mulai berkumpul, Ling Jun terlihat lebih tenang dari biasanya. Namun
Zhen berjalan menyusuri koridor panjang menuju ruang meditasinya. Hatinya tidak tenang, perasaan ada yang mengawasi dirinya terus-menerus. Sesuatu di dalam dirinya, yang dia sebut sebagai rahasia, semakin membebani pikirannya. Setiap kali dia mengendalikan elemen, dia merasa kekuatan yang lebih besar dan lebih gelap menyusup ke dalam dirinya, seolah-olah menginginkan kontrol penuh atas tubuhnya. Dia berhenti sejenak, merasakan aliran energi di sekitarnya. Angin yang berhembus lembut, tanah yang kokoh di bawah kaki, bahkan api yang membara—semuanya terasa seperti bagian dari dirinya. Namun ada satu elemen yang berbeda, yang dia belum bisa kenali sepenuhnya. Di ruang meditasi, Zhen duduk dengan posisi bersila. Matanya terpejam, dan dia mencoba menenangkan pikiran. "Kendalikan dirimu," katanya pada dirinya sendiri. Namun, suara itu kembali terdengar. "Kamu tidak akan bisa mengendalikannya selamanya. Elemen-elemen ini milik kami." Zhen terkejut, tetapi segera mengusir pikiran itu.
Zhen terdiam, matanya tidak lepas dari Ling Kai yang berdiri di ambang pintu. Suasana di ruang itu terasa berat, seolah-olah setiap detak jantungnya bergema di udara yang penuh ketegangan. Ling Kai memandangnya dengan tatapan yang sulit dibaca, seolah tahu apa yang Zhen temukan, tapi tidak menunjukkan rasa khawatir sedikit pun. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Ling Kai dengan suara rendah namun tegas. Zhen tidak bergerak. Di dalam hatinya, berbagai pertanyaan berputar. Mengapa Ling Kai ada di sini? Apakah dia tahu tentang ramalan itu? Atau apakah dia sudah mempersiapkan sesuatu yang lebih buruk? "Apa yang kamu sembunyikan?" Zhen akhirnya bertanya dengan suara berani, meski di dalam dirinya ada rasa cemas yang tak bisa dihindari. Ling Kai hanya tersenyum, senyuman tipis yang penuh arti. "Aku bukan orang yang terburu-buru, Zhen. Aku tahu kamu pintar, tapi ada hal-hal yang lebih besar daripada sekadar kekuatanmu yang luar biasa. Dan kamu tidak tahu siapa yang sebenarnya meng
Setelah duel sengit dan diskualifikasi Gu Tian, suasana di Sekte Langit Ketiga kembali tenang. Namun, di dalam hati para murid, pertarungan tadi masih membekas. Banyak yang mulai melihat Zhen sebagai sosok yang luar biasa—murid yang mampu menaklukkan seorang jenius sekte dengan mudah.Di bawah langit malam yang jernih, Zhen duduk di atap salah satu bangunan sekte, memandangi bintang-bintang yang bertaburan di langit. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa kesejukan yang menenangkan.> Zhen (dalam hati): Aku sudah jauh lebih kuat dibanding saat pertama kali datang ke sekte ini... Tapi masih banyak yang harus kulakukan.Saat pikirannya melayang, tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang. Sebelum ia sempat berbalik, angin berdesir lembut di belakangnya, dan sesosok bayangan melayang turun dengan anggun.> Bai Yue: "Sendirian di tempat seperti ini? Apa kau sedang merenungi kemenanganmu hari ini?"Zhen menoleh dan mendapati Bai Yue berdiri di belakangnya dengan tangan terlipat, tatap
Begitu duel dimulai, Gu Tian langsung menerjang maju dengan tombaknya. Ujung tombaknya berkilauan dengan energi tajam, menusuk ke arah dada Zhen dengan kecepatan luar biasa.> Gu Tian: "Aku akan mengakhirinya dalam satu serangan!"Namun, Zhen tetap tenang. Dengan langkah ringan, ia sedikit memiringkan tubuhnya, menghindari serangan itu hanya dengan selisih rambut. Ujung tombak Gu Tian melewati sisinya, dan dalam sekejap, Zhen berbalik, pedangnya melesat seperti kilat.CLANG!Gu Tian berhasil menangkisnya, tetapi benturan itu cukup untuk membuatnya mundur beberapa langkah. Ia menatap Zhen dengan mata menyipit.> Gu Tian: "Hmph… Kau cukup cepat. Tapi seberapa lama kau bisa bertahan?"Zhen tersenyum tipis.> Zhen: "Kau terlalu banyak bicara."Gu Tian mendengus marah. Ia menghentakkan kakinya ke tanah, tubuhnya berputar, dan tombaknya membelah udara dengan serangkaian serangan mematikan. Setiap ayunan tombaknya membawa gelombang energi yang tajam, membuat tanah di sekitar mereka bergetar.
Malam di Sekte Langit Ketiga terasa sunyi, hanya diiringi suara angin yang berdesir lembut.Zhen duduk di atas atap sebuah bangunan sekte, menatap langit berbintang yang membentang luas. Cahaya bulan menerangi wajahnya yang tampak tenang, tetapi pikirannya dipenuhi berbagai pemikiran. Tentang perjalanan, tentang iblis yang mengancam, dan tanpa ia sadari—tentang Bai Yue.Angin berhembus pelan, membawa aroma wangi yang familiar. Zhen tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang.> Bai Yue: "Kenapa sendirian di sini?"Zhen tersenyum tipis dan tetap menatap langit.> Zhen: "Aku hanya ingin menenangkan pikiran."Bai Yue melayang turun dengan anggun, jubahnya berkibar tertiup angin. Ia duduk di samping Zhen, mengikuti arah pandangannya ke langit.> Bai Yue: "Bintang-bintang ini… mereka selalu ada di atas sana, tak peduli apa yang terjadi di dunia bawah."Zhen melirik Bai Yue sekilas. Gadis itu tampak begitu tenang, tetapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda malam ini.> Zhen:
Zhen dan Bai Yue baru saja kembali ke Sekte Langit Ketiga setelah pertempuran sengit melawan iblis di desa perbatasan. Mereka disambut dengan tatapan hormat dari para murid lain yang mendengar kabar tentang keberhasilan mereka. Namun, di antara para murid yang berkumpul, ada satu sosok yang menatap mereka dengan mata penuh kebencian—Guo Feng.Guo Feng adalah murid berbakat yang telah lama dikenal sebagai salah satu yang terkuat di generasinya. Dia memiliki latar belakang keluarga terhormat dan merupakan kandidat utama untuk menjadi penerus sekte. Sejak lama, ia menyimpan perasaan terhadap Bai Yue, tetapi gadis itu selalu menjaga jarak darinya. Kini, melihat Bai Yue begitu dekat dengan Zhen, amarahnya membara.Saat Zhen dan Bai Yue berjalan menuju aula utama, Guo Feng melangkah mendekat, menghentikan mereka.> Guo Feng: "Kalian berdua kembali dalam keadaan utuh. Sungguh luar biasa."Zhen: "Kenapa terdengar seperti kau kecewa?"Guo Feng menyeringai tipis, matanya tajam menatap Zhen.> G
Suara mantra kuno bergema di ruangan, menciptakan tekanan luar biasa yang hampir membuat Zhen dan Bai Yue sulit bernapas. Cahaya merah yang berasal dari altar semakin terang, sementara simbol-simbol iblis di sekelilingnya mulai berdenyut seolah memiliki nyawa.> Pemimpin Sekte Bayangan Hitam: "Kalian datang tepat waktu... untuk menjadi bagian dari pengorbanan ini!"Zhen tidak membuang waktu. Dengan kecepatan tinggi, dia melesat ke depan, mengayunkan Pedang Petir Surgawi langsung ke altar. Namun, sebelum pedangnya mengenai target, kekuatan tak kasat mata menghentikannya di udara, seolah-olah ada dinding yang tak terlihat melindungi altar tersebut.> Zhen (dalam hati): "Penghalang energi?!"Bai Yue juga bergerak cepat, meluncurkan Tombak Es Abadi langsung ke arah pemimpin sekte. Namun, pria itu hanya mengangkat tangannya, dan tombak Bai Yue langsung berhenti di udara sebelum pecah menjadi serpihan es.> Pemimpin Sekte Bayangan Hitam: "Hahaha... kekuatan kalian mengesankan, tapi ritual i
Setelah menerima perintah dari Penguasa Langit Ketiga, Zhen dan Bai Yue segera bersiap untuk perjalanan mereka menuju Kota Luo Shen, tempat di mana mereka akan menyelidiki keberadaan Sekte Bayangan Hitam. Kota ini dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di perbatasan Langit Ketiga, tempat berbagai macam individu berkumpul—termasuk mereka yang berasal dari jalur kegelapan.Saat mereka tiba di kota, suasana ramai menyambut mereka. Pedagang meneriakkan barang dagangan mereka, aroma makanan dari berbagai kios memenuhi udara, dan para petualang berkumpul di berbagai sudut, membicarakan perjalanan dan pencapaian mereka. Namun, di balik semua keriuhan itu, Zhen bisa merasakan sesuatu yang tidak beres.> Zhen (dalam hati): "Aura di kota ini... terasa sedikit aneh. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi di bawah permukaan."Bai Yue tampaknya juga menyadari hal yang sama.> Bai Yue: "Kita tidak boleh lengah. Sekte kegelapan terkenal dengan cara mereka bersembunyi di tempat-tempat seperti ini
Zhen dan Bai Yue kembali ke Sekte Langit Ketiga setelah pertempuran sengit melawan iblis. Namun, mereka tahu bahwa ini baru permulaan. Ancaman yang lebih besar masih mengintai, dan mereka harus melaporkan kejadian tersebut kepada Penguasa Langit Ketiga.Ketika mereka tiba di gerbang utama, seorang murid penjaga segera memberi hormat.> Penjaga: "Senior Bai, Senior Zhen! Penguasa Sekte telah menunggu kalian di aula utama."Mereka berdua segera melangkah melewati koridor panjang menuju aula sekte. Di dalam, seorang pria paruh baya dengan jubah ungu duduk di atas singgasana batu giok. Wajahnya memancarkan ketenangan, tetapi matanya mengandung ketajaman yang mampu melihat ke dalam jiwa seseorang.> Penguasa Langit Ketiga: "Kalian kembali lebih cepat dari yang kuduga. Beritahu aku, apa yang terjadi di perbatasan?"Zhen memberi hormat sebelum berbicara.> Zhen: "Kami menemukan desa yang telah diserang oleh ras iblis. Mereka menggunakan totem kegelapan untuk mengorbankan jiwa-jiwa manusia da
Zhen, Bai Yue, Feng Yu, dan beberapa murid dari Sekte Cahaya Suci memulai perjalanan mereka menuju langit pertama. Dengan peta rahasia yang diberikan oleh Tetua Guang Tian, mereka menemukan bahwa lokasi Gerbang Kuno tersembunyi di sebuah lembah yang dikelilingi formasi kuno yang telah ada sejak zaman dahulu. > Feng Yu: "Formasi ini bukan buatan manusia biasa. Aku bisa merasakan aura kuno yang sangat kuat." Bai Yue mengamati sekeliling dengan cermat. > Bai Yue: "Kalau ini formasi kuno, berarti iblis pasti punya cara untuk melewatinya. Mereka tidak mungkin mengejar sesuatu yang tidak bisa mereka akses." Salah satu murid Sekte Cahaya Suci, seorang pemuda bernama Lu Cheng, angkat bicara. > Lu Cheng: "Itu benar. Sekte kami pernah meneliti formasi ini, tetapi tidak ada yang tahu cara membukanya. Satu-satunya cara untuk mengetahui kebenarannya adalah dengan menunggu mereka menunjukkan jalan." Zhen menyipitkan mata. > Zhen: "Jadi kita harus mendahului mereka atau membuntuti me
Zhen, Bai Yue, dan Feng Yu bergerak melintasi pegunungan yang membatasi wilayah Sekte Langit Ketiga dengan dunia di luar. Langit tampak jernih, tetapi hawa di sekeliling mereka terasa tegang.> Feng Yu: "Kalian berdua sadar, bukan? Ini bukan sekadar perjalanan biasa. Sekte Cahaya Suci bukan tempat yang bisa dimasuki sembarang orang."Bai Yue mengangguk.> Bai Yue: "Mereka dikenal sebagai penjaga hukum dan kemurnian. Tidak semua sekte menyukai mereka karena cara mereka yang keras dalam menegakkan keadilan."Zhen mengingat beberapa cerita tentang Sekte Cahaya Suci. Mereka memiliki teknik yang berfokus pada cahaya dan penyucian, kekuatan yang sangat efektif melawan iblis. Namun, mereka juga terkenal ketat dalam aturan dan memandang rendah sekte yang mereka anggap ‘tercemar’.> Zhen: "Kalau mereka benar-benar menjaga keadilan, mereka pasti sudah bergerak lebih awal. Tapi mereka tidak melakukan apa pun sampai sekarang."Feng Yu tertawa kecil.> Feng Yu: "Kau cepat menangkapnya, Zhen. Meman