Dengan suara gemuruh, Zhen mengayunkan pedangnya sekali lagi, menciptakan gelombang energi yang semakin besar, seolah berusaha menembus kegelapan yang mengancam mereka. Setiap serangan terasa seperti pertarungan antara cahaya dan bayangan, namun kali ini, Zhen merasakan ada yang berbeda. Kekuatan yang ia lepaskan tidak hanya fisik, melainkan juga didorong oleh tekad yang semakin membara dalam dirinya."Sekarang!" teriak Zhen kepada Lin Hai dan Yulan.Lin Hai menyahut, dengan napas terengah-engah. "Kita tidak bisa menyerah sekarang!"Yulan mengangguk, matanya tajam mengamati situasi. "Kekuatan mereka bukan hanya fisik, tapi mental. Kita harus fokus untuk menjaga pikiran tetap kuat."Dengan isyarat dari Zhen, mereka bertiga bergerak bersamaan. Zhen menyerang dengan lebih cepat, pedangnya menyambar bayangan yang mendekat dengan kekuatan yang semakin terfokus. Lin Hai tidak kalah sigap, tubuhnya bergerak dengan kelincahan yang hampir tak terdeteksi, menyerang dengan serangan presisi yang
Kegelapan itu kembali merambat, mencoba menyelimuti mereka. Namun, Zhen bisa merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Sebuah energi yang lebih kuat, lebih dalam, terhubung dengan inti dirinya, seolah dunia ini memberikan sebuah kekuatan baru. Pandangannya semakin tajam, matanya penuh api yang tak bisa dipadamkan."Zhen!" teriak Lin Hai, yang juga tidak tinggal diam, terus berusaha menahan serangan bayangan yang mendekat."Ayo, Zhen! Ini saatnya!" Yulan menambahkan, suaranya tegas dan penuh keyakinan.Pemimpin Sekte Bayangan Darah itu tertawa, suara tawanya menggema di udara. "Kalian benar-benar berpikir kalian bisa mengalahkan kami? Kegelapan ini adalah bagian dari alam semesta. Kalian tidak bisa mengubah takdir!"Zhen menggenggam pedangnya lebih erat. "Takdir tidak ada jika kita memilih untuk melawan!"Dengan sebuah teriakan, Zhen melesat maju, tubuhnya dipenuhi energi yang hampir meluap. Pedangnya berpendar dengan cahaya yang lebih terang dari sebelumnya, menciptakan gelombang
Langkah Zhen terasa semakin berat seiring berjalannya waktu, meski semangatnya tidak pernah padam. Kegelapan yang baru saja mereka hadapi adalah sebuah ancaman yang jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan. Sekte Bayangan Darah hanyalah permulaan dari sebuah kekuatan gelap yang telah lama tersembunyi, menunggu waktu yang tepat untuk muncul kembali.Langit sore itu tampak merah keemasan, namun bagi Zhen, perasaan yang mengendap di hatinya lebih kelam daripada apapun yang bisa terlihat di luar sana. Setiap langkahnya membawa lebih banyak beban, meskipun dia tahu, ini adalah perjalanan yang harus dijalani. Di sampingnya, Lin Hai dan Yulan juga tidak tampak lebih ringan. Meskipun kemenangan itu terasa manis, rasa cemas tentang apa yang mungkin akan datang selanjutnya tidak bisa mereka hindari."Zhen," suara Yulan tiba-tiba memecah keheningan, "kita harus mempersiapkan diri. Aku merasakan sesuatu yang tidak biasa. Ini lebih dari sekadar pertarungan fisik yang kita hadapi. Kekuatan gelap
Taman Kegelapan tidak seperti tempat lainnya yang pernah dilihat Zhen. Suasana di dalam gua semakin berat, dan udara di sekitar mereka terasa semakin tebal seolah bisa dipotong dengan pedang. Langit di luar seolah menghilang, digantikan oleh langit hitam pekat yang tidak bisa ditembus oleh cahaya. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan ketegangan, seakan-akan tanah itu sendiri sedang mengawasi mereka.Pria tua yang membawa mereka tampak tak terganggu dengan keadaan ini. Di setiap langkahnya, aura ketenangan mengalir, seakan tempat ini adalah rumah baginya. Zhen, di sisi lain, merasa ketegangan itu semakin mencekik, tetapi tekadnya untuk melangkah lebih jauh lebih kuat daripada rasa takut yang perlahan merayap ke dalam hatinya."Jangan pernah ragu," suara pria itu bergema di telinga Zhen. "Kepercayaan pada diri sendiri adalah kunci utama untuk membuka jalan ini."Zhen mengangguk, mencoba untuk menenangkan dirinya. Di sampingnya, Lin Hai dan Yulan tampak sama seriusnya. Mereka tahu bahwa
Mereka melangkah keluar dari Taman Kegelapan yang kini telah meninggalkan bekas mendalam dalam diri mereka. Zhen, Lin Hai, dan Yulan masih terengah-engah, merasakan betapa beratnya ujian yang baru saja mereka hadapi. Walaupun mereka berhasil mengatasi bayangan-bayangan gelap itu, ada rasa kelelahan yang meresap jauh ke dalam jiwa mereka. Keberhasilan mereka bukan tanpa harga. Setiap pertarungan yang mereka jalani meninggalkan bekas yang tidak mudah untuk dihapuskan.Zhen memandangi langit yang sekarang terlihat lebih terang dibandingkan dengan sebelumnya. Meski masih diselimuti kegelapan, sinar matahari mulai menembus awan yang gelap, seolah alam semesta memberi mereka kesempatan baru untuk melanjutkan perjalanan. Namun, di balik ketenangan itu, Zhen tahu bahwa ujian yang lebih berat masih menanti mereka."Apakah kita sudah siap untuk yang berikutnya?" tanya Zhen, suaranya penuh dengan pertanyaan, meski ia berusaha menunjukkan keteguhan.Yulan, yang berjalan di sampingnya, memandangny
Zhen, Lin Hai, dan Yulan berdiri di tengah heningnya lembah yang baru saja mereka lewati, menatap debu yang masih terbang di udara. Meskipun kabut hitam itu telah hancur, rasa lelah yang mendalam terasa menekan tubuh mereka. Namun, dalam kelelahan itu ada rasa kemenangan, sebuah kemenangan yang tak hanya dirasakan oleh tubuh mereka, tetapi juga oleh jiwa mereka."Ini belum berakhir, bukan?" Lin Hai bertanya dengan suara serak, matanya yang biasanya penuh dengan semangat kini tampak lebih serius dari sebelumnya.Zhen mengangguk pelan, matanya menatap ke depan, ke arah lembah yang luas dan gelap. Meskipun mereka berhasil mengalahkan bayangan-bayangan itu, Zhen tahu bahwa ujian yang lebih besar masih menanti mereka. Sesuatu jauh lebih kuat daripada apa yang baru saja mereka hadapi pasti akan muncul."Benar," jawab Zhen dengan suara yang tegas. "Ini baru permulaan. Apa yang kita hadapi hanya bagian dari perjalanan panjang kita."Yulan berjalan mendekat, matanya yang tajam memandang jauh k
Langkah mereka semakin mantap saat keluar dari gua, dan Zhen merasakan kekuatan yang baru didapatnya mengalir dalam tubuhnya, seolah energi itu tidak hanya mengisi tubuhnya, tetapi juga menyatu dengan jiwanya. Sebelum ini, ia sering merasa seperti ada sesuatu yang menghalanginya untuk mencapai potensi penuhnya, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Namun sekarang, ia merasa lebih kuat, lebih siap dari sebelumnya. Ada sensasi aneh, seperti ada kekuatan besar yang menunggu untuk dilepaskan, namun Zhen tahu bahwa kekuatan itu harus dikendalikan.“Apakah kita benar-benar siap?” tanya Lin Hai, suara penuh tekad namun masih terbalut keraguan. Matanya menatap Zhen, mencoba mencari jawaban pada ekspresi wajahnya yang penuh perubahan.Zhen menarik napas dalam-dalam, menatap langit yang mulai gelap. “Kita tidak punya pilihan. Kita harus siap,” jawabnya, suara tegas yang berusaha menenangkan dirinya dan Lin Hai. “Kekuatan ini—ini bukan hanya tentang bertarung. Ini tentang lebih da
Waktu di lembah itu terasa tidak lagi sama. Di balik kabut tebal yang membalut setiap sudut, Zhen dan teman-temannya merasa terikat dalam perasaan yang kompleks. Kekuatan baru yang mereka rasakan bukan hanya sekedar hasil dari latihan atau proses yang panjang, tapi lebih pada pengenalan diri yang lebih mendalam. Setiap langkah yang mereka ambil membawa mereka lebih dekat ke masa depan yang penuh ketidakpastian.Zhen menoleh ke Yulan, yang masih berdiri di dekat altar, menatap kristal yang kini lebih redup cahayanya. Rasanya seperti ada sesuatu yang tertinggal, sesuatu yang belum terungkap sepenuhnya. Dia bisa merasakan gelombang kekuatan yang datang dari dalam tubuhnya, kekuatan yang kini terhubung dengan Inti Kegelapan, tetapi tak seharusnya ia membiarkannya menguasai dirinya. Ia harus memimpin, harus mengendalikan kekuatan ini, bukan sebaliknya."Yulan," Zhen memecah keheningan, suaranya bergetar karena tekanan yang begitu besar. "Apa yang sebenarnya kita hadapi? Apa ini hanya ujian
Zhen melangkah keluar dari Kota Kabut Hitam, meninggalkan jejak perjalanannya yang penuh dengan pertempuran dan pengalaman berharga. Dengan poin kontribusi yang ia kumpulkan, ia telah mendapatkan berbagai sumber daya yang memperkuat kemampuan alkemis dan kultivasinya. Namun, perjalanan ini belum berakhir—justru semakin mendekati puncaknya.Langit Ketiga masih menyimpan banyak misteri. Kota-kota besar, sekte-sekte kuno, dan kekuatan tersembunyi yang belum pernah ia temui menantinya. Namun, satu hal yang paling menarik perhatiannya adalah Kota Suci Alkemis, tempat para alkemis terbaik berkumpul dan tempat legenda tentang Pil Keabadian berasal.Bersama Bai Yue, yang kini selalu berada di sisinya, Zhen menatap cakrawala yang luas.> Bai Yue: "Langit Ketiga begitu luas… Apakah kau siap menaklukkannya?"Zhen (tersenyum tipis): "Aku harus. Tidak ada jalan mundur."---Sementara itu, di dalam Kota Suci Alkemis, para tetua agung sedang membahas peristiwa besar yang akan datang. Ramalan Surgawi
Di bawah sinar bulan yang pucat, Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri dalam kepungan bandit. Sekitar dua puluh orang bersenjata mengepung mereka, dengan Bai Tu—pemimpin mereka—berdiri di tengah, menatap Zhen dengan tatapan penuh rasa percaya diri.> Bai Tu (tertawa kecil): "Aku sudah lama mendengar namamu, Zhen. Kau benar-benar bodoh telah datang ke tempat ini tanpa persiapan."Zhen tetap tenang, memegang Pedang Petir Surgawi dengan erat.> Zhen: "Kau yakin aku tidak datang dengan persiapan?"Bai Tu menyeringai, lalu melambaikan tangannya.> Bai Tu: "Hancurkan mereka!"Para bandit langsung melompat ke depan dengan senjata terangkat.Zhen mengaktifkan Teknik Langkah Petir, tubuhnya berubah menjadi kilatan cahaya biru. Dalam sekejap, ia muncul di belakang salah satu bandit dan menebasnya dengan cepat.Srekk!Darah menyembur saat salah satu bandit jatuh tanpa sempat menyadari apa yang terjadi.> Wen Ling (melompat mundur): "Mereka bukan lawan sembarangan!"Bai Yue mengangkat tangannya, me
Angin pagi bertiup lembut saat Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berjalan melewati gerbang sekte, memulai perjalanan mereka menuju Lembah Hitam.Lembah Hitam terletak ratusan kilometer dari Sekte Langit Ketiga, di perbatasan wilayah yang dikuasai oleh kelompok bandit terkenal—Serigala Hitam.> Bai Yue (menatap peta): "Jika kita terus berjalan tanpa henti, kita bisa mencapai lembah dalam dua hari."Zhen mengangguk.> Zhen: "Kita tidak tahu seberapa kuat bandit-bandit di sana. Kita harus tetap waspada."Wen Ling tampak sedikit gelisah.> Wen Ling: "Aku mendengar rumor bahwa pemimpin mereka, Bai Tu, dulunya adalah seorang murid dari sekte besar, tapi diusir karena membunuh rekan-rekannya sendiri."Zhen mengangkat alis.> Zhen: "Kalau benar begitu, berarti dia bukan musuh sembarangan."Bai Yue menghela napas.> Bai Yue: "Kita akan mengetahuinya begitu sampai di sana."Tanpa membuang waktu, mereka melanjutkan perjalanan.---Di tengah perjalanan, mereka harus melewati sebuah wilayah bernama Huta
Langit di atas Kota Kabut Hitam masih dipenuhi sisa-sisa energi pertempuran. Puing-puing bangunan berserakan, dan beberapa tempat masih dipenuhi asap hitam. Namun, meskipun kota ini baru saja mengalami serangan besar, mereka berhasil bertahan.Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri di tengah reruntuhan, napas mereka masih terengah-engah setelah pertarungan sengit melawan Mo Jian.> Wen Ling (menghela napas): "Dia berhasil kabur... tapi setidaknya kita sudah menghancurkan pasukan iblisnya."Zhen tidak menjawab. Tatapannya masih tajam menatap titik di mana Mo Jian menghilang. Perasaan tidak enak menyelimuti hatinya.> Zhen (dalam hati): "Orang sepertinya tidak akan menyerah begitu saja. Ini pasti belum selesai..."Suara langkah kaki mendekat.Dari sudut jalan, pasukan penjaga kota yang tersisa mulai berdatangan. Salah satu dari mereka adalah seorang pria paruh baya dengan jubah berwarna hitam dan lambang Kota Kabut Hitam di dadanya.> Pria itu: "Aku Jenderal Hu Wei. Siapa kalian? Dan bagai
Kota Kabut Hitam masih bergema dengan suara pertempuran. Api berkobar di beberapa sudut, dan mayat-mayat berserakan di jalanan. Paviliun Iblis Merah telah membawa kehancuran besar, dan sekarang Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling harus menghadapi pemimpinnya—Mo Jian.Mo Jian berdiri dengan santai di tengah reruntuhan, jubah ungunya berkibar ditiup angin malam. Tatapannya dingin, tetapi senyum di wajahnya menunjukkan rasa percaya diri yang tak tergoyahkan.> Mo Jian: "Kalian benar-benar berani melawanku? Bahkan tiga orang pun tidak cukup untuk menjatuhkanku."SWOOSH!Tiba-tiba, Bai Yue menghilang dari pandangan! Dalam sekejap, ia sudah muncul di belakang Mo Jian, pedangnya meluncur dengan kecepatan luar biasa!> Bai Yue: "Tebasan Langit Es!"ZRAAAAK!Sebuah gelombang energi es menerjang tubuh Mo Jian, membekukan udara di sekitarnya. Jalanan di bawah kaki mereka berubah menjadi lapisan es, dan suhu turun drastis.Namun, Mo Jian hanya terkekeh.> Mo Jian: "Menarik... tapi tidak cukup."CRACK!Ia
Zhen, Wen Ling, dan Shen Lao akhirnya meninggalkan reruntuhan Lembah Kegelapan. Mereka melintasi jalur berbatu yang dipenuhi kabut tebal, menuju kembali ke Kota Kabut Hitam. Akar Roh Suci kini berada di tangan Zhen, dan ia tahu bahwa benda ini bisa menjadi harapan terakhir kota yang hampir hancur karena kutukan Bai Yun.> Zhen (dalam hati): "Semoga kita tidak terlambat..."Namun, saat mereka mendekati gerbang kota, mereka dikejutkan oleh pemandangan yang mengerikan. Darah menggenang di jalanan, mayat-mayat para penjaga berserakan di tanah, dan bangunan utama kota tampak terbakar.> Wen Ling: "Tidak… apa yang terjadi di sini?! Baru beberapa hari kita pergi, tapi kota ini sudah jadi seperti neraka!"Shen Lao menghela napas panjang, tatapannya kelam.> Shen Lao: "Sepertinya kita sudah kedatangan tamu tak diundang..."Di tengah kota yang hancur, terlihat sekelompok orang berbaju hitam dengan lambang mata merah di dada mereka. Mereka berdiri di tengah jalan, mengelilingi seorang pria tua y
Bai Yun meraung keras, suaranya menggema hingga ke seluruh lembah. Aura darah mengalir dari tubuhnya, menciptakan tekanan besar yang membuat Zhen dan Wen Ling sulit bernapas.> Bai Yun: "DARAH! BERIKAN AKU DARAH KALIAN!!"Dalam sekejap, tubuh monster itu melesat ke depan dengan kecepatan yang tidak masuk akal untuk ukurannya.BOOM!Tanah di bawah mereka hancur akibat hentakan cakar Bai Yun. Zhen dan Wen Ling nyaris tidak bisa menghindarinya tepat waktu.> Zhen (dalam hati): "Kecepatannya bahkan lebih tinggi dari Xu Lie?! Makhluk ini… bukan hanya sekadar kutukan!"Zhen segera mengaktifkan Teknik Langkah Petir, meningkatkan kecepatannya hingga ia hampir menjadi bayangan yang bergerak di antara reruntuhan. Namun, Bai Yun dengan mudah mengikuti pergerakannya, seolah-olah bisa merasakan ke mana Zhen akan bergerak.> Wen Ling: "Kita tidak bisa menyerangnya secara langsung! Kita harus mencari celah!"Wen Ling segera mengangkat tangannya, menciptakan tiga bola api biru yang menyala-nyala.> W
Akar Roh Suci bergetar, memancarkan cahaya emas yang lembut. Aura kehidupan yang terpancar darinya begitu kuat hingga Zhen dan Wen Ling bisa merasakan Qi mereka pulih secara instan hanya dengan berdiri di dekatnya.Namun, sebelum mereka bisa mengambilnya, Shen Lao tiba-tiba mengangkat tangannya.> Shen Lao: "Tunggu. Sebelum kalian mengambilnya, ada sesuatu yang harus kalian ketahui."Zhen mengerutkan kening.> Zhen: "Apa maksudmu?"Shen Lao menatap mereka dengan mata serius.> Shen Lao: "Akar Roh Suci ini bukan sekadar obat biasa. Ini adalah inti kehidupan dari lembah ini. Jika kalian mengambilnya, keseimbangan tempat ini akan hancur."Wen Ling terkejut.> Wen Ling: "Tapi ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan Kota Kabut Hitam!"Shen Lao menghela napas panjang.> Shen Lao: "Benar. Tapi kalian harus siap dengan konsekuensinya. Jika akar ini diambil, Lembah Kegelapan akan runtuh. Para roh yang terperangkap di sini akan bebas… dan beberapa dari mereka bukanlah makhluk baik."Zhen meny
Setelah mengalahkan dua Iblis Qi Yin, Zhen dan Wen Ling melanjutkan perjalanan ke pusat Lembah Kegelapan, tempat di mana Akar Roh Suci konon berada.Kabut hitam semakin tebal. Suasana mencekam, udara dipenuhi energi Yin yang menggerogoti Qi alami. Bahkan Wen Ling, yang memiliki Api Roh Suci, mulai merasa tubuhnya berat.> Wen Ling: "Tempat ini menghisap energi kita perlahan… Jika kita tidak cepat, kita bisa kehilangan kekuatan sebelum mencapai tujuan."> Zhen: "Aku punya sesuatu yang bisa membantu."Zhen merogoh kantong penyimpanannya dan mengeluarkan dua pil berwarna merah tua—Pil Penolak Yin.> Zhen: "Ini pil buatanku. Bisa menahan efek energi Yin untuk sementara."Wen Ling menerima pil itu dan langsung menelannya. Efeknya langsung terasa. Aura Yin yang mencekik tubuhnya berkurang drastis.> Wen Ling: "Kau benar-benar alkemis jenius, Zhen."Zhen hanya tersenyum tipis.---Setelah berjalan sekitar satu jam, mereka sampai di sebuah gerbang batu besar yang tertutup rapat. Di tengahnya,