Setelah beres mandi, aku menyiapkan baju untuk mas Zayn yang tengah mandi, dan saat aku menunggu mas Zayn mandi aku ketiduran.
POV Zayn
"Dia pasti kecapean, sampai ketiduran di sofa." Ucapku seraya menggendong Rania ke tempat tidur.
"Hari ini pasti kamu merasa tidak nyaman dengan kehadiran Tante Renata, aku yakin pasti Tante Renata berbicara yang tak enak padamu, namun kamu tak mengungkapkan nya." Ucapku seraya memandang wajahnya yang tengah tertidur.
"Hari ini dia sudah berkenalan dengan Andrew, aku tak akan membiarkan dia mendekati Rania, Karena aku tahu Andrew orang yang bagaimana. Dan jujur aku tadi cemburu padanya." Gerutuku seraya mengusap rambutnya.
Aku pun menyusul Rania, dan tidur seraya memeluk nya.
POV Rania
"Emm, jam berapa ini? Aduh kebiasaan deh, perutku lapar, mana baru jam 3 pagi. Aku kebawah saja deh,
Setelah beberapa lama dan jauh dari rumah akhirnya kami menemukan penjual nasi kuning. Maklum karena masih terhitung masih gelap, belum keluar sinar matahari."Itu Mas, disana sepertinya ada yang jual nasi kuning." Tunjukku pada mas Zayn."Disana? Kamu yakin?" Tanyanya."Iya mas." Jawabku seraya tersenyum."Baiklah, kita kesana ya?" Jawabnya seraya memarkirkan mobilnya.Setelah mobil berhenti aku langsung menuju tukang nasi kuning."Bu, nasi kuning nya ya 2, makan disini ya? Aku pengen pake sambel oncom nya ya Bu, agak banyak ya." Pesanku pada tukang nasi kuning, lalu aku pun duduk di tempat yang sudah disediakan."Kamu sudah pesan?" Tanya Mas Zayn seraya ikut duduk di kursi sebelahku."Sudah mas." Jawabku tak berapa lama nasi pun sudah siap dan pedagang itu mengantarkan nasi kuning pesanan ku."I
Setelah selesai mengeceknya ibu mertua ku menyuruh ku untuk bersiap dan meminta izin terlebih dahulu pada Mas Zayn."Aku telpon dulu Mas Zayn." Ucapku pada diri sendiri seraya menyambungkan panggilan telepon."Halo, assalamualaikum mas." Sapa ku pada mas Zayn."Waalaikumsalam, ada apa?" Tanya Mas Zayn lewat telepon."Mas, tadi ibu mengajakku untuk pergi berbelanja bahan makanan, apa boleh aku ikut Ibu?" Tanyaku pada Mas Zayn." Jam berapa?" Tanyanya."Sekarang mas." Jawabku."Ya sudah, tunggu aku, aku antar kalian berbelanja. Bilang sama ibu tunggu aku." Jawabnya seraya menutup panggilan telepon."Ish, main di matikan saja." GerutukuAku pun bersiap terlebih dahulu, supaya nanti pas mas Zayn datang, aku sudah siap.Tok...tok...tok…"Nak, kamu sudah
Akhirnya kami bertiga sampai di rumah."Tolong, masukin semua barang belanjaan ibu ya." Perintah Zayn pada sekuriti."Bu, Aku langsung ke kantor lagi ya." Ucap Mas Zayn."Iya, hati-hati ya sayang." Jawab Ibu Mertuaku seraya tersenyum dan masuk ke rumah."Iya Bu." Jawab Zayn."Sayang, aku ke langsung ke kantor ya." Pamit Mas Zayn seraya mencium keningku."Iya mas, hati-hati dan cepat pulang." Jawabku"Pulang mau di bawakan sesuatu?" Tawar Mas Zayn."Boleh sayang?" Tanyaku seraya tersenyum."Boleh, mau dibawain apa?" Tanya Mas Zayn"Aku pengen dibawain sate kambing ya mas, sama martabak kismis toping keju ya?" Pesanku pada mas Zayn."Hah, sate kambing? Emm, iya deh nanti aku bawain deh." Ucap Mas Zayn seraya terkejut dengan pesanan ku."
Alangkah kagetnya bukan kepalang Rania, dia sangat beruntung mempunyai suami seperti Zayn.Zayn tahu apa yang disukai istrinya hingga dia membelikan es krim beserta tempatnya."Wah Mas, nggak salah ini. Kaya yang mau jualan es krim saja." Ucap Rania di telpon seraya tertawa lebar."Iya biarin, biar kamu puas." Jawab Zayn seraya tertawa."Dasar kamu ini mas, mas.""Mas, pulang jam berapa ini kan sudah waktunya pulang?" Tanya Rania yang tengah khawatir dan ingin bertemu Zayn."Aku masih belum tahu, soalnya aku lagi menunggu seseorang, dia salah satu orang suruhan aku, yang aku suruh untuk menyelidiki kasus Theresia." Jawab Zayn dengan nada serius."Theresia, jadi mas masih belum selesai sama kasus itu? Udah deh mas, jangan mulai lagi, sudahi saja, aku takut mas.""Mas, mas ingat kan, dulu aku pernah bilang kekhawa
Setelah dokter memeriksa Rania."Bagaimana dok, istri saya kenapa?" Tanya Zayn pada dokter."Istri anda tidak apa-apa, ini mungkin karena stres, dan terlalu banyak beban dipikirannya hingga membuat imunitas tubuh nya menurun.""Jadi saran saya, jangan buat istri anda banyak pikiran terlebih dia kan tengah hamil, ibu hamil itu rawan terkena stres. Kasian anak yang dalam kandungan kalau c ibunya mengalami penurunan imunitas.""Tidak baik juga buat perkembangan c janin, jadi bapak harus selalu menjaga mood istri anda, jangan sampai down." Jelas dokternya."Baik dok, terimakasih." Ucap Zayn"Ini obat, untuk menurunkan demam nya, tenang obat ini aman kok, buat yang sedang hamil, jadi bapak tak usah khawatir." Jelas dokternya.Dokter pun langsung pulang, setelah memeriksa Rania."Zayn, ikut ayah?" Perintah ayahnya Zay
Pagi hari menjelang, Zayn yang tengah terbangun menatapi Rania yang tidak ada disampingnya. Lalu ia melihat ke arah teras kamarnya dia melihat Rania yang tengah berdiri menatap cahaya matahari.Zayn mendekati Rania."Selamat pagi sayang." Sapa Zayn Seraya memeluk Rania dari belakang dan mencium pipi Rania.Rania tersenyum seraya menoleh ke arah Zayn."Kamu nggak akan kerja mas?" Tanya Rania seraya masih menatap cahaya matahari."Nggak lah, kan ini hari Minggu, kamu lupa hari ya?" Ucap Zayn seraya menggoda Rania dan masih memeluk Rania."Kamu ada rencana? Mau berlibur?" Tawar Zayn seketika membuat Rania berbalik ke arah Zayn."Berlibur? Kemana?" Tanya Rania dengan nada senang"Kemana ya." Gurau Zayn seraya terus menggoda Rania."Ish mas ini." Rajuk Rania seraya berbalik membelakangi Zayn kemb
Andrew pun pergi seraya melihat kearah Zayn yang tengah memperhatikannya dari lantai atas sambil tersenyum jail pada Zayn. Itu membuat Zayn kesal dan rasanya ingin sekali mengejarnya dan memukul Andrew. Namun ia tahan karena Rania pun tengah memperhatikannya.Ia berusaha untuk tetap cool, dan pura-pura tidak tahu kalau Rania tengah memperhatikannya."Sayang, kamu sudah siap?" Tanya Zayn seraya agak gugup melihat Rania yang tengah memandangnya dengan tatapan yang aneh."A..aku mandi dulu ya, oh ya kamu siapkan pakaian ku ya, aku tunggu di kamar." Perintah Zayn, ibunya yang mendengar itu langsung menyuruh Rania untuk ke atas menyusul Zayn, dengan isyarat mata."Bu, aku ke atas dulu ya." Pamit Rania, Ibunya Zayn pun mengangguk seraya masih meneruskan pekerjaannya yaitu menyiapkan makanan untuk sarapan.Aku pun ke kamar, dan Zayn masih belum bersiap, dia tengah duduk di tempat tidur.
RaniaTernyata aku di bawa ke tempat ke sebuah vila, yang suasananya jauh dari kata bising, bahkan suasana hutan masih terasa sekali."Mas, ini vila mas?" Tanyaku seraya melihat sekeliling."Iya, ini vila mas yang baru, mas beli saat mas baru menikah dengan kamu." Jawabnya seraya memelukku dan mengajakku masuk ke dalam rumah."Sepi banget ya, tak ada rumah satu pun selain ini." Tanyaku."Ada, tapi agak jauh dari sini. Aku sengaja membeli tempat ini, untuk ku kalau aku lagi ada masalah." Jawabnya seraya membereskan barang."Seperti saat ini ya, saat ini mas pasti lagi pusing banget ya, menghadapi banyak masalah gara-gara aku kan ya?" Ungkap ku pada mas Zayn."Kok, gara-gara kamu sih. Tentu saja bukan dong." Jawabnya seraya mengelus pipiku."Udah, sekarang kita beresin dulu tempat nya ya, biar bersih semua, nanti
Setelah makan siang mereka semua berbincang di ruang keluarga."Bu, jadi rencananya kami akan merayakan ulang tahun zhahir disini. Aku ingin merayakan ulang tahun zhahir dengan berkumpul semua keluarga. Sekalian mengenalkan zhahir pada semua keluarga. Lagian zhahir kan belum pernah bertemu dengan semua keluarga kita."jelas Zayn yang membuka topik pembicaraan."Itu rencana yang bagus nak, nanti biar ayah yang mengundang semua keluarga kita, termasuk keluarga Rania juga."jawab ayahnya Zayn yang setuju dengan rencana Zayn."Ibu juga setuju, nanti biar ibu yang siapkan semua keperluan pestanya."ujar ibunya Zayn."Nak, kamu mau tema apa sayang?"tanya ibunya Zayn pada zhahir."Apa saja Oma."jawab zhahir seraya menoleh ke arah Omanya."Oh iya Bu, nanti sore rencananya kita akan ke rumah orang tuanya Rania, ya sekalian memberi tahu rencana ini."ucap Zayn seraya melirik Rania, Rania tersenyum."Aku ikut kan dad?"tanya Zhahir seraya menoleh ke arah Zayn."Tentu saja sayang, memangnya kamu nggak
Setelah selesai membantu zhahir. Zayn kembali ke ruang kerjanya dan Rania sudah tak ada disitu, lalu ia mencari Rania ke kamarnya dan betul, Rania tengah membereskan barang-barang yang hendak di bawa."Mas, dari mana?"tanya Rania seraya menoleh ke arah Zayn. Zayn terdiam tak menjawab pertanyaan Rania."Mas, kamu kenapa?"tanya Rania seraya menatap wajah Zayn."Kamu benar sayang, anak kita tidak seperti anak seusianya."ucap Zayn seraya duduk di pinggiran tempat tidur."Mas tadi membantu zhahir membereskan barang yang akan dia akan bawa, dan mas melihat semua barang hasil karyanya, dan itu bukan layaknya hasil karya anak seusianya."ucap Zayn dengan wajah terkejut."Dan kamu tahu sayang, dia melukis wajah mas, saat mas membereskan barang-barang nya sayang, dan hasilnya bagus sekali."sambung Zayn seraya menggenggam kedua tangannya Rania.Rania hanya terdiam mendengar semuanya, ia karena dia sudah tahu semua itu, dan ia sudah memberitahu suaminya namun, suaminya tidak menanggapi semuanya de
Tak terasa waktu berlalu, sudah hampir 3 tahun lebih Rania dan Zayn meninggalkan Indonesia. Zhahir yang sebentar lagi genap berusia 3 tahun kini ia tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pintar, namun ia mempunyai karakter yang sama dengan ayah nya dia dingin, namun penyayang.Zhahir yang mempunyai IQ tinggi di usianya, dia sudah bisa mengoperasikan komputer dan gadget mana pun. Dia tak seperti anak seusianya yang lain yang senang dengan mainannya, zhahir malah asyik menciptakan sesuatu yang baru yang dia buat dari barang-barang yang ada di di rumah.Di umur yang belum genap 3 tahun zhahir bisa menciptakan robot mini. Kemampuan ini dia dapatkan dari ayahnya. Zayn yang kini menjadi pemilik perusahaan di Athena, perusahaan teknologi terbesar disana. Berkat usahanya kini perusahaannya melaju dengan pesat."Nak, kamu lagi apa sayang?"zhahir yang tengah sibuk. Hingga dia tak sadar mama nya tengah memperhatikannya."Mommy, bagus kan?"zhahir menunjukkan hasil karyanya. Selain dia suka dengan te
Saat ini Rania mengantarkan kedua orangtuanya Zayn ke bandara untuk kepulangan mereka ke Indonesia. Namun Zayn tak bisa ikut mengantarkan orang tuanya."Sayang, mama pulang dulu ya, kamu jaga diri baik-baik ya, nanti kalau ayahmu ada waktu senggang, kita akan berkunjung lagi kesini."ujar ibunya Zayn seraya memeluk Rania."Iya ma, hati-hati ya ma, nanti kalau sudah sampai jangan lupa telepon ya, kalau sudah sampai Indonesia."jawab Rania."Nak, tolong selalu perhatikan Zayn ya sayang, ayah masih takut dia berbuat macam-macam lagi, kamu tahu kan, alasan kalian pindah kesini."bisik ayahnya Zayn seraya memeluk Rania."Iya yah."jawab Rania seraya mengangguk.Mereka pun pergi dan pesawatnya pun lepas landas. Dalam perjalanan pulang Rania terus merenungi pesan ayah mertuanya. Rania kembali mengingat alasan kenapa Zayn memilih tinggal jauh dari orangtuanya."Mas, pesawat ayah sudah lepas landas, dan sekarang aku langsung pulang ya."pesan Rania pada Zayn. Namun saat ini Zayn sangat sibuk dan be
Siang hari saat orang tua Zayn tengah istirahat dikamarnya.Rania pun tengah ada di kamarnya dan ia berencana untuk menelpon Zayn lewat panggilan video dia berencana ingin memberi kejutan untuk Zayn.Tuuut…tuuu…tuuut.."Assalamualaikum, tumben video call?"sapa Zayn diseberang telepon."Iya nih, ada yang pengen ketemu ayahnya, kan tadi pagi nggak sempet ketemu katanya."ucap Rania seraya tertawa kecil."Siapa?"tanya Zayn yang heran."Emang siapa lagi kalau bukan anakmu ini. Ini sayang tuh ayahnya. Ayo sapa ayahnya."ucap Rania seraya melihatkan layar handphone nya pada zhahir agar terlihat ayahnya."Ya..yah."panggil zhahir. Zayn terbelalak tak percaya mendengar itu."Masyaallah, anak ayah sudah bisa manggil ayah. Ayah seneng banget denger nya, ayo panggil lagi sayang, ayah pengen denger lagi."ucap Zayn "Ya yah, pu..Lang."ucap zhahir."Wah katanya sudah nambah lagi, pintarnya anak mama."ucap Rania seraya memeluk zhahir."Iya nanti ayah pulang ya sayang, ayah masih belum beres kerjanya sa
Keesokan harinya Zayn sudah mulai disibukkan dengan pekerjaannya. "Pagi sayang."sapa Zayn yang tengah berjalan menuruni tangga dan mendekati Rania lalu memberikan morning kiss nya."Pagi mas, ini sayang, teh hijaunya, dan sebentar lagi sarapannya siap."ujar Rania seraya menyodorkan teh hijau untuk Zayn."Terima kasih sayang."ucap Zayn seraya tersenyum renyah."Zhahir belum bangun ya?"tanya Zayn."Belum mas, tadi subuh dia bangun mas, ngajak main, terus baru tidur lagi barusan."jawab Rania seraya masih bergelut dengan kesibukannya di dapur."Ini mas, sarapan nya sudah jadi, ayo kita sarapan."ajak Rania.Saat mereka hendak sarapan tiba-tiba bel berbunyi.Ting…nong…Ting…nong…"Sudah, biar mas yang bukain pintunya."ujar Zayn."Thank you sayang."ucap Rania seraya tersenyum. Zayn berjalan menuju pintu depan dan membuka pintunya."Ibu, ayah, kalian kok nggak bilang mau kesini kan bisa aku jemput."ujar Zayn yang terkejut dengan kedatangan orang tuanya.Kedua orang tuanya tersenyum begitu jug
Zayn yang tengah menunggu laporan dari sekretarisnya. Ia memutuskan untuk menelpon Rania.Tuuut…tuuut…tuuut"Assalamualaikum."sapa Rania dengan suara sedikit serak."Waalaikumsalam. Kamu kenapa sayang, abis nangis ya? Kenapa? Ada masalah?"tanya Zayn yang khawatir."Nggak apa-apa kok mas, ini tadi aku keselek pas minum jadi batuk-batuk mas, eh malah jadi serak deh suaranya."jawab Rania, padahal ia memang habis menangis."Oh begitu, mas kira kamu kenapa? Sekarang masih batuk? Mau mas beliin obat pereda batuk?"ujar Zayn."Nggak usah mas, pake air anget juga udah mendingan, mas jangan khawatir, aku sama zhahir baik-baik aja kok."jawab Rania."Iya sudah ya mas, ini lagi nanggung beres-beres rumah mumpung zhahir tidur."ucap Rania"Assalamualaikum."pamit Rania seraya menutup panggilan telepon, tanpa menunggu jawaban Zayn."Waalaikumsalam."jawab Zayn dengan heran panggilan nya langsung di matikan oleh Rania.Karena merasa aneh dengan tingkah Rania, Zayn memutuskan pulang lebih awal. Lagi pula
Pagi hari ini Zayn mulai bersiap untuk pergi bekerja, ini hari pertama dia bekerja di perusahaan milik ayahnya yang di Athena, karena selama ini dia hanya tau kalau ayahnya mempunyai perusahaan di Athena dan belum pernah kesana.Seperti biasa Rania sudah berada di dapur menyiapkan makanan untuk sarapan pagi."Kamu sudah bangun lagi sayang?"tanya Zayn seraya menuruni tangga."Iya mas, mas sekarang sudah mulai masuk kerja ya?"tanya Rania seraya masih bergelut dengan kesibukannya di dapur."Iya sayang, hari ini sebenarnya hari pertama mas menginjakkan kaki mas di perusahaan ayah yang disini."jawab Zayn, seraya duduk di depan dapur."Jadi mas, belum pernah kesini, maksud aku, mas belum pernah kerja disini ya?"tanya Rania yang heran."Belum sayang."jawab Zayn."Terus kok mas bisa beli rumah disini, dan punya rencana membina rumah tangga disini?"tanya Rania kembali."Iya itu dulu saat… mas masih berhubungan dengan Mikha, dan rumah ini adalah impian kami berdua. Tapi …"jawab Zayn yang ragu d
Setelah sarapan dan bersiap mereka pun pergi menuju pusat perbelanjaan."Wah mas, jalanan disini sepi ya mas, nggak kayak di Indonesia yang selalu macet, jadi ini seperti jalan milik kita saja."ucap Rania seraya melihat ke arah jalan. Zayn tertawa kecil mendengar ucapan rania."Iya sayang, ini lah Athena, disini memang cocok buat kita yang ingin mendapatkan hidup tenang."ucap Zayn seraya tertawa kecil."Mudah-mudahan kamu betah ya sayang."ujar Zayn Rania hanya tersenyum mendengar ucapan Zayn.Rania menatap lekat jalanan seolah ada yang dia pikirkan."Apa yang kamu pikirkan sayang?"tanya Zayn yang melihat istrinya seperti sedang memikirkan sesuatu."Nggak ada mas, hanya saja aku teringat keluarga kita mas di Indonesia, mungkin sekarang ibu pasti kesepian di rumah."jawab Rania tanpa menoleh ke arah Zayn."Pasti ibu akan terbiasa sayang, lag