POV Rania
Aku segera menyiapkan bahan-bahan untuk meeting hari ini.
"Oke, aku baca dulu berkasnya, lalu aku salin dan rumuskan untuk bahan meeting sekarang." Ucapku sambil membaca berkas yang diberikan Zayn tadi.
Saat aku membuka berkasnya, lalu tiba-tiba ada halaman berkas yang terjatuh.
"Kok, ini terlepas ya, oke aku coba baca yang ini dan isinya…" mataku terbelalak saat melihat isi dari selembar berkas itu.
"Apa ini maksudnya? Ini…" tanyaku dengan heran saat melihatnya.
Aku pun langsung bergegas ke ruangan Zayn untuk memberikan selembar berkas yang terjatuh tadi.
"Mas, coba liat ini? Mas mengerti berkas apa ini?" Tanyaku pada Zayn, seraya memberikan selembar kertas itu.
"Ini… kamu dapat dari mana?" Tanya Zayn.
"Aku tadi lagi memeriksa dan membaca berkas-berkas yang ma
POV Zayn.Aku benar-benar tak terima saat lelaki itu memandang Rania, ingin rasanya aku tampar dia, namun aku menahannya.Saat selesai meeting.Lelaki itu malah bikin emosi ku memuncak saat dia mengatakan ingin memperkerjakan istriku, dan berlaku tak sopan karena berani menyentuh pipi istriku di depanku, padahal dia sudah tau, kalau dia itu istriku.Lalu aku pun mengejarnya dan langsung mendaratkan pukulan ku ke wajahnya."Jangan pernah menyentuh istri saya, dari tadi saya sudah berusaha memendam emosi saya, namun perilaku anda membuat kemarahan saya semakin memuncak." Ucapnya dengan mata merah karena marah.Klien itu tersenyum sinis, seraya mengusap darah yang keluar dari ujung bibirnya, karena mendapat pukulan dariku."Aku akan ingat selalu perlakuan ini Zayn, dan aku akan memastikan kamu akan membayar semua ini." Ancam klien itu, karen
POV RaniaByurrr…(air disiramkan padaku)Aku mulai membuka mataku dan tersadar. Lalu aku kaget dengan keadaan tubuhku terikat tali yang kencang."Aku dimana? Siapa kalian? Kenapa kalian culik aku? Apa aku mengenal kalian?" Tanya ku pada mereka yang di hadapan ku."Lepaskan aku, aku sama sekali tidak mengenal kalian, lepaskan aku!!!" Teriakku pada mereka yang menculikku."Selamat datang, nona Rania Irtiza atau saya panggil nona Rania Adam Zayn Irtiza." Suara seseorang yang jauh dari pandangan dan ia pun mulai mendekati ku."Kamu?" Ucapku dengan rasa kaget setelah melihat siapa yang dihadapan ku."Apa kamu masih mengingat saya?" Ucap Theresia."Bukannya kamu di penjara? Kenapa bisa kamu terlepas?" Tanyaku seraya terus berusaha melepaskan tali yang mengikatku."Itu bukan urusan anda. Apa
POV Zayn.Aku mulai kalap, saat melihat istriku tak berdaya dan tak sadarkan diri.Ambulan pun datang, dan langsung membawa kami ke rumah sakit. Rania langsung dibawa ke ruang UGD dan langsung ditangani oleh para dokter."Bapak tunggu disini ya, kami akan menangani istri bapak." Ucap suster rumah sakit"Tolong istri saya dok, lakukan yang terbaik, istriku tengah hamil juga, tolong selamatkan mereka dok." Ucapku yang tengah khawatir."Baik pak, kami akan menangani istri anda dengan melakukan yang terbaik, bapak tunggu saja disini." Ucap dokter ituSudah hampir tiga jam berlalu namun tak seorang pun yang keluar dari ruangan UGD itu."Aku harus menelpon ibu dan ayah, takutnya mereka khawatir." Ucapku seraya menelpon ayah."Halo ayah, yah aku di rumah sakit, Rania… Rania dia sedang krisis ayah " ucapku seraya
Operasi selesai, namun dokter masih belum tahu perkembangan Rania, dalam beberapa jam ke depan."Dok, bagaimana keadaan istri saya?" Tanyaku pada dokter yang mengoperasi Rania."Kami masih menunggu reaksi dari istri bapak, sampai beberapa jam ke depan." Jawab dokter spesialis bedah.Sungguh jawabannya masih belum bisa membuatku tenang."Kami akan memindahkan pasien ke ruangan ICU untuk sementara waktu sampai keadaan pasien stabil." Ucap dokter itu.Rania pun keluar dari ruangan operasi dan mulai di pindahkan ke ruangan ICU.Aku terpukul melihat kondisi Rania, yang masih kritis."Dok, apa saya boleh masuk? Menemani istriku di dalam." Tanyaku pada dokter."Boleh, tetapi hanya satu orang saja yang boleh masuk." Jawab dokter."Oh ya, pasien sudah di berikan obat bius, jadi biarkan pasien tertidur dulu ya." Tambah d
POV RaniaHatiku sakit melihat suamiku terus-menerus dipukul hingga saat aku melihat ada seseorang yang ingin memukul suamiku dari arah belakang dengan menggunakan kursi dari kayu.Aku pun langsung berlari ke arah suamiku dan memeluknya agar tak terkena pukulan kursi itu.Saat setelah aku terkena pukulan kursi itu, pelan-pelan mataku mulai terpejam dan aku tak sadarkan diri.Ditengah kegelapan aku menemukan jalan yang penuh cahaya terang, saat aku hendak menuju cahaya itu tiba-tiba aku mendengar seseorang yang tengah memanggil-manggil namaku.Itu sepertinya suara Mas Zayn. Dia terus menerus memanggil namaku, saat aku hendak menoleh ada yang memegang tanganku, itu adalah mas Zayn."Kamu mau kemana? Jangan pergi!! Apa kamu marah? Apa kamu tersinggung saat aku mengucapkan kata-kata yang tak senonoh itu, aku minta maaf, aku menyesal telah berkata itu padamu. Aku
Sore hari saat dokter dan perawat datang untuk memeriksa rutin."Bagus, keadaan istri bapak berangsur membaik dengan cepat, mungkin besok istri bapak sudah bisa di pindahkan ke ruangan inap, untuk perawatan lebih lanjut ya." Ucap dokter dan membuat Zayn tersenyum bahagia mendengar itu."Alhamdulillah, terimakasih ya dok." Jawab Zayn seraya tersenyum bahagia."Jangan lupa minum obat nya ya, saya permisi keluar untuk memeriksa pasien yang lain." Pamit dokternya.Tak lama dari itu ada seseorang yang mengantarkan makanan untukku."Ini tuan makanan untuk pasien, dan ini obatnya ya." Ucap perawat itu."Terimakasih ya sus." Ucap Zayn seraya tersenyum."Sekarang waktunya makan ya sayang, ni coba buka mulutnya." Ucapnya seraya menyodorka suapan nasi untukku."Bagus, makan yang banyak ya, kali ini kamu harus menghabiskan makana
Malam terasa sangat panjang, aku tidur membelakangi nya dengan mata yang terus menangis. Akhirnya malam berganti pagi hari."Selamat pagi sayang, sudah bangun ya." Sapa Zayn padaku, aku tau dia pun tidak tidur, terlihat dari lingkaran hitam di matanya."Pagi, saat nya pindah ruangan ya." Sapa perawat seraya membawa kursi roda untuk memindahkan kunke ruang inap.Aku pun di pangku oleh Zayn dan didudukkan di kursi roda. Saat aku dipangku Zayn mata kita saling memandang, tatapan matanya yang dalam membuat hatiku bergetar.Lalu aku pun pindah ruangan dengan menggunakan kursi roda yang dibantu didorong oleh Zayn.Lalu aku pun di pangku kembali untuk di tidurkan lagi ke tempat tidur nya, dan dokter pun datang untuk memeriksa ku."Keadaan istri anda semakin membaik, jika terus seperti ini paling dalam waktu beberapa hari kedepan istri bapak bisa pulang." Ucap dokter
Hari berganti hari Zayn terus merawatku dengan telaten. Tak terasa waktu sudah berlalu selama sebulan setelah kejadian penculikan itu.Namun aku masih enggan berbicara dengan Zayn.Keadaan ku pun berangsur membaik, dan aku sudah mulai bisa berjalan tanpa bantuan.Perutku pun sudah mulai membesar."Nak, besok adalah hari yang tetap untuk membuat acara syukuran, karena kamu sudah pulih, ada baiknya kita buat acara syukuran kesembuhan mu, dan sekaligus acara syukuran kehamilan kamu ya sayang, gimana?" Ucap ibu mertua."Iya Bu." Jawabku."Ibu senang sekali akhirnya kamu mau berbicara lagi, nggak terus-terusan diam." Ucap Ibu mertuaku."Baiklah, nanti ibu bicarakan dengan suamimu ya sayang, sekarang istirahat ya sayang." Ucapnya seraya keluar dari kamarku.Setelah ibu keluar dari kamar, aku melihat jam menunjuk
Setelah makan siang mereka semua berbincang di ruang keluarga."Bu, jadi rencananya kami akan merayakan ulang tahun zhahir disini. Aku ingin merayakan ulang tahun zhahir dengan berkumpul semua keluarga. Sekalian mengenalkan zhahir pada semua keluarga. Lagian zhahir kan belum pernah bertemu dengan semua keluarga kita."jelas Zayn yang membuka topik pembicaraan."Itu rencana yang bagus nak, nanti biar ayah yang mengundang semua keluarga kita, termasuk keluarga Rania juga."jawab ayahnya Zayn yang setuju dengan rencana Zayn."Ibu juga setuju, nanti biar ibu yang siapkan semua keperluan pestanya."ujar ibunya Zayn."Nak, kamu mau tema apa sayang?"tanya ibunya Zayn pada zhahir."Apa saja Oma."jawab zhahir seraya menoleh ke arah Omanya."Oh iya Bu, nanti sore rencananya kita akan ke rumah orang tuanya Rania, ya sekalian memberi tahu rencana ini."ucap Zayn seraya melirik Rania, Rania tersenyum."Aku ikut kan dad?"tanya Zhahir seraya menoleh ke arah Zayn."Tentu saja sayang, memangnya kamu nggak
Setelah selesai membantu zhahir. Zayn kembali ke ruang kerjanya dan Rania sudah tak ada disitu, lalu ia mencari Rania ke kamarnya dan betul, Rania tengah membereskan barang-barang yang hendak di bawa."Mas, dari mana?"tanya Rania seraya menoleh ke arah Zayn. Zayn terdiam tak menjawab pertanyaan Rania."Mas, kamu kenapa?"tanya Rania seraya menatap wajah Zayn."Kamu benar sayang, anak kita tidak seperti anak seusianya."ucap Zayn seraya duduk di pinggiran tempat tidur."Mas tadi membantu zhahir membereskan barang yang akan dia akan bawa, dan mas melihat semua barang hasil karyanya, dan itu bukan layaknya hasil karya anak seusianya."ucap Zayn dengan wajah terkejut."Dan kamu tahu sayang, dia melukis wajah mas, saat mas membereskan barang-barang nya sayang, dan hasilnya bagus sekali."sambung Zayn seraya menggenggam kedua tangannya Rania.Rania hanya terdiam mendengar semuanya, ia karena dia sudah tahu semua itu, dan ia sudah memberitahu suaminya namun, suaminya tidak menanggapi semuanya de
Tak terasa waktu berlalu, sudah hampir 3 tahun lebih Rania dan Zayn meninggalkan Indonesia. Zhahir yang sebentar lagi genap berusia 3 tahun kini ia tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pintar, namun ia mempunyai karakter yang sama dengan ayah nya dia dingin, namun penyayang.Zhahir yang mempunyai IQ tinggi di usianya, dia sudah bisa mengoperasikan komputer dan gadget mana pun. Dia tak seperti anak seusianya yang lain yang senang dengan mainannya, zhahir malah asyik menciptakan sesuatu yang baru yang dia buat dari barang-barang yang ada di di rumah.Di umur yang belum genap 3 tahun zhahir bisa menciptakan robot mini. Kemampuan ini dia dapatkan dari ayahnya. Zayn yang kini menjadi pemilik perusahaan di Athena, perusahaan teknologi terbesar disana. Berkat usahanya kini perusahaannya melaju dengan pesat."Nak, kamu lagi apa sayang?"zhahir yang tengah sibuk. Hingga dia tak sadar mama nya tengah memperhatikannya."Mommy, bagus kan?"zhahir menunjukkan hasil karyanya. Selain dia suka dengan te
Saat ini Rania mengantarkan kedua orangtuanya Zayn ke bandara untuk kepulangan mereka ke Indonesia. Namun Zayn tak bisa ikut mengantarkan orang tuanya."Sayang, mama pulang dulu ya, kamu jaga diri baik-baik ya, nanti kalau ayahmu ada waktu senggang, kita akan berkunjung lagi kesini."ujar ibunya Zayn seraya memeluk Rania."Iya ma, hati-hati ya ma, nanti kalau sudah sampai jangan lupa telepon ya, kalau sudah sampai Indonesia."jawab Rania."Nak, tolong selalu perhatikan Zayn ya sayang, ayah masih takut dia berbuat macam-macam lagi, kamu tahu kan, alasan kalian pindah kesini."bisik ayahnya Zayn seraya memeluk Rania."Iya yah."jawab Rania seraya mengangguk.Mereka pun pergi dan pesawatnya pun lepas landas. Dalam perjalanan pulang Rania terus merenungi pesan ayah mertuanya. Rania kembali mengingat alasan kenapa Zayn memilih tinggal jauh dari orangtuanya."Mas, pesawat ayah sudah lepas landas, dan sekarang aku langsung pulang ya."pesan Rania pada Zayn. Namun saat ini Zayn sangat sibuk dan be
Siang hari saat orang tua Zayn tengah istirahat dikamarnya.Rania pun tengah ada di kamarnya dan ia berencana untuk menelpon Zayn lewat panggilan video dia berencana ingin memberi kejutan untuk Zayn.Tuuut…tuuu…tuuut.."Assalamualaikum, tumben video call?"sapa Zayn diseberang telepon."Iya nih, ada yang pengen ketemu ayahnya, kan tadi pagi nggak sempet ketemu katanya."ucap Rania seraya tertawa kecil."Siapa?"tanya Zayn yang heran."Emang siapa lagi kalau bukan anakmu ini. Ini sayang tuh ayahnya. Ayo sapa ayahnya."ucap Rania seraya melihatkan layar handphone nya pada zhahir agar terlihat ayahnya."Ya..yah."panggil zhahir. Zayn terbelalak tak percaya mendengar itu."Masyaallah, anak ayah sudah bisa manggil ayah. Ayah seneng banget denger nya, ayo panggil lagi sayang, ayah pengen denger lagi."ucap Zayn "Ya yah, pu..Lang."ucap zhahir."Wah katanya sudah nambah lagi, pintarnya anak mama."ucap Rania seraya memeluk zhahir."Iya nanti ayah pulang ya sayang, ayah masih belum beres kerjanya sa
Keesokan harinya Zayn sudah mulai disibukkan dengan pekerjaannya. "Pagi sayang."sapa Zayn yang tengah berjalan menuruni tangga dan mendekati Rania lalu memberikan morning kiss nya."Pagi mas, ini sayang, teh hijaunya, dan sebentar lagi sarapannya siap."ujar Rania seraya menyodorkan teh hijau untuk Zayn."Terima kasih sayang."ucap Zayn seraya tersenyum renyah."Zhahir belum bangun ya?"tanya Zayn."Belum mas, tadi subuh dia bangun mas, ngajak main, terus baru tidur lagi barusan."jawab Rania seraya masih bergelut dengan kesibukannya di dapur."Ini mas, sarapan nya sudah jadi, ayo kita sarapan."ajak Rania.Saat mereka hendak sarapan tiba-tiba bel berbunyi.Ting…nong…Ting…nong…"Sudah, biar mas yang bukain pintunya."ujar Zayn."Thank you sayang."ucap Rania seraya tersenyum. Zayn berjalan menuju pintu depan dan membuka pintunya."Ibu, ayah, kalian kok nggak bilang mau kesini kan bisa aku jemput."ujar Zayn yang terkejut dengan kedatangan orang tuanya.Kedua orang tuanya tersenyum begitu jug
Zayn yang tengah menunggu laporan dari sekretarisnya. Ia memutuskan untuk menelpon Rania.Tuuut…tuuut…tuuut"Assalamualaikum."sapa Rania dengan suara sedikit serak."Waalaikumsalam. Kamu kenapa sayang, abis nangis ya? Kenapa? Ada masalah?"tanya Zayn yang khawatir."Nggak apa-apa kok mas, ini tadi aku keselek pas minum jadi batuk-batuk mas, eh malah jadi serak deh suaranya."jawab Rania, padahal ia memang habis menangis."Oh begitu, mas kira kamu kenapa? Sekarang masih batuk? Mau mas beliin obat pereda batuk?"ujar Zayn."Nggak usah mas, pake air anget juga udah mendingan, mas jangan khawatir, aku sama zhahir baik-baik aja kok."jawab Rania."Iya sudah ya mas, ini lagi nanggung beres-beres rumah mumpung zhahir tidur."ucap Rania"Assalamualaikum."pamit Rania seraya menutup panggilan telepon, tanpa menunggu jawaban Zayn."Waalaikumsalam."jawab Zayn dengan heran panggilan nya langsung di matikan oleh Rania.Karena merasa aneh dengan tingkah Rania, Zayn memutuskan pulang lebih awal. Lagi pula
Pagi hari ini Zayn mulai bersiap untuk pergi bekerja, ini hari pertama dia bekerja di perusahaan milik ayahnya yang di Athena, karena selama ini dia hanya tau kalau ayahnya mempunyai perusahaan di Athena dan belum pernah kesana.Seperti biasa Rania sudah berada di dapur menyiapkan makanan untuk sarapan pagi."Kamu sudah bangun lagi sayang?"tanya Zayn seraya menuruni tangga."Iya mas, mas sekarang sudah mulai masuk kerja ya?"tanya Rania seraya masih bergelut dengan kesibukannya di dapur."Iya sayang, hari ini sebenarnya hari pertama mas menginjakkan kaki mas di perusahaan ayah yang disini."jawab Zayn, seraya duduk di depan dapur."Jadi mas, belum pernah kesini, maksud aku, mas belum pernah kerja disini ya?"tanya Rania yang heran."Belum sayang."jawab Zayn."Terus kok mas bisa beli rumah disini, dan punya rencana membina rumah tangga disini?"tanya Rania kembali."Iya itu dulu saat… mas masih berhubungan dengan Mikha, dan rumah ini adalah impian kami berdua. Tapi …"jawab Zayn yang ragu d
Setelah sarapan dan bersiap mereka pun pergi menuju pusat perbelanjaan."Wah mas, jalanan disini sepi ya mas, nggak kayak di Indonesia yang selalu macet, jadi ini seperti jalan milik kita saja."ucap Rania seraya melihat ke arah jalan. Zayn tertawa kecil mendengar ucapan rania."Iya sayang, ini lah Athena, disini memang cocok buat kita yang ingin mendapatkan hidup tenang."ucap Zayn seraya tertawa kecil."Mudah-mudahan kamu betah ya sayang."ujar Zayn Rania hanya tersenyum mendengar ucapan Zayn.Rania menatap lekat jalanan seolah ada yang dia pikirkan."Apa yang kamu pikirkan sayang?"tanya Zayn yang melihat istrinya seperti sedang memikirkan sesuatu."Nggak ada mas, hanya saja aku teringat keluarga kita mas di Indonesia, mungkin sekarang ibu pasti kesepian di rumah."jawab Rania tanpa menoleh ke arah Zayn."Pasti ibu akan terbiasa sayang, lag