Jesica membantu Jeno tidur di kasur. Wanita cantik itu menaikkan selimut sambil mengusap kepala Jeno penuh kasih sayang saat sang putra memeluk guling. Kondisi Jeno belum pulih sepenuhnya membuat kepalanya masih terasa hangat.
"Istirahat nyenyak, sayang. Anggap rumah Jeno sendiri." Ucap Jesica lalu mengecup kening Jeno.
Jeno bergumam, cowok berkaos putih oversize itu mulai menyamankan posisi tidur di salah satu kamar di rumah Jesica karena belum siap pulang kerumah Dirgantara. Karena pulang ke rumah Dirgantara sama saja merobek luka yang masih basah.
Hati Jeno rasanya perih saat membaca tulisan 'Turut Berduka Cinta' di sepanjang jalanan menuju rumah Mika. Rasanya seperti mimpi buruk Mika pergi secepat ini.
Jeno memejamkan mata, berharap tidak bangun lagi.
Jesica menutup pintu, bibirnya tersenyum smirk merasa satu langkah di depan Dirgantara karena Jeno mau pulang ke rumahnya dan lebih memilihnya saat dalam keadaan ber
"YOS!""YOS!"Daniel yang ada di koridor sebrang merapatkan bibir ketika mendengar Yuna berteriak keras memanggil Yosi. Dia sedikit meringis saat beberapa murid memandang Yuna karena suara kerasnya menarik perhatian. Apalagi jam bubar sekolah seperti ini, ramai dimana-mana murid keluar dari kelas.Hmm ... Yuna yang teriak Daniel yang malu.Daniel segera melesat saat melihat kekasih barunya muncul bersama teman-teman kelasnya mengobrol riang membuat antrian panjang di belakang mengular. Mereka yang tepat di belakang merengut ingin misuh-misuh menegur sedangkan yang di belakang mejongak-mejongok dengan tenag dan sabar karena maklum jam pulang jadi koridor ramai dan antre untuk ke tangga.Kedatangan Daniel membuat salah satu dari mereka mengangkat wajah lebih duluh. "Eh, Dan. Cari Yuna ya? Di keluar duluan." Ucap Gisel memberi tahu.Daniel mengangguk menanggapi. "Gue cari Jeje. Mau ngajak pulang bareng."Gisel dan dua teman l
Jeje melepas helemnya. Dia memandang kagum rumah besar di depannya sambil menguasai ekspresi wajah tetap tenang agar tidak terlihat norak. Walau Jeje sering ke taman depan komplek Daniel karena desanya ada di sekitar komplek Daniel tapi Jeje tidak pernah masuk komplek Bringinwareng A karena harus memiliki kartu akses."Ayo masuk!"Jeje mengerjab, dia meletakkan helemnya di jok motor lalu membuntut Daniel yang sudah berjalan lebih dulu "ngapain bawa gue ke rumah lo?" Tanya Jeje kini di samping Daniel.Daniel berdecak kecil, kini mereka naik tangga untuk ke teras depan "Kan gue udah bilang. Bantuin lo ngurangin rasa suka ke Jeno.""Ya kenapa ke rumah lo?""Ya emang kenapa?" Balas Daniel bertanya. "Rumah gue banyak kejutan. Lo pasti bakal terheran-heran, terkagum-kamu." Kata Daniel bersungguh-sungguh membuat Jeje menggerakkan bibir bawa meledek tak percaya. "Setidaknya untuk hari ini lo bisa melupakan Jeno."Jeje merapat
Jeje masih saja cemberut saat Daniel mengajaknya ke kamar. Cowok berkaos putih polos itu mendesah lelah "udahlah stop ngarepin dia! Lo udah punya gue!" Katanya memperingati.Jeje melirik Daniel malas "inget posisi lo!" Ucapnya juga memperingati.Daniel melengos malas, cowok berkaos putih polos itu meraih tangan Jeje membuat cewek berrambut sebahu itu mendelik "heh!" Pekiknya menyentak tangan. "Mau apa lo?" Tanyanya curiga. Jeje jadi tersentak saat menyadari kini berada di kamar Daniel yang secara reflek mengambil ancang-ancang melindungi diri.Daniel kembali melengos, dia kearah balkon membuat Jeje secara naluri memperhatikan yang kemudian membuka mata lebar dengan tangan menutup mulut yang terbuka lebar. Jeje segera menyusul Daniel keluar. "Wahhh ..." kagumnya.Daniel smirk sombong "apa gue bilang. Rumah gue penuh kejutan. Lo pasti bakal terkagum-kagum terheran-heran."Jeje loncat-loncat kegiarangan, dia menepuk-nepuk punda
Juwi naik ke lift tabung transparan untuk menuju lantai bawah karena perutnya terasa lapar. Dia sudah berganti dengan pakaian santai rumah. Dia juga sudah menghapus make up dan tatanan rambutnya karena jujur Juwi sama sekali tidak nyaman dengan itu semua. Juwi lebih suka tanpa make up dan rambut kuncir cepol asal karena terbiasa di desa seperti itu.Saat lift tabung transparan sampai bawah, Juwi menyerngitkan dahi bingung saat lift tidak bisa di buka malah membawanya kembali ke atas. Juwi jadi bergerak gelisah, jantung berdetak dua kali lipat lebih cepat dari biasa karena takut lifnya rusak yang bisa mengakibatkan keselamatannya terancam.Juwi segera keluar saat lift terbuka, dia mendesah lega yang kemudian terlonjak kaget saat tangannya di tarik paksa. Cewek berkaos kuning bertuliskan huruf 'U' itu mencoba menguasi diri, mengerjabkan mata menetralkan pandangan untuk melihat siapa yang menariknya. "Daddy? Kenapa?""Kamu sembunyi dulu. Sembunyi di kamar Jeno."
Jeno ke kamarnya setelah mewarnai rambutnya kembali ke hitam bersama hair stylist yang di panggil Jesica ke rumah agar besok bisa kembali bersekolah. Jeno melihat penampilannya di depan cermin sambil menyibak rambut ke belakang dengan jari memastikan semua rambutnya sudah berwarna hitam. Walau dapat di pastikan tidak akan ada yang terlewat karena memakai hair stylist profesional.Kepala Jeno tertoleh saat pintu yang belum sepenuhnya tertutup di ketuk sekali lalu di buka lebar. "Ngapain?" Sewot Jeno.Yuna masuk kamar Jeno melewati Jeno begitu saja lalu merebahkan diri di kasur king size Jeno. "Main yuk, kemana kek. Bosen banget di rumah.""Dih ..." decih Jeno. Cowok itu kini duduk di meja belajar sambil melipat tangan di depan dada melihat Yuna. "Cowok lo kemana? Putus?"Yuna melirik malas "lo enggak bakalan tahu soalnya lo belum pernah pacaran." Hardik Yuna membuat Jeno melengos. "Ayo jalan!""Males."Yuna mengambil guling lalu m
Yedam yang ada di dekat jendela memanjangkan kepala saat melihat Jeno dan Yuna berjalan bersama dari parkiran menuju kafenya. Cowok berkaos hitam bergambar papan catur itu meloncat keluar membuat Yuna mengibaskan tangan hingga tanpa sengaja mengampar wajah Yedam sampai berbunyi nyaring. "Kasar banget!" Aduh Yedam memegang keningnya yang terasa perih karena sabetan tangan Yuna."Lagian lo ngapain di situ, busettt?" Tanya Yuna yang kini melewati Yedam begitu saja ke arah meja barista menuju Yosi yang sedang menjadi operator instagram live.Yedam membuntut, Jeno yang datang bersama Yuna jadi tertinggal. "Tumben barengan, ada angin apaan nih?" Tanya Yedam membuat Yuna yang baru memesan minum melengos. "Lo berdua enggak lagi ngedate kan?""Orang gila!" Amuk Yuna memukul kepala Yedam membuat Yedam menjauh, kemudian menoleh pada Jeno yang sedang melihat seorang pengunjung bernyanyi di depan. "Lo apa, Jen?""Samain."Yedam memajukan wajah denga
"Dara's Colection."Jonathan berdiri di depan salah satu butik terkenal yang ada di Kota Jakarta. Laki-laki berusia 25 tahun itu melihat ponselnya sambil mencocokan alamat yang tertera di website Dara Colection.Setelah memastikan alamat yang tertera benar, Jonathan masuk yang langsung di sambut pramuniaga yang berjaga di depan pintu. "Selamat pagi. Selamat datang di Dara's Colection."Jonathan mengangguk sambil tersenyum ramah. "Mbak benar di sini sedang mencari model?""Ohh ... benar, mas. Mari saya antar." Ucap pramuniaga mempersilahkan lalu jalan lebih dulu membuat Jonathan membuntut. "Calon model yang lain juga sudah datang." Lanjutnya memberi tahu."Sudah berapa orang, Mbak?""Mungkin puluhan?!"Jonathan mengangguk. Diam-diam merasa kawatir karena semakin banyak yang ikut audisi, peluang akan semakin kecil.Jonathan memanjangkan kepala saat melihat para model sedang menunggu di sofa depan sebuah ruangan.
"Ayo masuk! Nunggu apa sih?"Yuna berdecak, dia memukul kepala Daniel karena Daniel seperti orang bodoh berdiri di depan gerbang sambil mengecek ponsel dan jam tangannya setiap detik. Mereka baru saja turun dari mobil milik keluarga Mananta karena motor Daniel menginap di kafe Prince. "Jangan bilang lagi nunggu, Jeje?!!""Iya." Jawab Daniel tanpa dosa. "Lo kalau mau masuk, masuk aja. Tahu jalan ke kelas kan!!?"Yuna berkacak pinggang, dia tidak peduli dengan beberapa murid RHS yang mewatinya dan curi-curi ingin tahu. "Gue enggak suka ya kalau lo bucin kayak gini."Daniel berdecak, jadi mengangkat wajah menatap Yuna. "Apa sih? Lo punya pacar gue enggak pernah ikut campur! Sekarang gue yang punya pacar kenapa lo ikut campur?"Yuna mendesah panjang. "Fine!" Ucapnya lalu pergi meninggalkan Daniel begitu saja. Cewek berambut lurus panjang itu melangkah lebar menuju lobi lalu belok ke koridor sayap kanan."Gue enggak masalah lo punya pacar t
"Kita enggak jadi break?"Yuna yang baru keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri dari sisa pergulatan panasnya dengan Jonathan berjalan kearah bajunya yang tergeletak di bawah tempat tidur.Dengan santainya cewek berambut panjang lurus itu membuka kimono handuknya lalu membungkuk memungut bra. "Eung ... enggak. Kayaknya aku bisa jalani keduanya."Jonathan yang duduk bersandar pada kepala kasur dengan tubuh bagian atas yang di biarkan terkespos mengangguk. "Bagus deh. Jadi aku enggak perlu nahan-nahan kalau kangen.""Nahan apa?""Nahan kangen, sayang!"Yuna mengangguk saja. Kini dia memakai CD lalu mengambil seragam sekolahnya. Sebelum memakainya, Yuna melihat kearah Jonathan. "Kak ..." panggil Yuna membuat Jonathan yang akan mengambil ponsel di nakas untuk cek email, menoleh. "Boleh sekali lagi enggak?""Apanya?" Goda Jonathan pura-pura tidak paham."Itu!" Yun meletakkan seragamnya lalu kembali membuka CD
"Udah sampai. Turun!"Daniel turun dari motor saat Jeje menghentikan motor di depan rumah sederhana yang sampingnya langsung terhubung dengan toko yang tutup karena tidak ada yang jaga karena ibu Jeje menunggui eyang sakit.Kepala Daniel terdongak ke atas saat melihat pohon anggur merambat dari tiang ke atas mengikuti kerangka membentuk payon membuat sekitarnya jadi adem juga sejuk. "Keren banget. Mendiang nyokap gue dulu pernah mau buat kayak gitu tapi gagal terus padahal udah datengin ahli taman."Jeje yang baru melepas helem menoleh. "Itu udah lama. Sebelum gue lahir kayaknya." Ucap Jeje mengajak Daniel ke teras rumahnya. "Bagus, ya? Tapi enggak pernah berbuah."Daniel menyerngit. "Kenapa?"Jeje mengedikkan bahu sambil mencari kunci rumah yang ada di bawah pot. "Mana gue tahu." Jawabnya lalu kearah pintu saat menemukan kunci rumah. "Walau enggak berbuah setidaknya masih bermanfaat buat adem-ademan rumah."Daniel mengangguk set
"Arghh ... akhirnya sampai rumah." Lenguh Jeno sambil mematikan mesin motor. Cowok tampan itu melangkahi motornya untuk turun lalu melepas helem kemudian meletakkan di gantungan khusus agar helemnya terangin-angin. Jeno berjalan masuk rumah melalui pintu samping yang langsung terhubung dengan pantri. Melihat ada kue cubit di atas piring, Jeno mendekat. "Wah enak kayaknya." Ucap Jeno saat melihat coklat yang lumer. Tanpa cuci tangan, cowok tampan itu mencubit kue lalu di masukkan ke mulut dalam sekali hap membuat mulutnya mengembang penuh, kemudian berlalu. Jeno memanjangkan kepala, cowoka tampan yang hendak naik tangga itu mengurungkan niatnya saat mendengar gonggongan anjing-anjing kecilnya membuat Jeno mendekat dengan riang. Jeno tersenyum saat Leon menyambutnya. Cowok tampan itu melepas tasnya lalu meletakkan tasnya sembarang di luar kandang. Jeno mengulas puncak kepala Leon dengan telunjuk "Hei, si ganteng." Sapanya membuat Leon
"Hai, kak."Jonathan tersenyum simpul, reflek memanjangkan kepala melihat ke luar jendela saat taxi yang di tumpanginya bergerak karena traffic light sudah berubah hijau. "Daniel motornya baru?" Ucap Jonathan entah bertanya atau menyindir.Yuna reflek menoleh saat Yosi belok ke pertigaan sedangkan taxi yang di tumpanginya lurus. "Itu Yosi, kak.""Yosi?"Yuna mengangguk, cewek berambut lurus panjang itu melepas helem lalu merapat ke Jonathan. "Jangan salah paham dulu. Aku cuman nebeng dia ke tempat bimbel." Bujuk Yuna meletakkan helem di pangkuan.Jonathan mengangguk-angguk, sebenarnya dia tidak mempermasalahkan. Malahan awalnya mengira kalau itu bukan Daniel, Jeno. Cowok berusia dua puluh lima tahun itu yang tadi melamun melihat keluar jendela tersenyum saat Yuna menjadi objek lamunannya. Jonathan memperhatikan Yuna karena rindu pada kekasihnya."Enggak jadi berangkat bimbel?""Jadi ..." jawab Yuna. Cewek berambut lu
"Juwita kabur.""Kabur gimana?"Sekembalinya dari area kolam renang samping rumah, Miss Dara duduk di sofa. Wanita itu meraih kopi yang maid siapkan saat dirinya datang tadi dengan sebelah tangan memegang ponsel melapor pada Dirgantara. "Dia enggak ada di rumah. Tiba-tiba ilang.""Ngaco! Mana mungkin, Dara! Dia enggak tahu Jakarta."Miss Dara menyesep kopinya. "Aku enggak bohong, Dirga. Juwita enggak ada di kamarnya. Maid udah cari keliling rumah sampai garasi, taman, depan gerbang. Enggak ada!""Pas gue tinggal anaknya masih, kok.""Iya, waktu maid panggil juga masih. Tapi enggak tahu tiba-tiba ilang.""Ck! Gue lagi di luar kota."Miss Dara meraih tasnya yang ada di meja untuk mencari TWS agar mudah melakukan aktivitas lain. "Terus gimana?" Tanya Miss Dara kini memasang TWS lalu meraih ipad untuk melihat calon model yang tidak bisa di urusnya penuh karena harus mengajar Juwi malah Juwi-nya menghilang.Dirgantara m
"Ice Americano ... sama toast tuna.""Hanya itu, kak?"Jonathan melihat etalase yang penuh cake, ice cream, susi dan berbagai macam makanan ringan lain yang tersusun rapi di dalam. "Hanya itu." Putus Jonathan karena dia harus menjaga berat badan."Pembayaran case atau pakai kartu?""Case.""Total dua ratus sepuluh ribu ya, kak."Jonathan mengeluarkan dompet lalu mengambil uang pas untuk di berikan pada kasair. Setelah mendapat struk pembelian Jonathan menerima nampan berisi pesanannya. "Terima kasih." Ucap Jonathan lalu ke meja singel yang ada di dekat jendela.Cowok berusia 25 tahun itu melepas sedotan dari pembungkus plastik lalu menancapkan ke ice Americanonya. Jonathan melihat area luar sambil menyesep kopinya. Atensinya melihat lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki yang melewati kafe.Jonathan mengerjab saat sebuah mobil mewah berhenti di depan kafe tempatnya berada yang tak lama beberapa pejalan kaki mendekat
"Ayo masuk! Nunggu apa sih?"Yuna berdecak, dia memukul kepala Daniel karena Daniel seperti orang bodoh berdiri di depan gerbang sambil mengecek ponsel dan jam tangannya setiap detik. Mereka baru saja turun dari mobil milik keluarga Mananta karena motor Daniel menginap di kafe Prince. "Jangan bilang lagi nunggu, Jeje?!!""Iya." Jawab Daniel tanpa dosa. "Lo kalau mau masuk, masuk aja. Tahu jalan ke kelas kan!!?"Yuna berkacak pinggang, dia tidak peduli dengan beberapa murid RHS yang mewatinya dan curi-curi ingin tahu. "Gue enggak suka ya kalau lo bucin kayak gini."Daniel berdecak, jadi mengangkat wajah menatap Yuna. "Apa sih? Lo punya pacar gue enggak pernah ikut campur! Sekarang gue yang punya pacar kenapa lo ikut campur?"Yuna mendesah panjang. "Fine!" Ucapnya lalu pergi meninggalkan Daniel begitu saja. Cewek berambut lurus panjang itu melangkah lebar menuju lobi lalu belok ke koridor sayap kanan."Gue enggak masalah lo punya pacar t
"Dara's Colection."Jonathan berdiri di depan salah satu butik terkenal yang ada di Kota Jakarta. Laki-laki berusia 25 tahun itu melihat ponselnya sambil mencocokan alamat yang tertera di website Dara Colection.Setelah memastikan alamat yang tertera benar, Jonathan masuk yang langsung di sambut pramuniaga yang berjaga di depan pintu. "Selamat pagi. Selamat datang di Dara's Colection."Jonathan mengangguk sambil tersenyum ramah. "Mbak benar di sini sedang mencari model?""Ohh ... benar, mas. Mari saya antar." Ucap pramuniaga mempersilahkan lalu jalan lebih dulu membuat Jonathan membuntut. "Calon model yang lain juga sudah datang." Lanjutnya memberi tahu."Sudah berapa orang, Mbak?""Mungkin puluhan?!"Jonathan mengangguk. Diam-diam merasa kawatir karena semakin banyak yang ikut audisi, peluang akan semakin kecil.Jonathan memanjangkan kepala saat melihat para model sedang menunggu di sofa depan sebuah ruangan.
Yedam yang ada di dekat jendela memanjangkan kepala saat melihat Jeno dan Yuna berjalan bersama dari parkiran menuju kafenya. Cowok berkaos hitam bergambar papan catur itu meloncat keluar membuat Yuna mengibaskan tangan hingga tanpa sengaja mengampar wajah Yedam sampai berbunyi nyaring. "Kasar banget!" Aduh Yedam memegang keningnya yang terasa perih karena sabetan tangan Yuna."Lagian lo ngapain di situ, busettt?" Tanya Yuna yang kini melewati Yedam begitu saja ke arah meja barista menuju Yosi yang sedang menjadi operator instagram live.Yedam membuntut, Jeno yang datang bersama Yuna jadi tertinggal. "Tumben barengan, ada angin apaan nih?" Tanya Yedam membuat Yuna yang baru memesan minum melengos. "Lo berdua enggak lagi ngedate kan?""Orang gila!" Amuk Yuna memukul kepala Yedam membuat Yedam menjauh, kemudian menoleh pada Jeno yang sedang melihat seorang pengunjung bernyanyi di depan. "Lo apa, Jen?""Samain."Yedam memajukan wajah denga