“Kenapa?”
“Nanti Melvin curiga dengan hubungan kita. Aku tidak mau kakak terlibat dalam perceraian aku dan Melvin.”
“Eh Zee … aku tidak masalah jika Melvin tidak suka kepadaku bahkan mengatakan aku terlibat di dalam perceraian kalian. Toh kalian memang bermasalah sebelum aku datang!”
“Aku yang bermasalah, Kak. Terus terang aku hanya mau bercerai secara hukum dengan baik-baik. Tanpa membawa orang lain lagi. Cukup hanya aku dan Melvin yang terlibat. Biarkan kami menyelesaikan semuanya sendiri, tanpa bantuan orang lain,” tegas Zee.
“Aku hanya ingin memberikan kamu dukungan moril saja.”
“Terima kasih, Kak. Tapi serius, aku tidak mau ditemani ke mediasi nanti
“Mama Nina …” Zee sangat terkejut saat melihat Nina menjadi pelayan di sebuah restaurant. Tidak pernah sekalipun terlintas dipikiran Zee bahwa Nina mau untuk bekerja apalagi menjadi seorang pelayan. Bukankah waktu itu Nina meminta pekerjaan kepada Virni untuk Robert karena Nina tidak mau bekerja? Ada angin apa yang membuat Nina mau bekerja sebagai pelayan restaurant.“Ke-kenapa kamu bersama Theo? Apakah kalian sekarang berhubungan?” selidik Nina curiga.“Iya, Tante,” jawab Theo yakin sambil menggenggam tangan Zee. Ini kesempatan Theo untuk membuat Melvin dan keluarganya mundur dari mengganggu Zee. Theo harus melindungi Zee.Zee tercengang mendengar pengakuan Theo. Bagaimana bisa Theo mengaku seperti itu?“Pantas saja kamu
“Ibu Rita …” Nina tercengang ternyata bos besarnya sudah berada di kerumunan penonton dan mendengarkan perdebatannya dengan Theo dan Zee.“Tolong ikut ke ruanganku sekarang!” tegas Ibu Rita.Zee, Theo dan Nina mengikuti Ibu Rita dari belakang. Mereka menuju ke ruangan kaca milik Ibu Rita dimana ruangan tersebut adalah ruangan kedap suara.Setelah semua orang sudah masuk ke dalam ruangan, Ibu Rita duduk di kursi kebesarannya dan menatap wajah orang-orang yang membuat keributan di restaurantnya itu. Semua orang berdiri kecuali Ibu Rita yang sedang akan mengadili mereka.“Sekarang, bisakah kalian jelaskan apa yang sedang kalian ributkan kepadaku?” Ibu Rita menatap Nina, Zee dan Theo.&l
“Melvin sudah memberikanku talak tiga saat ia ketahuan menikah dengan Misya, sekarang kami sedang melakukan mediasi untuk perceraian secara hukum.”“Hmm … lantas bagaimana hubungan kamu dengan Theo sekarang?” tanya Rita lagi.Zee menjadi ragu untuk menjawabnya. Ia ingin sekali jujur mengatakan bahwa ia tidak memiliki hubungan apapun dengan Theo dan tidak menambahkan kebohongan kepada orang lain. Tapi entah mengapa bibirnya menjadi kelu untuk menjawab pertanyaan dari Ibu Rita.“Aku sangat menyukai Zee dan aku sudah memperkenalkan Zee kepada mama dan papa,” ucap Theo tiba-tiba.“Hah … kalian sudah sejauh itu?” ucap Nina spontan. Ia sangat tidak menyangka bahwa dalam waktu dua bulan, Zee sudah bisa menggant
“Hei … sopan kamu ya sama orang yang lebih tua!” Nina memperingatkan Theo. Ia merasa sudah kalah dari Theo.“Aku sopan kepada orang yang harus aku hormati. Dari tadi Tante selalu menghina aku dan Zee … menurutku, Tante tidak pantas untuk dihormati.”“Brengsek kamu!” Nina melangkah maju dan tangannya melayang hampir menampar Theo, tapi tangan Nina ditangkis oleh Zee.Sudah cukup semua ucapan pedih yang Nina lontarkan untuk Zee, Zee sudah tidak bisa menahan dirinya untuk berbicara semua beban di hatinya.“Mama Nina. Sebaiknya urusan seperti ini tidak perlu dibicarakan di hadapan Ibu Rita. Sudah cukup Mama mengumbar aibku dan Melvin di sini.” Zee memandang Nina dengan memelas.
“Sudah cukup kata-kata yang anda ucapkan, Ibu Nina,” ucap Ibu Rita melerai pertengkaran antara Nina dan Theo. Ia sudah mengerti duduk persoalannya.“Ma-maaf, Bu Rita,” ucap Nina seakan baru menyadari jika pertengkarannya itu ditonton oleh Ibu Rita, majikan barunya.“Tolong beritahukan kepada Melvin. Mulai hari ini, kalian aku berhentikan dari restaurant karena kalian tidak jujur. Aku paling tidak suka dengan orang berbohong! Gaji Ibu Nina akan aku bayar sesuai dengan jam kerja Ibu. Hmm tadi Ibu baru bekerja selama dua jam, jadi aku akan membayarnya sebanyak dua puluh ribu, seperti perjanjian awal kita.” tegas Ibu Rita, “Dan untuk gaji Melvin, hari ini ia tidak bekerja jadi aku tidak akan membayar gajinya.”“Tolong jangan pecat aku dan Melvin, Bu. Kami membutuhkan
Nina berteriak-teriak kepada seorang pria seperti orang gila. Ya ... Nina berteriak kepada Melvin yang kebetulan mengunjunginya sebelum melakukan mediasi dengan Zee."Anak bodoh! Anak kurang ajar!" teriak Nina histeris sambil memukulli tangan Melvin di hadapan umum."Ada apa ini, Ma?" tanya Melvin tidak mengerti."Kamu ini sangat bodoh, Mel dan karena kebodohan kamu itu kita dipecat dari restaurant," teriak Nina lebih histeris lagi."A-apa maksud Mama?""Dasar anak kurang ajar! Beraninya kamu tidak mengatakan bahwa kamu itu sudah memberikan talak tiga kepada Zee ... Selain itu kamu berbohong kepada Ibu Rita dan membuat mama menjadi malu!""Mel tidak mengerti."
"Mama …" ucap Theo kaget karena melihat Anita berada di belakang Melvin."Hai calon menantu kesayangan mama …," sapa Anita kepada Zee yang masih berdiri mematung. Zee sama sekali tidak menyangka bahwa Anita akan mengatakan hal itu kepadanya. Bahkan Anita merespon yang tidak Zee kira sama sekali."Tante … Zee itu masih istri Melvin!" ucap Melvin kesal."Iya … Tante tahu koq. Dari tadi kan Tante mendengarkan apa yang kamu ributkan dengan Zee," balas Anita santai. Seperti ia tidak mempermasalahkan status Zee saat ini."Apa Tante tidak keberatan? Theo itu pebinor, Tante! Theo merebut Zee dari Melvin." Melvin mencoba mencari sekutu. Ia ingin membuat Anita membenci Zee."Hei … Anakku itu bukan PEB
"Maafkan aku. Aku tidak bisa kembali lagi dengan Melvin," lirih Zee.Tentu saja Zee tidak mau merasakan kepedihan yang sama. Jika Melvin sudah berani selingkuh yang pertama, tidak ada hal yang tidak mungkin bahwa Melvin akan berani berselingkuh untuk yang kedua kalinya."Zee ... apakah tidak ada cinta lagi diantara kita? Kita sudah bersama hampir sepuluh tahun, Zee ... tidak adakah sedikit rasa untukku lagi?" ucap Melvin masih berlutut dan menangis."Rasa cinta itu awalnya ada dan aku ingin mencoba bersabar dengan cara poligami kamu, tapi setelah kamu berteriak dan mengancam untuk bercerai, di situ aku baru sadar, bahwa aku tidak berharga untuk kalian. Untuk apa aku bertahan dengan orang yang tidak menghargaiku?" balas Zee sambil terisak."A-aku akan menghargai kamu. Kita bisa menjalani mahligai rumah tangga kita lagi," janji Melvin dengan sepenuh hati."Tidak ..." tolak Zee."Kenapa, Zee?""Setelah kita berpisah, aku baru
Setiap pagi wajah Theo datang dengan cerah. Wajahnya berbahagia. Kali ini ponsel di tangannya masih aktif. Kakinya menapaki lantai dari lift menuju ruangannya melewati receptionis. "Sayang, aku sudah sampai Kantor. Aku akan pulang jam 5 sore. Kita makan malam ya? Aku tak sabar menunggu malam lagi" Theo terkekeh. Semenjak bersama Zee, jiwa romantisnya seakan tidak ada habisnya saja. Setiap hari, Theo selalu ingin cepat pulang dan bertemu dengan Zee.Theo mendengar jawaban lawan bicara di ponselnya, ia yakni Zee sedang mengecup mesra di ponselnya walau hanya kecupan di udara sambil mengatakan "Zee, aku sangat mencintaimu." Zee juga bahagia, "Terima kasih Kak Theo untuk semua hal yang indah sejak kamu menjadi suamiku. Aku juga mencintaimu.""Bye, Sayangku. I love you."Theo tak menyadari Vivi berada di belakangnya juga keluar dari lift. Hati Vivi tersayat. Vivi tahu bahwa Theo akan selalu menelepon istrinya dengan ucapan yang sangat manja dan penuh cinta sementara dulu Theo bukanlah o
Vivi merenung masih memikirkan Theo. Mamanya Melani masuk ke kamarnya. "Waktunya bagimu meninggalkan perusahaan Theo. Dia tidak mencintaimu. Kita punya perusahaan, Sayang. Kau harus belajar memimpin perusahaan ayahmu."Vivi menggeleng. "Aku lebih suka masak, Ma. Aku tidak berminat pada usaha Papa.""Hfff..." Melani menarik nafas berat. Vivi anaknya memang keras kepala. "Maksudmu? tetap menjadi sekretaris Theo, seorang bawahan. Diperintah sana dan sini?" Melani kecewa pada putrinya. "Mama mendampingi Papamu agar perusahaan kita maju. Kami berharap Kamu juga berjuang bersama kami agar kita tetap sejahtera.""Mama masih mengerti dengan bisnis Choco chipmu yang kini punya banyak cabang di mall-mall. Iseng-iseng untuk belajar memulai bisnis besar. Mama masih mengerti kamu melamar pekerjaan sekretaris padahal lulisan Hardvard. Untuk mengejar Theo orang yang sudah lama kamu sukai."Vivi acuh mendenagar omelan Mamanya. Melani menarik nafasnya kesal. "Tetapi tolong sudahi main-mainnya kamu
Virny dan Alex menyambut haru kedatangan Zee. Virny menangis memeluk putrinya. Jangan pergi lagi sayang, Mama rindu" "Zee juga rindu, Ma. Zee baik-baik saja, Ma. Jangan menangis." Zee memang merindukan Mamanya. Alex juga memeluk putrinya. Zidan menaruh semua tas di kamar Zee. Semua berbahagia untuk kedatangan Zee.Zee melihat pada Theo. Virny tersenyum pada Theo, "Bagaimana kamu bisa menemukan tempat persembunyian Zee, Theo?""Selama ini selalu bilang baik-baik saja. Tidak mau memberi alamatnya dengan alasan ingin menenangkan diri?" Virny penasaran."Setahun lebih mencari Zee, Tante. Terombang ambing tak menentu, Theo tidak ingin lagi kehilangan dia."Semua tersenyum, memandang dua sejoli ini. "Sebenarnya Zee hanya memintamu menyelesaikan masalahmu dengan Vivian. Itu langkah yang tepat, lihatlah kasusmu usai kita bisa berkumpul lagi." ujar Alex mengerti jalan pikiran Zee."Om, Tante perkenankan Theo tidak membuang waktu terlalu lama. Theo meminta restu kalian berdua. Theo ingin mel
Siang ini sepertinya semua bunga dibumi ini tumbuh hanya untuk Theo, dipetik dan dicurahkan begitu saja untuk hatinya. Kehadiran Zee siang ini memasak makananya tak diperkenankan olehnya. "Aku akan memasak untuk Kak Theo" ujar Zee bersiap ke dapur. Dipikirannya di kulkas ada banyak bahan untuk dimasak."Jangan Zee kita pesan makanan on line saja, aku tak mau kamu meninggalkanku bahkan hanya ke dapur. Aku takut Zee"Zee tertawa tak percaya, Theo seperti anak kecil yang takut ibunya pergi, Theo tak perduli. Ia tetap mengenggam tangan Zee. Bahkan Zee kesulitan untuk menggapai ponselnya. Zee membalas genggaman Theo. Memandang Theo. "Kak aku berjanji padamu, bersedia menjadi istrimu. Besok kita kerumah orang tuaku. Maafkan aku pernah meninggalkanmu. Tolong percayai aku." kedua netra mereka beradu. Theo melihat kesungguhan dan tatapan kerinduan pada netra Zee yang indah itu. Theo tersenyum. "Maafkan aku, Zee. Kamu benar, aku percaya padamu, Zee. Kita pesan on line dan makan berdua ya, Z
Theo hari ini merekah. Hatinya bak dilingkari pelangi. Ia tak dapat menangisi Zee lagi, Robin telah menemukan keberadaan Zee."Bos, Aku berhasil menemukan Zee." Robin sumringah menyampaikan laporannya. "HAH? Jangan bohongi aku. Aku butuh buktinya." tantang Theo tak percaya."Buka file yang kukirim. Ini Zee yang Bos maksud kan?"Theo membuka email, dan melihat file pdf yang terkirim dengan hati berdebar . Tampaklah gambar seorang wanita. 'Zee?' wajahnya cantik natural seperti biasanya tanpa make up berlebih, berbulu mata lentik, putih, rambutnya kini panjang kecoklatan. Zee mengecat rambutnya. Zee semakin cantik. Theo tak sanggup berkata, menyentuh gambar itu dengan hati berdebar. 'Zee.... Kamu cantik, sayang. Aku suka menatapmu dan mengetahui kamu baik-baik saja.' Batinnya bergemuruh."Katakan dimana foto ini diambil, Robin?" Suara Theo bergetar menahan sesuatu yang hangat yang seakan ingin tumpah dari matanya. Theo tak dapat mengendalikan perasaannya."Ada apa Bos? Dia Zee, atau Ze
"Melvin bangu...un, buka matamu. Bangun nak!! Lihat Mama!" Teriak Nina mengguncang bahu anaknya. Dokter Adrian menggeleng lemah. "Ikhlaskan Nyonya," kata Dokter itu iba melihat histetis Nina. Robert mencoba meraih tangan istrinya.Nina menggeleng. "Pa, dokter ini bohong. Kita jangan mau percaya." Tangan Nina melepas tangan Robert yang berusaha menggengamnya. Wajah Melvin ditutup kain putih oleh Suster."Tidaaaak .... Hiks. Anakku, tidak. Apa yang kalian lakukan? Kamu pikr dia mati? Dia memang bersalah, tapi dia anakku, dia berhak mendapat maaf dari siapapun percayalah dia anak baik, Suster!" tegas Nina. Vina memeluk anaknya. Metadang dan mengamuk pada siapa saja. "Ma... Tenanglah Ma, jangan seperti ini." Rio menenangkan Nina. Wajahnya juga sendu.Vina membiarkan Suster itu melaksanakan tugasnya. Menutup wajah Pasien "Vina, apa ini maksudnya?" tanya Nina pada anak perempuannya. Vina menangis. Terisak menjawab, "Kak Melvin tiada, Ma." Rio mengangguk meyakinkan Mamanya lagi. "Hu ...
Sudah 3 kali sidang dilakukan untuk pembacaan tuntutan dan pengumpulan bukti. Lelah terus-menerus hadir dan ingin segera mendengar putusan hakim. Itulah yang dirasakan semua tersangka, yakni Melvin, Vivian, Devan, Entis pada kasus Video porno ini. Vivian sudah dua kali ijin sakit untuk sekedar menghirup udara diluar penjara. Om Bram pengacaranya, sudah tak bisa membantunya lagi karena itu sudah batas maksimal ijin sakit. Vivian nanti dianggap belum dipenjara sudah sering melarikan diri dengan banyak alasan. Vivian mendengus kesal, ia tak suka Sel, tak suka jeruji hitam, lantai penjara bahkan semua hal tentang penjara. Sebanyak apapun ia membayar sipir agar bisa memabawa ponsel, laptop, dan semua kemudahan-kemudahan lain, penjara tetaplah penjara. Tak akan jadi istana. Vivian kini menyesali nasibnya. Berungkali Mama dan Papa menengoknya dan semua makin berat buat Vivian. Vivian ingin bebas. Air matanya menetes tak henti. Rasanya hidupnya pengap tetap disini. Ketika Bu Ivony, salah
Penangkapan Melvin di sebuah desa terpencil menjadi trending topic informasi di dunia maya, dan televisi. Kepolisian seakan menunjukkan bahwa mereka masih punya kinerja terbaik. Para warganet dan rakyat penyimak berita cukup puas dengan hasil kinerja kepolisian mereka menyanjung kepolisian yang sanggup mengungkap kasus ini dengan cepat.Bram Sirait selaku orang yang sudah menyinggung Bripka Anggara dalam suatu kesempatan bahwa kepolisian tidak akan bisa maksimal mencecar Vivian karena mereka juga punya kesalahan tidak bisa menangkap pelaku utama sampai saat ini kini hanya bisa diam menunduk kesal dan menyusun rencana terbaik untuk seluruh anggota timnya agar Vivian tidak mendapat hukuman penjara maksimal. "Om Bram, Vian sudah lelah dipenjara kok sekarang malah Melvin tertangkap aku takut Om, hiks.""Ah, Vian, jangan nangis gitu. Nanti Papamu akan marah sama Om. Om bisa usahakan supaya kamu dirawat di rumah sakit, dengan alasan sakit nanti kita atur itu, lumayan bisa seminggu sampe 10
Sementara guru mengaji Celine dan Vivian disisi Celine yang terisak. Celine berusaha memegangi tangan anaknya, padahal disisi kanan kiri anaknya ada dua polisi. Tiba-tiba Mereka terhenti sejenak dan terperangah... Didepan pintu rumah mereka ratusan wartawan menutup jalan hingga polisi harus berhenti.Flash... Flash.. Flash... Suara kamera dan cahaya silaunya keluar tak terhenti menyorot Vivian. "Vivian... Vivian sejak kapan anda berhijab?""Vivian... Vivian... Vivian...""Vivian, apa komentar anda?"Semua wartawan berebut, mengambil gambar Vivian. Mengabadikan tangan Vivian yang di borgol, hijab Vivian yang menggetarkan dan paduan busana dan wajah Vivian yang memang cantik. Vivian menutup wajahnya. Bram Sirait langsung membuat pagar untuk Vivian agar tak ada tangan iseng yang menarik, memaksa memotret dan sebagainya untuk Vivian."No Comment, tak ada komentar." ucap Bram Sirait menghalau mike dan pertanyaan-pertanyaan. Dua Bodyguard di sisi Vivian, Vivian diam menunduk justru pengaca