"Astaga aku lupa, Nadhira perkenalkan ini suamiku George. George ini Nadhira teman kuliah aku dulu."Ramah memang George, itu mungkin salah satu alasan kenapa Yusnita mau menikah dengannya di usianya yang masih muda dulu. Usia mereka selisih jauh sekitar 10 tahun, Yusnita menikah di usianya yang baru saja 19 tahun sedang George di usianya yang sudah 30 tahun, tetapi hubungan mereka harmonis saja tanpa berita miring tentang rumah tangganya."Halo aku Nadhira, senang berkenalan dengan anda," ucap Nadhira sambil melipat kedua telapak tangannya di depan dada."Aku George, suami Yusnita.""Oiya, maaf Yus, aku masuk dulu! Ini kartu namaku, datanglah ke rumah kalau kamu punya waktu Yus."Dengan senang hati Yusnita menerima kartu nama dari Nadhira, dia berfikir mumpung saat ini dia berada di Indonesia tentu kapan-kapan akan datang ke rumahnya sebelum dia kembali ke Amerika.Merasa pekerjaan sudah menunggu di dalam, secepatnya Nadhira meninggalkan pasangan suami istri itu. Dan benar saja, keda
"Permisi Dok, Dokter memanggil saya?""Iya, masuk."Datang seorang wanita muda di dampingi oleh suaminya, Ibu muda itu berjalan sambil memegangi perutnya yang masih rata, sesekali dia meringis merasakan nyeri yang terjadi di dalam kehamilannya yang masih 3 bulan."Maaf, Ibu, Bapak, mungkin Ibu dan Bapak sudah tau apa yang terjadi di dalam perut Ibu? Mungkin perawat saya sudah pernah mengatakan sebelumnya."Walau terlihat lebih muda darinya tetap Nadhira memanggilnya dengan sebutan Ibu karena, lambat laun wanita ini akan menjadi seorang Ibu, mengingat di rahimnya sudah ada calon bayi yang akan dia lahir kan nanti."Iya Dok, jadi bagaimana Dok? Saya berharap kalau bayi ini bisa di selamatkan Dok! Aku dan suami sudah lama menantikan datangnya seorang bayi. Kami sudah dua tahun menikah dan bayi ini sudah kami impikan sejak lama!"Degh!Ternyata kisahnya tidak jauh dari dirinya, mereka baru saja 2 tahun, lalu bagaimana perasaan Nadhira yang sudah 4 tahun menikah namun tidak kunjung punya.
"Mas kamu baru pulang? Kenapa malam sekali pulangnya Mas?""Iya, kan aku udah bilang kalau hari ini aku ada meeting penting dengan klien Pak Baskara! Kamu kenapa belum tidur?"Pasangan suami istri itu bergegas masuk ke kamar, Nadhira sudah menyiapkan air hangat untuk mandi Fahri. Mana mungkin dia membiarkan suaminya mandi di malam hari dengan air dingin."Ya udah, kamu mandi dulu! Air hangatnya udah aku siapkan di bak. Aku mau siapkan makan malam untukmu.""Nggak usah!"Degh!Penolakan Fahri justru membuat dia semakin yakin kalau orang yang dia lihat di Cafe benar-benar Fahri itu kenapa dia menolak untuk makan malam tentu karena masih kenyang."Loh kok nggak usah? Kan kamu belum makan Mas!""Em, aku ..., Aku masih kenyang! Nanti saja, aku ambil sendiri kalau aku lapar."Nadhira hanya tersenyum dan mengangguk dengan dada bergemuruh, ingin rasanya dia segera menanyakan itu tetapi dia tahan sampai suaminya selesai mandi.Sambil menunggu Fahri selesai mandi, Nadhira ke ruang kerja, mengec
"Ya Allah, kepalaku pusing sekali, kuatkan aku ya Allah!"Satu persatu Nadhira selesaikan tugas rumahnya sampai selesai di mana Fahri dan bu Sita sudah selesai sarapan, harapan dia yang mengira kalau Fahri sudah lupa atas masalah semalam ternyata tidak! Laki-laki itu lebih banyak diam sampai selesai sarapan. Ada pun dia bicara yaitu membalas omongan bu Sita, bukan bicara dengan Nadhira."Kamu mau pergi sekarang Mas, ya sudah! Ayok aku antar.""Nggak usah! Aku bisa pergi sendiri!""Makanya, kalau suami pulang itu di layani dengan baik! Kalau sudah kayak gini siapa yang repot! Kamu juga kan? Jadi istri kok nggak becus!"Ingin rasanya Nadhira berteriak sekencang mungkin, kenapa mertuanya bukan membantu dia untuk rukun kembali melainkan menjadi provokator dalam rumah tangganya."Ya sudah, kamu hati-hati di jalan."Hampa sekali hari itu, tanpa ada cium tangan Nadhira terhadap Fahri, Fahri pun tak memberi ciuman di kening Nadhira. Lagi itu seperi jalan sendiri-sendiri tanpa arah dan tujuan
"Fahri, temani aku makan siang yuk! Aku lapar!"Dengan nada bicaranya yang mengalun manja, Salsa bergelayut di pundak Fahri yang sedang mengerjakan tugas di meja kerjanya, beberapa hari ini mereka memang sering menghabiskan waktu bersama entah hanya sekedar makan, atau pun pergi ke tempat tamasya."Ayok! Kebetulan aku juga udah lapar. Aku malas sarapan tadi pagi, Nadhira hanya memasak nasi goreng dan aku sangat bosan! Lebih baik aku pergi makan siang dengan cewek secantik kamu!" ucapnya sambil menyentil hidung mancung Salsa yang wajahnya tepat di samping pipi Fahri, sudah bisa di pastikan jika Fahri menoleh sedikit saja maka wajah mereka saling bersentuhan.Laki-laki plin plan itu segera mengemasi pekerjaannya dan mereka keluar seperti pasangan kekasih yang sedang di mabuk cinta, Fahri menggandeng tangan Salsa bak putri kerajaan inggris keluar dari kantor.Di tengah perjalanan Seno yang melihat tingkah mereka di buat geleng kepala, tapi dia tidak tau kalau Fahri sesungguhnya sudah mem
"Memangnya, anda siapanya Nadhira yah? Em, maksud aku, apakah kamu saudaranya, atau majikannya dulu, atau ... ?"Mendengar kalau sahabatnya itu tidak ada di rumah, Hanum tak mau buang waktu untuk meladeni mertua culas seperti bu Sita.Tanpa mengetahui di mana Nadhira sekarang, Hanum secepatnya pergi sebelum di berondong banyak pertanyaan selanjutnya oleh bu Sita."Dasar perempuan aneh! Sama kayak Nadhira, mereka sama-sama aneh!"Dengan kesal bu Sita kembali masuk ke dalam dan menelepon Fahri yang sedang makan siang dengan Salsa.Di restoran tiba-tiba ponsel Fahri berdering, dia segera mengambil benda pipih itu dari saku celana yang lumayan ketat hingga sulit mengambil dalam posisi duduk. Fahri harus memiringkan tubuhnya agar ponsel itu bisa dia mabil."Siapa Fahri? Siapa yang menelepon mu?""Mamah!"Tangannya mengangkat seolah mengatakan tunggu pada Salsa, dia beranjak sebentar dari duduknya untuk mengangkat telepon dari bu Sita."Iya Mah, ada apa Mah?""Fahri kamu lagi di mana sekara
"Iya Pak, ada yang bisa saya bantu?""Nggak! Saya cuma mau tanya proposal keuangan bulan ini, apa sudah tertata Fahri?"Lega rasanya hati Fahri, ternyata bukan soal hubungannya dengan Salsa melainkan soal laporan keuangan bulanan. Kini Fahri dapat bernafas dengan tenang."Su-sudah Pak, ini Pak, sudah saya bereskan semua.""Bagus Fahri, aku suka cara kerjamu! Sat set semuanya beres. Oiya satu lagi. Kapan-kapan saya mau mengajakmu jalan-jalan, saya sekeluarga dan kamu tentunya, bagaimana Fahri, apa kamu mau?"Ajakan Pak Baskara seolah menjadi kesempatan yang baik agar dia semakin dekat dengan Salsa, putrinya. Kenapa seakan Pak Baskara tau apa yang dia inginkan saat ini, tanpa banyak basa basi jelas saja Fahri menerima ajakan bos nya itu."Ma-mau Pak! Ya ampun, ini suatu kesempatan yang sangat special untuk saya Pak. Terima kasih!""Dan ingat Fahri, kamu boleh ajak siapa saja kamu mau! Ibumu kah? Atau ... ?""Ah nggak Pak, lebih baik aku pergi sendiri saja. Dengan begitu kita bisa membah
"Nadhira, sedang apa kamu di situ?"Nadhira segera meletakkan ponsel milik Fahri yang dari tadi tak kunjung bisa di buka. Sedang Fahri sendiri merasa khawatir kalau saja istrinya itu sudah tau bagaimana sebenarnya dia di luaran sana."Eh, Mas! Nggak kok, aku cuma sedang beresin ini aja. Mejanya penuh dengan debu! Kamu sudah selesai mandi Mas?"Di saat itu juga, ponsel Nadhira yang tergeletak di atas tempat tidur tiba-tiba menyala tanpa nada dering, memang sengaja Nadhira matikan agar tak mengganggu komunikasinya dengan Fahri.Dia segera mengambil ponsel itu dan melihat siapa yang memanggilnya di layar datar yang menyala."Hanum! Mau apa Hanum meneleponku malam-malam seperti ini?"Dengan rasa penasaran, Nadhira pun mengangkat telepon itu hingga tersambung."Iya Hanum, ada apa? Tumben kamu meneleponku malam-malam seperti ini?""Nad kamu sekarang di mana? Kamu bisa nggak susul aku di Cafe Flores? Ada yang mau aku bicarakan denganmu."Nadhira yakin kalau ini pasti berita yang sangat penti
"Ratna, ya Allah kamu pulang Dek? Mah, Ratna pulang Mah."Fahri berteriak memanggil bu Sita setelah membuka pintu dan ternyata adiknya yang pulang dari kota Turki.Mendengar dari sosial media kalau kakaknya telah lepas dari wanita bernama Salsabila Baskara membuat gadis yang sebenarnya sudah lama rindu dengan keluarganya memutuskan untuk pulang.Cukup lama Ratna mencari-cari keberadaan kakak dan ibunya dalam satu rumah yang lama di tinggalin, rumah kenangan pada waktu Fahri masih menjadi suami dari Nadhira tetapi rumah itu sudah berbeda penghuni.Justru orang lain dan mengatakan kalau rumah itu sudah di belinya dan pindah ke rumah lain dari informasi yang pernah dia dengar kalau Fahri tinggal di rumah Salsa pun Ratna mendatangi ruma itu ternyata kosong tanpa penghuni.Tapi Ratna tak putus asa terus mencari dan akhirnya dia menemukan di rumah kontrakan sederhana ini."Iya kak, aku pulang Mamah mana kak.""Ratna, ya Allah Nak kamu pulang."Mereka berpelukan satu sama lain melepas rindu s
Semua staf di suruh kumpul di meja rapat oleh Nia Manager di perusahaan milik pak Atmaja.Mereka bertanya-tanya, pasalnya sebelumnya tidak ada tanda-tanda kalau atasan mereka ingin membicarakan sesuatu.Setelah mereka berkumpul kini pak Atmaja datang sendiri ke kantornya di temani oleh Nathan yang membuat semua staf menunduk memberi hormat pada direktur utama mereka.Jarang sekali, bahkan hampir bisa di bilang pak Atmaja datang sendiri ke kantor ini setelah bertahun-tahun lamanya."Selamat pagi semuanya, senang berjumpa dengan kalian lagi disini," sapa pak Atmaja begitu ramah."Selamat pagi Pak," jawab semua Staf serentak."Kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyuruh untuk kumpul sekarang ini? Ada yang mau saya bicarakan dengan kalian."Semuanya diam siap menyimak apa yang pak Atmaja akan katakan, terkecuali dengan Nathan yang sesekali melirik Fahri dan di balas lirikan itu dengan hati bertanya-tanya."Sengaja saya datang sendiri kesini karena saya mau mengatakan sesuatu, setelah
Satu bulan berlalu Fahri bekerja di kantor milik Pak Atmaja kini ekonominya perlahan mulai tertata dan mulai terisi sedikit demi sedikit tabungan di rekening pribadinya.Dia sudah mulai merencanakan kehidupannya untuk masa depan agar lebih baik lagi. Pengalaman menjadi guru paling berharga untuknya.Fahri lebih hati-hati dalam mengerjakan sesuatu yang akan membuat dia kembali hancur seperti yang sudah pernah dia rasakan kemaren."Ternyata kinerja teman kamu itu bagus Nathan, perusahaan kita semakin maju pesat," ujar Pak Atmaja sambil melihat-lihat lembaran kertas putih berisi laporan keuangan perusahaannya.Pak Atmaja puas dengan hasil kinerja Fahri yang tidak main-main dan menunjukan kecerdasannya dalam berbisnis."Aku juga merasakan hal yang sama Pah, dia memang cerdas, memang nggak salah jika Pak Baskara memilihnya untuk mengurus perusahaan dia.""Sepertinya Papah mau memberi dia hadiah, ya mungkin dengan cara mengangkat jabatan dia di kantor, Nathan apa kamu setuju?"Nathan terdia
"Jadi hari ini kamu mulai bekerja di perusahaan itu Fah?"Pagi-pagi Fahri sudah berdandan rapi mengenakan atasan Hem berwarna putih lengkap dengan dasi yang berwarna biru Dongker.Dia menghampiri bu Sita yang sedang menyiapkan sarapan di dapur kontrakan yang sangat sederhana."Iya Mah, semoga ini awal yang baik di kehidupan kita ya Mah! Fahri janji akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.""Aamiin, Mamah doakan semoga kamu betah bekerja di sana ya Nak."Selesai sarapan Fahri berpamitan dan bergegas ke perusahaan milik Pak Atmaja. Tanpa mempunyai kendaraan, Fahri berangkat dengan taksi online yang dia pesan sebelumnya.*****"Selamat pagi Pak, maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Nia si Manager saat Fahri sampai dan menghampirinya.Semula dia menoleh ke kiri dan ke kanan, menelisik ke segala arah kantor mencari dimana Nathan berada karena dia memang berjanji untuk bertemu di kantor. Tetapi sampai sekarang ini dia belum terlihat sosoknya."Maaf Mba, saya mau ketemu sama
"Mas Fahri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana keadaan Ibu saat ini?""Em, kami Alhamdulillah baik Nad, Ibu juga baik! Kamu sendiri bagaimana? Kelihatannya rumah tangga kalian sangat bahagia?""Alhamdulillah kami baik Mas, rumah tangga kami juga baik-baik saja. Ya seperti yang kamu lihat sekarang, Mas Nathan sangat menyayangi aku dan juga Ryan."Fahri tersenyum kecut mendengar ucapan dari Nadhira, sedikit banyaknya dia sadar kalau dia memang tidak sepenuhnya memberi kebahagiaan pada wanita ini sejak dulu sewaktu masih menjadi istrinya.Profesi yang berbeda dari Nathan, membuat Fahri tak bisa memberikan kemewahan seperti yang dia rasakan saat ini karena saat Fahri menjadi suaminya, dia hanya mempunyai jabatan sebagai seorang staf di kantor.Fahri sendiri tau kalau nada bicara Nadhira sengaja menunjukan betapa bahagia rumah tangganya yang sekarang lengkap dengan hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka."Begini Sayang, kinerja Fahri sangat bagus di perusahaan, dari
"Assalamualaikum, Sayang aku pulang."Tetapi tidak ada jawaban dari Nadhira, justru pak Atmaja dan bu Faridalah yang muncul menyambut kepulangan Nathan dari proyek itu.Mereka berdua terlihat lega melihat anaknya pulang dengan keadaan baik-baik saja."Nathan, kamu sudah pulang? Bagaimana proyek ya, apa semuanya baik-baik saja?""Alhamdulillah baik Pah, aku juga sudah keliling proyek dengan Pak Zaki tadi siang! Oh iya Pah, Mah, perkenalkan ini Fahri, teman Nathan."Sedangkan pak Atmaja dan bu Farida tak tau kalau Fahri adalah mantan suami dari menantunya kini.Dia mengira kelau Fahri murni hanya teman Nathan dari kenalan atau dari pekerjaannya.Betapa tersentuhnya hati Fahri ketika Nathan menganggapnya sebagai teman di depan kedua orang tuanya, padahal apa masih pantas dia disebut dengan teman setelah apa yang dia lakukan selama ini.Rasanya panggilan itu tak pantas dia dapatkan tetapi Fahri menganggap kalau ini awal yang baik untuk perkenalan mereka."Selamat sore Om, Tante, saya Fahr
"Nathan kamu sudah siap? Nanti kamu temui saja Zaki di sana! Papah udah bilang sama dia kalau anak Papah hari ini datang kesana."Pak Atmaja menemui Nathan yang sudah bersiap untuk meninjau proyek miliknya. Di temani oleh istri yang menggendong baby Ryan sambil sesekali Nadhira mengajak Baby Ryan bicara menunjukan sekeliling rumahnya mereka benar-benar seperti keluarga yang sangat harmonis."Iya Pah, yang penting Zaki udah tau kalau aku mau kesana, kalau gitu aku berangkat dulu Pah.""Sayang aku berangkat dulu, jaga Ryan baik-baik.""Iya Mas, kamu juga hati-hati di jalan. Kabari kita kalau udah sampai disana."Tak lupa Nadhira menyalami tangan suaminya sebelum pergi seperti biasanya.Lambaian tangan dari Pak Atmaja dan Nadhira mengiringi kepergian Nathan menuju tengah kota untuk melihat progres disana.Hanya memerlukan waktu kurang lebih satu jam Nathan telah sampai di tempat di mana Zaki sebagai Manager berjalan menghampiri dengan helm yang di pakai di kepalanya.Manager itu terlihat
Bekerja di proyek pembangunan berjalan selama satu Minggu tanpa bu Sita tau apa pekerjaan Fahri yang sesungguhnya.Fahri memang sengaja berbohong dengan mengatakan kalau dia kerja di suatu perusahaan besar agar bu Sita senang, padahal setelah jam pulang dia harus berkemas merapikan diri agar terlihat seperti bekerja di perusahaan sungguhan, berangkat pun dia sengaja mengenakan pakaian formal dan menggantinya di tempat kerja dengan pakaian biasa."Alhamdulillah ya Fah, semenjak kamu bekerja, Mamah sudah bisa menabung sedikit demi sedikit! Semoga kita bisa membeli rumah sendiri nantinya.""Aamiin Mah, yang penting Mamah terus doakan Fahri yang terbaik, supaya Fahri bisa dapat kerjaan yang lebih layak!""Loh yang lebih layak, maksud kamu Fah?"Dia tidak sadar kalau ucapannya justru membuat bu Sita curiga, kenapa Fahri mengatakan yang lebih layak, bukankan sebagai Staf di kantor sudah merupakan pekerjaan yang layak?.Secepat mungkin Fahri mencari alasan yang cocok dengan ucapannya itu"Eh
Ternyata uang 20rb itu Fahri gunakan untuk membeli bensin supaya mobilnya dapat berjalan tetapi bukan kepergian hari itu Fahri untuk mencari pekerjaan melainkan pada sebuah Show room untuk menjual mobilnya.Fahri tidak punya pilihan lain saat ini, di sisi lain dia harus punya uang untuk menyambung hidup dengan ibunya, dan juga untuk membayar kontrakan yang sudah ditagih oleh si pemilik rumah.Harta berharga satu-satunya dia jual dan berfikir secara optimis bahwa suatu saat nanti dia bisa membelinya dengan yang lebih bagus lagi."Ini Pak Fahri uangnya, mobil ini resmi menjadi milik saya sekarang.""Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ujarnya sambil membawa sebuah amplop coklat berisi segepok uang hasil jual mobilnya.Secepat mungkin dia kembali ke rumah sebelum bu Sita kebingungan dari mana dia mendapatkan belanjaan untuk makan mereka.Sesampainya di rumah bu Sita membelalakkan matanya saat Fahri memberikan amplop itu kepadanya, wajahnya terlihat sangat bahagia tanpa sad