Abu Magun tersenyum dan mengangguk, kini keduanya sudah di jalan raya menuju ke restoran. Keduanya merasa lapar karena ini memang sudah waktunya makan siang.Abu Magun dan dokter Cecilia memang sengaja memberikan waktu bagi Adian, Om Hendro, Tante Ole dan pastinya Ira ngobrol akrab. Karena ini bagus untuk kesembuhan mental Adian yang sempat terpuruk.“Hari kamu libur kerja ya Cilla..?”“Di klinik ada kok dokter lain, di sana ada 3 dokter selain aku!” Cecilia mengatakan klinik itu warisan ibunya, yang dia lanjutkan untuk mengelola lagi. Walaupun dia bilang tak punya uang untuk memperbesar usaha klinik itu. Pinjam ke bank dia ogah, dengan alasan bunganya bikin dia pusing. “Tapi kan hanya kamu yang dokter spesialis periksa barang-barang pria dan kulit wanita pastinya!” dokter Cecilia terbahak mendengar candaan Abu Magun, karena dia memang dokter spesialis kulit dan kelamin.“Enak ajah, pasienku malah kebanyakan wanita loh, macam-macam keluhannya, ada yang ngeluh barang suaminya kegedean
“Mau berenangnya nggak, aku udah lama tidak berenang!” Cecilia masuk ke dalam dan tak lama kemudian keluar dengan baju renangnya.Walaupun tadi baru saja bercinta di ruang tamu, tapi mata Abu Magun pun masih tetap melotot juga menatap lekuk body Cecilia yang memang sangat bagus. Biarpun sudah berusia 35 tahunan dan memiliki anak satu. Tapi body Cecilia bak wanita yang masih berusia 22-25 tahunan.Rambutnya kini di sanggul sekedarnya, hingga kecantikan dokter ini makin terlihat paripurna. Ketiaknya yang mulus dan tadi jadi sasaran ciuman ganas Abu Magun terlihat jelas.“Ehemm…dasar lelaki, tak bisa melihat yang bagus-bagus, langsung segitunya. Padahal tadi udah habis-habisan mengerjaiku” olok Cecilia.Abu Magun langsung terbahak dan bilang baru kali ini bertemu seorang wanita matang yang sangat menggairahkan dan tak bosan-bosannya di pandang.“Gombal banget, dasar playboy cap biawak…!” sungut Cecilia manja, tapi hatinya senang juga, pria tampan yang mampu meluluhkan dirinya ini ternyat
“Tentu saja aku kenal, tapi hanya kenal nama saja Sarita, nggak pernah lihat orangnya yang bernama Dewi Lestari itu.” Sambil berkata begitu Abu Magun melihat Sarita membawa tas yang lumayan besar.“Di mana kamu kenalnya Mas?” desak Sarita penasaran. Abu Magun akhirnya menceritakan soal Adian pada Sarita ini. Wanita cantik inipun terdiam, tak mengira begitu jahatnya adiknya tersebut.“Tak ku sangka, Dewi begitu jahatnya pada suaminya sendiri, sampai ludes hartanya. Malah kini asetku dia ambil. Dia terlalu bucin dengan si Grono itu, entahlah kenapa bisa begitu, harta dari Adian kayaknya sudah ludes, hingga incar apartemenku!” suara Sarita terdengar sendu.“Apa sekarang rencana kamu Sarita?”“Aku…bolehkah sementara aku tinggal di sini, dulu…? Beberapa tahun yang lalu, aku juga pernah tinggal di sini, lalu beli apartemen!” Sarita pun menceritakan kenapa dia bisa tinggal di sini, yang ternyata atas anjuran Kendra juga, sebelum beli apartemen sendiri dan pindah.Abu Magun terdiam sesaat, ak
Abu Magun mendengarkan kisah wanita cantik yang agaknya di rawat dengan mahal, bukan lagi cantik alami. Hidung dan bibirnya terlihat sekali bekas oplas, hingga hidung dan bibir itu terlihat sangat proporsional.Tapi Abu Magun bukan pria kemarin sore, dia sudah hapal yang mana wanita masih original dan yang mana cantik buatan, melalui operasi plastik, yang tentunya butuh biaya tak sedikit.“Jadi begitulah Aldi, kenapa aku membawa harta milik Adian, itu semua hasil kerja kerasku juga, selama ini Adian diam-diam menipuku. Keuntungan apotik dia kirim ke bekas kekasihnya si Loli, karena dia belum move on dari istri si Notaris Ridwan itu. So…wajar donk kalau semua apotik itu aku ambil, lagian semua atas namaku!” sungut wanita cantik ini, yang ternyata Dewi Lestari orang.Kaget juga Abu Magun, Dewi ini ternyata sangat cerdik dan licik, ternyata semua harta bersama Adian atas namanya, bukan Adian.Dewi tak tahu kalau Loli ini juga bekas istri Abu Magun, karena pria ini memang tak mau mencerit
Kendra yang sedang berada di Baghdad Irak, mendengarkan dengan serius kisah Abu Magun, terkait ulah Dewi dan Sarita saat ini.Kendra pun sempat terdiam sesaat ketika vidcal dengan kemenakannya ini. “Hmm…hati-hatilah…terutama terhadap Sarita!” lalu Kendra pun menceritakan siapa sosok Sarita ini, Abu Magun langsung mengangguk paham. Ini adalah hari ke 3 Sarita tinggal bersama Abu Magun, selama itu pula, Abu Magun tidak melihat hal yang aneh dari wanita cantik ini.Walaupun Abu Magun paham, Sarita kadang memancing-mancingnya, tapi bayangan dokter Cecilia membuat Abu Magun tidak berselera meladeni pancingan wanita ini.Walaupun Sarita cantik, tapi di mata Abu Magun, dokter Cecilia sosok wanita yang bisa membuatnya mulai move on dari Loli, apalagi Cecilia walaupun kadang manja, aslinya dia dewasa dan bersikap ke ibuan.Kini Abu Magun sudah merasa nyaman dengan janda jelita itu, walaupun usia mereka berselisih hampir 10 tahunan.Saat kembali ke ruang tengah setelah tadi bertelponan denga
Semburan air se’ember membuat Abu Magun langsung tersadar, kepalanya nanar melihat ke depan. Pelan-pelan pandangannya kini jelas dan Abu Magun tersenyum sendiri.Kini musuh-musuhnya berkumpul semua menatap dirinya. Bak menatap mangsa lezat yang bakal siap di santap rame-rame.Selain Dewi, Sarita dan satu pria yang ia duga Grono, juga ada 2 orang pria yang agaknya anak buah ke 3 orang ini, yang sejak tadi diam saja menatap dirinya yang kini tak berdaya.Abu Magun tak tahu dia saat ini ada di mana, dia juga tak tahu berapa lama pingsan, usai minum kopi yang sudah di isi obat bius oleh Sarita!“He-he-he kamu sadar juga ternyata…!” terlihat seorang pria dengan kumis tipis menatapnya dengan wajah mengejeknya, lalu melempar embe kosong tadi. Tok, langsung kena kepala Abu Magun. Orang Abu Magun pikir Grono ini seakan melepaskan kekesalannya pada dirinya.Marah bukan kepalang pemuda ini, tapi dia tak berdaya, tangannnya di ikat dan di telikung kebelakang. Kakinya juga di ikat, di kaki kursi k
Sarita mengambil sesuatu dalam tasnya, ternyata sebuah dokumen, saat di sodorkan pada Abu Magun, pemuda ini terbelalak membacanya.Lalu geleng-geleng kepala, bagaimana tidak, bunyi surat itu tercantum kalau Abu Magun akan menghibahkan 100 persen harta yang saat ini ia miliki pada Dewi Lestari, Sarita dan Grono. Ketiganya di katakan sebagai pewaris utama harta Rudino Group.Abu Magun tertawa, tapi tawa ini tentu saja ejekan buat ke 3 orang ini. “Enak betul kalian, mau main rampas harta ini, kayak harta itu hasil keringat kalian saja!” cetus Abu Magun, hingga bikin merah padam wajah ketiganya.Dewi langsung menjambak rambut Abu Magun, inilah yang membuat pemuda ini makin marah dalam hati. Dua kali tamparan keras dia layangkan ke wajah pemuda ini, hingga memerah kedua pipi Abu Magun.“Dengar bangsat, kamu pun sebenarnya tak ada hak atas harta dari keluarga Rudino itu, anak haram saja belagu…cuuuhh…!” Dewi langsung meludahi muka Abu Magun.Gigi Abu Magun gemerutuk saking marahnya, tangann
Kita dikit tarik mundur ke belakang dulu, 20 hari setelah Abu Magun berhasil tumpas komplotan Dewi Lestari cs.Abu Magun di temani dokter Cecilia datang ke pesta ultah pernikahan Kandi dan Nadia yang ke 13 tahun, yang berlangsung tak terlalu mewah. karena hanya mengundang staf-staf dan karyawan di kantor Wagira Group saja.Pesta nya pun bukan berlangsung di hotel, tapi di rumah mewah milik Kandi dan Nadia, yang tamannya sangat luas dan asri di belakang rumah megah dan besar ini.Sebelum bersalaman dengan kedua orang tuanya, Abu Magun terlebih dahulu menemui kedua adiknya, Salman dan Biani.Salman yang kini berusia 12 tahunan sudah sebahunya, sedangkan Biani baru sampai pinggangnya. Ketiga bersaudara ini bercanda akrab. Dokter Cecilia juga ikutan bercanda dengan adik-adik kekasihnya ini.Walaupun sederhana, tamu yang datang hampir 350 an orang, dari pihak luar yang datang hanya AKP Indra dan istrinya, dan ketika melihat Abu Magun datang dengan dokter Cecilia.Tentu saja AKP Indra langs
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d